Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PSIKODIAGNOSTIK 1 :

OBSERVASI DAN WAWANCARA


KELAS 1

Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Hastaning Sakti, M.Kes, Psikolog.

Disusun oleh Kelompok 18 :


Rania Anggraeni Setyani Putri 15000120130167
Maharani Rifdu Hamida 15000120130181
Ulfah Nur Azizah 15000120130167
Zaroul Firdaus 15000120130200
Faisal Angger Abimanyu 15000120130283

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, inayah, taufik, serta hidayah-Nya sehingga makalah bisa selesai
pada waktunya. Semoga tugas tentang Jenis-Jenis Interview pada mata kuliah
Psikodiagnostik 1: Observasi dan Wawancara ini dapat dijadikan referensi untuk
pembelajaran.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra.Hastaning Sakti,


M.Kes, Psikolog. selaku dosen mata kuliah Psikodiagnostika 1 : Observasi dan
Wawancara yang telah memberikan tugas ini. Sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni. Terimakasih juga
kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan
ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan serta


manfaat bagi para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik.

Semarang, 29 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

2.1 Interview Populasi Khusus (Anak, Lansia) ........................................................ 3

2.2 Interview Populasi Khusus (Pendidikan Rendah, Orangtua ABK) .................... 7

2.3 Probing/Informational Interview ........................................................................ 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 24

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 24

3.2 Saran ................................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 26

LEMBAR KONTRIBUSI KELOMPOK ............................................................. 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wawancara merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam
rangka menggali data dan informasi yang dibutuhkan untuk tujuan pemeriksaan
psikologis. Wawancara biasanya digunakan untuk memperoleh data primer yang
baik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Nazir (1983)
wawancara merupakan sebuah proses memperoleh keterangan dalam tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap muka antara pewawancara dengan
responden dengan menggunakan interview guide sebagai panduan berlangsungnya
wawancara. Kemudian, Slamet (2011) mendefinisikan wawancara merupakan cara
yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui interaksi sosial antara peneliti
dengan yang diteliti. Dari beberapa pengertian wawancara yang telah dikemukakan
para ahli maka dapat dijelaskan bahwa wawancara merupakan situasi dimana
terjadinya interaksi sosial antara pewawancara dengan responden dan
diwawancarai menggunakan panduan wawancara sebagai proses memperoleh
informasi dalam suatu tujuan penelitian.

Wawancara sangatlah penting bagi setiap lulusan psikologi karena mereka


harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam wawancara. Saat ini, hampir
semua pekerjaan dari lulusan psikologi memerlukan wawancara untuk melengkapi
informasi yang dibutuhkan sebagai pertimbangan langkah selanjutnya. Maka,
sebagai mahasiswa psikologi kita harus mengerti pentingnya wawancara
khususnya mengenai proses dan jenis wawancara baik secara umum maupun
khusus. Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas beberapa jenis
wawancara populasi secara khusus mengenai anak, lansia, pendidikan rendah,
orangtua ABK, dan juga probing/informational interview secara lebih lanjut.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai interview populasi khususnya terhadap
anak?
2. Bagaimana penjelasan mengenai interview populasi khususnya terhadap
lansia?
3. Bagaimana penjelasan mengenai interview populasi khususnya terhadap
orang yang berpendidikan rendah?
4. Bagaimana penjelasan mengenai interview populasi khususnya terhadap
orang tua ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)?
5. Bagaimana penjelasan mengenai probing atau informational interview?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan dan memaparkan materi tentang interview populasi
khususnya terhadap anak.
2. Menjelaskan dan memaparkan materi tentang interview populasi khususnya
terhadap lansia.
3. Menjelaskan dan memaparkan materi interview populasi khususnya
terhadap orang yang berpendidikan rendah.
4. Menjelaskan dan memaparkan materi tentang interview populasi khususnya
terhadap orang tua ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
5. Menjelaskan dan memaparkan materi tentang probing atau informational
interview.

2
BAB II

ISI

2.1 Interview Populasi Khusus (Anak, Lansia)


Interview Anak
Jika peserta interview belum mencapai usia legal untuk menyetujui
perlakuan/prosedur yang dilakukan, seorang pewawancara harus
memperoleh informed consent dari orang tua atau wali yang sah. Jika sesuai
peneliti harus mencari persetujuan anak, tapi juga harus memperoleh dari
orang tua atau wali. Dalam kasus dengan "lebih besar dari risiko minimal”
dan sedikit manfaat langsung bagi peserta, kedua orang tua dan setiap wali
harus memberikan izin (Perlindungan Subyek Manusia,001, 46,402, 46,408).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan informasi yang
diberikan oleh anak, meliputi:
• usia anak,
• tingkat perkembangan kognitif, emosional, dan sosial,
• rekonstruksi verbal dari peristiwa (tingkat perkembangan verbal),
• jumlah rincian (memori peristiwa),
• informasi tentang peristiwa yang diterima dari orang lain (potensi
tekanan yang diberikan oleh keluarga
• cara menjalin hubungan baik oleh psikolog,
• apakah psikolog merupakan figur otoritas bagi anak dan bagaimana
persepsinya (sebagai ancaman, penolong, dll.)?
• gaya wawancara dan struktur pertanyaan,
• faktor kepribadian
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interview anak :
1. Pemilihan tempat
2. Pewawancara dapat memilih tempat dimana anak-anak dapat merasa
santai dan menghindari tempat yang terisolasi ( masih dalam pandangan
orang lain), jika memungkinkan maka biarkan anak memilih tapi harus

3
mempertimbangkan kebutuhan seorang peng-interview juga.
3. Pendampingan
4. Biasanya lebih baik meminta orang dewasa lain untuk pergi, kecuali
secara budaya pantas bagi mereka untuk tinggal. Ada beberapa
kelompok anak yang merasa lebih nyaman jika ada orang dewasa di
sekitar, hal ini juga berkaitan dengan isu perlindungan anak
5. Memposisikan diri
6. Pewawancara sebaiknya mengikuti bagaimana posisi anak saat
wawancara. Misalnya, Jika anak duduk di lantai maka pewawancara
lebih baik mengikutinya. Kemudian tetap perhatikan bahasa tubuh dan
kontak mata (kecuali jika secara budaya tidak diizinkan)
7. Memperkenalkan diri
8. Mulailah dengan perkenalan diri yang sederhana. Jelaskan dengan jelas
dan sederhana siapa anda dan darimana anda, apa yang kamu lakukan
dan mengapa. Lalu mintalah anak-anak untuk memperkenalkan diri
mereka, karena ini bisa membuat anak menjadi lebih percaya diri.
9. Mengatur Batasan
10. Membuat anak mengetahui apa yang terjadi, menjelaskan keinginan
anda, apa yang anak-anak lakukan, dan apa peraturan selama wawancara.
Pewawancara juga bisa menanyakan kepada anak-anak jika ada yang
kurang jelas.
11. Mengenal satu sama lain
12. Wawancara adalah salah satu hal yang menakutkan bagi anak. Cara
untuk membuat anak-anak merasa rileks adalah dengan saling mengenal.
Jangan langsung menunjukkan alat yang berhubungan dengan
wawancara, tapi mulailah dengan permainan misalnya.
13. Penggunaan bahasa
14. Gunakanlah bahasa yang sesuai dengan anak anak atau yang dipahami
oleh mereka.
15. Memulai wawancara
16. Teknik wawancara konvensial dapat membuat anak terdiam dengan

4
pertanyaaan langsung atau mengatakan apa yang ingin pewawancara
dengar daripada pendapat mereka
17. menjelajahi masalah atau tema
18. Jangan langsung masuk ke bagian inti, karena interview dengan anak
akan sulit untuk mendapatkan pembicaraan yang mengalir secara
langsung.
19. Menanyakan pertanyaan
20. Cobalah membuat pertanyaan terbuka dan tidak ambigu. Namun, jika
anak pemalu dapat menggunakan pertanyaan tertutup yang diikuti
pertanyaan terbuka
21. Memberi semangat pada anak
22. Hal ini dapat dilakukan ketika mereka mulai berbicara, berilah rasa
nyaman, dan perasaan bahwa mereka akan baik-baik saja
23. Hal yang bersifat pribadi
24. Berurusan dengan hal yang sangat pribadi berarti bahwa pewawancara
perlu menumbuhkan kepekaan diri dan rasa hati-hati. Jangan langsung
ke inti pertanyaan karena hal ini akan membutuhkan proses
25. Memperbolehkan anak untuk mengubah pemikiran mereka

Interview Lansia
a. Masalah khusus saat mewawancarai lansia
- Perbedaan usia dan pengalaman
▪ pengertian yang berbeda
▪ Perlambatan psikis-fisiologis
- Keterbatasan fisik
▪ Pendengaran, penglihatan, ucapan
- Keterbatasan kognitif
▪ Gangguan memori
b. Teknik dan tips mewawancarai lansia
1. Memilih lokasi interview
Seorang pewawancara bisa mempetimbangkan interview di rumah atau tempat

5
dimana lansia merasa nyaman, memastikan lokasi bebas dari gangguan,
menanyakan serta berhati-hati terhaadap keterbatasan fisik yang dimiliki oleh
lansia.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan pewawancara :
1) Menyediakan nama dan informasi kontak ke lansia
2) Menjelaskan peran dririnya dan tujuan dari wawancara kepada
mereka
3) Mengembangkan hubungan dengan lansia dengan cara menanyakan
keseharian dan hidup mereka
4) Menanyakan kepada lansia apakah mereka mempunyai pertanyaan ,
kebutuhan, perhatian sebeleum masuk ke dalam inti wawancara
5) Memastikan bahwa perangkat elektronik yang memiliki potensi
mengganggu dalam keadaan mati atau diletakkan di tempaat yang
jauh
6) Memperlakukan lansia dengan rasa hormat
7) Menanyakan kepada lansia bagaimana mereka ingin dipanggil
8) Menahan diri dari membuat sterotip tentang lansia
c. Tips dan trik wawancara dengan lansia yang memiliki masalah kognitif
(kognitif yang lemah)

1. Ingat bahwa kognitif yang lemah tidak selalu mencegah lansia mengatakan
sesuatu yang sebenarnya
2. Gunakan pertanyaan yang pendek dan terbuka tapi spesifik
3. Berikan waktu kepada lansia untuk menjawab pertanyaan, tanpa
menginterupsi tapi bisa memberikan arahan ulang jika diperlukan
4. Bicaralah dengan jelas dan lambat tapi jangan terlalu lirih
5. Bicaralah pada level mata dan pertahankan kontak mata
6. Jangan memperbaiki lansia
7. Pertimbangkan timing dari wawancara, pertanyaan.

6
d. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia dalam proses
wawancara
Ada beberapa teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia, yaitu :
1. Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan tangan.
2. Menjelaskan tujuan dari wawancara
3. Mulai pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
4. Menggunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengarkan secara
efektif.berjabat
5. Secara periodik mengklarifikasi pesan.
6. Mempertahankan kontak mata dan mendengarkan dengan serta mendorong
untuk berfokus pada informasi.
7. Menghindari respon yang menonjolkan rasa simpati.
8. Menghindari pertanyaan tentang keadaan mental
9. Meminta izin bila ingin bertanya secara formal.
10. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

2.2 Interview Populasi Khusus (Pendidikan Rendah, Orangtua ABK)

a. Interview pada orang berpendidikan rendah

Fokus utama interview yang dilakukan terhadap orang


berpendidikan rendah adalah bahasa. Bahasa yang digunakan oleh
interviewer sebaiknya adalah bahasa yang dimengerti dengan jelas oleh
interviewee. Oleh karena interviewee tidak memiliki pengetahuan yang luas
secara akademis, maka interviewer sebisa mungkin memancing
pembicaraan dengan membicarakan hal-hal yang ada di dalam keseharian
interviewee sehingga bisa dimengerti dengan mudah.

Contoh perbandingan kalimat


Salah : “apakah bapak/ibu mengerti coping stress yang tepat bagi diri
bapak/ibu?
Benar : “apakah bapak/ibu memiliki cara khusus untuk mengatasi perasaan
tertekan dan terbebani dari bapak/ibu?”.

7
b. Interview pada orang tua anak berkebutuhan khusus

Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan interview pada orang tua
dengan anak berkebutuhan khusus adalah :

1. Perhatikan pemilihan tempat yang akan digunakan dalam


melakukan interview. Kita dapat melakukan interview di tempat
yang nyaman bagi interviewee. Selain itu, tempat yang privat
diperlukan agar tidak mengganggu saat melakukan interview dan
membuat interviewee nyaman saat menjawab pertanyaan maupun
pernyataan yang kita ajukan.
2. Pada saat melakukan interview, anak sebaiknya tidak berada di
tempat yang sama saat dilakukannya interview. Hal ini
dimaksudkan agar hasil interview tidak menyakiti hati anak. Selain
itu, dimaksudkan agar anak tidak mengganggu orang tuanya ketika
interview.
3. Perlu diperhatikan juga penggunaan bahasa saat interview. Bahasa
yang digunakan dapat disesuaikan dengan latar belakang
pendidikan interviewee dan bahasa yang mudah dimengerti. Selain
itu, pertanyaan maupun pernyataan yang disampaikan tidak boleh
menyudutkan atau melukai hati interviewee.
4. Dalam melakukan tanya jawab, sebaiknya interviewer mampu
menciptakan suasana yang hangat dan akrab, sehingga interviewee
pun akan lebih nyaman untuk menyampaikan jawaban–jawaban dari
pertanyaan yang telah diajukan.

2.3 Probing/Informational Interview


Probing interview merupakan jenis wawancara yang paling umum.
Para profesional seperti wartawan, pengacara, polisi, perekrut, ahli kesehatan,
asuransi klaim peneliti, konselor, supervisor, dan guru serta mahasiswa,
kenalan, orang tua, dan anak-anak mengandalkan probing wawancara untuk
mengumpulkan dan memberikan informasi penting.

8
Tujuan dari probing interview yaitu memperoleh informasi yang
relevan dan tepat waktu, seakurat, dan selengkap mungkin, dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Metode wawancara ini terdiri dari pertanyaan hati-hati,
mendengarkan wawasan, mengamati, terampil menggali jawaban dan
informasi yang lebih spesifik, penjelasan, perasaan, sikap, posisi, serta data.

Tahapan Untuk Interview

1. Menentukan Tujuan
o Informasi jenis apa yang diinginkan.
o Tujuan yang jelas penting untuk menentukan panjang interview,
siapa yang diwawancarai, kapan dan dimana interview dilakukan.
o Tujuan dapat dibatasi oleh situasi: contohnya dalam konferensi pers,
jumlah dan tipe pertanyaan, informasi yang diberikan dapat dibatasi.
Faktor situasional juga dapat menentukan seberapa mendesaknya
kebutuhan untuk interview, dan pertanyaan mana yang sah dan
beretika.
o Menentukan produk hasil interview, jumlah interview, panjang
interview, narasumber, dst.
2. Melakukan Research Tentang Topik
o Menentukan informasi mana yang bisa diperoleh dari sumber lain.
o Hasil research dapat menunjukkan bagian mana dari topik yang
belum terjawab dan perlu ditanya.
o Tidak semua informasi akurat dan jujur sehingga harus kritis dan
perspektif terhadap informasi yang ditemukan.
o Dengan melakukan research terlebih dahulu, kredibilitas
interviewer meningkat di mata interviewee.
o Memotivasi interviewee untuk menjawab dengan jujur dan
mendalam.
3. Penataan Wawancara
Panjang, kecanggihan, dan pentingnya wawancara dapat
menentukan sifat panduan.

9
a. Pembukaan
Bangunlah suasana saling percaya, menghormati, dan ciptakan
hubungan yang positif. Janganlah terlalu akrab, identifikasikan diri,
posisi, dan organisasi yang diwakili.
Dalam pembukaan:
• Jelaskan apa yang ingin dibahas dan menjelaskan mengapa.
• Mengungkapkan bagaimana informasi akan digunakan.
• Menyatakan berapa lama wawancara akan diambil.
b. Tubuh
Pedoman wawancara: pertanyaan 5W 1H, garis besar, kata-
kata kunci.
1. Urutan kronologis untuk cerita atau kejadian.
2. Urutan logis seperti sebab-akibat atau masalah-solusi untuk
menghadapi masalah atau krisis.
3. Urutan ruang untuk tempat.

Untuk wawancara yang panjang, butuh interview schedule.

1. Daftar pertanyaan utama dan probing questions.


2. Fleksibel, pertanyaan bisa ditambah atau dikurangi.
3. Mencegah lupa arah ketika jalur pembicaraan menyimpang.

c. Penutupan

Pewawancara dapat memberikan waktu tambahan apabila


meminta persetujuan pada interviewee setelah waktu wawancara
selesai. Apabila tidak memerlukan waktu tambahan maka tutup
wawancara secara positif untuk menghormati waktu pihak
interviewee dan meningkatkan hubungan satu sama lain.

10
4. Memilih Interviewee dan Interviewer

a. Memilih Interviewee
• Level of Information : pastikan interviewee mempunyai informasi
yang dibutuhkan. Carilah key informant yang dapat membantu
memberikan informasi, menentukan, mengontak interviewee, dan
meminta interviewee bekerja sama.
• Availability : lokasi fisik, jumlah waktu luang untuk interview, dan
kapan tersedianya. Pertimbangkan menggunakan telepon, video
conference atau e-mail sebelum menyerah. Gunakanlah key
informant dan datangi interviewee bukan sebaliknya.
• Willingness : pihak interviewee mungkin tidak percaya terhadap
pihak interviewer, takut membahayakan diri sendiri dan buang-
buang waktu sehingga :
• Yakinkanlah interviewee bahwa interviewer bisa dipercaya dalam
hal kerahasiaan, akurasi, dan keadilan dalam melaporkan.
• Yakinkanlah interviewee dengan bujukan seperti "Jika Anda tidak
memberi tahu cerita dari pihak Anda, kami akan terus bergantung”
atau “Kita tidak bisa bertindak sampai Anda ceritakan apa yang
terjadi.
• Ability : kemampuan interviewee untuk menyampaikan informasi
dengan bebas dan akurat. Kenali interviewee sebelumnya seperti
pelajari prestasi, kepribadian mereka, reputasi, bias, minat, dan
sifat-sifat saat diwawancarai.

b. Memilih Interviewer

Sifat rasa ingin tau adalah kewajiban bagi pewawancara, selain


itu pewawancara harus ramah, sopan, terorganisir, observant,
pendengar yang baik, sabar, gigih, dan terampil dalam mengajukan
pertanyaan. Jabatan, umur, status, dan posisi dapat mempengaruhi
wawancara yang dilaksanakan.

11
Status Interviewer

• Apabila di bawah interviewee (contohnya : profesor untuk mahasiswa,

pekerja per jam untuk manajer, wakil presiden untuk presiden) :


interviewer tidak harus seorang ahli, interviewee lebih bebas bicara,
tidak merasa terancam, dan mungkin mau membantu interviewer.
• Apabila di atas interviewee (contohnya : kapten untuk sersan, CEO
untuk kepala divisi, dokter untuk praktisi perawat) : interviewer
mempunyai kontrol, dapat memberikan reward ke interviewee,
interviewee termotivasi untuk menyenangkan interviewer dan merasa
terhormat untuk menjadi peserta.
• Apabila sejajar dengan interviewee (contohnya : siswa untuk siswa,
asosiasi untuk berserikat, CEO untuk CEO, peneliti untuk peneliti) :
laporan dapat lebih baik, hubungan mudah dibentuk, empati lebih
tinggi, tekanan dan halangan komunikasi lebih rendah.

Hubungan antara Pewawancara (Interviewer) dan Narasumber


(Interviewee)

Catatan Robert Ogles dan profesor jurnalisme lainnya,


menyatakan bahwa wawancara jurnalistik mengandalkan “hubungan
sekunder” yang tidak intim dan terbatas pada satu atau sangat sedikit
dimensi relasional. Dimensi-dimensi ini cenderung menjadi lebih
fungsional daripada emosional dan bergantung pada isyarat yang
tampak seperti obvious similarities (kesamaan yang jelas), penampilan,
dan nonverbal behavior. Hubungan positif sangat penting untuk
keberhasilan wawancara, bahkan probing interview (wawancara
penyelidikan) yang paling sederhana, karena cenderung untuk
menggali ke dalam beliefs, attitudes, values, feelings, dan inner secrets.

12
5. Melakukan Wawancara

Tujuan dari probing interviews adalah untuk masuk secara


mendalam dan mendapatkan informasi yang berwawasan yang hanya
dapat diberikan oleh interviewee. Hal ini sangat penting untuk
mendapatkan info lebih penting dan menyimpan interaksi lebih lanjut.

a. Membuka Interview
• Buatlah rapport dan bersiap-siap untuk bagian utama interview.
• Hormati interviewee.
• Jangan kaku, tetapi juga jangan terlalu kasual.
• Jelaskan pertanyaan 5W1H tentang interview kali ini.
• Jangan langsung mengeluarkan catatan atau recorder.
• Icebreaker (seperti bertanya hobi) di ruang interviewee.
• Nyatakan dengan hati-hati, posisi interviewee di isu yang dibahas.
• Sesuaikan pembukaan dengan interviewee.
b. Memotivasi Interviewee
• Ikuti golden rule: lakukan sesuatu pada orang lain sama seperti apa
yang Anda ingin mereka lakukan padamu.
• Rasa percaya penting dan vital untuk jenis interview ini.
• Tunjukkan rasa tertarik dan antusias. Bersikaplah netral.
Kendalikan interview tanpa menyela. Saat bertanya, jangan buat
pernyataan. Lalu, gunakan body language untuk menunjukkan
perhatian.
c. Mengajukan Pertanyaan
• Gunakanlah open-ended question :
• Terutama di awal, mendorong dan memotivasi interviewee untuk
berkomunikasi.
• Kesempatan untuk mengobservasi interviewee.
• Lihat respons interviewee terhadap pertanyaan.
• Buat interviewee menjadi bintang dari acara interview.

13
• Jangan menginterupsi kecuali sangat melenceng, interviewee
menghindari sebuah pertanyaan, atau menjawab tanpa berhenti.
• Gunakanlah probing question :
• Silent atau nudging probes : anggukan, senyum, "uh huh"
mendorong interviewee untuk memberi elaborasi (penjelasan
lebih lanjut).
• Informational probe : ketika ada informasi yang butuh
penjelasan lebih lanjut.
• Restatement probe : ketika interviewee tidak menjawab
pertanyaan yang ditanya.
• Reflective atau mirror question : untuk mengklarifikasi
jawaban.
• Clearinghouse probe : memastikan segala yang penting
sudah terjawab.
• Metaphorical question : mendorong interviewee untuk
menjawab secara menarik dan gampang dimengerti.
• Pikirkan pertanyaan sebelum menanyai narasumber.
• Berhenti ketika interviewer telah mengajukan pertanyaan baik
(open-ended question).
• Hindari bipolar, terkemuka, dan pertanyaan menebak kecuali
menggunakan salah satu untuk alasan tertentu.

6. Note taking dan Tape Recorder

a. Note Taking

Mencatat atau merekam sangatlah penting selama


wawancara untuk membantu mengingat tingkah laku, nama,
pernyataan yang tepat dan bagaimana jawaban yang diberikan.
Kelebihan :
• Meningkatkan perhatian terhadap apa yang dibicarakan.

14
• Tidak perlu khawatir tentang mesin yang rusak, pita kaset
yang habis, atau baterai yang habis pada situasi yang kritis.
• Dibandingkan mendengarkan recording, note taking tidak
memakan banyak waktu dan biaya.
Kekurangan :
• Pertama, terkadang tidak bisa mencatat perkataan narasumber
cukup cepat khususnya ketika narasumber berbicara dengan
cepat.
• Kedua, sulit untuk konsentrasi pada pertanyaan dan jawaban
ketika menulis catatan.
• Ketiga, mencatat bisa menghambat untuk mendapatkan
informasi karena orang yang diwawancara :
• Menjadi takut pada apa yang ditulis.
• Segan untuk berbicara ketika interviewer sedang menulis
dan tidak sedang melihat mereka.
• Ingin membantu kamu menyusul jawaban.

Ada tujuh panduan untuk mencatat yang baik :

• Pertahankan komunikasi dengan orang yang diwawancara


dengan cara tidak terlalu menarik perhatian ketika sedang
mencatat.
• Gunakan penulisan yang singkat pada catatan.
• Tulis hal-hal yang penting saja untuk mempercepat catatan.
• Hindari komunikasi pada orang yang diwawancara apa yang
kamu pikirkan, penting untuk tidak mencatat dengan gelisah
selama jawaban.
• Kurangi kekhawatiran orang yang diwawancara dengan :
• Meminta izin sebelum mencatat.
• Menjelaskan kenapa catatan penting dan membantu untuk

kedua belah pihak.

15
• Kadang-kadang menunjukkan catatan kepada orang yang
diwawancara untuk memeriksa ketepatan.
• Menghindari kekhawatiran orang yang diwawancara dengan:
• Setuju mengikuti aturan untuk wawancara.
• Menjelaskan bagaimana informasi digunakan.
• Setuju untuk membiarkan responden melihat laporan
sebelum mempublikasikannya.
• Pastikan kebenaran laporan dengan cara memeriksa catatan
segera setelah wawancara untuk mengisi kekosongan,
melengkapi singkatan, dan menerjemahkan tulisan cepat.
b. Tape Recording

Kelebihan :

• Meningkatkan konsentrasi pada interview dan memikirkan probing.


• Dapat mendengar atau melihat apa yang terjadi setelah interview.
• Dapat merekam jawaban yang tidak terdengar saat itu.
• Dapat memberikan catatan yang akurat tentang isi interview.

Kekurangan :

• Risiko aset rekaman bisa tidak berfungsi.


• Beberapa orang memandang bahwa rekaman sebagai pengacau
dalam keintiman situasi wawancara.
• Rekaman yang permanen dan tidak bisa disangkal membuat
interviewee merasa terancam dengan konsekuensi nantinya.
• Butuh waktu lama untuk review isi recorder.

Panduan untuk rekaman yang efektif mencakup :

• Mengurangi ketakutan orang yang diwawancara dan keberatan pada


rekaman dengan :
• Meminta izin sebelum menggunakan kaset rekaman.

16
• Menjelaskan kenapa rekaman itu menguntungkan bagi orang
yang diwawancara.
• Menjelaskan kenapa kamu ingin atau harus merekam
wawancara.
• Menjelaskan bagaimana rekaman akan digunakan.
• Meletakkan rekaman pada lokasi yang tidak menarik
perhatian.
• Menawarkan untuk mematikan rekaman ketika diinginkan.
• Sukarela untuk membiarkan orang yang diwawancara
memeriksa kaset sebelum menggunakannya.
• Mengurangi kesulitan mekanis dengan cara mengetes
rekaman dengan seksama sebelum wawancara.
• Harus mengetahui dengan seksama cara kerja kaset
rekaman sebelum wawancara dimulai.
• Pikirkan sebelum menggunakan mikrofon atau video
rekaman tersembunyi.

7. Handling Difficult Situations

a. Sanitized vs Real Setting

Wawancara lapangan secara esensial membuat kita mengerti


akan suatu peristiwa, masalah dan orang-orang. Eric Nalder mengatakan
bahwa secara esensial untuk mewawancarai orang pada tempat dimana
mereka melakukan hal yang sedang kamu tulis sehingga tidak hanya
mendengar jawaban tapi untuk melihat dan mendapatkan perasaan
tentang hal tersebut.

b. Press Conference atau Group Interview


Konferensi atau wawancara kelompok membatasi kontrol
pewawancara dalam situasi ini. Orang yang diwawancara atau anggota
staf dapat memberitahukan kapan dan dimana wawancara akan

17
dilaksanakan dan memberlakukan aturan dasar seperti lamanya dan topik
yang diperbolehkan.

c. Broadcast Interview
Wawancara di televisi atau radio pasti dapat membuat gugup
karena harus tampil di depan penonton dan kamera. Maka, biasakan diri
dengan setting fisik, termasuk kursi, alat rekaman, teknisi, format dan
tujuan dari program acara. Posisikan mikrofon kurang lebih dua puluh
cm dari mulut interviewee (di samping). Kemudian, nudging dengan
anggukan, serta pertanyaan harus to the point sebab ada deadline yang
singkat. Dan juga pertanyaan spontan menghasilkan jawaban spontan

d. Video Conference Interview


• Mengantisipasi delay bunyi, jangan terburu-buru tunggu
sebentar.
• Lihat ke kamera.
• Fokus ke interviewee dan sebaliknya.
• Jangan terlalu bergerak atau kaku.
• Bicara dengan natural.
• Tunjukkan semangat dan antusiasme.

8. Mengatasi Kesulitan Pada Saat Diwawancara

a. Emotional Interviewees
• Lebih baik diam daripada bicara, beri interviewee waktu.
• Golden rule: lakukan sesuatu pada orang lain sama seperti apa
yang Anda ingin mereka lakukan padamu.
• Hindari pertanyaan yang insensitive, hanya tanya pertanyaan
yang perlu.
b. Hostile Interviewees
Jika terjadi permusuhan dalam wawancara, kita harus
mengetahui mengapa hal tersebut terjadi. Ada beberapa cara untuk
mengatasi permusuhan :

18
• Menghindari sifat menekan yang tidak beralasan.
• Mengikuti permusuhan untuk mematikan serangan orang
yang diwawancara.
• Beralih ke topik lain.
• Diam untuk sesaat.
• Menanyakan pertanyaan pembuka atau penutup.
• Tidak mengulangi kejadian yang sama.
c. Reticent Interviewees

Berikut beberapa cara untuk berkomunikasi dengan lebih efektif


dengan orang yang pemalu:

• Berhati-hatilah ketika memperkenalkan diri dan


orientasinya.
• Membicarakan hal-hal yang mudah, dengan topik yang tidak
mengancam selama beberapa menit awal.
• Mengubah gaya formal menjadi gaya informal, dari gaya
seorang profesional yang dingin menjadi seorang yang ramah,
dari gaya seorang yang tidak sependapat menjadi orang yang
sependapat.
• Mengubah strategi pertanyaan sehingga orang yang
diwawancarai menjadi lebih santai.
• Diam digunakan untuk mendorong seseorang berbicara dan
menampilkan sesuatu yang berbeda.
• Menggunakan isyarat untuk membuat responden berbicara.
d. Talkative Interviewees

Ada beberapa cara yang dibutuhkan untuk merubah interviewee


yang banyak bicara, yaitu : mengubah kontak mata, bersandar ke depan,
memberikan tanda bahwa kamu ingin menanyakan pertanyaan yang
lain, menganggukkan kepala dan berkata, “saya sudah mengerti,

19
penjelasan anda cukup”, melihat daftar pertanyaan, berhenti mencatat,
memandang sekilas ke arah jam (sinyal nonverbal).

e. Evasive Interviewees
Interviewee mungkin berusaha untuk menghindar dari pertanyaan
yang mengkaitkan mereka dengan pernyataan perasaan atau prasangka.
Maka harus membuat persiapan dan terus menerus bertanya, misalnya
:
• Mengulangi atau bertanya dengan menggunakan kata-kata yang
berbeda.
• Tertawa dengan interviewee dan kemudian melanjutkan topik.
• Melanjutkan dengan pertanyaan lain dan kembali ke
pertanyaan sebelumnya
• Ingatkan respondent dengan bijaksana bahwa kamu bertugas
untuk menanyakan pertanyaan tersebut.
• Berusaha mengutamakan pertanyaan yang memiliki makna
penting.
f. Confused Interviewees

Narasumber bisa saja merasa bingung dengan topik, pertanyaan,


keadaan fisik atau mental, atau situasi. Berusahalah untuk menghindari
kebingungan tanpa mempermalukan mereka atau menciptakan
permusuhan. Berhati-hatilah terhadap reaksi nonverbal.

g. Dissimilar Interviewees

Pewawancara harus beradaptasi pada pertanyaan dan struktur


untuk mewawancarai orang yang berbeda, menyadari perbedaan gender
dan budaya untuk memotivasi orang yang diwawancarai dan memahami
jawaban yang diterimanya.

9. Menutup Interview

20
• Tutuplah interview ketika cukup informasi atau waktu habis.
• Apabila interviewee tidak mau perpanjang waktu, tutup interview
dengan positif dan cobalah membuat janji wawancara kembali.
• Buatlah penutup sebuah dialog, bukan monolog.
• Interview belum berakhir sampai satu belah pihak menghilang :
• Interviewee bisa lebih longgar ketika merasa interview hampir
berakhir
• Tetap observasi dan dengarkan interviewee.

10. Menyiapkan Laporan

• Meninjau informasi untuk memastikan informasi sudah cukup.


• Perlu untuk memeriksa jawaban dengan sumber lain, terutama jika
ada alasan untuk mencurigai yang diwawancarai jika memberi
informasi yang tidak akurat.
• Mengedit apakah terdapat kesalahan tata bahasa, kesalahan
pengucapan kata-kata, expletives, slang dan jeda seperti "uh," "dan
eh," dan "kau tahu". dengan tidak mengecilkan atau melebih-lebihkan
suatu pendapat orang yang diwawancarai, sikap, niat, atau komitmen.
• Ingat aturan dasar disepakati dan informasi apa yang "off the
record."
• Hati-hati dengan asumsi-asumsi dan memaksimalkan akurasi di
setiap fakta dan interpretasi
• Pastikan pertanyaan dan jawaban dilaporkan di konteks yang tepat.

11. Menjadi Interviewee


a. Doing Homework
• Meninjau ulang tentang topik yang dibahas.
• Pahami kebijakan dan keterlibatan organisasi, dan otoritas yang
dimiliki untuk bicara atas nama organisasi.
• Pelajari interviewer : usia, jenis kelamin, kelompok etnis,
pendidikan dan pelatihan, minat khusus, dan pengalaman.

21
• Apabila wawancara mulai tiba-tiba, pastikan identitas
interviewer dan bagaimana hasil interview akan digunakan.
b. Pahami Hubungan Interviewee-Interviewer

Bisa jadi salah satu atau yang lain mungkin berada dalam posisi yang
lebih tinggi, atau sebaliknya.

c. Awareness of the Situation


Pertimbangkan penetapan aturan dasar seperti waktu, tempat, dengan
tema yang di luar batas atau off-the record, dan identitas
pewawancara. Bisa juga meminta daftar pertanyaan sebelum
interview dilaksanakan.
d. Mengantisipasi Pertanyaan
• Siapkan jawaban, pikirkan informasi apa yang rahasia.
• Siapkan bukti untuk mendukung jawaban.
• Cari bantuan untuk menghadapi interviewer berpengalaman.
e. Mendengarkan Pertanyaan
• Dengarkan dan berpikir sebelum menjawab.
• Bersabarlah : dengarkan pertanyaan sampai selesai.
• Fokus perhatian pada pertanyaan yang sedang ditanya (fokus mata
dan telinga pada pewawancara. Hal ini sangat penting dalam
wawancara siaran yang melibatkan beberapa orang, studio,
monitor kamera, dan mikrofon serta wawancara di lapangan yang
melibatkan penonton, kebisingan, lalu lintas, dan objek
mengganggu).
• Konsentrasi baik pada interviewer dan pertanyaan.
• Jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa sebuah pertanyaan tidak
relevan atau konyol.
• Hindari sifat defensif (marah atau memusuhi).
f. Menjawab Secara Strategis
• Berbagi kontrol atas interview.

22
• Jelaskan tindakan yang diambil misal memberikan penjelasan
substansial mengapa Anda harus menolak untuk menjawab
pertanyaan atau hanya mengatakan "no comment".
• Berikan contoh, analogi untuk mendukung jawaban.
• Buka jawaban secara positif.
• Jika pertanyaan bipolar, berikan sederhana ya atau tidak atau yang
rumit ketika hal tersebut menguntungkan.
• Mintalah pewawancara untuk mengulangi, atau menjelaskan
pertanyaan panjang, rumit, atau tidak jelas.
• Jika pertanyaan adalah pilihan ganda, pastikan pilihan yang wajar
dan yang hanya mungkin. Jika tidak, menjelaskan atau memenuhi
syarat jawaban atau bersikeras atas opsi tambahan

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Wawancara merupakan sebuah proses memperoleh keterangan dalam


tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap muka antara
pewawancara dengan responden. Wawancara dapat dilakukan pada poulasi
khusus seperti anak-anak, lansia, orang berpendidikan rendah, serta orang tua
anak berkebutuhan khusus. Interview yang dilakukan pada anak harus
memperhatikan beberapa hal penting seperti pemilihan tempat, penggunaan
bahasa, serta mengatur batasan. Hal demikian pula juga berlaku apabila kita
mewawancarai lansia. Beberapa tips dan trik yang dilakukan dalam
mewawancarai lansia antara lain: gunakan pertanyaan yang pendek dan
terbuka tapi spesifik, berikan waktu kepada lansia untuk menjawab
pertanyaan, tanpa menginterupsi tapi bisa memberikan arahan ulang jika
diperlukan, serta bicaralah dengan jelas dan lambat tapi jangan terlalu lirih.
Dalam melakukan interview terhadap orang yang berpendidikan rendah
interviewer harus sebisa mungkin memancing pembicaraan dengan
membicarakan hal-hal yang ada di dalam keseharian interviewee sehingga
bisa dimengerti dengan mudah. Interview yang dilakukan kepada orang tua
anak berkebutuhan khusus harus memperhatikan beberapa hal yaitu
pemilihan tempat, penggunaan Bahasa, serta menciptakan suasana yang
hangat. Probing adalah wawancara untuk mengumpulkan dan memberikan
informasi penting. Tujuan dari probing interview yaitu memperoleh
informasi yang relevan dan tepat waktu, seakurat, dan selengkap mungkin,
dalam waktu yang sesingkat mungkin.

24
3.2 Saran
Interview atau wawancara pada populasi khusus seperti anak-anak, lansia,
orang berpendidikan rendah, serta orang tua anak berkebutuhan khusus memiliki
teknik-teknik dan tips tertentu. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara
kepada pihak-pihak tersebut peneliti sebaiknya mengetahui kaidah-kaidah yang
berlaku dan dapat mengaplikasikannya ketika melakukan wawancara. Peneliti juga
dapat menggunakan wawancara probing untuk memperoleh informasi yang
relevan dan akurat secara efisien.

25
DAFTAR PUSTAKA

McCrum,S. & Hughes,L.1998. Interviewing Children. Save The Children.

Seidman,I 2006.Interviewing as Qualitative Research : Guide for Researcher


in Education and The Social Sciences. NY : Theacers College Press.

Hamela & Keller, M. Tanpa Tahun. The Child Interview. Practice


Guidelines.

UNC School Government. Tanpa tahun. Techniques and Tips for


Interviewing Older Adults. Protect Adults.

Fanny, Yulli M., Aini, Syarifah N., Amalia, Sri R., dkk. (2010). Probing
interview. [Makalah] Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara. https://pdfslide.net/documents/klp-5-makalah-probing-
interviews.html

Nazir. Moh. (1983). Metode penelitian. Ghalia Indonesia.

26
Lembar Kontribusi Kelompok

Nama NIM Uraian

Rania Anggraeni Setyani 15000120130167 Mencari Materi Interview


Putri Populasi Khusus (Pendidikan
Rendah, Orangtua ABK)

Maharani Rifdu Hamida 15000120130181 Membuat PPT

Ulfah Nur Azizah 15000120130167 MencariMateri


Probing/Informational
Interview

Zaroul Firdaus 15000120130200 Mencari Materi Interview


Populasi Khusus (Anak, Lansia)

Faisal Angger Abimanyu 15000120130283 Menyusun Makalah

27

Anda mungkin juga menyukai