Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Medik Veteriner Oktober 2020, Vol.3 No.

2, 208-215
DOI: 10.20473/jmv.vol3.iss2.2020.208-215 online pada https://e-journal.unair.ac.id/JMV

Uji Potensi Ekstrak Daun Biduri (Calotropis gigantea) sebagai


Akarisida terhadap Infestasi Gurem (Ornithonyssus bursa) pada
Ayam Buras
Test Potency of Biduri Leaf Extract (Calotropis gigantea) as Acariside to Infestation of
Tropical Fowl Mite (Ornithonyssus bursa) on Kampong Chicken

Virgilius Martin Kelake Kedang1*, Rama Adi Rianto1, Idho Anugrah Al Kholik1, Upik
Kesumawati Hadi2
1
Program Sarjana Kedokteran Hewan, 2Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Jl. Agathis Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680
*Corresponding author: kedangvmk@gmail.com

Abstrak

Infestasi ektoparasit merupakan salah satu masalah serius di bidang peternakan. Infestasi ektoparasit
terbukti dapat menurunkan produktivitas ternak dan dapat menyebabkan kematian yang berdampak pada
kerugian peternak. Salah satu ektoparasit yang sering menginfestasi ayam buras adalah gurem (Ornithonyssus
bursa). Biduri (Calotropis gigantea) merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai bioakarisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak daun biduri sebagai bioakarisida
dalam mengendalikan infestasi gurem pada ayam buras. Ayam buras yang terinfestasi gurem secara alami
dikelompokkan ke dalam lima kelompok masing-masing terdiri atas tiga ekor ayam. Perlakuan yang diuji dalam
penelitian ini adalah larutan ekstrak daun biduri dengan konsentrasi 2 g/l, 4 g/l, dan 6 g/l, kontrol positif dengan
sipermetrin 2 g/l, dan kontrol negatif dengan hanya pemberian air. Pengujian akarisida dilakukan dengan
menggunakan metode dipping. Pengamatan gurem dilakukan sebelum pengujian, 24 jam setelah pengujian, 48
jam setelah pengujian, dan 72 jam setelah pengujian. Gurem dihitung dengan menggunakan counter berdasarkan
regio tubuh ayam. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis ragam sidik. Pengamatan perilaku
menelisik bulu dilakukan dengan menggunakan metode scan sampling. Frekuensi perilaku menelisik bulu
dihitung dan dianalisis secara deskriptif. Hasil perlakuan ekstrak daun biduri dengan persentase reduksi gurem
dan aktivitas menelisik bulu tertinggi berpotensi sebagai akarisida terhadap infestasi gurem pada ayam buras.

Kata kunci: akarisida, ayam buras, biduri, Ornithonyssus bursa

Abstract

The infestation of ectoparasites is one of the serious problem in poultry. Ectoparasites’ infestation
could decrease livestock productivity and causes death that damaged to farmers. One of the ectoparasites that
mostly infest kampong chicken is tropical fowl mite (Ornithonyssus bursa). Biduri (Calotropis gigantea) is one
of potential plants for bioacariside. This study aimed to determine the potency of biduri leaf extract as
bioacariside to infestation of tropical fowl mite on kampong chicken. Kampong chicken that naturally infested
with tropical fowl mite were divided into five groups, each group consist of three chickens, respectively the
treatments used in this study were biduri leaf extract solution with three different concentrations, which are 2
g/l, 4 g/l, and 6 g/l, cypermethrin 2 g/l as positive control, and aquades as negative control. Acariside treatment
used dipping method. The observation of tropical fowl mite were performed before treatment, 24 hours after
treatment, 48 hours after treatment, and 72 hours after treatment. Tropical fowl mite were counted with counter
based on body regions of the chicken. Results were analyzed using analysis of variance. The observation of
grooming activity used scan sampling method. Frequency of grooming activity were counted and analyzed
descriptively. The results of biduri leaf extract treatment with the highest percentage of tropical fowl mite
reduction and the highest percentage of grooming activity reduction were potentially as acariside to treat
tropical fowl mite infestation on kampong chicken.

Keywords: acariside, biduri, kampong chicken, Ornithonyssus bursa

Received: 19 April 2020 Revised: 8 Mei 2020 Accepted: 22 Mei 2020

J Med Vet 2020, 3(2):208-215. pISSN 2615-7497; eISSN 2581-012X | 208


Jurnal Medik Veteriner Virgilius Martin Kelake Kedang, et al

lingkungan, dan matinya musuh alami parasit.


PENDAHULUAN Dampak negatif penggunaan akarisida sintetik
mengakibatkan akarisida sintetik perlu ditekan
Ektoparasit adalah parasit yang hidup di penggunaannya dan digantikan dengan
bagian luar atau permukaan tubuh inangnya. bioakarisida. Bioakarisida adalah akarisida yang
Ektoparasit menjadi salah satu masalah serius berasal dari bahan alam dengan efektivitas
yang sering dihadapi oleh para peternak. tinggi, ramah lingkungan, memiliki target
Infestasi ektoparasit terbukti menurunkan spesifik, dan toksisitas yang rendah.
produktivitas ternak dan dapat menyebabkan Ketersediaan akarisida di Indonesia yang
kematian yang berdampak pada kerugian telah diuji khasiatnya secara ilmiah masih
peternak. Suhu, lingkungan, kontak antar spesies terbatas. Penelitian terkait potensi bahan alam
yang sakit, dan sistem peternakan yang kurang tertentu sebagai bioakarisida juga masih sangat
efektif turut berpengaruh terhadap penyebaran terbatas. Beberapa penelitian kini sedang gencar
ektoparasit (Hadi dan Soviana, 2010). mengeksplorasi tumbuhan-tumbuhan obat
Salah satu ektoparasit yang sering berdasarkan kearifan lokal dari komunitas
menyerang ayam buras adalah gurem masyarakat tertentu. Eksplorasi tanaman obat
(Ornithonyssus bursa). Gurem sering disebut berdasarkan kearifan lokal menjadi hal yang
juga tungau burung, tungau tropis, tungau menarik untuk diteliti. Eksplorasi tersebut
starling, dan sieur. Gurem merupakan tungau diharapkan dapat menemukan kandungan
ektoparasit yang memiliki ciri khas yaitu sering senyawa penting pada beberapa tumbuhan yang
menyerang ayam ketika sedang mengerami berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan
telurnya. Infestasi gurem dapat mengakibatkan obat-obatan tertentu, tak terkecuali bagi hewan
penurunan produktivitas ayam buras hingga khususnya sebagai bioakarisida. Tumbuhan
lebih dari 25% dan pada anak ayam usia kurang potensial yang dapat dikembangkan menjadi
dari satu bulan dapat menyebabkan kematian bioakarisida adalah tanaman biduri (Calotropis
(KEMENTAN, 2014). Pemeliharaan ayam yang gigantea). Tanaman biduri dipercaya oleh
masih kurang efektif menjadi salah satu masyarakat di Kabupaten Lembata sebagai
penyebab gurem dapat berpindah dengan mudah tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengusir
dari satu inang ke inang yang lain. tungau parasit yang kerap hidup di ayam yang
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah sedang dalam masa mengerami telurnya. Parasit
hingga mengendalikan infestasi gurem. yang memiliki ciri khas muncul ketika ayam
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga sedang dalam masa mengerami telur adalah
kebersihan kandang khususnya tempat gurem (Ornithonyssus bursa). Penelitian ini
pengeraman ayam. Kandang diusahakan tetap bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak daun
kering, sirkulasi udara baik, dan sinar matahari biduri sebagai bioakarisida dalam
dapat masuk ke kandang. Pengendalian gurem mengendalikan infestasi gurem pada ayam buras.
dapat dilakukan dengan penggunaan akarisida.
Akarisida adalah kelompok pestisida yang METODE PENELITIAN
digunakan untuk membasmi ektoparasit
kelompok akari seperti tungau dan caplak. Waktu dan Tempat Penelitian
Akarisida yang sering digunakan oleh para Penelitian dilaksanakan pada bulan April
peternak adalah akarisida sintetik seperti sampai Juni 2019. Identifikasi sampel
sipermetrin, kumafos, karbaril, dan malathion ektoparasit dilakukan di Laboratorium
(KEMENTAN, 2014). Entomologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Penggunaan akarisida sintetik yang intensif Pembuatan ekstrak daun biduri dilakukan di
dapat menimbulkan dampak negatif berupa Laboratorium Farmasi Veteriner Fakultas
resistensi tungau terhadap akarisida, residu yang Kedokteran Hewan IPB dan Pusat Antar
tertinggal di daging dan telur, pencemaran Universitas IPB. Penapisan fitokimia dilakukan

J Med Vet 2020, 3(2):208-215. pISSN 2615-7497; eISSN 2581-012X | 209


Jurnal Medik Veteriner Virgilius Martin Kelake Kedang, et al

di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat diidentifikasi menggunakan mikroskop


Kementerian Pertanian. Pengujian akarisida berdasarkan bentuk morfologi dengan
dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi menggunakan kunci identifikasi ektoparasit
Ternak Unggas Fakultas Peternakan IPB. (Krantz 1978).

Persetujuan Etik Hewan Pemeliharaan Hewan Coba


Setiap penelitian yang menggunakan hewan Hewan coba yang digunakan dalam
sebagai objek penelitian harus mendapatkan penelitian adalah ayam buras betina umur 24
persetujuan dari Komisi Etik Hewan demi minggu sebanyak 15 ekor. Ayam dipelihara
menjamin kesejahteraan hewan coba. Penelitian dalam lima buah kandang terpisah berukuran 1.5
ini telah mendapatkan sertifikat persetujuan etik m x 1.5 m. Kandang diberi sekat antar ayam
hewan dari Komisi Etik Hewan IPB Nomor: dalam kelompok yang sama untuk mencegah
129/KEH/SKE/V/2019. perpindahan gurem. Keseluruhan ayam
terinfestasi gurem secara alami sebelum
Ekstraksi Daun Biduri dikandangkan. Ayam dikelompokan dalam 5
Bahan tanaman yang diambil adalah daun kelompok sesuai perlakuan, dengan masing-
setengah tua dari tanaman biduri (Calotropis masing kelompok terdiri dari tiga ekor ayam.
gigantea). Daun yang dipetik dibersihkan Aklimatisasi ayam sebelum pengujian dilakukan
dengan air, dipotong, dan dikeringkan. Daun selama 7 hari untuk menyesuaikan kondisi ayam
biduri selanjutnya ditimbang berat keringnya terhadap lingkungan kandang. Selama penelitian
kemudian dihaluskan. Simplisia daun biduri ayam diberi pakan dan minum ad libitum.
sebanyak satu kilogram kemudian diekstraksi
dengan teknik maserasi menggunakan penyari Pengujian Akarisida
etanol 70% sebanyak 10 liter selama 24 jam. Sebelum pengujian, masing-masing ayam
Maserat pertama dipisahkan, dan ampas yang dihitung jumlah gurem dengan melakukan
diperoleh diremaserasi hingga didapatkan observasi di regio leher, punggung, dada, sayap,
maserat kedua dan maserat ketiga. Maserat dan ekor. Jumlah gurem di setiap regio dihitung
digabungkan lalu diuapkan menggunakan rotary menggunakan counter selama 2 menit. Pengujian
evaporator dengan suhu 40⁰C dan tekanan 175 menggunakan lima perlakuan berbeda yaitu P1
mbar hingga diperoleh ekstrak kental daun dengan ekstrak daun biduri 2 g/L, P2 dengan
biduri. Ekstrak daun biduri yang telah diperoleh ekstrak daun biduri 4 g/L, P3 dengan ekstrak
kemudian dilakukan uji kualitatif terhadap daun biduri 6 g/L, kontrol positif (K+) dengan
senyawa alkaloid, saponin, tanin, fenolik, sipermetrin 2 g/L, dan kontrol negatif (K-)
flavonoid, triterpenoid, steroid, dan glikosida. dengan aquades.
Pengujian dilakukan dengan metode dipping
Koleksi dan Identifikasi Sampel Ektoparasit yaitu mencelupkan seluruh bagian tubuh ayam
Koleksi dan identifikasi sampel ektoparasit kecuali bagian kepala ke dalam larutan sesuai
dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan perlakuan selama 2 menit (Axtell dan Arends,
sampel yang berasal dari ayam buras yang akan 1990). Observasi dilakukan 24 jam, 48 jam, dan
diuji adalah gurem (Ornithonyssus bursa). 72 jam setelah perlakuan dengan menghitung
Sampel ektoparasit yang didapat dari ayam buras kembali jumlah gurem setiap regio yang terdapat
diperoleh dari peternakan ayam buras di pada ayam.
Dramaga, Bogor. Sampel dikoleksi dengan
menyisir bulu sekitar ekor dan badan ayam Pengamatan Perilaku
buras. Ektoparasit yang ditemukan ditaruh dalam Pengamatan perilaku menggunakan metode
vial berisi alkohol 70 % untuk selanjutnya scan sampling dengan mengamati jumlah
dipreservasi dalam bentuk preparat untuk aktivitas ayam yang melakukan tingkah laku
diidentifikasi. Preparat dilabeli kemudian yang akan diamati. Perilaku yang diamati adalah

J Med Vet 2020, 3(2):208-215. pISSN 2615-7497; eISSN 2581-012X | 210


Jurnal Medik Veteriner Virgilius Martin Kelake Kedang, et al

perilaku preening atau menelisik bulu. 100% setelah 72 jam didapati pada kelompok
Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali sehari ekstrak daun biduri 6 g/l (P3) dan 4 g/l (P2),
yaitu pagi pukul 07.00-08.00, siang pukul 12.00- serta kelompok kontrol positif (K+). Menurut
13.00, dan sore pukul 16.00-17.00, dengan tiga KOMPES (2012) kelompok pestisida dinilai
kali pengulangan. Frekuensi aktivitas preening efektif jika mampu mereduksi serangga target
selama pengamatan pada setiap kelompok dengan nilai reduksi hingga >90% dalam 24 jam.
perlakuan ayam dicatat sesuai waktu. Ekstrak daun biduri yang diuji pada
Pengamatan dilaksanakan sebelum pengujian penelitian ini efektif dan berpotensi sebagai
akarisida dan setelah pengujian akarisida. bioakarisida terhadap infestasi gurem pada ayam
buras karena mampu mereduksi jumlah gurem
Analisis Data hingga > 90% dalam 24 jam. Konsentrasi ekstrak
Hasil pengujian akarisida dihitung daun biduri 6 g/l (P3) dapat dikembangkan
persentase reduksi gurem kemudian dianalisis menjadi bioakarisida karena memiliki daya
dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan reduksi gurem tertinggi hingga lebih dari 95%
dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil pengamatan dalam 24 jam dan mencapai 100% dalam 48 jam.
perilaku dihitung persentase reduksi aktivitas Daya reduksi gurem perlakuan ekstrak daun
menelisik bulu dan dianalisis secara deskriptif. biduri 6 g/l mampu menyamai daya reduksi
kontrol positif berupa akarisida sintetik
HASIL DAN PEMBAHASAN sipermetrin.
Sipermetrin yang digunakan sebagai kontrol
Hasil Penapisan Fitokimia positif dalam penelitian ini merupakan akarisida
Hasil penapisan fitokimia yang disajikan sintetik dengan cara kerja spesifik sebagai racun
pada Tabel 1 menunjukan kandungan senyawa perut dan racun kontak terhadap serangga target
yang terdapat dalam ekstrak daun biduri positif (Dirganaya et al., 2017). Efektivitas sipermetrin
mengandung alkaloid, saponin, tanin, fenolik, dalam konsentrasi rendah untuk pengendalian
flavonoid, triterpenoid, steroid, dan glikosida. infestasi ektoparasit telah dibuktikan pada
Kandungan senyawa ini sesuai dengan beberapa penelitian. Penelitian dari Setiawan
kandungan senyawa dalam daun biduri yang (2013) membuktikan aplikasi sipermetrin 0.5 g/l
diteliti oleh Kumar et al. (2013) dan Hasyim et terhadap kutu Menopon gallinae pada ayam
al. (2017). Kandungan senyawa yang terdapat petelur mampu mereduksi populasi kutu hingga
dalam daun biduri tersebut berpotensi digunakan 100% dalam 24 jam. Prelezov (2008)
sebagai bioakarisida. melaporkan sipermetrin konsentrasi 100 g/l
mampu mengendalikan populasi ektoparasit di
Hasil Pengujian Akarisida ayam hingga 100% dalam 6 jam. Penggunaan
Hasil pengujian akarisida menunjukan sipermetrin pada sapi dengan konsentrasi 3 g/l
masing-masing perlakuan baik perlakuan ekstrak mampu mengendalikan infestasi caplak
maupun kontrol dapat menurunkan populasi Boophilus microplus (Nugroho, 2014).
gurem. Rataan jumlah gurem setelah pengujian Persentase reduksi gurem pada perlakuan ekstrak
pada setiap perlakuan ekstrak daun biduri daun biduri yang mampu menyamai efektivitas
memiliki perbedaan nyata terhadap kontrol dari akarisida sintetik membuktikan daun biduri
negatif (Tabel 2). Persentase penurunan jumlah berpotensi dikembangkan menjadi bioakarisida.
gurem tertinggi dalam 24 jam terdapat pada Penurunan jumlah gurem pada perlakuan
kelompok perlakuan ekstrak daun biduri 6 g/l konsentrasi ekstrak daun biduri disebabkan oleh
(P3) yaitu sebanyak 95.13% (Gambar 1). zat-zat aktif yang terkandung di dalam ekstrak
Persentase penurunan jumlah gurem sebanyak daun biduri. Kandungan flavonoid, saponin,
100% didapati setelah 48 jam pada kelompok tanin, fenol, triterpenoid, dan alkaloid yang
perlakuan ekstrak daun biduri 6 g/l (P3) dan terdapat dalam daun biduri dapat berfungsi
kontrol positif. Persentase reduksi gurem hingga sebagai bioakarisida (Hasyim et al., 2017).

J Med Vet 2020, 3(2):208-215. pISSN 2615-7497; eISSN 2581-012X | 211


Jurnal Medik Veteriner Virgilius Martin Kelake Kedang, et al

Tabel 1. Hasil penapisan fitokimia


Golongan Senyawa Hasil Uji
Alkaloid +
Saponin +
Tanin +
Fenolik +
Flavonoid +
Triterpenoid +
Steroid +
Glikosida +

Tabel 2. Persentase reduksi gurem setelah pengujian akarisida


Konsentrasi Ekstrak Persentase reduksi gurem setelah pengujian (%)
Daun Biduri 24 jam 48 jam 72 jam
2 g/l (P1) 85.39 ± 6.09a 89.58 ± 7.37b 92.66 ± 1.45b
4 g/l (P2) 92.64 ± 2.10a 96.70 ± 0.37ab 100.00 ± 0.00a
6 g/l (P3) 95.13 ± 1.53a 100.00 ± 0.00a 100.00 ± 0.00a
a a
Kontrol Positif 94.81 ± 1.80 100.00 ± 0.00 100.00 ± 0.00a
b c
Kontrol Negatif 19.83 ± 8.15 27.95 ± 3.57 34.01 ± 3.99c
Keterangan: Superksrip berbeda pada kolom yang sama menyatakan pengaruh yang nyata (p<0.05)

Tabel 3. Frekuensi perilaku preening sebelum dan sesudah pengujian


Frekuensi rata-rata jumlah aktivitas
Konsentrasi Ekstrak Persentase reduksi
preening dalam satu jam (3 ekor)
Daun Biduri aktivitas preening (%)
Sebelum pengujian Setelah pengujian
2 g/l (P1) 29.00 ± 17.82 9.22 ± 4.40 68.02 ± 5.11b
4 g/l (P2) 24.22 ± 11.84 7.11 ± 6.09 70.89 ± 3.43b
6 g/l (P3) 26.89 ± 12.66 4.44 ± 2.12 83.81 ± 3.10a
Kontrol Positif 33.67 ± 5.67 4.67 ± 2.55 86.15 ± 2.81a
Kontrol Negatif 21.44 ± 10.99 13.89 ± 8.00 34.63 ± 3.46c
Keterangan: Superksrip berbeda pada kolom yang sama menyatakan pengaruh yang nyata (p<0.05)

Zat aktif yang terkandung dalam daun biduri penelitian ini sejalan dengan studi yang
yaitu saponin bersifat racun perut dan racun dilakukan oleh Hasyim et al. (2017) yang
pernapasan bagi serangga sehingga dapat melaporkan ekstrak daun biduri efektif sebagai
digunakan sebagai pembasmi serangga. Saponin bioakarisida terhadap tungau kuning
juga dapat merendahkan tegangan permukaan, (Polyphagotarsonemus latus) pada tanaman
merusak membran sel, dan menganggu proses cabai.
metabolisme serangga (Haditomo, 2010). Zat Penurunan populasi gurem pada ayam buras
aktif lainnya berupa tanin berpengaruh terhadap setelah pengujian akarisida disebabkan gurem
tekanan osmotik sel ektoparasit sehingga sel mati setelah terpapar perlakuan. Penurunan
mengkerut dan mengakibatkan ektoparasit mati populasi gurem dapat juga dapat diakibatkan
(Anggraini, 2006). Flavonoid yang terkandung gurem lainnya yang mungkin tidak mati
dalam daun biduri bersifat sebagai inhibitor berpindah ke lingkungan lain karena terganggu
pernafasan dan menganggu mekanisme energi di dengan paparan akarisida yang diuji. Persentase
mitokondria dengan menghambat sistem reduksi gurem pada kontrol negatif yang berbeda
pengangkutan elektron (Agnetha, 2008). nyata dengan perlakuan lainnya menunjukan
Senyawa lainnya seperti fenol, triterpenoid, penurunan populasi gurem dipengaruhi oleh zat
alkaloid, dan steroid berperan sebagai aktif yang terkandung di dalam larutan dan tidak
antifeedant atau menghambat proses makan dipengaruhi oleh proses perendaman.
parasit (Widawati dan Prasetyowati, 2013). Hasil

J Med Vet 2020, 3(2):208-215. pISSN 2615-7497; eISSN 2581-012X | 212


Jurnal Medik Veteriner Virgilius Martin Kelake Kedang, et al

Gambar 1. Persentase reduksi gurem setelah pengujian akarisida

Gambar 2. Persentase reduksi aktivitas preening setelah pengujian akarisida

Hasil Pengamatan Perilaku merupakan respon pertahanan tubuh terhadap


Hasil pengamatan perilaku menunjukan infestasi ektoparasit (Karma et al., 2015).
terdapat penurunan jumlah aktivitas preening Peningkatan preening bertujuan mengurangi
pada semua kelompok perlakuan setelah jumlah ektoparasit (Clayton et al., 2010).
pengujian akarisida (Tabel 3). Persentase reduksi Infestasi ektoparasit termasuk gurem dapat
aktivitas preening tertinggi terdapat pada meningkatkan aktivitas preening sehingga
kelompok kontrol positif yaitu sebesar 86.15%, pengamatan perilaku preening penting untuk
sementara persentase reduksi aktivitas preening mengetahui pengaruh pengujian akarisida
terendah terdapat pada kelompok kontrol negatif terhadap infestasi gurem. Berdasarkan hasil
yaitu sebesar 34.63% (Gambar 2). Persentase pengamatan, penurunan preening pada semua
reduksi aktivitas preening pada kelompok kelompok perlakuan memiliki hubungan dengan
perlakuan ekstrak daun biduri masing-masing penurunan jumlah infestasi gurem pada ayam
adalah 68.02% untuk P1 (2 g/l), 70.89% untuk setelah pengujian akarisida. Hasil pengamatan
P2 (4 g/l), dan 83.81% untuk P3 (6 g/l). aktivitas menelisik bulu setelah pengujian
Pengamatan perilaku preening penting akarisida menunjukan perlakuan ekstrak daun
dilakukan sebab infestasi ektoparasit biduri 6 g/l (P3) dapat dikembangkan menjadi
berhubungan erat dengan perilaku preening pada bioakarisida karena memiliki daya reduksi
ayam. Aktivitas preening kerap dilakukan untuk aktivitas preening yang tidak berbeda nyata
membersihkan diri dari kotoran dan mengusir dengan kontrol positif berupa akarisida sintetik.
ektoparasit yang bersembunyi di balik bulu.
Perilaku preening sering diikuti dengan aktivitas KESIMPULAN
menggaruk kepala dengan menggunakan kaki
(Iskandar et al., 2009). Peningkatan perilaku Berdasarkan hasil penelitian dapat
preening diiringi infestasi ektoparasit yang tinggi disimpulkan konsentrasi ekstrak daun biduri 6

J Med Vet 2020, 3(2):208-215. pISSN 2615-7497; eISSN 2581-012X | 213


Jurnal Medik Veteriner Virgilius Martin Kelake Kedang, et al

g/l efektif mereduksi populasi gurem pada ayam di Bagian Dada. [Skripsi]. Fakultas
buras hingga 100% dalam 48 jam dan mereduksi Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.
aktivitas preening hingga 83.81% setelah
pengujian akarisida. Dengan demikian, ekstrak Axtell, R.C., Arends, J.J. 1990. Ecology and
daun biduri berpontensi dikembangkan sebagai management of arthropod pests of poultry.
bioakarisida terhadap infestasi gurem pada ayam Ann. Rev. Entomol., 35(1), 101-126.
buras.
Clayton, D.H., Koop, J.A.H., Harbison, C.W.,
UCAPAN TERIMA KASIH Moyer, B.R., Bush, S.E. 2010. How Birds
Combat Ectoparasites. Open Ornithol. J.,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 310(41), 41-71.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, Dirganaya, I.W., Sumiartha, I.K., Adnyana,
dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai I.M.M. 2017. Efikasi Insektisida Berbahan
penelitian ini melalui hibah Program Kreativitas Aktif (klorpirifos 540 g/l dan sipermetrin 60
Mahasiswa tahun 2019. Penulis juga g/l) terhadap Perkembangan Populasi dan
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak Serangan Hama Penggulung Daun
yang telah membantu penulis selama kegiatan Lamprosema indicata Fabricius
penelitian ini. Ucapan terima kasih secara khusus (Lepidoptera: Pyralidae) pada Tanaman
juga ditujukan kepada seluruh staf dan pegawai Kedelai. J. Agroekoteknol. Trop., 6(4), 378-
Laboratorium Entomologi Fakultas Kedokteran 388.
Hewan IPB, Laboratorium Farmasi Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Pusat Antar Hadi, U.K., Soviana, S. 2010. Ektoparasit:
Universitas IPB, Balai Penelitian Tanaman Obat Pengenalan, Identifikasi, dan
dan Rempah, serta Laboratorium Lapang Ilmu Pengendaliannya. IPB Press, pp: 1-6.
Nutrisi Ternak Unggas Fakultas Peternakan IPB.
Haditomo, I. 2010. Efek Larvasida Ekstrak Daun
DAFTAR PUSTAKA Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
terhadap Aedes aegypti. [Skripsi].
[KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2014. Universitas Sebelas Maret.
Manual Penyakit Unggas. Direktorat
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Hasyim, A., Setiawati, W., Marhaeni, L.S.,
pp: 202-206. Lukman, L., Hudayya, A. 2017. Bioaktivitas
Enam Ekstrak Tumbuhan untuk
[KOMPES] Komisi Pestisida. 2012. Metode Pengendalian Hama Tungau Kuning Cabai
Standar Pengujian Efikasi Pestisida Rumah Polyphagotarsonemus latus Bank (Acari:
Tangga dan Pengendalian Vektor. Komisi Tarsonemidae) di Laboratorium. J. Hort.,
Pestisida, pp: 1-2. 27(2), 217-230.

Agnetha, A. 2008. Efek Ekstrak Bawang Putih Iskandar, S., Setyaningrum, S.D., Amanda, Y.,
(Allium sativum L.) Sebagai Larvasida Soesanto, I. 2009. Pengaruh Kepadatan
Nyamuk Aedes aegypti sp.. [Skripsi]. Kandang terhadap Pertumbuhan dan
Universitas Brawijaya. Perilaku Ayam Wereng-Tangerang Dara.
JITV, 14(1), 19-24.
Anggraini, D. 2006. Studi Efikasi Ekstrak Daun
Kisampang (Melicope denhamii) terhadap Karma, L., Haryono, T., Ambarwati, R. 2015.
Ektoparasit pada Ayam Kampung yang ada Keberadaan Arthropoda Ektoparasit pada
Agapornis fischeri dan Hubungannya dengan

J Med Vet 2020, 3(2):208-215. pISSN 2615-7497; eISSN 2581-012X | 214


Jurnal Medik Veteriner Virgilius Martin Kelake Kedang, et al

Frekuensi Preening. Lentera Biol., 4(3), 150- Prelezov, P. 2008. Comparative testing of some
154. insecticides for control of mallophagosis in
chickens. Trakia J. Sci., 6, 78-81.
Krantz, G.W. 1978. A Manual of Acarology.
Corvallis. Oregon State University, pp: 509. Setiawan, Y.Y. 2013. Efektivitas Sipermetrin
Terhadap Kutu Menopon gallinae dengan
Kumar, P.S., Suresh, E., Kalavathy, S. 2013. Metode Pemyemprotan pada Ayam Petelur.
Review on a potential herb Calotropis [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan.
gigantea. Sch. Acad. J. Pharm., 2(2), 135- Institut Pertanian Bogor.
143.
Widawati, M., Prasetyowati, H. 2013. Efektivitas
Nugroho, E.P. 2014. Efikasi Insektisida Ekstrak Buah Beta vulgaris L. (Buah Bit)
Sipermetrin terhadap Larva Caplak dengan Berbagai Fraksi Pelarut terhadap
Boophilus microplus dari Desa Mortalitas Larva Aedes aegypti. Aspirator,
Pangumbahan Kecamatan Ciracap 5(1), 23-29.
Kabupaten Sukabumi. [Skripsi]. Fakultas
Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

***

J Med Vet 2020, 3(2):208-215. pISSN 2615-7497; eISSN 2581-012X | 215

Anda mungkin juga menyukai