Anda di halaman 1dari 5

Leonardo Nazario Fadra

16234019
Perpustakaan dan Ilmu Informasi

Pahami konsep kearifan lokal melalui instruksi di bawah ini.


1. Buat simpulan Saudara mengenai, apakah yang dimaksud dengan kearifan lokal?
2. Jelaskan secara rinci dengan contoh, setiap tipe kearifan lokal (6 tipe) yang
diimplementasikan oleh masyarakat Minangkabau!
3. Jelaskan secara rinci dengan contoh, setiap bentuk kearifan lokal (6 bentuk) yang
diimplementasikan oleh masyarakat Minangkabau!
4. Jelaskan 3 (tiga) fungsi kearifan lokal beserta contoh!
5. Jelaskan 5 (lima) ciri-ciri kearifan lokal beserta contoh!

Jawab :

1. Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu dan permainan rakyat.
Kearifan lokal meruapakan suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal
tertentu melalui pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman
terhadap budaya serta keadaan alam suatu tempat.

2. Kearifan Lokal Minangkabau Bercocok Tanaman

Bercocok tanam dan beternak adalah kebudaya yang mengental bagi


masyarakat Minangkabau umumnya. Masyarakat tersebut berpikir untuk bisa
melanjutkan kehidupan yang dicerminkan orang Minang dengan adanya rangkiang di
halaman rumah gadang. Rangkiang tempat menyimpan padi. Itu adalah cerminan dari
ketahanan pangan masyarakat Minang.
Bertani dan beternak merupakan bagian kehidupan orang Minang yaitu dengan
tujuan tabungan kesejahteraan bagi mereka untuk melangsungkan hidupnya. Prinsip
kemakmuran orang Minang adalah ketika padi menjadi, ketika taranak berkembang,
ketika jagung berbunga—bak pepatah. “ bumi sanang padi manjadi, padi masak
jaguang maupia, anak buah sanang santosa, bapak kayo mande batuah, mamak
disambah urang pulo”. Itulah tujuan hidup orang Minang, yakni bumi sanang padi
manjadi taranak bakambang biak. Hidup yang penuh berkah, yang sesuai dengan ajaran
Islam yaitu "baldatun taiyibatun wa robbun gafuur". Dan tentu hal itu adalah cermin
dari kesepakatan masyarakat Minangkabau dalam sandaran sikap “adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah”.
Asas pemanfaatan bagi orang Minang sangat tinggi. Dalam kehidupan sosial
dan budaya, orang Minang tak mengenal dengan sampah masyarakat. Mengapa?.
karena bagi orang Minang itu sendiri, tak ada orang yang tak berguna di dunia ini..
Orang Minang juga senantiasa memerpercayai dan memberikan sebuah pekerjaan
kepada orang yang tepat seperti yang disampaikan oleh pepatah kita : “Nan Buto
pahambuih lasuang, nan pakak palapeh badie, Nan lumpuah pahuni rumah, nan kuek
paangkuik baban, nan jangkuang jadi panjuluak, nan randah panyaruduak, nan pandai
tampek batanyo, nan cadiak bakeh baiyo, nan kayo tampek batenggang.

3. Sistem Matrilineal
Minangkabau adalah ranah yang kaya akan petatah petitih yang di
persembahkan melalui tambo. Salah satu yang menjadi pedoman bagi orang
Minang adalah “Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah”. Hal tersebut berarti
segala aktivitas masyarakat Minang dalam kehidupan sehari-hari haruslah sesuai
dengan aturan adat yang berlaku dan seiring sejalan dengan akidah Agama Islam. Adat
merupakan aturan atau norma dalam pergaulan antar masyarakat sehari-hari, begitu
juga dengan Kitabullah yang berarti Alqur’an dan menjadi pedoman hidup bagi umat
Islam dalam menjalankan kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi untuk
mencapai tujuan yang hakiki yaitu hasanah di dunia dan jannah di akhirat. Sehingga,
dengan adanya pepatah tersebut sudah jelas bahwa orang Minang asli menganut agama
Islam. Berikutnya adalah ungkapan “Alam takambang jadi Guru”, maksudnya adalah
orang Minang itu harus belajar dari alam, kerasnya hidup dan bertahan dalam
menghadapi cobaan, orang Minang harus bisa memanfaatkan apa saja yang ada di alam
untuk kelangsungan hidupnya, karena alam merupakan rahmat atau anugerah yang
diberikan oleh Allah SWT untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi manusia
yang mau berusaha dan berikhtiar kepadaNya.
Selain itu, Minangkabau juga merupakan daerah asal dari beberapa tokoh
nasional yang sangat berpengaruh dalam upaya merebut kemerdekaan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dulu, diantaranya adalah Mohammad Hatta,
Muh. Yamin, dan Sutan Syahrir. Mereka adalah tokoh yang patut dijadikan teladan dan
sumber motivasi untuk tetap memperjuangkan dan mempertahankan persatuan dan
kesatuan bangsa bagi seluruh masyarakat di Indonesia pada umumnya dan orang
Minang khususnya. Minangkabau yang terdiri dari berbagai macam suku yang pada
awalnya bersumber dari dua suku tertua yaitu Koto Piliang dan Bodi Chaniago yang
merupakan warisan dari Datuak Katumanggungan dan Datuak Parpatiah Nan Sabatang
dan kemudian kedua suku tersebut mekar seiring dengan bertambah luasnya daerah
Minangkabau dan penduduknya.
Anggota suatu suku terdiri atas sebuah keluarga dan keturunannya. Setiap suku
harus ada pemimpinnya supaya anggota suku tersebut tidak terpecah belah dan bisa
diarahkan kepada hal yang baik. Pemimpin dari suatu suku disebut dengan Penghulu
yang memiliki gelar. Gelar tersebut diberikan secara turun temurun dari generasi
pertama hingga generasi selanjutnya. Pewarisan suku kepada anak adalah berdasarkan
suku ibunya. Maka, berdasarkan aturan tersebut, Minangkabau menjadi salah satu dari
segelintir negara didunia yang menganut sistem matrilineal. Dan sampai saat ini sistem
matrilineal hidup berdampingan dengan hukum islam di Minangkabau. Di
Minangkabau, posisi yang tertinggi itu tidak hanya diperankan oleh laki-laki sebagai
Penghulu, akan tetapi seorang wanita juga memiliki kedudukan yang tinggi
dalam kekerabatannya dengan menjadi Bundo Kanduang. Wanita merupakan
pemimpin dan pihak yang memiliki kekuasaan tertinggi terhadap harta pusaka,
sedangkan yang laki laki hanya diperbolehkan ikut mengolah dan mengatur
pemanfaatan harta pusaka untuk kamanakan (keponakan) dan dunsanaknyo (kerabat
atau saudaranya) supaya tidak terjadi selisih paham karena harta pusaka. Maka dari itu,
pemilik rumah gadang di Minangkabau adalah wanita sedangkan laki-laki hanya
menumpang dirumah istrinya.

Bundo Kanduang

Penghulu
Sebagai seorang Bundo Kanduang, wanita di Minangkabau dituntut untuk
menjadi seorang yang taat beragama, cerdas, berbudi pekerti yang baik, bijaksana,
dan sifat-sifat terpuji lainnya. Seorang wanita di Minangkabau harus mengerti dengan
ungkapan berikut “tahu di mudharat jo manfaat, mangana labo jo rugi, mangatahui
sumbang jo salah, tahu di unak kamanyangkuik, tahu di rantiang ka mancucuak, ingek
di dahan ka mahimpok, tahu di angin nan basiruik, arih di ombak nan basabuang, tahu
di alamat kato sampai”. Ungkapan tersebut merupakan seruan bagi kaum wanita di
Minangkabau supaya selalu ingat bahwa dia adalah seorang pemimpin (pemilik suku)
yang harus menjadi teladan yang penuh dengan kearifan serta menjaga nama baik
keluarga ataupun sukunya. Seorang wanita hendaklah hati-hati dalam bertutur kata
supaya tidak ada orang yang tersinggung dan dalam berjalan haruslah memperhatikan
langkahnya agar sesuatu yang dilakukan tiak mendatangkan mudarat nantinya, sesuai
dengan ungkapan “bakato sapatah di pikiri, bajalan salangkah maliek suruik, muluik
tadorong ameh timbangannyo, kaki tataruang inai padahannyo, urang pandorong
gadang kanai, urang pandareh hilang aka”. Selain itu, kaum wanita juga harus selalu
taat beribadah kepada Allah SWT, menjalankan perintahNya dan menjauhi
laranganNya, rendah hati, dan sopan santun. Kaum wanita harus bisa menjadi panutan
bagi anak cucunya, harus hidup hemat sebagai pemilik harta kekayaan, tidak boleh
berfoya-foya karena harta terebut yang nantinya akan dimanfaatkan untuk
kelangsungan hidup anak cucunya kelak. Sehingga, setiap suku di Minangkabau dapat
dipastikan memiliki harta benda pusaka masing-masing.

4. Fungsi Kearifan Lokal


• Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam
• Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan
• dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate.
• Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya
pada upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji.
• Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
• Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.
• Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
• Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian
roh leluhur.
• Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron
client.

5. Selain bentuk, kearifan lokal juga memiliki ciri-ciri. Adapun ciri-ciri kearifan
lokal sebagai berikut:
Sanggup bertahan terhadap budaya luar. Mempunyai kemampuan
mengakomodasi unsur-unsur budaya luar. Memiliki kemampuan mengintegrasikan
unsur budaya luar ke dalam budaya asli. Memiliki kemapuan mengendalikan.
Sanggup memberi petunjuk pada perkembangan budaya.
Contoh kearifan lokal di Indonesia Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai
macam suku dan budaya sehingga Indonesia memiliki jumlah kearifan lokal yang
cukup banyak. Hal tersebut bisa menjadi kekuatan sekaligus tantangan dalam upaya
mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Kearifan lokal bisa menjadi kekuatan apabila
pengetahuan dan praktiknya dilaksanakan secara selaras dengan usaha pembangunan
masyarakat. Salah satu contoh kearifan lokal yang bisa digunakan untuk
pembangunan masyarakat adalah hukum sasi yang ada di Maluku.

Anda mungkin juga menyukai