Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan Volume 11No 4 Desember 2019, Hal 303 - 310 p-ISSN2085-1049

Jurnal
LPPMKeperawatan Volume
Sekolah Tinggi 11 No 4 Desember
Ilmu Kesehatan Kendal 2019, Hal 303-310 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
e-ISSN Kendal
2549-8118

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR RISIKO BUNUH DIRI DENGAN


IDE BUNUH DIRI PADA REMAJA
Nur Aulia*, Yulastri, Heppi Sasmita
Poltekkes kemenkes Riau,
Program Studi Magister Keperawatan, Universitas Andalas, Limau Manis, Kec. Pauh, Kota Padang, Sumatera
Barat 25163
*auliasanusi26@gmail.com

INFORMASI ABSTRAK
ARTIKEL Bunuh diri merupakan upaya yang disadari dan bertujuan mengakhiri
Riwayat Artikel kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan
Diterima : 28 Oktober 2019 hasratnya untuk mati. Masa remaja merupakan masa yang rentan
Diterima dalam bentuk revisi : terhadap keinginan bunuh diri. Komisi Nasional Perlindungan anak di
12 Desember 2019 Indonesia didapatkan data bahwa kejadian bunuh diri termuda terjadi
Disetujui : pada usia 13 tahun. Berbagai faktor menjadi penyebab, diantaranya
26 Desember 2019 faktor psikologis, faktor keluarga, faktor lingkungan sosial, faktor
biologi, faktor riwayat bunuh diri dan faktor orientasi seksual. Tujuan
penelitian mengetahuibagaimanahubungan ide bunuhdiri dengan faktor
risiko bunuhdiri pada remaja. Analisis korelasi dengan pendekatan
crossectional dimana analisa data bivariat dengan chi square dan
analisis multivariat menggunakan analisis logistik. Sample sebanyak
365 sample diambil dengan cara proposional random sampling.Hasil
penelitian sebagian besar remaja memiliki ide bunuh diri yang tinggi
dan terdapat hubungan faktorpsikologis dan faktor biologis dengan ide
bunuh diri. Faktor psikologis merupakan faktor yang paling dominan
terhadap ide bunuh diri.

Kata kunci : ide bunuh diri, faktor risiko bunuh diri, remaja

ANALYSIS OF RISK FACTORS FOR SUICIDE RELATIONSHIP WITH THE IDEA OF


SUICIDE IN ADOLESCENTS

ABSTRACT
Suicide is a conscious effort and helps those who are trying, the people involved must be passionate
and what must be done. Adolescence is a period that is vulnerable to self-defense desires. The
National Commission for Child Protection in Indonesia obtained data that caused the youngest self to
occur at the age of 13 years. Various factors become causes, facts, psychological factors,
environmental factors, social factors, biological factors, self-competition factors, and sexy
conversation factors. The purpose of this research is to know the relationship between the idea of
suicide and the risk factors for adolescents. Analysis of consideration by discussing cross-sectional
analysis where bivariate data with chi square and multivariate analysis using logistic analysis. A
sample of 365 samples was taken by proportional random sampling. The results of the study of most
adolescents have a great idea about themselves and relate to psychological factors and biological
factors with the idea of expelling themselves. Psychological factors are the most dominant factors
towards the idea of suicide.

Keywords: idea suicide, suicide risk factors, adolescent

PENDAHULUAN 2015). Perubahan yang terjadi diantaranya


Remaja merupakan salah satu populasi terbesar adalah perubahan biologis, psikologis dan
didunia. Masa remaja merupakan masa sosial. Namun umumnya proses pematangan
peralihan menuju masa dewasa dari masa anak- kejiwaan terjadi lebih lambat dari proses
anak (Stuart, 2013). Masa remaja merupakan pematangan fisik (Indarjo, 2009), sehingga
fase antara usia 10 sampai 19 tahun (WHO, salah satu kerentanan yang terjadi pada masa
303
Jurnal KeperawatanVolume 11 No 4 Desember 2019, Hal 303-310 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

remaja adalah adanya keinginan bunuh diri


sebagai akibat berbagai perubahan yang terjadi Faktor biologi seperti keluhan somatik seperti
dalam diri (Cho, et. al, 2007). Perilaku bunuh sakit kepala juga menjadi faktor risiko bunuh
diri harus dihindari oleh remaja. diri (Stuart,2013). Penelitian Filippiset,al
(2008) di Italia menyebutkan kualitas
Bunuh diri merupakan upaya yang kehidupan dipengaruhi oleh adanya risiko
dilakukandengan sadar untuk mengakhiri bunuh diri. Faktor selanjutnya orientasi seksual
kehidupan secara sadar berupaya untuk mati dimana kelompok remaja gay,lesbian dan
(Muhith, 2015).Pendapat Farhangdoost (2010) biseksual melakukan percobaan bunuh diri
ekspresi praktis seseorang secara sadar dan (Stuart, 2013). Ide bunuh diri yang berlanjut
sengaja untuk mati. Data WHO (2015) lebih menjadi usaha bunuh diri dilakukan oleh
dari 800.000 orang/tahun melakukan bunuh lesbian,gay dan biseksual.
diri. Penyebab kematian kedua di Amerika
Serikat tahun 2013 adalah bunuh diri remaja Faktor lain yang tidak bisa diabaikan adalah
(CDC, 2016). Sementara di Korea prevalensi adanya riwayat usaha bunuh diri yang pernah
bunuh diri dari ide bunuh diri dan usaha bunuh dilakukan dimana periode risiko tinggi terjadi
diri meningkat dari penelitian sebelumnya pada dua tahun pertama setelah usaha bunuh
15,6% dan 3,2 % menjadi 24,8% dan 6,2%. diri(Videback, 2008). Di Rengat data dari
Rekam Medik RSUD Indrasari terdapat
Nasional Geograpi Indonesia (2015) peningkatan sebanyak 16 kasus (37,5%)
menyebutkan bahwa laporan kepolisian tahun menjadi 21 kasus (42,8%) tahun 2014 dan 2015
2012 dan 2013 sebanyak 981 dan 921 kasus kasus keracunan pestisida sebagai usaha bunuh
kematianakibat bunuh diri. Laporan pada diri yang dilakukan remaja usia 15 sampai 24
pertengahan tahun 2012 dari KomNas tahun. Laporan Kepolisian Resort Kabupaten
Perlindungan Anak menyebutkan kasus bunuh Indrgiri Hulu tahun 2012 san 2013 kasus bunuh
diri termuda terjadi pada usia 13 tahun. Faktor diri dengan gantung diri. Begitu juga tahun
risiko bunuh diri pada remaja diantaranya 2015 kasus bidan gantung diri dikamar praktik,
adalah : faktor psikologis, faktor keluarga, lansia dandua orang remaja (17 tahun) bunuh
faktor lingkungan, faktor biologis, perilaku diri dengan gantung diri. Data Puksesmas
bunuh diri sebelumnya dan orientasi seksual Sipayung Rengat juga tercatat tahun 2015
(Stuart, 2013). percobaan bunuh diri dilakukan remaja dengan
memanjat tower.
Hasil penelitian Ibrahim,etal (2014) Studi pendahuluan menggunakan Suicidal
adanyahubungan yang signifikan pada faktor Behaviors Questionaire-Reseived (Osman, et al,
psikologi yakni depresi,anxietas dan stress 2001) didapatkan 20% remaja memiliki fikiran
dengan ide bunuh diri di Malaysia. Di Amerika singkat dan berencana untuk bunuh diri namun
Serikat penelitian Collen,M et. al tidak melakukannya (7,5%), fikiran untuk
(2011)menyebutkan bahwa ide bunuh diri yang bunuh diri muncul satu kali (10%),dua
serius tiga kali lebih mungkin dilaporkan pada kali(7,5%) dan limakali atau lebih sering (5%).
emosionalitas yang terbatas. Perilaku bunuh diri Hasil wawancara bahwa ide bunuh diri muncul
merupakan perilaku yang diadaptasi keluarga ketika ada masalah dengan orang tua, maslah
dari berbagai stressor(Joiner, 2005; Lenz, 2009 keluarga,teman dan pacar, hutang disekolah,
dalam Fortinash & Worret, 2012). Di Taiwan brokenhome. Dari paparan diatas peneliti ingin
risiko bunuh diri remaja laki-laki secara menganalisis hubungan faktor risiko bunuh diri
bermakna berhubungan dengan riwayat pada remaja dengan ide bunuh diri pada remaja.
kematian ayah begitu sebaliknya (Cheng, et. al,
2013). Faktor lain yakni faktor lingkungan METODE
sosial. Metode penelitian deskriptive analytic
corelation dengan pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian Bertera (2007) menyebutkan Populasi pada penelitian ini adalah remaja SMP
ide bunuh diri lebih tinggi pada perubahan dan SMA di Rengat dengan jumlah 3748
sosial yang negatif seperti perhatian keluarga remaja dan jumlah sampel yang diperlukan
yang kurang, hilangnya dukungan sebanyak 365 remaja. Instrumen yang
keluarga,tidak ada keterbukaan dikeluarga dan digunakan adalah kuisioner data
teman. sosiodemografi, Scale of Suicidal Ideation,
304
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 4 Desember 2019, Hal 303-310 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Beck’s Hopelessness Scale, Depression, HASIL


Anxiety and Stress Scale (DASS 21), Variabel karakteristik responden terdiri dari dua
Multidimensional Scale of Perceived Social sub variabel yaitu usia dan jenis kelamin.
Support (MSPSS). Penelitian ini dianalisis Secara terinci, hasil dapat dilihat pada tabel 1.
secara univariat, bivariat dan multivariat.
Tabel 1.
Distribusi karakteristik responden (n= 365)
Karakteristik Responden Kategori f %
Usia a. Remaja Awal 289 79,2
b. Remaja Akhir 76 20,8
Jenis Kelamin a. Laki-Laki 147 40,3
b. Perempuan 218 59,7
Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik usia remaja awal dan sebagian besar remaja
remaja berdasarkan usia hampir seluruhnya adalah perempuan.

Tabel 2.
Distribusi frekuensi ide bunuh diri responden (n=365)
Variabel Kategori f %
Ide Bunuh Diri Tinggi 242 66,3
Rendah 123 33,7
.
Tabel 3.
Distribusi frekuensi faktor risiko bunuh diri responden (n=365)
Faktor Risiko Bunuh Diri Kategori f %
Faktor Psikologis Tinggi 189 51,8
Rendah 176 48,2
Faktor Keluarga Tinggi 34 9,3
Rendah 331 90,7
Faktor Lingkungan Sosial Tinggi 216 59,2
Rendah 149 40,8
Faktor Biologis (Somatik) Ada 134 36,7
Tidak Ada 231 63,3
Faktor Riwayat Bunuh Diri Ada 4 1,1
Tidak Ada 361 98,9
Faktor Orientasi Seksual Ada 2 0,5
(Disorientasi Seksual) Tidak Ada 363 99,5

Tabel 4.
Hubungan karakteristik dengan ide bunuh diri dengan ide bunuh diri responden(n=365)
Ide Bunuh Diri P value
Total OR
Kategori Tinggi Rendah
(95%CI)
f % f % f %
Usia
Remaja Awal 185 64,0 104 36,0 289 100 0,096 0,593
Remaja Akhir 57 75,0 19 25,0 76 100 (0,335-1,051)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 98 66,7 49 33,3 147 100 0,993 1,011
Perempuan 144 66,1 74 33,9 218 100 (0,645-1,582)
Tabel 4 dapat dianalisa bahwa sebagian besar perbedaan ini dapat disebabkan adanya
remaja dengan ide bunuh diri yang tinggi ketidakterbukaan remaja akan masalahnya.
berada pada usia remaja tengah dengan nilai p Pada penelitian ini sebagian besar responden
value = 0,096 maka dapat disimpulkan bahwa berusia remaja awal, dimana pada tahap
tidak terdapat hubungan antara usia remaja perkembangan remaja awal, seorang remaja
dengan ide bunuh diri. Menurut asumsi peneliti berusaha memperoleh kebebasan dari kendali

305
Jurnal KeperawatanVolume 11 No 4 Desember 2019, Hal 303-310 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

orang tua, kurang mempercayai orang tua perilaku mencederai diri secara tidak langsung
dalam menceritakan rahasianya begitu juga dan perilaku antisosial lainnya sementara
dengan adanya ide bunuh diri. Sementara untuk perempuan cenderung menginternalisasi
remaja laki-laki cenderung untuk masalah dan menjadi depresi yang berujung
mengekspresikan masalah emosional dalam pada ide bunuh diri.
bentuk agresivitas yang merupakan bentuk dari
Tabel 5.
Hubungan faktor psikologis dengan ide bunuh diri dengan ide bunuh diri pada remaja (n=365)
Ide Bunuh Diri P value
Total OR
Faktor Risiko Tinggi Rendah
(95%CI)
f % f % f %
Faktor Psikologis
Tinggi 140 74,1 49 25,9 189 100 0,002 2,073
Rendah 102 58,0 74 42,0 176 100 (1,332-3,225)
Sebagian besar faktor psikologis tinggi diperooleh nilai odds ratio (OR) sebesar 2,073
memiliki ide bunuh diri yang tinggi dengan p yang artinya adalah remaja dengan faktor
value = 0,002 maka dapat disimpulkan bahwa psikologis yang tinggi berpeluang 2,073 kali
terdapat hubungan antara faktor psikologis memiliki ide bunuh diri dari pada remaja
dengan ide bunuh diri. Hasil analisis juga dengan faktor psikologis rendah.

Tabel 6
Hubungan faktor keluarga dengan ide bunuh diri dengan ide bunuh diri pada remaja (n=365)
Ide Bunuh Diri P value
Total OR
Faktor Risiko Tinggi Rendah
(95%CI)
f % f % f %
Faktor Keluarga
Tinggi 25 73,5 9 26,5 34 100 0,456 1,459
Rendah 217 65,5 114 34,4 331 100 (0,659-3,231)
Tabel 6 dapat dianalisa bahwa sebagian besar = 0,456 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
remaja dengan ide bunuh diri yang tinggi dari terdapat hubungan antara faktor keluarga
remaja yang memiliki nilai faktor keluarga yang dengan ide bunuh diri.
tinggi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value

Tabel 7.
Hubungan faktor lingkungan sosial dengan ide bunuh diri dengan ide bunuh diri pada remaja (n=365)
Ide Bunuh Diri P value
Total OR
Faktor Risiko Tinggi Rendah
(95%CI)
f % f % f %
Faktor Lingkungan Sosial
Tinggi 150 69,4 66 30,6 216 100 0,152 1,408
Rendah 92 61,7 57 38,3 149 100 (0,908-2,185)
Tabel 7 dapat dianalisa bahwa sebagian besar responden dengan faktor lingkungan sosial tinggi
memilki ide bunuh diri tinggi dan sebagian besat responden dengan ide bunuh diri yang rendah juga
memiliki ide bunuh diri yang tinggi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,152 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan faktor lingkungan sosial dengan ide bunuh diri.

Tabel 8.
Hubungan faktor biologis dengan ide bunuh diri dengan ide bunuh diri pada remaja (n=365)
Ide Bunuh Diri P
Total OR
Faktor Risiko Tinggi Rendah valu
(95%CI)
f % F % f % e
Faktor Biologis
Ada Keluhan 100 74,6 34 25,4 134 100 0,014 1,843
Tidak Ada Keluhan 142 61,5 86 38,5 231 100 (1,151-2,952)

306
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 4 Desember 2019, Hal 303-310 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 8 dapat dianalisa bahwa sebagian besar dengan p value = 0,014 maka dapat
responden yang ada keluhan somatik memiliki disimpulkan bahwa terdapat hubungan faktor
ide bunuh diri yang tinggi dan sebagian besar biologi dengan ide bunuh diri. Hasil analisis
responden yang tidak ada keluhan somatik juga diperoleh nilai odds ratio (OR) sebesar
memiliki ide bunuh diri yang tinggi juga tinggi. 1,843.

Tabel 9
Hubungan faktor riwayat bunuh diri dengan ide bunuh diri dengan ide bunuh diri pada remaja
(n=365)
Ide Bunuh Diri P
Total value OR
Faktor Risiko Tinggi Rendah (95%CI)
f % f % f %
Faktor Riwayat Bunuh Diri
Pernah 3 75,0 1 25,0 4 100 1,570
Tidak Pernah 237 65,7 124 34,3 352 100 0,688 (0,162-15,247)
Tabel 9 nilai p value = 0,688 maka dapat antara faktor riwayat bunuh diri dengan ide
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bunuh diri.

Tabel 10
Hubungan faktor orientasi seksual dengan ide bunuh diri dengan ide bunuh diri pada remaja (n=365)
Ide Bunuh Diri P
Total OR
Faktor Risiko Tinggi Rendah value
(95%CI)
f % f % f %
Orientasi Seksual
Disorientasi Seksual 1 50 1 50 2 100 0,519
Tidak Ada Disorientasi Seksual 239 65,8 124 34,2 354 100 0,647 (0,032-8,365)
Table 10 didapatkan nilai p value = 0,647 maka hubungan antara faktor orientasi seksual dengan
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat ide bunuh diri.

Tabel 11.
Hasil analisa model awal multivariat regresi logistik (n=365)
Variabel B P OR 95%CI
Usia -0,431 0,149 0,650 0,362-1,167
Jenis Kelamin 0,060 0,799 1,062 0,669-1,684
Faktor Psikologis 0,534 0,024 1,706 1,073-2,712
Faktor Keluarga 0,339 0,413 1,403 0,624-3,155
Faktor Lingkungan 0,300 0,191 1,350 0,861-2,116
Faktor Biologi 0,427 0,096 1,532 0,927-2,533
Faktor Riwayat Bunuh Diri -0,142 0,905 0,868 0,084-8,939
Faktor Orientasi Seksual -0,652 0,650 0,521 0,031-8,691
Hasil analisatabel 11 menunjukkan hanya (2012) di Amerika didapatkan sebagian besar
terdapat1 variabel yang memiliki p < 0,05 dan 7 responden berada pada usia remaja awal.
variabel yang memiliki nilai p > 0,05. Sehingga
pemodelan tahap ketiga tidak dilanjutkan. Hasil analisis univariat memperlihatkan bahwa
Sehingga pada penelitian ini faktor psikologis responden dengan proporsi jenis kelamin
merupakan faktor yang paling dominan pada terbanyak yaitu perempuan. Hasil penelitian
ide bunuh diri remaja. Farhangdoost, Y (2010) di Tehran juga didapat
mayoritas responden adalah perempuan. Hasil
PEMBAHASAN penelitian Chung & Joung (2012) di Amerika,
Hasil penelitian Chung & Joung (2012) di dari seluruh responden penelitian setengahnya
Amerika dan di Korea menunjukkan dari berjenis kelamin perempuan. Begitu juga
seluruh responden sebagian besar berada pada halnya dengan hasil penelitian Sertiasih, et al
usia remaja awal. Hasil penelitian Pisani et,al (2013) di Yogyakarta setengah dari responden

307
Jurnal KeperawatanVolume 11 No 4 Desember 2019, Hal 303-310 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya hasil penuh stres merupakan peristiwa yang sangat
penelitian Cho & Hazlam (2010) dalam terkait dengan gejala depresi, yang kemudian
penelitiannya perempuan merupakan responden meningkatkan risiko bunuh diri (Zhang et al,
terbanyak. Berdasarkan beberapa penelitian 2011, You et al, 2014). Stres berkelanjutan
tersebut jenis kelamin responden pada mengakibatkan kecemasan dan depresi.
penelitian ini memiliki kesamaan dengan
responden pada penelitian lain yaitu dengan Kondisi depresi yang dialami juga dapat
jenis kelamin terbanyak adalah perempuan. menimbulkan rasa ketidakberdayaan. Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas Page, dkk. (2006) didapatkan bahwa kesepian,
responden memiliki ide bunuh diri yang depresi, maupun ketidakberdayaan merupakan
berisiko terhadap perilaku bunuh diri. variabel kognitif yang menjadi faktor resiko
bunuh diri pada remaja. Pada masa remaja
Hasil penelitian Chung & Joung (2012) di hubungan orang tua dan anak berubah dari
Amerika dan Korea, Mallo & Ronda (2009) di perlindungan-ketergantungan ke hubungan
Makasar penelitian yang dilakukan pada remaja saling menyayangi dan persamaan hak, namun
di dapatkan sebagian kecil responden memiliki sering terjadi kekacauan dan kebingungan
ide bunuh diri. Penelitian Ibrahim, et al (2010) selama proses pencapaian kemandirian selama
di Malaysia didapatkan hampir setengah proses pencapaian kemandirian karena
responden memiliki ide bunuh diri yang antaraanak danorang tua sama-sama
berisiko terhadap perilaku bunuh diri. menunjukkan peran baru dan menjalaninya
sampai selesai pada saat bersamaan
Hasil penelitian tidak jauh berbeda dengan kerenggangan sering terjadi dalam pencapaian
penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa penyelesaian. Sering terjadi tentangan terhadap
terdapat responden yang ada ide bunuh diri. Ide kendali orang tua dan konflik hadir hampir
Bunuh diri mengacu pada pengalaman bahwa dalam semua situasi dan masalah (Wong,
hidup adalah kehidupan yang tidak berharga, 2006). Oleh karena itu meskipun tidak terjadi
mulai dari fikiran sekilas hingga benar-benar disfungsi keluarga namun konflik remaja dan
ingin bunuh diri, pikiran tentang rencana untuk keluarga dapat timbul dalam setiap kondisi dan
membunuh diri sendiri, atau suka merusak diri. masalah sehingga menimbulkan ide bunuh diri.
Pikiran ini merupakan hal yang tidak biasa di
kalangan anak muda. Penelitian Cho & Hazlam (2010) juga
didapatkan ada hubungan yang signifikan
Diperkirakan bahwa hampir setengah dari antara dukungan orang tua, teman dan orang
remaja berpikir tentang bunuh diri di beberapa terdekat dengan ide bunuh diri. Perbedaan pada
waktu dalam kehidupannya dan sebagian kecil penelitian ini didapatkan bahwa ide bunuh diri
remaja melaporkan telah memiliki pengalaman yang tinggi lebih banyak terjadi pada remaja
pada tahun sebelumnya (Nock, M., Borges, G., yang memiliki faktor lingkungan yang baik,
Bromet, E. et al. 2008; dalam Scanlan, begitu juga pada remaja yang memilki faktor
F,.Purcell, R., 2009). Hal ini mejelaskan bahwa lingkungan sosial yang buruk juga didapatkan
meskipun hanya sedikit keinginan bunuh diri ide bunuh diri yang tinggi.
yang diungkapkan dari remaja tetap perlu
diperhatikan karena ide bunuh diri biasa bersifat Menurut asumsi peneliti perbedaan penelitian
samar atau tidak jelas, sehingga remaja perlu ini dapat terjadi karena pada masa remaja,
dijelaskan bahwa perilaku bunuh diri mulai dari seorang remaja mulai mengembangkan identitas
adanya ide bunuh diri hingga percobaan bunuh diri, selama masa perkembangan remaja awal
diri bukanlah sesuatu yang perlu dirahasiakan tekanan untuk memiliki kelompok semakin
dan orang tua seharusnya mengetahui ide bunuh kuat. Remaja beranggapan bahwa dengan
diri pada remaja. memiliki kelompok merupakan hal penting
sehingga remaja membutuhkan memiliki
Penelitian yang dilakukan oleh Khan (2011), seseorang yang dekat dan teman-teman.
Low et al (2012) didapatkan hasil depresi
memiliki hubungan dengan ide bunuh diri. Sejalan dengan hasil penelitian Pompili, et al
Masalah yang tidak terselesaikan akan (2012) Usaha bunuh diri lebih sering pada klie
menimbulkan stres. Sejumlah penelitian yang mengalami migrain dibandingkan pada
melaporkan bahwa stres dan kehidupan yang populasi umum. Terdapat banyak dari perilaku
308
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 4 Desember 2019, Hal 303-310 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

bunuh diri tanpa memiliki diagnosa psykiatrik psikologis dan faktor biologi memiliki
tapi dalam emosional yang besar dan hanya hubungan yang signifikan terhadap ide bunuh
ingin mengakhiri rasa sakit, demikian pula diri remaja. Sementara untuk faktor
seseorang yang menderita sakit fisik (Patel, keluarga,faktor lingkungan, faktor riwayat
2012). bunuh diri, faktor sorientasi seksual tidak
terdapat hubungan yang signifikan dengan ide
Hal ini memperjelas bahwa keinginan bunuh bunuh diri remaja. Faktor dominan yang
diri tidak hanya disebabkan oleh adanya memiliki hubungan erat dengan ide bunuh diri
gangguan psikologis tapi juga karena adanya adalah faktor psikologis.
gangguan fisik. Hasil ini berbeda dengan hasil
penelitian De Leo,et al (2007) dimana DAFTAR PUSTAKA
seseorang yang memiliki perilaku bunuh diri Bertera, M. E, (2007). The Role of Positive and
secara signifikan meningkatkan risiko tindakan Negative Social Exchanges Between
serupa. Perbedaan pada hasil penelitian ini Adolescents, their Peers and Family as
biasa saja terjadi karena remaja memiliki emosi Predictors of Suicide Ideation. Child
yang kuat karena perubahan neurologis Adolesc Soc Work J 24:523–538 DOI
terutama bagian prefrontal cortex, sistem limbik 10.1007/s10560-007-0104-y
dan juga myelinization yang meningkatkan
efisiensi transmisi saraf dan menguatkan Cheng, C. C. J., Yen, W. J., Chang,W.T., Wu,
hubungan antara dua bagian otak belum selesai K. K. C., Ko3, M.C., Li, C.Y. (2014).
secara maksimal. Risk of adolescent offspring’s completed
suicide increases with prior history of
Hal ini dapat membantu menjelaskan bahwa their same-sex parents’ death by suicide.
pada masa remaja seringkali tidak mampu Psychological Medicine 44, 1845–1854.
mengambil keputusan secara rasional dan lebih Cambridge University Press 2013
berprilaku impulsif (Kaplan, 2010). Perilaku doi:10.1017/S0033291713002298
impulsif berkaitan erat dengan peningkatan
risiko bunuh diri (Stuart, 2013). Berbeda Chung, S, S & Joung H,K. (2012). Risk Factors
dengan hasil penelitian Zhao, et al (2010) di Related to Suicidal Ideation and
Kanada didapatkan ide bunuh diri secara Attempted Suicide: Comparative Study
signifikan lebih tinggi pada kelompok of Korean and American Youth. The
disorientasi (gay, lesbi dan biseksual). Begitu Journal of School Nursing
juga dengan hasil penelitian Russel & Jorney
(2001) hubungan yang kuat antara orientasi Cho, Y., Haslam, N. (2010). Suicidal Ideation
seksual remaja dengan ide untuk bunuh diri. and Distress Among Immigrant
Adolescents: The Role of Acculturation,
Pengaruh yang kuat dari orientasi seksual pada Life Stress, and Social Support. J Youth
pikiran untuk bunuh diri dimediasi oleh faktor- Adolescence 39:370–379 DOI
faktor risiko bunuh diri yang kritis, termasuk 10.1007/s10964-009-9415-y
depresi, putus asa, penyalahgunaan alkohol,
rekan atau anggota keluarga yang baru De Leo, D., Cerin, E., Spathonis, K., & Burgis,
melakukanpercobaan bunuh diri, dan S. (2005). Lifetime
pengalaman dari korban. Menurut asumsi risk of suicide ideation and attempts in an
peneliti hal ini juga menjadi penyebab Australian community: Prevalence,
perbedaan hasil penelian ini dengan penelitian suicidal process, and help-seeking
yang lain dimana pada penelitian ini hampir behaviour.
sebagian besar responden mengalami masalah Journal of Affective Disorder, 86(2–3),
psikologis diantaranya depresi, kecemasan, 215–224.
stres dan ketidakberdayaan., Sehingga ide
bunuh diri yang kuat dapat terjadi pada Farhangdoost, Y. (2010). Determining Risk
orientasi seksual heteroseksual maupun Factors and Demographic
disorientasi seksual. Patterns of Suicide in Tehran. Polish
Psychological Bulletin, vol 41 (2), 52-57
SIMPULAN DOI - 10.2478/v10059-010-0007-1
Faktor risiko bunuh diri pada remaja faktor
309
Jurnal KeperawatanVolume 11 No 4 Desember 2019, Hal 303-310 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Filippis, D.S, Erbuto,D. Gentili, F, Innamorati, Patel, S.C & Jakopac, K. A. (2012). Manual of
M, Lester, D, Tatarelli, R, Martelletti P, Psychiatric Nursing Skills. USA: Jones &
Pompili, M. (2008). Mental turmoil, Barlet Learning
suicide risk, illness perception, and
temperament, and their impact on quality Pisani, A.R.,Cone K.S., Gunzler, D., Petrova,
of life in chronic daily headache. J M., •Goldston, D. B., Tu, X., Wyman,P.
Headache Pain 9:349–357 DOI A.(2012). Associations Between Suicidal
10.1007/s10194-008-0072-4 High School Students’ Help-Seeking and
Their Attitudes and Perceptions of Social
Ibrahim, N, Amit, N, Suen,W.Y.M (2014). Environment. J Youth Adolescence
Psychological Factors as Predictors of 41:1312–1324 DOI 10.1007/s10964-012-
Suicidal Ideation among Adolescents in 9766-7
Malaysia. PLoS ONE 9(10): e110670.
doi:10.1371/journal.pone.0110670 Pompili, M, Cosimo, D,C , Innamorati, M,
Lester, Tatarelli, R, Martellett. (2009).
Indarjo, S. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja. Psychiatric comorbidity in patients with
Jurnal Kesehatan Masyarakat chronic daily headache and migraine: a
http://journal.unnes.ac.id/index.php/kema selective overview including personality
traits and suicide risk. P J Headache
Kaplan, I. H., Sadock, B. J., Grebb, J. A. Pain 10:283–290 DOI 10.1007/s10194-
(2010). Sinopsis Psikiatri Ilmu 009-0134-2
Pengetahuan Perilaku Pskiatri Klinis.
Tangerang: Binarupa Aksara Stuart, W. G. (2013). Prinsip dan Praktik
Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart Vol
Low, N.L.P, Dugas,E,. O’Loughlin, E. 1&2. Singapore : Elsevier
Roudriges, D., Contreras,G., Calton, M.
(2012). Common Stressfull Live Events Wong, D.L (2006) Buku Ajar Keperawatan
and Difficulity are Associated with Anak. Jakarta : EGC
Mental Health Symptoms and Subtance
Uce in Young Adolescent. BMC WHO. (2015). Mental Health. Quality of
Psyciatric suicide mortality data Website :
http://www.who.int/mental_health/pr
Meyer, H. I., Dietrich, J, Schwartz,S. (2008). evention/suicide/wspd/en/
Lifetime Prevalence of Mental Disorders
and Suicide Attempts in Diverse Lesbian, Zhang XY, Wang HP, Xia Y, Liu XH, Jung EJ
Gay, and Bisexual Population. American (2011) Stress, coping and suicide
Journal of Public Health , Vol 98, No. 6 ideation in Chinese college students. J
Adolesc 35: 1–8
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan
Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Zhang W-C, Jia C-X, Zhang J-Y, Wang L-L,
Penerbit Andi Liu X-C (2015) Negative Life Events and
Attempted Suicide in Rural China. PLoS
Nasional Geographic Indonesia. (2015).Bunuh ONE 10(1): e0116634.
diri diusia produktif. Website: doi:10.1371/journal.pone.0116634
http://nationalgeographic.co.id/berita/201
5/09/bunuh-diri-di-usia-produktif Zhao Y, Montoro R, Igartua K, Thombs BD.
(2010). Suicidal ideation and attempt
Page, R. M., Yanagishita, J., Suwanteerangkul, among adolescents reporting “unsure”
J., Zarco, E. P., Mei-Lee, C., & Miao, N. sexual identity or heterosexual identity
F. (2006). Hopelessness and loneliness plus samegender attraction or behavior:
among suicide attempters in school-based forgotten groups? J AmAcad Child
samples of Taiwanese, Philippine and Adolesc Psychiatry
Thai adolescents. School Psychology
International, 27(5), 583-598

310

Anda mungkin juga menyukai