Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEORI HUMAN CARING DAN PRAKTIKNYA DALAM KEPERAWATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan yang diampu
oleh:

Putria Carolina, Ners, M.Kep.

Oleh : Kelompok 5

Arthur Jimmy Amabel 2019.C.11a.1001

Fatricia Viona Lorensa 2019.C.11a.1009

Muntiara Sri Mampung 2019.C.11a.1019

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmatdan hidayahNya, karena hanya dengan karunia-Nya penyusunan
makalah “TEORI HUMAN CARING DAN PRAKTIKNYA DALAM
KEPERAWATAN” ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.

Palangka Raya, 23 November 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................... 3
2.1 Biografi Jean Watson............................................................................... 3
2.2 Teori Keperawatan menurut Jean Watson........................................... 4
2.3 Asumsi Dasar tentang Ilmu Keperawatan Watson.............................. 5
2.4 Grand Theory menurut Jean Watson................................................... 7
2.4.1 Carrative Factor............................................................................ 7
2.4.2 Transpersonal Caring Relationship............................................ 8
2.4.3 Caring Occation Moment............................................................. 9
2.5 Paradigma Keperawatan menurut Jean Watson................................. 10
2.5.1 Keperawatan.................................................................................. 10
2.5.2 Klien............................................................................................... 11
2.5.3 Kesehatan....................................................................................... 11
2.5.4 Lingkungan.................................................................................... 11

BAB 3 APLIKASI TEORI...................................................................................... 12


3.1 Aplikasi Teori Human Caring (Jean Watson)...................................... 12

BAB 4 PENUTUP..................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 21
3.2 Saran.......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 22

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan adalah suatu bentuk profesi pelayanan kesehatan sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan yang bersifat biologi-psikologi-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan
pada individu siapa pun baik yang sakit maupun yang sehat yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia. Dunia keperawatan memang tidaklah mudah seperti yang
banyak orang kira.Begitu banyak hal yang harus dimengerti dan juga dipahami untuk
bisa melaksanakan tugas dengan baik sebagai seorang perawat.

Di dalam keperawatan ada empat konsep utama yaitu manusia, lingkungan, sehat-
sakit, dan keperawatan itu sendiri. Semua itu merupakan buah pikir pakar keperawatan
yang menjadi dasar pengembangan keilmuan keperawatan atau teori model konseptual.
Dan dari banyak pakar yang mengungkapkan hal tersebut, disini saya akan menjelaskan
teori model konseptual yang dikemukakan oleh Jean Watson, seorang theorist
keperawatan dengan model monsep teorinya yaituHuman Caring.Teori Jean Watson
yang telah dipublikasikan dalam keperawatan dengan dasar adalah“ Human Science and
Human Care “. Watson percaya bahwa fokus utama dalamkeperawatan adalah pada
careative factor, yang bermula dari prespektif humanistik yang dikombinasikan dengan
dasar pengetahuan ilmiah.Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filosofi
humanistik dan sistem nilai, serta seni yang kuat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Siapa itu Jean Watson?
2. Bagaimana Teori Keperawatan menurut Jean Watson?
3. Bagaimana asumsi dasar tentang Ilmu Keperawatan Watson?
4. Bagaimana Grand Theory menurut Jean Watson?

5. Bagaimana paradigma keperawatan menurut Jean Watson?


6. Apa contoh praktik dari teori human caring?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan.
2. Untuk mengetahui dan memahami biografi dari Jean Watson.

4
3. Untuk mengetahui Teori Keperawatan menurut Jean Watson.
4. Untuk mengetahui asumsi dasar tentang Ilmu Keperawatan Watson.
5. Untuk mengetahui Grand Theory menurut Jean Watson.
6. Untuk mengetahui paradigma keperawatan menurut Jean Watson.
7. Untuk mengetahui contoh praktik dari teori human caring.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Jean Watson


Jean Watson adalah seorang ahli teoriperawat dan
profesor keperawatan Amerika yang terkenal karena
teorinya tentang kepedulian manusia .Dia adalah
penulis berbagai teks, termasuk Nursing: The
Philosophy dan Science of Caring .Penelitian Watson
tentang perawatan telah dimasukkan ke dalam
pendidikan dan perawatan pasien di ratusan sekolah
perawat dan fasilitas kesehatan di seluruh
dunia.Watson lahir pada 10 Juni 1940, di Williamson,
Virginia Barat .Dia adalah anak bungsu dari delapan bersaudara.Dia juga bersekolah di
SMA di Virginia Barat.Watson tahu dia ingin menjadi perawat pada usia 10 tahun ketika
dia melihat seorang teman dari kakak perempuannya mengalami kejang.Ia kemudian
menghadiri Sekolah Perawat Lewis Gale yang berlokasi di Roanoke, Virginia, tempat ia
lulus pada tahun 1961.
Watson mengembangkan teori kepedulian manusia.Dia mendirikan Institut Ilmu
Watson Peduli nirlaba pada tahun 2008.Teori perawatan manusia adalah perawatan
pasien yang melibatkan perawatan yang lebih holistik untuk pasien.Berbeda dengan
hanya menggunakan ilmu pengetahuan untuk merawat dan menyembuhkan pasien, di
pusat teori perawatan manusia adalah gagasan bahwa menjadi lebih penuh perhatian dan
sadar selama interaksi pasien memungkinkan perawatan yang lebih efektif dan
berkelanjutan dengan hubungan pribadi yang lebih dalam. Teori Watson dipengaruhi oleh
beberapa filsuf dan pemikir termasuk Abraham Maslow , Carl Rogers , dan Pierre
Teilhard de Chardin , yang masing-masing adalah pelopor dalam menciptakan konsep
transpersonal. Watson mendefinisikan gagasan transpersonal sebagai "hubungan
manusia-manusia antar-subyektif di mana orang perawat mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh orang lain. Keduanya sepenuhnya hadir pada saat itu dan merasakan penyatuan
dengan yang lain."Empat konsep utama dalam ilmu perawatan adalah kesehatan,
keperawatan, lingkungan atau masyarakat, dan manusia.

6
 Kesehatan: Hubungan antara pikiran, tubuh, dan jiwa. Konsep ini tergantung pada
kemiripan bagaimana seseorang dilihat versus apa yang mereka alami.
 Masyarakat: Nilai yang diproyeksikan masyarakat pada orang tentang bagaimana
mereka harus bertindak atau mencapai dalam hidup.
 Perawatan: Ilmu perawatan manusia dan kesehatan. Ini melibatkan interaksi dengan
individu yang memiliki peran aktif dalam perawatan pasien dan mereka yang dirawat.

 Manusia: Seseorang yang dihargai, dihormati, dan dirawat. Mereka dilihat sebagai
berfungsi penuh dan utuh.

2.2 Teori Keperawatan menurut Jean Watson


Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini didasari
pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa
manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan
diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan
makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan
psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat,
kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan
interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami bahwa manusia
adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan,
sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera
baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran,
badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan
dan meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai
penyakit dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.

 Teori Human Caring


Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “human
science and human care”. Watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan
adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif humanistik yang
dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu

7
mengembangkan filososfi humanistik dan sistem nilai serta seni yang kuat.Filosofi
humanistik dan sistem nilai ini memberi fondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan,
sedangkan dasar seni dapat membantu perawat mengembangkan visi mereka serta
nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir
kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan, namun fokusnya lebih pada peningkatan
kesehatan, bukan pengobatan penyakit.

2.3 Asumsi Dasar tentang Ilmu Keperawatan Watson


Beberapa asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut:
1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan diperaktikkan secara interpersonal.
2. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya factor carative yang menghasilkan
kepuasan pada kebutuhan manusia.
3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan
individu dan keluarga.
4. Respons asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang sebagaimana mereka
sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nantinya.
5. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan
perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi seseorang untuk memilih
kegiatan yang tebaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.
6. Asuhan keperawatan lebih bersifathealthgenic (menyehatkan) dari pada curing
(mengobati).
7. Praktik caring merupakan pusat keperawatan.
Watson (1988) dan George (1990) mendefenisikan caring lebih dari sebuah
exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya caring adalah
ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spritualnya
meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi,
kekuatan dari dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga
pertanggung jawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu
memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan.
“Theory of Human Caring” (Watson), mempertegas jenis hubungan dan transaksi
yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia yang mempengaruhi kesanggupan pasien untuk
sembuh. Watson mengemukakan bahwa caring merupakan inti dari keperawatan. Dalam
hal ini caring merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat dalam

8
memberikan pelayanan kesehatan pada klien. Kemudian caring juga menekankan harga
diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu
menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien.
Watson juga mengemukakan bahwa respon setiap individu terhadap suatu masalah
kesehatan unik, artinya dalam praktik keperawatan, seorang perawat harus mampu
memahami setiap respon yang berbeda dari klienterhadap penderitaan yang dialaminya
dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dalam setiap respon yang berbeda baik
yang sedang maupun akan terjadi. Selain itu, caring hanya dapat ditunjukkan dalam
hubungan interpersonal yaitu hubungan yang terjadi antara perawat dengan klien, dimana
perawat menunjukkan caring melalui perhatian, intervensi untuk mempertahankan
kesehatan klien dan energi positif yang diberikan pada klien. Watson juga berpendapat
bahwa caring meliputi komitmen untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
didasarkan pada ilmu pengetahuan. Dalam praktiknya, perawat di tantang untuk tidak
ragu dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam praktik keperawatan.

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal denganHuman Caring


Theory.Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Jean
Watson, 1985 (dalam B. Talento, 1995) membagi kebutuhan dasar manusia dalam dua
peringkat utama, yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan
kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs). Pemenuhan kebutuhan yang
tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya kompleks manusia untuk mencapai
aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain dan
semuanya dianggap penting. Kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya
kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup yang meliputi kebutuhan makanan dan
cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan
fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebuthan seksualitas;
kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan intrapersonal
dan interpersonal (kebutuhan aktualisasi diri). Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean
Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki
berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia
seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, dan spiritual karena sejahtera
merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai
keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meningkatkan status kesehatan,
mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan.

9
2.4 Grand Theory menurut Jean Watson
2.4.1 Carrative Factor
Elemen-elemen yang terdapat dalam carative factor adalah:
1. Membentuk sistem nilai humanistic-alturistik.
2. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope).
3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative.
6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistemantis dalam pengambilan
keputusan.
7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memeperbaiki
mental, sosial-kultural, dan spiritual.
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

10. Mengembangkan factor kekuatan eksistensial-fenomenologis.

Tetapi kesepuluh carative factors ini sebagai suatu kerangka untuk memberikan
suatu bentukdan focus terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah
“factors” terlalustandart terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian
menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa
depan. Konsep tersebut adalah “clinical caritas” dan “caritas processes”, yang
dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan arah perkembangan teorinya (Watson,2004).
Dimana clinical caritas process terdiri dari yaitu.
1. Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan ketenangan
dalam konteks kesadaran terhadap caring.
2. Hadir dengan sepenuhnya dan mewujudkan serta mempertahankan sistem
kepercayaan yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari dirinya dan orang
dirawat.
3. Memberikan perhatian terhadap praktik-praktik spiritual dan transpersonal diri
orang lain, melebihi ego dirinya.
4. Mengembangkan dan mempertahankan suatu hubungan caring yang sebenarnya,
yang saling bantu dan saling percaya.

10
5. Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan posotif dan negatif
sebagai suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri sendiri dan orang
yang dirawat.
6. Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif sebagai
bangian dari proses caring, untuk terlibat dalam penerapan caring-healing yang
artistic.
7. Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang mengakui
keutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami sudut pandang orang lain.
8. Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik maupun
nonfisik, lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran, yang memiliki
keholistikan, keindahan, kenyamanan, martabat, dan kedamaian.
9. Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring yang penuh
memberikan “human care essentials“, yang memunculkan penyusuaian jiwa, raga
danpikiran, keholistikan dan kesatuan diri dalam seluruh aspek care; dengan
melibatkan jiwa dan keberadaan secara spiritual.

10. Menelaah dan menghargai misteri spiritual, dan dimensi eksistensial dari
kehidupan dankematian seseorang, “soul care” bagi diri sendiri dan orang yang
dirawat.

2.4.2 Transpersonal Caring Relationship

Menurut Watson (1999), Transpersonal caring relationship berkarakteristikkan


hubungan khusus manusia yang tergantung pada moral perawat yang berkomitmen,
melindungi, dan meningkatkan martabat manusia seperti dirinya atau lebih tinggi dari
dirinya. Perawat merawat dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan
dan menghargai spiritual, oleh karena itu tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah
objek.Perawat sadar bahwa mempunyai hubungan dan potensi untuk menyembuhkan.
Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat telah melampaui penilain secara objektif,
menunjukkan perhatian kepada subjektifitas seseorang, dan lebih mendalami situasi
kesehatan diri mereka sendiri. Kesadaran perawat menjadi perhatian penting untuk
berkelanjutan dan pemahaman terhadap persepsi orang lain.
Pendekatan ini melihat keunikan dari kedua belah pihak, yaitu perawat dan pasien,
dan juga hubungan saling menguntungkan antara dua individu, yang menjadi dasar dari
suatu hubungan. Oleh karena itu, yang merawat dan yang di rawat keduanya terhubung

11
dalam mencari makna dan kesatuan, dan mungkin mampu merasakan penderitaan pasien.
Istilah transpersonal berarti pergi keluar dari diri sendiri dan memungkinkan untuk
menggapai kedalaman spiritual dalam meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan
pasien. Pada akhirnya, tujuan dari transpersonal caring relationship adalah berkaitan
dengan melindungi, meningkatkan dan mempertahankan martabat, kemanusiaan,
kesatuan dan keselarasan batin.

2.4.3 Caring Occation Moment

Caring Occation menurut Watson (1988,1999) adalah kesempatan (mengenai


tempat dan waktu) pada saat perawat dan orang lain datang pada saat human caring
dilaksanakan, dan dari keduanya dengan fenomena tempat yang unik mempunyai
kesempatan secara bersama datang dalam moment interaksi human to human. Bagi
Watson (1988, 1999) bidang yang luar biasa yang sesuai dengan kerangka refensi
seseorang atau perasaan-perasaan yang dialami seseorang, sensasi tubuh, pikiran atau
kepercayaan spiritual, tujuan-tujuan, harapan-harapan pertimbangan dari lingkungan, arti
persepsi seseorang kesemuanya berdasar pada pengalaman hidup yang dialami
seseorang, sekarang atau masa yang akan datang. Watson (1999) menekankan bahwa
perawat dalam hal ini sebagai care giver juga perlu memahami kesadaan dan kehadiranya
dalam moment merawat dengan pasiennya, lebih lanjut dari kedua belah pihak perawat
maupun yang dirawat dapat dipengaruhi oleh perawatan dan tindakan yang dilakukan
keduanya, dengan demikian akan menjadi bagian dari pengalaman hidupnya sendiri.
Caring occation bisa menjadi transpersonal jika memungkinkan adanya semangat dari
keduanya (perawat dan pasien) kemudian adanya kesempatan yang memungkinkan
keterbukaan dan kemampuan-kemampuan untuk berkembang (Watson 1999, pp. 116-
117).

2.5 Paradigma Keperawatan menurut Jean Watson


2.5.1 Keperawatan
Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi
transpersonal caring untuk membantu manusia mencapai keharmonisan pikiran, jiwa dan
raga yang menimbulkan self-knowlegde, self-control, self-care, dan self-healing. Salah
satu asumsi Watson mengatakan bahwa kondisi sosial, moral, dan ilmu pengetahuan
sangat berkontribusi terhadap kondisi kesehatan manusia dan masyarakat, sehingga

12
perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian asuhan kesehatan yang ideal melalui
kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.
Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
1. Membentuk sistem nilai humanistik altruistik.
2. Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
3. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.
4. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”.
5. Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif, maupun
negatif.
6. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk
mengambil keputusan.
7. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”.
8. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki kondisi
mental, fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
9. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia.
10. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.

Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan


pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dinyatakan oleh Watson (1985)
“human care is the heart of nursing”. Pandangan tentang keperawatan sebagai science
tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan pengetahuan
sebagai basis dalam area:

 Pengkajian terhadap kondisi manusia.


 Implikasi dari pengalaman manusia dan responnya terhadap kondisi sehat sakit.
 Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang menyertainya.
 Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship.
 Studi tentang sistem bagaimana human care harus diwujudkan.

2.5.2 Klien
Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan pikiran,
jiwa dan raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan keputusan tentang
kondisi sehat-sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi, self-control, pilihan dan self-
determination.

13
2.5.3 Kesehatan
Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan didalam pikiran, jiwa dan raga antara
diri dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.

2.5.4 Lingkungan
Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara klien dan
perawat.

14
BAB 3
APLIKASI TEORI

3.1 Aplikasi Teori Human Caring (Jeon Watson)

PENGALAMAN ORANG TUA MENERIMA PERILAKU CARING PERAWAT


DALAM MEMFASILITASI BONDING ATTACHMENT BAYI PREMATUR

A. PENDAHULUAN
Usia gestasi dan berat badan lahir merupakan hal yang sangat penting dalam
memprediksi kesehatan dan kematian bayi. Bayi dengan usia gestasi kurang dari 32
minggu (prematur) berisiko tinggi mengalami kematian atau kecacatan baik dalam
jangka panjang maupun pendek (Cloherty, Eichen-wald, & Stark, 2008). Masalah
kesehatan yang banyak muncul pada bayi prematur diantaranya adalah gangguan pada
sistem respirasi (Juretschke, 2007; Lopez, Anderson, & Fentchinger, 2012),
kardiovaskuler, penyakit infeksi, pertumbuhan, dan nutrisi (Juretschke, 2007), jaundice
serta lama perawatan di rumah sakit (Lopez, Anderson, & Fentchinger, 2012). Menurut
Potts dan Mandleco (2012), komplikasi bayi prematur semakin meningkat seperti
Intraventricular Haemorrhage (IVH) (15–20%) pada bayi dengan usia gestasi kurang
dari 32 minggu, kematian akibat Necrotizing Enterocolitis (NEC) (28%) dan
Retinopathy of Prematurity (ROP) (65%) pada bayi yang lahir kurang dari 1250 gram.
Peningkatan komplikasi pada bayi prematur menyebabkan perlunya perawatan yang
maksimal dan intensif (Montanholli, Merighi, & Pinto de Jesus, 2011) di Neonatal
Intensive Care Unit (NICU). Bayi akan mendapatkan berbagai macam tindakan dan

15
prosedurselama menjalani perawatan di ruang intensif. Selain itu, lingkungan eksternal
termasuk kondisi perpisahan dengan orang tua terutama ibu dan sibling (Goldson, 1999;
Boxwell, 2007), memberikan dampak secara emosional dan psikologis pada bayi dan
orang tua yang mungkin saja menimbulkan kekhawatiran terhadap kemampuan orang
tua dalam merawat bayi dan dapat memunculkan juga depresi maternal (Davis, Edwards,
Mohay, & Wollin, 2003). Hal ini tentunya akan menambah faktor risiko yang dapat
memperburuk interaksi antara ibu dengan bayi (Guillaume, et al., 2013).
Kualitas bonding attachment yang dilakukan lebih awal akan memengaruhi
perkembangan fisik dan emosional bayi di masa yang akan datang ketika mereka dewasa
dan memiliki anak. Interaksi ini akan menjadikan orang tua dan anak lebih mengenal dan
lebih sensitif terhadap perilaku satu sama lain (Willinger, Diendorfer-Radner, Wilnauer,
Jorgl, & Hager, 2005; Chapman & Durham, 2010) yang merefleksikan tingkat
kepercayaan diri anak, meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial, dan kemampuan
koping dalam menghadapi stress (Willinger, Diendorfer-Radner, Wilnauer, Jorgl &
Hager, 2005). Berdasarkan hal tersebut, bonding attachment merupakan hal yang sangat
penting dan perlu difasilitasi oleh perawat di ruang intensif secepat mungkin setelah bayi
lahir (White, Duncan, & Baumle, 2011).

B. Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
fenomenologi deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua dengan bayi
prematur yang bayinya dirawat di ruang NICU sebanyak tujuh partisipan. Partisipan
diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun kriteria inklusi yang
ditetapkan peneliti adalah orang tua yang memiliki bayi prematur dan memiliki
pengalaman memperoleh perilaku caring dari perawat, orang tua adalah ibu dengan bayi
prematur yang dirawat di ruang NICU dan yang akan menjalani perawatan di rumah
serta orang tua mampu menceritakan dengan baik pengalamannya dan bersedia menjadi
partisipan.
Pedoman penentuan jumlah sampel berdasarkan adanya saturasi data. Penelitian ini
dilakukan di ruang NICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Iskak Tulungagung
dan dilakukan bulan AprilJuni 2014. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
mendalam. Analisis data menggunakan Metode Colaizzi. Peneliti mengolah dan
mempersiapkan data, membaca keseluruhan data, melakukan coding data,
mendeskripsikan data, menyajikan data dalam bentuk narasi, dan menginterpretasi data.

16
Penelitian ini telah melalui kaji etik Komite Etik Riset Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.

C. Hasil
Pengalaman orang tua (ibu) menerima perilaku caring perawat dalam memfasilitasi
bonding attachment pada bayi prematur memiliki pandangan yang berbeda dari setiap
partisipan. Tema pertama yang teridentifikasi adalah proses peningkatan pengetahuan
yang tergambar dalam kalimat berikut.

“Tapi ya paling tidak sedikit-sedikit saya sudah tau. Ganti-ganti pampers gitu.”(P3).

”Ya, dibilangi gitu, kalau sudah ada perubahan, sudah bagus gitu, minumnya juga
sudah bagus. Saya jadinya ngerti gitu….”(P4)

. “Enggak terlalu tau, Bu. Makanya, kan, enggak ngerti, kan, Mbak. Soalnya saya
enggak dibilangi. Saya juga enggak tahu, kok, Mbak bagaimana caranya merawat
bayi.”(P6).

Tema berikutnya adalah mampu melakukan perawatan terhadap bayinya setelah


diajari dan diberikan informasi oleh perawat. Pernyataan ibu yang mendukung tema
tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

“Kalau memang pengen tahu, waktu susternya apa itu…mandiin atau ganti popok
gitu, ya melihat sekali gitu, ya sudah bias.”(P1).

“Iya insyaallah bisa, yakin bisalah, Bu…”(P4).

“Terus sekarang mengerjakan sendiri semakin berani.“(P5).

Ibu menyatakan senang, tenang, dan bersyukur terhadap perawatan yang telah
diberikan. Tema ketiga ini didukung pernyataan ibu sebagai berikut.

“Ya anaknya sudah dalam keadaan bersih. Itu yang saya suka.”(P4).

“Iya saya bersyukur banget. Sama MbakMbaknya (perawat) juga dibilangi


gitu….”(P1).

“Tapi sekarang alhamdulilah sudah ada perubahannya”(P4).

“Tapi kalau sekarang sudah tidak berpikir macam-macam”(P1).

17
“Ya kalau sudah dikasih tahu perawatnya gitu, ya sudah agak tenang.”(P3).

Ibu menyatakan termotivasi dengan adanya perilaku caring perawat. Hal ini nampak
pada usaha ibu untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak terhadap kondisi dan
cara merawat bayinya. Tema keempat ini ditunjukkan oleh pernyataan ibu sebagai
berikut.

“Iya…. Nanti setidak-tidaknya bertanyalah, pokoknya berusaha”(P4).

“Iya, jadi semangat melihat perkembangan adiknya.” (P2).

Perawat melakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan memberikan susu,


membersihkan bayi saat buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB), serta
memfasilitasi ibu untuk dekat dengan bayinya. Tema kelima ini digambarkan dalam
pernyataan berikut.

“Ya, perawatnya semua yang melakukan, ngasih minum, ganti pampers, ganti baju.
Semua ya, sudah dipakaikan ke bayinya oleh perawatnya.”(P7).

Terdapat lima partisipan yang mengatakan perawat mengikutsertakan ibu dalam


perawatan bayinya. Perawat memberi kesempatan kepada ibu untuk melihat dan belajar
dalam memberikan perawatan terhadap bayinya. Tema keenam ini dapat digambarkan
dalam pernyataan ibu sebagai berikut.

“Pekerjaan gitu saya dilibatkan…ya seneng…sambil belajar…”(P1).

“…Ya ikut…ikut melihat gitu biar tahu, sambil belajar…”(P3).

“…ya kalau pas pasang bedong, memakaikan pampers gitu saya ikut melihat, boleh
ikut.”(P7).

Kepuasan pasien juga diungkapkan oleh ibu melalui pernyataan-pernyataan sebagai


berikut. Ibu menyatakan bahwa perawat telah melakukan penanganan dan perawatan
yang terampil. Pernyataan yang mendukung tema terakhir ini ada di bawah ini.

“Tapi kalau di sini langsung, cakcek (gesit, segera ditangani) gitu lho, pokoknya
cepat terus alat-alat juga komplit. Itu mudahnya ya di situ itu” (P1). “Kan sudah
dipercaya anaknya dirawat disini, percaya supaya anaknya cepat sembuh.”(P4).

18
“Ya obat-obatnya untuk bayi-bayi segitu, kan, ya bagus. Buktinya mereka yang
dirawat di sini, ya bisa sehat-sehat.”(P7).

D. Pembahasan
Teori caring Watson dalam salah satu faktor karatifnya menyatakan bahwa perawat
memiliki kemampuan untuk meningkatkan sistem pembelajaran interpersonal. Perawat
hendaknya melakukan proses pembelajaran yang menarik dan sungguh-sungguh
termasuk diantaranya adalah memberikan informasi pada pasien dan keluarganya,
memberikan pengertian tentang kesehatan, serta berbagi pengalaman dengan pasien dan
keluarga (Alligood, 2010). Pemberian informasi yang mudah dimengerti oleh keluarga
menunjukkan sensitivitas dan penghargaan terhadap orang tua serta dapat mengurangi
adanya kebingungan pada saat merencanakan asuhan keperawatan dan mengetahui
kondisi anaknya (Gillespie, et al., 2012).
Keluarga maupun tenaga kesehatan, yaitu perawat merupakan faktor yang dapat
memengaruhi proses belajar tersebut. Kemampuan perawat dalam memberikan
informasi kepada ibu serta karakteristik ibu yang berbeda mempunyai pengaruh yang
besar terhadap proses peningkatan pengetahuan terutama dalam menjalin bonding
attachment dan memberikan perawatan kepada bayi prematur. Partisipan
mengungkapkan bahwa perawat memberikan informasi tentang perkembangan bayinya,
cara perawatan, pemberian nutrisi, serta kedekatan orang tua dan bayi. Karakteristik
partisipan dengan tingkat pendidikan yang berbeda memengaruhi proses peningkatan
pengetahuan. Demikian pula dengan pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh
partisipan.
Penelitian yang seiring dengan penelitian ini adalah penelitian Wilkin dan Slevin
(2004) yang mengeksplorasi makna caring di ruang ICU (Intensive Care Unit). Hasil
penelitian mengidentifikasi adanya beberapa tema, yaitu perasaan perawat, pengetahuan
perawat, dan keterampilan perawat. Pengetahuan perawat meliputi kompetensi teknik,
pengalaman pengetahuan dan profesionalitas, memahami pasien, merawat orang lain
dengan tepat, prioritas perawatan, teknologi, dan situasi kritis. Selain itu, keterampilan
perawat meliputi interaksi perawat dan pasien, advokat, fisik, dorongan, dan hambatan
dalam perawatan.
Orang tua dengan bayi prematur tentunya lebih banyak membutuhkan hal-hal yang
harus dipelajari dan disiapkan dalam perawatan bayinya. Peran perawat adalah
memampukan orang tua terutama ibu. Hal ini sesuai dengan komponen caring yang

19
diungkapkan oleh Arnold dan Boggs (2003), yaitu empowerment (pemberdayaan).
Pemberdayaan bertujuan untuk mengurangi kegagalan ibu dalam merawat bayinya di
rumah setelah bayi dipulangkan. Teori caring Swanson (1995) dalam enabling human
being menyatakan bahwa perawat memfasilitasi kemampuan orang lain untuk
melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri maupun anggota keluarganya.
Berdasarkan konsep Becoming a mother, pada tahap pengenalan, proses belajar dan
keberadaan secara fisik, ibu mulai mengenal bayinya dan mulai belajar berbagai hal
tentang bayi dan perawatannya (Hushmilo, 2013). Hal ini dapat digambarkan dalam
hasil penelitian bahwa orang tua (ibu) berusaha untuk mengerti dan memahami kondisi
bayinya serta belajar untuk merawat bayi. Orang tua (ibu) mempunyai keinginan untuk
belajar agar dapat melakukan perawatan secara mandiri dan bayinya mencapai derajat
kesehatan yang lebih optimal. Perawat memfasilitasi kebutuhan orang tua tersebut
dengan memberi kesempatan pada ibu untuk belajar memahami bayinya dan melakukan
perawatan.
Hasil penelitian ini menggambarkan perawat telah melakukan perilaku caring dalam
meningkatkan kemampuan orang tua untuk bonding attachment maupun perawatan bayi
prematur yang diungkapkan partisipan dalam tema mampu melakukan perawatan
terhadap bayinya. Perawat mengajari orang tua (ibu) berbagai hal, seperti mengajari cara
menyusui yang benar, mengajari cara menjalin kedekatan dengan bayi, mengajari
perawatan metode kanguru, mengajari perawatan bayi, serta mengajari untuk
mengetahui adanya tanda-tanda kegawatan terhadap bayi sehingga orang tua merasa
mampu melakukan perawatan terhadap bayinya yang prematur.
Masa transisi, kondisi bayi yang prematur, dan lingkungan perawatan akan
meningkatkan kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan terhadap orang tua. Hal ini perlu
menjadi perhatian bagi seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap
pasien. Kondisi bayi prematur memotivasi perawat maupun orang tua untuk melakukan
perawatan yang optimal. Perawat mengajarkan orang tua cara merawat bayi prematur
yang meliputi aspek pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pemberian nutrisi dan menjaga
kebersihan. Selain itu, perawat juga memotivasi orang tua (ibu) untuk selalu menjalin
kedekatan dengan bayinya, sabar dan teliti dalam melakukan merawat bayi agar bayi
cepat sehat.
Pada dimensi caring Swanson tentang maintaining belief in, proses caring
memfasilitasi pasien atau orang tua untuk meningkatkan kepercayaan diri sesuai dengan
kemampuannya untuk mengetahui arti hidupnya, lebih optimis dan teguh pendirian

20
(Swanson, 1995). Caring yang dilakukan oleh perawat menjadikan ibu lebih termotivasi
untuk belajar dan melakukan perawatan terhadap bayinya yang prematur.
Perilaku caring yang paling pokok dalam pemberian asuhan keperawatan adalah
membantu memenuhi kebutuhan pasien dan sensitif pada diri sendiri dan orang lain
(Gillespie, et al., 2012). Hal ini juga diungkapkan oleh Watson dalam Aligood, 2010,
melalui sepuluh karatif caring yang salah satunya adalah kepuasan dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Perawat selalu membantu memenuhi kebutuhan dasar pasien.
baik secara fisik maupun psikologis untuk memberikan kenyamanan kepada pasien.
Pada penelitian ini, ibu menyatakan bahwa bayinya yang menjalani perawatan selalu
dalam keadaan bersih dan rapi saat diberikan kepada ibunya. Pada waktunya minum
susu, perawat juga memberikan susu kepada bayi, serta memberi kesempatan kepada ibu
untuk menyusui. Perawat juga memfasilitasi kedekatan ibu dengan bayinya. Hal ini
menunjukkan bahwa perawat memenuhi kebutuhan bayi, baik secara fisik maupun
psikologis dengan baik. Tindakan perawat tersebut menggambarkan perilaku caring
perawat dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar.
Keluarga merupakan bagian terpenting dalam perawatan pasien. Anggota keluarga
diharapkan ikut bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan pelayanan yang
kompleks (Lewis, Gundwarden, & Saadawi, 2005). Watson juga menjelaskan bahwa
melibatkan anggota keluarga dalam memotivasi pasien dan mengambil keputusan adalah
suatu hal yang penting dalam perawatan (Watson & Foster, 2003).
Keterlibatan ibu dalam perawatan juga akan meningkatkan kemampuan ibu dalam
belajar melakukan perawatan kepada bayi prematur. Hasil penelitian menyatakan bahwa
tidak semua perawat di ruang perawatan intensif melibatkan ibu dalam perawatan
bayinya. Ibu menyatakan bahwa perawat melakukan perawatan bayi sendiri dan hanya
melibatkan ibu saat pemberian nutrisi saja. Ibu lainnya menyatakan bahwa perawat
memfasilitasi keterlibatan ibu dalam perawatan. Hal ini berarti bahwa perawat belum
benarbenar melibatkan ibu dalam perawatan bayi prematur.
Kehadiran orang tua (ibu) di dekat bayinya memberikan efek yang positif terhadap
perkembangan bayi prematur yang dirawat di ruang NICU. Perawat selalu berusaha
meminta ibu untuk datang ke ruang perawatan pada setiap jam menyusui, meskipun bayi
yang sedang dirawat belum bisa disusui secara langsung dengan tujuan agar ibu dapat
lebih dekat dan menunggui bayinya. Kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin
melalui sentuhan, eksplorasi perasaan, berbicara, dan menggunakan kontak mata (White,
Duncan, & Baumle, 2011). Bonding akan semakin meningkat pada saat orang tua

21
melakukan sentuhan dan interaksi dengan bayinya (Bowden, Dickey, & Greenberg,
1998).Jadi ketika orang tua (ibu) merasa takut melakukan kontak fisik dan komunikasi
verbal dengan bayinya, kedekatan antara orang tua dan bayi juga akan mengalami
hambatan. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh terhadap perkembangan bayi di masa
yang akan datang karena bonding attachment tidak dapat terjalin dengan baik. Oleh
sebab itu, keterlibatan ibu dalam perawatan merupakan hal yang sangat penting dalam
menjalin bonding attachment.
Perawat NICU sebaiknya mendampingi orang tua saat bersama dengan bayinya,
memberi kesempatan untuk menyentuh, memegang, dan mendampingi bayinya lebih
dekat. Hal ini merupakan tindakan yang dapat membantu orang tua untuk menguatkan
ikatan emosional dengan bayinya (Merighi, Pinto de Jesus, Santin, & Oliveira, 2011).
Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa perawat memberi kesempatan kepada ibu
untuk menyentuh, memegang, berada di dekat bayi, mengajak berbicara bahkan
menyanyi untuk bayinya sebagai bentuk keterlibatan ibu dalam perawatan.
Kepuasan orang tua merupakan indikator penting dalam perawatan di NICU dalam
mencapai derajat kesembuhan dan kesehatan bayi (Hawes, 2009). Menurut Cunningham,
et al., (2005), harapan pasien terhadap perawatan meliputi adanya staff yang kompeten,
perawatan atau penanganan yang cepat, perawatan yang menyenangkan, perawatan yang
efektif, lama perawatan yang lebih cepat, dan kesembuhan pasien lebih cepat.
Berdasarkan studi kualitatif yang dilakukan oleh Harbaugh, Tomlinson, dan
Kirschbaum (2004), harapan orang tua terhadap perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah menunjukkan kualitas keterlibatan, pengawasan dan perlindungan.
Perilaku caring yang dilakukan perawat termasuk memberikan informasi pada orang tua
dan keluarga, menghargai keunikan dari anak, dan memberikan perawatan yang
kompeten.
Keberhasilan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dapat dilihat dari
kemampuan dan kompetensi perawat dalam memberikan asuhan. Kompetensi klinik
perawat merupakan penilaian tertinggi dari pendidikan, interpretasi, dan pengalaman
dari berbagai situasi klinik. Kompetensi klinik menjadi hal yang penting bagi orang tua
karena ada ketakutan dan kekhawatiran orangtua tentang perawat yang mungkin akan
menyakiti atau melukai anaknya (Gillespie, et al., 2012). Perawat yang tanggap dan
responsif dalam membantu orang tua serta cepat merespons terhadap pasien dan
keluarganya juga diungkapkan oleh ibu.

22
Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa secara umum para ibu merasa puas
terhadap perawatan yang diberikan di ruang NICU terutama dalam memfasilitasi
kedekatan orang tua dan bayinya. Menurut para ibu perawatan yang dilakukan di ruang
NICU sudah baik, meskipun ada juga ibu yang mengatakan bahwa ada perawat yang
memberikan asuhan tidak sesuai dengan harapan orang tua. Hal ini menunjukkan
kepuasan orang tua terhadap caring yang dilakukan perawat.

E. Kesimpulan
Pengalaman orang tua menerima perilaku caring perawat dalam memfasilitasi
bonding attachment bayi prematur tergambar dalam tujuh tema, yaitu proses
peningkatan pengetahuan, mampu melakukan perawatan terhadap bayinya, respons ibu
terhadap tindakan perawatan yang diberikan, termotivasi dalam melakukan perawatan
bayi prematur, terpenuhinya kebutuhan selama perawatan, keterlibatan dalam asuhan
keperawatan, dan kepuasan terhadap perawatan. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah
institusi perlu memfasilitasi perawat dalam menerapkan proses bonding attachment bayi
prematur dengan orang tua terutama ibu. Hasil penelitian dijadikan bahan masukan
dalam mempersiapkan lulusan untuk melatih sensitifitas kebutuhan orang tua terutama
bayi prematur dan dapat digunakan dalam mengembangkan riset keperawatan terutama
yang berkaitan dengan perilaku caring perawat dalam memfasilitasi bonding attachment
terhadap bayi premature (NN, INR, AM).

23
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah kita bahas, dapat disipulkan bahwa Jean Watson adalah
seorang teori keperawatan (theorist) yang menganut Human Caring. Akhirnya kerangka
ini untuk Merawat Sains dan praktek keperawatan yang mengusulkan, secara individu
dan kolektif, memberikan kontribusi untuk pelestarian kemanusiaan dan berusaha untuk
mempertahankan peduli dalam kasus di mana itu terancam.The Carative Faktor/Caritas
Proses berfungsi sebagai struktur dan agar teoritis-landasan filosofis untuk disiplin dan
profesi keperawatan. Cita-cita moral dan faktor peduli dan proses yang diusulkan asuh
evolusi dan pendalaman manusia dan berfungsi untuk mempertahankan kemanusiaan dan
keseimbangan dalam dirinya sendiri.

4.2 Saran
Harapannya makalah ini dapat membantu pembaca untuk mengetahui serta
memahami sejarah mengenai Jean Watson serta Teori Keperawatan yang telah ia
kemukakan. Makalah ini juga tidak lepas dari kesalahan, sehingga kritik dan saran dari
pembaca sangat kami perlukan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2010). Nursing theory: Utilization and application (4th Ed.). Philadelphia:
Mosby Elsevier.
Bowden, V.R., Dickey, S.B., & Greenberg, C.S. (1998). Children and their families: The
continuum of care. Philadelpia: W.B. Saunders Company.
Boxwell, G. (2007). Neonatal intensive care nursing. New York: Routledge. Cloherty, J.P.,
Eichenwald, E.C., & Stark, A.R. (2008). Manual of neonatal care (6th Ed.). Philadelphia:
Lippincotts Williams and Wilkins.
Cunningham, T.T., Carpenter, C.C., Charlip, R.B., Goodloe, J.L., Griffin, L.D., Maccione, N.
Zuckerman, A.M. (2005). Patient satisfaction: Understanding and managing the
experience of care. Second Edition. Chicago: Irwin Press.
Davis, L., Edwards, H., Mohay, H. & Wollin, J. (2003). “The course of depression in mothers
of premature infants in hospital and at home”. Australian Journal of Advance Nursing,
21 (2), 20–26.
Gillespie, L.D., Robertson, M.C., Gillespie, W.J., Sherrington, C., Gates, S., Clemson, L.M.,
& Lamb, S.E. (2012). Interventions for preventing falls in older people living in the
community. Cochrane Database Syst Rev., 12 (9), CD007146. doi: 10.1002/14651858.
CD007146.pub3.
Guillaume, S., Natacha, M., Amrani, E., Benier, B., Durrmeyer, X., Lescure, S., Ceymaex, L.
(2013). Parent’s expectations of staff in the early bonding process with their premature
babies in the intensive care setting: A qualitative multicenter study with 60 parents.
BMC Pediatrics, 13 (18), 1–9.
Harbaugh, B.L., Tomlinson, P.S., & Kirschbaum, M. (2004). Parents' perceptions of nurses'
caregiving behaviors in the pediatric intensive care unit. Issues Comprehensive Pediatric
Nursing, 27 (3), 163–178. doi: 10.1080/0146 0860490497985.
Juretschke, L.J. (2007). Do parents of premature infants perceive neonatal nurse practitioners
as Caring? (Unpublished doctoral dissertation). Loyola University Chicago. Proquest
database.

25
Lopez, G.L., Anderson, K.H., & Feutchinger, J. (2012). Transition of premature infants from
hospital to home life. Neonatal Network, 31 (4), 207–214.
Merighi, M.A.B., Pinto de Jesus, M.C., Santin, K.R., & Moura de Oliveira, D. (2011). Caring
for newborn in the presence of their parents: The experience of nurses in the neonatal
intensive care unit. Rev. Latino-Am Enfermagem, 19 (6), 1398–1404.
Potts, N.L., & Mandleco, B.L. (2012). Pediatric nursing: Caring for children and their
families (3rd Ed.). New York: Delmar Cengage Learning.
Swanson, K.M. (1995). Response to “The power of human caring: Early recognition of
patient problem”. Scholarly Inquiry for Nursing Practice: An International Journal, 9 (4),
319–321.
Watson, J., & Foster, R. (2003). “The attending nurse caring model: Integrating theory,
evidence and advanced caring–healing therapeutics for transforming professional
practice”. Journal of Clinical Nursing, 12, 360–365.
White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2011). Foundations of maternal and pediatric nursing
(3rd Ed.). New York: Delmar Cengage Learning.
Wilkin, K., & Slevin, E. (2004). The meaning of caring to nurses: An investigation into the
nature of caring work in an intensive care unit. Journal of Clinical Nursing, 13 (1), 50–
59. Doi: 10.1111/j.1365-2702.2004.00814.x.
Willinger, U., Diendorfer-Radner, G., Wilnauer, R., Jorgl, G., & Hager, V. (2005). Parenting
stress and parental bonding. Behavioral Medicine, 31 (2), 63–80.
https://media.neliti.com/media/publications/111278-ID-pengalaman-orang-tua-menerima-
perilaku-c.pdf
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Jean_Watson
https://ilper.wordpress.com/2012/04/19/keperawantan-jean-watson/
https://www.kompasiana.com/puput_zuliya/550ea488813311b82cbc64f9/teori-filosofi-
keperawatan-jean-watson?page=all

26

Anda mungkin juga menyukai