Tu Evaporasi Kelompok 4 Rabu
Tu Evaporasi Kelompok 4 Rabu
1. Evaporator Robert
Evaporator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan
larutan yang terkonsentrasi. Industri menggunakan evaporator untuk pengentalan
awal cairan sebelum diolah lebih lanjut, mengurangi volume dari larutan, dan
menurunkan aktivitas dari air (Storia, 2016). Evaporator memiliki beberapa jenis
salah satunya adalah tipe robert. Evaporator tipe robert memiliki prinsip multiple
effect. Penggunaan evaporator multiple effect didasarkan pada hasil yang
dikehendaki atau untuk mendapatkan produksi tertentu. Jenis-jenis evaporator
berdasarkan jumlah tangki yang digunakan diantaranya single evaporator, double
evaporator, triple evaaporator, dan lebih dari tiga unit evaporator dinamakan
multiple evaporator (Aziz, 2000). Metode quintuple effect menggunakan lima buah
evaporator atau dapat disebut juga dengan multiple effect evaporator.
Prinsip kerja dari quintuple effect yaitu, pertama uap bekas turbin akan
masuk ke shell calandria dan terkondensasi menjadi kondensat yang kemudian
keluar melalui bagian bawah calandria. Panas yang diperoleh memanfaatkan
kondensat dari badan satu dan dua untuk dijadikan air umpan ketel, sedangkan
kondensat dari badan lain digunakan untuk air imbisis perasan tebu (storia, 2016).
Multiple effect evaporator merupakan evaporator yang dioperasikan secara
seri dan bertingkat dimana larutan dikonsentrasikan secara bertahap. Multiple effect
dilakukan karena karakteristik dari larutan yang jika tidak dilakukan secara
bertahap akan mempengaruhi karakteristik dari larutan tersebut, selain itu
operasionalnya juga terbilang ekonomis karena hanya pada tingkat pertama saja
yang menggunakan uap proses. Pemanas dibutuhkan hanya satu unit, sedangkan
pada tingkat selanjutnya digunakan uap dari larutan sebagai pemanas (Aziz, 2000).
Evaporator seperti gambar di bawah ini merupakan jenis evaporator jenis
Short-tube vertikal evaporator atau disebut juga evaporator calandria. Evaporator
ini terdiri dari tube vertikal dan tube horizontal sheets melewati shell (Whalley,
1991). Uap pemanas beredar di sekeliling tube dan nira yang diuapkan terdapat di
dalam tube. Nira sebagai umpan akan masuk bersama uap ke evaporator robert
melalui noozle yang terdapat dibagian bawah dan melalui ruang dibagian bawah
lower tube sheet. Conical berfungsi untuk pendistribusian nira ke sekeliling tube
pemanas. Uap mengalir ke calandria melalui satu atau lebih inlet (Storia, 2016).
Prinsip kerja dari evaporator ini berdasarkan dari sirkulasi natural dari nira
dalam tube calandria yang terdapat pada bagian bawah vessel. Jalur sirkulasi terdiri
dari sebuah tube yang berdiameter besar dibagian tengah calandria dimana nira
tidak dipanaskan, dan tube-tube berdiameter kecil dimana panas dipindahkan dari
uap ke nira dan kemudian uap pemanas akan terkondensasi. Panas diberikan ke
dinding pada tube yang mengakibatkan nira mulai mendidih, gelembung uap akan
menurunkan densitasnya dibawah nira yang ada dibawah tabung sirkulasi, hal ini
menyebabkan adanya buoyancy force di dalam kolom tube (Poel, 1998)
Campuran nira yang mendidih dan uap akan terangkat sampai diatas upper
tube-sheet. Komponen dari campuran ini akan terpisahkan oleh gaya gravitasi
dimana nira akan mengalir keluar melalui central tube yang berada di tengah
calandria kemudian menuju tube sirkulasi di bawah lower tube sheet dan uap akan
keluar dari bagian atas dari evaporator robert. Siklus ini adalah siklus lengkap yang
terdapat di dalam evaporator robert (Storia, 2016).
Falling film evaporator berbentuk tabung panjang 4-8 meter yang dilapisi
dengan jaket uap. Distribusi larutan yang seragam sangat penting. Larutan masuk
dan memperoleh gaya gerak karena arah larutan yang menurun. Kecepatan gerakan
larutan akan mempengaruhi karakteristik medium pemanas yag juga mengalir
menurun. Tipe ini cocok untuk menangani larutan kental sehingga sering digunakan
untuk industri kimia, makanan, dan fermentasi.
Falling film evaporator didesain untuk menguapkan suatu cairan yang
mengalir sebagai film tipis melewati permukaan yang panas secara konduksi atau
konveksi pada permukaan pelat pipa bagian dalam (Susianto dkk, 2010). Alat ini
sangat berguna dalam pengaplikasiaan yang kekuatan pendorong dan perbedaan
suhu antara media perpindahan panas dan cairan kecil. Waktu retensi untuk cairan
dalam evaporator ini lebih kecil dari rising-film evaporator (Cheremisinoff, 2000).
Koefisien perpindahan panas yang tinggi diperoleh dalam falling film evaporator
ketika lapisan cairan yang terus menerus pada titik didihnya, mengalir ke bawah
dinding tabung bagian dalam dengan inti uap di pusat tabung. Tingginya koefisien
perpindahan panas merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi laju
penguapan, dan ini akan menentukan hasil yang didapat pada proses evaporasi
Falling film evaporator digunakan pada proses penguapan di Pabrik Gula
Gempolkrep. Evaporator tipe ini tersedia dua buah di pabrik dan hanya satu yang
digunakan dalam proses, sedangkan satu buah lagi sebagai cadangan apabila salah
satu unitnya terjadi kerusakan alat. Falling film evaporator sering digunakan di
pabrik gula dikarenakan memiliki beberapa keunggulan diantaranya waktu tinggal
yang lebih singkat, luas permukaan untuk penguapan lebih luas maka laju
penguapan lebih besar dan lebih cepat serta kerusakan yang terjadi pada kandungan
gula menjadi lebih kecil (Susianto dkk, 2010). Menurut Lailatul (dalam Susianto,
2002) falling film evaporator sistem larutan gula-udara memberikan keuntungan
karena laju penguapan menjadi lebih cepat.
Cara kerja falling film evaporator di Pabrik Gula Gempolkrep ialah dengan
menggunakan uap bekas yang digunakan untuk menggerakkan turbin pada
gilingan. Tahapan sebelum masuk ke falling film evaporator, nira mentah
ditampung dalam juice tank nira bersih, kemudian nira kental dipompa dan
dialirkan ke evaporator I, II, dan III secara paralel. Uap bekas yang digunakan
bertekanan ± 1,2 kg/cm2 . Tekanan ruang pada falling film evaporator ialah 1,2
kg/cm2 , dengan temperatur ruang 120 ℃ dan kapasitas 4000 m3 . Hasil nira dari
falling film evaporator diharapkan mendekati 27 °Be. Uap bekas dari proses
penguapan di falling film evaporator akan digunakan untuk stasiun masakan dan
falling film evaporator merupakan penghasil air kondensat terbanyak untuk di
alirkan ke dalam boiler pada stasiun masakan (Mustofa, 2012).
Menurut Storia (2016), proses yang terjadi di dalam evaporator pada Pabrik
Gula Gempolkrep adalah exhaust steam dari turbin akan masuk ke sisi shell dan
memanasi nira jernih yang ada di sisi tube. Kandungan air pada nira jernih akan
menguap oleh panas dari uap. Nira jernih kemudian mengental sedangkan exhaust
steam akan terkondensasi menjadi kondensat sebagai umpan untuk boiler. Uap hasil
pemanasan nira digunakan sebagai uap pemanas pada evaporator berikutnya.
Proses tersebut akan berlanjut sampai evaporator terakhir.
Menurut Widianto (2018), proses evaporasi yang terjadi pada Pabrik Gula
Gempolkrep adalah nira encer hasil pemurnian dialirkan ke pre-evaporator, nira
akan mengalami proses pemanasan dengan temperatur 115-120 °C dengan tekanan
0.8 atm. Uap yang digunakan adalah uap-uap bekas turbin yang dimanfaatkan
sebagai umpan pada tahap pre-heating unit selanjutnya. Evaporator I menguapkan
nira yang encer dengan menggunakan bantuan dari uap dari pre-evaporator. Hasil
penguapannya adalah uap nira I yang selanjutnya digunakan sebagai pemanas pada
evaporator II. Evaporator II menguapkan air pada nira dengan menggunakan uap
nira II dengan kisaran temperatur 90-95 °C. Hasil penguapan akan digunakan pada
evaporator selanjutnya yaitu evaporator III yang uap selebihnya digunakan untuk
pemanasan evaporator I dan nira akan dialirkan ke evaporator III. Sistem kerja ini
akan dioperasikan hingga ke evaporator V.
Kerja pada evaporator III, evaporator IV dan evaporator V fungsi dasarnya
masih sama dengan evaporator I dan II yaitu membantu menguapkan kandungan
air pada nira, yang berbeda hanya kondisi operasinya. Evaporator III memiliki
temperatur 80-85 °C, dan evaporator IV dengan temperatur 60-62 °C. Uap hasil
evaporator III akan dialirkan sebagai pemanas di evaporator IV, sedangkan uap
hasil evaporator IV akan dialirkan ke kondensor dan didinginkan pada cooling pond
dan digunakan sebagai air kondensat pengisi boiler. Sistem kerja seperti ini sangat
efektif dilakukan pada pabrik gula (Widianto, 2018).
Prinsip dasar dari operasi kristalisasi yaitu titik didih, tekanan uap, dan kelarutan.
Uap air tekanan uapnya akan berubah dengan suhu di bawah tekanan atmosfer, air
akan mendidih di bawah 100 oC dan pada suhu tersebut zat yang murni akan
menahan suhu tetap sampai cairan teruapkan. Titik didih dari larutan akan
ditentukan oleh zat terlarut, konsentrasi, dan tekanan dari sistem yang ujungnya
akan berpengaruh pada laju penguapan (Yandi, 2018).
Crystallizer yang digunakan dalam proses pembentukan kristal memiliki
beberapa jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan suatu pabrik sehingga
dihasilakn kistal yang optimal. Jenis-jenis diantaranya scraped surface crystallizer,
circulating-liquid evaporator-crystallizer, dan circulating-magma vacuum
crystallizer. Jenis-jenis crystallizer bisa dilihat pada gambar yang terlampir di atas.
Ketiga jenis ini memiliki keunggulan masing-masing. Jenis yang digunakan
pada PT. Pupuk Sriwidjaja ialah scraped surface crystallizer. Jenis lainnya seperti
circulating-liquid evaporator-crystallizer biasa digunakan pada industri. Jenis ini
memiliki mekanisme kerja dengan perputaran cairan yang disebabkan oleh pompa
bawah dalam sisi tube dari pemanas uap kondensasi. Larutan yang panas kemudian
mengalir ke ruang uap, dimana evaporasi akan membuat larutan sangat jenuh.
Larutan ini akan mengalir ke downflow tube dan kemudian naik melewati fluidized
bed dan terjadi pengadukan kristal (Yandi, 2018).
Aziz, A. 2000. Analisa Energi Termal Multiple Effect Evaporator Pada Industri.
Mesin. Vol. 2(3): 164-176.
Cheremisinoff, N. P. 2000. Handbook Of Chemical Processing Equipment.
Amerika Serikat: Butterworth-Heinemann.
Fitri, M. A., Suhadi., Altway, A., dan Susianto. 2016. Studi Eksperimental Falling
Film Evaporator pada Evaporasi Nira Kental. Journal of Research and
Technologies. Vol. 2(1): 13-17.
Gourdon, M., dan Mura, E. 2016. Performance Evaluation of Falling Film
Evaporators in the Dairy Industry. Journal Food and Bioproducts
Processing. Vol. 20(16): 1-27.
Mustofa, A. 2012. Proses Produksi Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto.
[LAPORAN KERJA PRAKTEK]. Surabaya (IDN). Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Poel, P. W., Van der, H. dan Schiweck, T. dan Schwartz. 1998. Sugar Technology-
Beet and Cane Sugar Manufacture. Denver: Beet Sugar Development
Foundation.
Pranata, H. 2011. Analisa Performa Pompa Sentrifugal W-GA 603 pada Plant Urea
P-II PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. [LAPORAN KERJA PRAKTEK].
Yogyakarta (IDN). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Septiansyah, F. D. 2016. Departemen Pemeliharaan Listrik dan Instrumen di PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang. [LAPORAN KERJA PRAKTEK]. Bandung
(IDN). Universitas Telkom.
Skindzier, M. 2015. Separations Chemical. (Online). http://encyclopedia.che.
engin.umich.edu/Pages/SeparationsChemical/Crystallizers/Crystallizers.ht
ml. (Diakses 28 September 2019).
Storia, E. A., dan Prabowo. 2016. Pengaruh °Brix Terhadap Karakteristik
Perpindahan Panas pada Evaporator Robert Sistem Quintuple Effect di PG.
Gempolkrep. Jurnal Teknik ITS. Vol. 5(1): 7-12.
Storia, E. A. 2016. Pengaruh °Brix Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas
pada Evaporator Robert Sistem Quintuple Effect di PG. Gempolkrep.
[SKRIPSI]. Surabaya (IDN). Institut Teknologi Surabaya.
Susianto., Budhikarjono, K., Suhadi., Evi., dan Winny. 2010. Pengaruh Laju Alir
Udara pada Falling Film Evaporator untuk Sistem Larutan Nira-Udara.
MPG. Vol. 46(2): 124-130.
Whalley, P. B. 1991. Evaporator and Reboilers in The Process and Chemical
Industries. Oxford: John Wiley and Sons, Inc.
Widianto, N. 2018. Otomatisasi pada Stasiun Gilingan di Pabrik Gula Gempolkrep
PTPN X Mojokerto. [LAPORAN KERJA PRAKTEK]. Surabaya (IDN).
Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya.
Wulandari, A. 2018. Departemen Operasi P-IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.
[LAPORAN KERJA PRAKTEK]. Yogyakarta (IDN). Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Yandi, R. 2018. Evaluasi Kinerja Crystallizer Unit Area PUSRI-IV. [LAPORAN
KERJA PRAKTEK]. Padang (IDN). Universita Bung Hatta.