Anda di halaman 1dari 10

Kisi-kisi Agama

1. Dalil tentang mujahadah an-nafs, prasangka baik, dan persaudaraan


- Al-Hujurat ayat 12

- Al-Hujurat ayat 10

2. Menunjukkan kaidah tajwid surat Al-Hujarat ayat 10 dan 12


- Al-Hujarat ayat 12

- Al-Hujurat ayat 10

3. Melengkapi penggalan ayat dari surat Al-Hujurat ayat 10 dan 12


- Ayat 12

- Ayat 10
4. Menunjukkan perilaku mujahadah an-nafs, prasangka baik, dan persaudaraan
a. Mujahadah an-nafs
- Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujāhadah an-Nafs) adalah menahan diri dari segala
perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, seperti sifat serakah atau
tamak
b. Prasangka baik
- Prasangka baik atau ḥusnuẓẓan berasal dari kata Arab, yaitu ḥusnu yang artinya baik, dan
ẓan yang artinya prasangka. Jadi, prasangka baik atau positive thinking dalam
terminologi Islam dikenal dengan istilah ḥusnuẓẓan. Istilah ḥusnuẓẓan adalah sikap orang
yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain.
- Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’uẓẓan), yaitu menyangka orang lain
melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar. Dalam ilmu akhlak, ḥusnuẓẓan
dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu ḥusnuẓẓan kepada Allah Swt. ḥusnuẓẓan
kepada diri sendiri, dan ḥusnuẓẓan kepada orang lain.
c. Persaudaraan
- Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan sebatas hubungan
kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud dengan persaudaraan
dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah (sesama muslim) dan
persaudaraan karena fungsi kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah Swt.).

5. Kandungan ayat surat Al-Hujurat ayat 10 dan 12


- Pada ayat 10 dan 12 Allah Swt. menegaskan ada dua hal pokok yang perlu diketahui.
Pertama, bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.
- Kedua, jika terdapat perselisihan antarsaudara, kita diperintahkan oleh Allah Swt. untuk
melakukan iślah (upaya perbaikan atau perdamaian).

6. Menjelaskan pengertian, konsep, manfaat, dan hikmah menuntut ilmu


a. Pengertian
- Ilmu adalah cahaya kehidupan. Ilmu ibarat cahaya yang menyinari dalam kegelapan yang
menunjukkan arah menuju jalan yang ditempuh. Tanpa ilmu seseorang akan tersesat
jauh ke dalam jurang kebodohan. Dengan ilmu pengetahuan jarak yang jauh terasa
dekat, waktu yang lama terasa singkat, pekerjaan yang berat menjadi ringan.
b. Konsep
- Agama Islam memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat penting.
Orang-orang yang memiliki pengetahuan Allah Swt. janjikan dengan derajat yang tinggi
di sisi-Nya, apalagi di sisi manusia lainnya.
- Demikian pula Rasulullah saw. yang menganjurkan setiap umat Islam agar menuntut
ilmu setinggi-tingginya.
- Rasulullah Saw. menyatakan bahwa orang-orang yang menuntut ilmu sama besar
pahalanya dengan orang yang berjihad di jalan Allah Swt. Bahkan ia memerintahkan agar
menuntut ilmu tidak hanya dilakukan di negeri terdekat saja, tetapi Allah Swt.
memerintahkan mencari ilmu walau harus dengan jarak yang sangat jauh.
c. Hikmah
- Diberikan derajat yang tinggi di sisi Allah Swt.
- Diberikan pahala yang besar di hari kiamat nanti
- Merupakan sedekah yang paling utama
- Lebih utama dari pada seorang ahli ibadah
- Lebih utama dari śalat seribu raka’at
- Diberikan pahala seperti pahala orang yang sedang berjihad di jalan Allah
- Dinaungi oleh malaikat pembawa rahmat dan dimudahkan menuju surga

7. Menunjukkan tajwid dan terjemah surat At-Taubah ayat 122


- Terjemahan

- Tajwid

8. Menganalisis kandungan hadist tentang menuntut ilmu

9. Makna menuntut ilmu dalam kehidupan sehari-hari


- Mampu membedakan benar-salah.
- Bermanfaat Hingga Wafat
- Sarana Menuju Surga
- Meninggikan Derajat Manusia
- Hal yang Berharga Selain Harta

10. Menyebutkan dalil tentang zakat, haji, dan wakaf


a. Zakat

b. Haji

c. Wakaf
11. Menunjukkan konsep zakat, haji, dan wakaf
a. Zakat
- Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan disebutkan secara beriringan
dengan kata salat pada 82 ayat di dalam al-Qur’an.
- Allah Swt.telah menetapkan hukum wajib atas zakat sebagaimana dijelaskan di dalam Al-
Qur’an, Sunnah Rasul, dan Ijma ulama.
b. Haji
- Menurut istilah, haji adalah sengaja mengunjungi Ka’bah dengan niat beribadah pada
waktu tertentu dengan syarat-syarat dan dengan cara-cara tertentu pula.
- Haji juga diartikan menyengaja ke Mekah untuk menunaikan ibadah thawaf, sa’i, wukuf
di Arafah dan menunaikan rangkaian manasik dalam rangka memenuhi perintah Allah
Swt. dan mencari ridha-Nya.
c. Wakaf
- Secara bahasa, wakaf berasal dari bahasa Arab yang berarti menahan (al- habs) dan
mencegah (al-man’u). Artinya menahan untuk dijual, dihadiahkan, atau diwariskan.
- Berdasarkan istilah syar’i wakaf adalah ungkapan yang diartikan penahanan harta milik
seseorang kepada orang lain atau kepada lembaga dengan cara menyerahkan benda
yang sifatnya kekal kepada masyarakat untuk diambil manfaatnya.

12. Menganalisis syarat, rukun, dan tata cara haji


a. Syarat Wajib
- Islam
- Berakal (tidak gila)
- Baligh
- Ada muhrimnya
- Mampu dalam segala hal (misalnya dalam hal biaya, kesehatan, keamanan, dan nafkah
bagi keluarga yang ditinggalkan)
b. Syarat sah
- Islam
- Baligh
- Berakal
- Merdeka.
c. Rukun
- Ihram
- Wukuf
- Thawaf
- Sa’i
- Tahallul
- Tertib

13. Menganalisis syarat, rukun, dan tata cara zakat mal dan fitrah
a. Syarat yang berhubungan dengan jenis harta (sebagai objek zakat)
- Milik penuh
- Berkembang
- Mencapai nisab
- Lebih dari kebutuhan
- Bebas dari hutang
- Berlaku setahun
b. Syarat zakat yang berhubungan dengan subjek atau pelaku (muzakkī : orang yang terkena
wajib zakat)
- Islam
- Merdeka
- Baligh
- Berakal.
c. Rukun
- Pelepasan atau pengeluaran hak milik pada sebagian harta yang dikenakan wajib zakat
- Penyerahan sebagian harta tersebut dari orang yang mempunyai harta kepada orang
yang bertugas atau orang yang mengurusi zakat (amil zakat)
- Penyerahan amil kepada orang yang berhak menerima zakat sebagai milik

14. Menganalisis syarat, rukun, dan tata cara wakaf


a. Rukun dan syarat orang yang berzakat
- Kepada siapa yang ia kehendaki,
- Berakal, maksudnya tidak sah wakaf dari orang bodoh, orang gila, atau orang yang
sedang mabuk
- Baligh
- Bertindak secara hukum (rasyid). Orang bodoh, orang yang sedang bangkrut (muflis),
dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.
b. Rukun syarat barang yang diwakafkan
- Barang yang diwakafkan itu harus barang yang berharga.
- Harta yang diwakafkan harus diketahui kadarnya, apabila harta itu tidak diketahui
jumlahnya (majhul), pengalihan milik ketika itu tidak sah.
- Harta yang diwakafkan harus miliki oleh orang yang berwakaf (wakif).
- Harta harus berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut
dengan istilah gairaśai’.
c. Rukun dan syarat orang yang menerima zakat
- Ditentukan secara rinci
- Tidak ditentukan secara rinci
15. Menjelaskan konsep asmaul husna husna : Al-Karim, Al-Mu’min, Al-Wakil, Al-Matin, Al-Jami’,
Al-‘Adl, Al-Akhir
- Al-Asmā’u al-husnā terdiri atas dua kata, yaitu asmā yang berarti nama-nama, dan husna
yang berarti baik atau indah. Jadi, al-Asmā’u al-husnā dapat diartikan sebagai nama-
nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah Swt. sebagai bukti keagungan-
Nya

16. Implementasi nilai-nilai asmaul husna husna : Al-Karim, Al-Mu’min, Al-Wakil, Al-Matin, Al-Jami’,
Al-‘Adl, Al-Akhir dalam kehidupan sehari-hari
a. Al-Karim
- Bersedekah kepada yang tidak mampu
- Berinfaq ke masjid
- Saling memaafkan sesama manusia
- Menepati janji yang dibuat
b. Al-Mu’min
- Menjadikan orang yang ada di sekelilingnya aman dari gangguan lidah dan tangannya
- Tidak saling mengganggu sesama sesama makhluk Allah Swt.
c. Al-Wakil
- Percaya akan harapan dan pertolongan Allah Swt.
- Menyerahkan semua urusan kepada Allah Swt.
d. Al-Matin
- Menjadi manusia yang tawakkal
- Memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia lain.
- Tidak merasa lebih baik dari siapapun
e. Al-Jami’
- Tidak menuruti hawa nafsu yang tidak baik
- Menjadi orang yang baik perilakunya
f. Al-‘Adl
- Berlaku adil kepada siapa saja
- Berperilaku sama kepada sesama
g. Al-Akhir
- Menjadikan Allah Swt. sebagai satu-satunya tujuan hidup
- Berdoa kepada Allah Swt. bila terjadi kesultan dalam hidup

17. Dalil yang berkaitan dengan asmaul husna : Al-Karim, Al-Mu’min, Al-Wakil, Al-Matin, Al-Jami’,
Al-‘Adl, Al-Akhir
a. Al-Karim

b. Al-Mu’min
c. Al-Wakil

d. Al-Matin

e. Al-Jami’

f. Al-‘Adl

g. Al-Akhir
18. Menjelaskan dalil yang menjelaskan Sumber Hukum Islam
- Dalam Al Quran Surat An Nisa : 59 disebutkan bahwa setiap muslim wajib mengikuti
kehendak Allah, kehendak Rosul dan kehendak ulil ‘amri yakni orang yg mempunyai
“kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan utk mengalirkan ajaran hak Islam dari dua
sumber utamanya yakni Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad

19. Konsep Sumber Hukum Islam Al-Qur’an, hadist, dan Ijtihad


a. Al-Qur’an
- Al Quran adalah sumber hukum pertama dan utama. Ia memuat kaidah-kaidah hukum
fundamental (asasi) yg perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lbh lanjut.
- Al Quran berasal dari kata qara-a (membaca) berubah menjadi kata benda qur’an berarti
bacaan atau sesuatu yang harus dibaca dan dipelajari.
b. Hadist
- Secara etimologis, hadits bisa berarti baru, dekat dan khabar. Dalam tradisi hukum Islam
hadits berarti segala perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad.
- Pengertian hadits identik dengan sunnah yang secara etimologis berarti jalan atau
tradisi.
- Ada yang berpendapat antara hadits dan sunnah berbeda, akan tetapi dalam kebiasaan
hukum Islam, hadits dan sunnah hanya berbeda dari sisi penggunaan, tidak dalam isi dan
tujuannya.
c. Ijtihad
- Ijma’=konsensus=ijtihad kolektif yaitu persepakatan ulama-ulama Islam dalam
menentukan suatu masalah ijtihadiyah.
- Istihsan yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas
dasar prinsip-prinsip umum ajaran Islam seperti keadilan, kasih sayang dan lain-lain

20. Menganalisis kedudukan Al-Qur’an, hadist, dan Ijtihad sebagai Sumber Hukum Islam
- Dinamis maksudnya adalah al-Qur'an dapat berlaku di mana saja, kapan saja, dan
kepada siapa saja.
- Benar artinya al-Qur'an mengandung kebenaran yang dibuktikan dengan fakta dan
kejadian yang yang sebenarnya.
- Mutlak artinya al-Qur'an tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan
terbantahkan.
- Kedudukan Al-Qur’an paling tinggi, dibawahnya ada hadist, lalu Ijtihad

21. Menganalisis perbedaan Al-Qur’an, hadist, dan Ijtihad sebagai Sumber Hukum Islam
a. Al-Qur’an
- Al-Qur’an adalah ajaran yang memberi pengetahuan tentangg berbagai hal baik jagat
raya maupun makhluk yang mendiaminya, termasuk ajaran tentang keyakinan atau
iman, hukum atau syariat, dan moral atau akhlak
- Al Quran berisi sejarah atau kisah-kisah manusia zaman dulu termasuk kejadian para
Nabi, dan berisi pula tentang petunjuk di hari kemudian atau akhirat.
- Al Quran berisi pula sesuatu yang sulit dijelaskan degan bahasa biasa karena
mengandung sesuatu yang berbeda dengan yang kita pelajari secara rasional
b. Hadist
- Sunnah adalah sumber hukum Islam yg kedua setelah Al Quran.
- Apabila sunnah tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslim akan
mengalami kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dll.
Sebab ayat Al Quran dalam hal tersebut hanya berbicara secara global dan umum dan
penjelasan terperinci ada pada sunnah Rosulullah.
c. Ijtihad
- Pad dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang
mutlak absolut.
- Keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad berlaku bagi satu orang tapi tidak berlaku bagi
orang lain. (menyangkut tempat dan waktu)
- Ijtihad tidak berlaku dalam urusan ibadah mahdhah

22. Menyebutkan nilai dalam substansi, strategi, dan penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah
Saw. di Mekkah
- Menyisihkan waktu sebaik mungkin
- Mendahulukan kepentingan bersama
- Menyisihkan sebagian harta kepada yang membutuhkan

23. Menyebutkan hikmah dalam substansi, strategi, dan penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah
Saw. di Mekkah
- Memiliki sikap tangguh
- Memiliki jiwa berkorban

24. Mengimplementasikan nilai dalam substansi, strategi, dan penyebab keberhasilan dakwah
Rasulullah Saw. di Mekkah
- Menggunakan waktu untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan prestasi
yang tinggi.
- Secara terus-menerus mencoba sesuatu yang belum dapat dikerjakan sampai ditemukan
solusi untuk mengatasinya.
- Melaksanakan segala peraturan di sekolah sebagai bentuk pengamalan sikap disiplin dan
tanggung jawab.
- Menjalankan segala perintah agama dan menjauhi larangannya dengan penuh
keikhlasan.
- Tidak putus asa ketika mengalami kegagalan dalam meraih suatu keinginan. Jadikanlah
kegagalan sebagai cambuk agar tidak mengalaminya lagi di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai