Anda di halaman 1dari 13

Analisa Evaporator Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto dan Crystallizer

pada Proses Mother Liquor PT. PUSRI Palembang

1. Evaporator Robert
Evaporator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan
larutan yang terkonsentrasi. Industri menggunakan evaporator untuk pengentalan
awal cairan sebelum diolah lebih lanjut, mengurangi volume dari larutan, dan
menurunkan aktivitas dari air (Storia, 2016). Evaporator memiliki beberapa jenis
salah satunya adalah tipe robert. Evaporator tipe robert memiliki prinsip multiple
effect. Penggunaan evaporator multiple effect didasarkan pada hasil yang
dikehendaki atau untuk mendapatkan produksi tertentu. Jenis-jenis evaporator
berdasarkan jumlah tangki yang digunakan diantaranya single evaporator, double
evaporator, triple evaaporator, dan lebih dari tiga unit evaporator dinamakan
multiple evaporator (Aziz, 2000). Metode quintuple effect menggunakan lima buah
evaporator atau dapat disebut juga dengan multiple effect evaporator.
Prinsip kerja dari quintuple effect yaitu, pertama uap bekas turbin akan
masuk ke shell calandria dan terkondensasi menjadi kondensat yang kemudian
keluar melalui bagian bawah calandria. Panas yang diperoleh memanfaatkan
kondensat dari badan satu dan dua untuk dijadikan air umpan ketel, sedangkan
kondensat dari badan lain digunakan untuk air imbisis perasan tebu (storia, 2016).
Multiple effect evaporator merupakan evaporator yang dioperasikan secara
seri dan bertingkat dimana larutan dikonsentrasikan secara bertahap. Multiple effect
dilakukan karena karakteristik dari larutan yang jika tidak dilakukan secara
bertahap akan mempengaruhi karakteristik dari larutan tersebut, selain itu
operasionalnya juga terbilang ekonomis karena hanya pada tingkat pertama saja
yang menggunakan uap proses. Pemanas dibutuhkan hanya satu unit, sedangkan
pada tingkat selanjutnya digunakan uap dari larutan sebagai pemanas (Aziz, 2000).
Evaporator seperti gambar di bawah ini merupakan jenis evaporator jenis
Short-tube vertikal evaporator atau disebut juga evaporator calandria. Evaporator
ini terdiri dari tube vertikal dan tube horizontal sheets melewati shell (Whalley,
1991). Uap pemanas beredar di sekeliling tube dan nira yang diuapkan terdapat di
dalam tube. Nira sebagai umpan akan masuk bersama uap ke evaporator robert
melalui noozle yang terdapat dibagian bawah dan melalui ruang dibagian bawah
lower tube sheet. Conical berfungsi untuk pendistribusian nira ke sekeliling tube
pemanas. Uap mengalir ke calandria melalui satu atau lebih inlet (Storia, 2016).

Gambar 1. Evaporator Robert


(Sumber: Storia, 2016)

Prinsip kerja dari evaporator ini berdasarkan dari sirkulasi natural dari nira
dalam tube calandria yang terdapat pada bagian bawah vessel. Jalur sirkulasi terdiri
dari sebuah tube yang berdiameter besar dibagian tengah calandria dimana nira
tidak dipanaskan, dan tube-tube berdiameter kecil dimana panas dipindahkan dari
uap ke nira dan kemudian uap pemanas akan terkondensasi. Panas diberikan ke
dinding pada tube yang mengakibatkan nira mulai mendidih, gelembung uap akan
menurunkan densitasnya dibawah nira yang ada dibawah tabung sirkulasi, hal ini
menyebabkan adanya buoyancy force di dalam kolom tube (Poel, 1998)
Campuran nira yang mendidih dan uap akan terangkat sampai diatas upper
tube-sheet. Komponen dari campuran ini akan terpisahkan oleh gaya gravitasi
dimana nira akan mengalir keluar melalui central tube yang berada di tengah
calandria kemudian menuju tube sirkulasi di bawah lower tube sheet dan uap akan
keluar dari bagian atas dari evaporator robert. Siklus ini adalah siklus lengkap yang
terdapat di dalam evaporator robert (Storia, 2016).

2. Falling Film Evaporator


Falling film evaporator merupakan alat yang dirancang untuk mengurangi
kadar air suatu liquid yang sensitif terhadap panas, yang mengalir membentuk
lapisan tipis (Fitri dkk, 2019). Menurut Elias (dalam Fitri, 2004) Falling film
evaporator digunakan untuk larutan yang peka terhadap panas dan prinsip kerja nya
menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan liquid yang masuk melalui pipa.
falling film evaporator dengan badan uap terpisah dan penukar panas, cairan
dimasukkan ke atas ruang cairan penukar panas dan akan disalurkan ke setiap
bagian tabung. Larutan akan dipercepat dengan kecepatan yang diterima ketika
turun ke dalam tabung karena gravitasi dan gaya tarik uap yang dihasilkan oleh
perebusan yang terjadi di bagian pemanas (Cheremisinoff, 2000).

Gambar 2. Falling Film Evaporator


(Sumber: Gourdon dan Mura, 2016)

Falling film evaporator berbentuk tabung panjang 4-8 meter yang dilapisi
dengan jaket uap. Distribusi larutan yang seragam sangat penting. Larutan masuk
dan memperoleh gaya gerak karena arah larutan yang menurun. Kecepatan gerakan
larutan akan mempengaruhi karakteristik medium pemanas yag juga mengalir
menurun. Tipe ini cocok untuk menangani larutan kental sehingga sering digunakan
untuk industri kimia, makanan, dan fermentasi.
Falling film evaporator didesain untuk menguapkan suatu cairan yang
mengalir sebagai film tipis melewati permukaan yang panas secara konduksi atau
konveksi pada permukaan pelat pipa bagian dalam (Susianto dkk, 2010). Alat ini
sangat berguna dalam pengaplikasiaan yang kekuatan pendorong dan perbedaan
suhu antara media perpindahan panas dan cairan kecil. Waktu retensi untuk cairan
dalam evaporator ini lebih kecil dari rising-film evaporator (Cheremisinoff, 2000).
Koefisien perpindahan panas yang tinggi diperoleh dalam falling film evaporator
ketika lapisan cairan yang terus menerus pada titik didihnya, mengalir ke bawah
dinding tabung bagian dalam dengan inti uap di pusat tabung. Tingginya koefisien
perpindahan panas merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi laju
penguapan, dan ini akan menentukan hasil yang didapat pada proses evaporasi
Falling film evaporator digunakan pada proses penguapan di Pabrik Gula
Gempolkrep. Evaporator tipe ini tersedia dua buah di pabrik dan hanya satu yang
digunakan dalam proses, sedangkan satu buah lagi sebagai cadangan apabila salah
satu unitnya terjadi kerusakan alat. Falling film evaporator sering digunakan di
pabrik gula dikarenakan memiliki beberapa keunggulan diantaranya waktu tinggal
yang lebih singkat, luas permukaan untuk penguapan lebih luas maka laju
penguapan lebih besar dan lebih cepat serta kerusakan yang terjadi pada kandungan
gula menjadi lebih kecil (Susianto dkk, 2010). Menurut Lailatul (dalam Susianto,
2002) falling film evaporator sistem larutan gula-udara memberikan keuntungan
karena laju penguapan menjadi lebih cepat.
Cara kerja falling film evaporator di Pabrik Gula Gempolkrep ialah dengan
menggunakan uap bekas yang digunakan untuk menggerakkan turbin pada
gilingan. Tahapan sebelum masuk ke falling film evaporator, nira mentah
ditampung dalam juice tank nira bersih, kemudian nira kental dipompa dan
dialirkan ke evaporator I, II, dan III secara paralel. Uap bekas yang digunakan
bertekanan ± 1,2 kg/cm2 . Tekanan ruang pada falling film evaporator ialah 1,2
kg/cm2 , dengan temperatur ruang 120 ℃ dan kapasitas 4000 m3 . Hasil nira dari
falling film evaporator diharapkan mendekati 27 °Be. Uap bekas dari proses
penguapan di falling film evaporator akan digunakan untuk stasiun masakan dan
falling film evaporator merupakan penghasil air kondensat terbanyak untuk di
alirkan ke dalam boiler pada stasiun masakan (Mustofa, 2012).

3. Kinerja Evaporator di Pabrik Gula Gempolkrep


Pabrik Gula Gempolkrep mengoperasikan evaporator tipe Robert secara
quintuple effect dengan variasi tekanan yaitu 1.6 bar, 1.26 bar, 0.54 bar, dan 0.18
bar. Tekanan yang rendah akan membuat titik didih nira semakin menurun sehingga
didapatkan nira yang terkonsentrasi. Air yang terkandung dalam nira menguap pada
temperatur yang cukup rendah, hal ini dipengaruhi tekanan yang diberi vakum
sehingga tidak memerlukan panas yang tinggi (Storia dan Prabowo, 2016).
Jenis evaporator berdasarkan tipe pemanasannya dibagi menjadi tiga yaitu
tipe direct fired evaporator, submerged combustion evaporator, dan steam heated
evaporator. Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian langsung
atau api dan pembakar gas dipisahkan dari cairan mendidih dengan pembatas yaitu
dinding. Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang dipanaskan
dengan api menyala di bawah permukaan cairan. Steam heated evaporator adalah
evaporator yang menggunakan uap dapat dikondensasi. Steam heated evaporator
jenis yang digunakan pada Pabrik Gula Gempolkrep (Storia, 2016).
Evaporator tipe Robert dengan prinsip multiple effect merupakan langkah
dari penghematan energi. Uap hasil evaporasi pada badan pertama digunakan untuk
proses penguapan badan kedua, seterusnya sampai evaporator yang terakhir. Pabrik
Gempolkrep memiliki delapan evaporator yang dioperasikan secara quintuple
effect, yaitu hanya lima badan evaporator yang digunakan sedangkan sisanya untuk
menggantikan posisi evaporator lain saat dilakukan cleaning (Storia, 2016).

Gambar 3. Evaporasi di Pabrik Gula Gempolkrep


(Sumber: Storia, 2016)

Menurut Storia (2016), proses yang terjadi di dalam evaporator pada Pabrik
Gula Gempolkrep adalah exhaust steam dari turbin akan masuk ke sisi shell dan
memanasi nira jernih yang ada di sisi tube. Kandungan air pada nira jernih akan
menguap oleh panas dari uap. Nira jernih kemudian mengental sedangkan exhaust
steam akan terkondensasi menjadi kondensat sebagai umpan untuk boiler. Uap hasil
pemanasan nira digunakan sebagai uap pemanas pada evaporator berikutnya.
Proses tersebut akan berlanjut sampai evaporator terakhir.
Menurut Widianto (2018), proses evaporasi yang terjadi pada Pabrik Gula
Gempolkrep adalah nira encer hasil pemurnian dialirkan ke pre-evaporator, nira
akan mengalami proses pemanasan dengan temperatur 115-120 °C dengan tekanan
0.8 atm. Uap yang digunakan adalah uap-uap bekas turbin yang dimanfaatkan
sebagai umpan pada tahap pre-heating unit selanjutnya. Evaporator I menguapkan
nira yang encer dengan menggunakan bantuan dari uap dari pre-evaporator. Hasil
penguapannya adalah uap nira I yang selanjutnya digunakan sebagai pemanas pada
evaporator II. Evaporator II menguapkan air pada nira dengan menggunakan uap
nira II dengan kisaran temperatur 90-95 °C. Hasil penguapan akan digunakan pada
evaporator selanjutnya yaitu evaporator III yang uap selebihnya digunakan untuk
pemanasan evaporator I dan nira akan dialirkan ke evaporator III. Sistem kerja ini
akan dioperasikan hingga ke evaporator V.
Kerja pada evaporator III, evaporator IV dan evaporator V fungsi dasarnya
masih sama dengan evaporator I dan II yaitu membantu menguapkan kandungan
air pada nira, yang berbeda hanya kondisi operasinya. Evaporator III memiliki
temperatur 80-85 °C, dan evaporator IV dengan temperatur 60-62 °C. Uap hasil
evaporator III akan dialirkan sebagai pemanas di evaporator IV, sedangkan uap
hasil evaporator IV akan dialirkan ke kondensor dan didinginkan pada cooling pond
dan digunakan sebagai air kondensat pengisi boiler. Sistem kerja seperti ini sangat
efektif dilakukan pada pabrik gula (Widianto, 2018).

4. Scraped Surface Crystallizer


Pabrik urea terdiri dari empat seksi utama, yaitu sintesa, dekomposisi,
recovery dan kristalisasi. Seksi kristalisasi merupakan bagian finishing
dari pembuatan urea. Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari
suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan
padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat proses ini dapat
menghasilkan kemurnian produk hingga 100%. Proses ini diharapkan urea dengan
densitas yang tinggi dapat tercapai. Densitas yang harus dicapai pada pembentukan
kristal urea adalah 30-35 % berat (Yandi, 2018). Alat yang digunakan dalam proses
kristalisasi disebut dengan crystallizer (Skindzier, 2015).
Jenis dari crystallizer beragam, salah satu nya ialah Scraped surface
crystallizer. Peralatan ini merupakan alat kristalisasi yang mirip dengan alat heat
exchanger double pipe, tapi umumnya alat ini digunakan sebagai kristalizer
pendinginan. Transfer panas yang terjadi dalam scrap surface crystallizer
berseberangan pada dinding pipa dalam, dengan aliran dingin diluar, dan aliran
proses didalam. Scraped surface crystallizer mengandung banyak elemen double
pipe, umumnya dengan 6-12 inci diameter pipa dalam (Septiansyah, 2016).

5. Prinsip Kerja Scraped Surface Crystallizer.


Salah satu contoh scraped surface crystallizer adalah vacuum crystallizer
with agitators yang merupakan tipe crystallizer dari unit urea PUSRI-IV, yang
terdiri dari lubang dengan lebar 0,6 m dengan bawah semisirkular dan cooling
jacket diluar. Spiral agitator berputar pada kecepatan lambat dan menyingkirkan
kristal yang tumbuh selagi berputar. Double-pipe scraped surface crystallizer, air
pendingin mengalir dalam ruang annular. Agitator pada bagian dalam dilengkapi
dengan sebuah scraper spring-loaded yang dapat menyapu dinding dan
meningkatkan koefisien transfer panas. Tipe ini disebut votator dan digunakan
dalam kristalisasi es krim dan pengentalan margarin (Yandi, 2018).
Scraped surface crystallizer terdiri dari pipa berjaket di mana media
pendingin antara dinding pipa dan jaket membuang panas dari slurry, dan
menyebabkan kristalisasi. Pipa yang ada didalam, scraper besar menyeka deposit
padat dari dinding untuk mencegah build up. Scraped surface crystallizer sering
dikelompokkan bersama dalam suatu kumpulan (Yandi, 2018).

Gambar 4. Scrape Surface Crystallizer


(Sumber: Yandi, 2018).
Scraped surface crystallizer merupakan sebuah heat exchanger tetapi tidak
seperti biasanya. Scrapes surface crystallizer biasanya menjalankan sebagai
cooling crystallizer, karena kelarutannya menunjukkan potensial tinggi untuk
pendinginan kristalisasi untuk zat organik. Perpindahan panas terjadi sepanjang
dinding pada pipa dalam, dengan fluida dingin diluarnya, dan fluida proses
didalamnya. Proses terjadinya pendinginan, kristal cenderung terbentuk, dan foul
pada dinding pipa dalam. Sudu scraper ada yang memutar dan memisahkan kerak
kristalin yang dimana dapat menghambat panas. Kerak yang terbentuk akan
memperlambat laju perpindahan panas pada alat. Mayoritas kristalisasi berlangsung
di sebagian besar cairan, berlawanan terhadap dinding, dimana pertumbuhan
dengan mudah dipisahkan (Wulandari, 2018).
Menurut Yandi (2018), sudu scrapper berputar pada kecepatan sedang,
biasanya 15-30 rpm. Kecepatan yang lebih cepat dapat memberikan perpindahan
panas yang tinggi, tetapi tingginya tegangan dapat menghasilkan kristal yang lebih
sedikit. Crystallizer didesain secara spesifik untuk memadai perpindahan panas,
konsisten pada pertumbuhan kristal yang baik. Ukuran pemasangan dapat berupa
elemen pipa ganda dan dihubungkan secara seri.
Menurut Yandi (2018), pendinginan dibawa dengan coolant yang terpilih,
dan berjalan melewati anulus diantara pipa dalam dan luar. Coolant dapat berupa
cooling water, chiled brines, refrigerant evaporasi, mother liquor striped dari
kristal, atau kombinasi. Scraped permukaan crystallizers terdiri dari beberapa
elemen pipa ganda, dengan 6 atau 8 pipa inner dan 10 atau 12 inci diameter dan
pipa diameter luar lebih besar. Ruang annular antara pipa dalam dan luar pipa diisi
dengan cairan pendingin. Pipa bagian dalam berisi elemen scraper pisau berputar
yang mencampur cairan proses mengalir melalui pipa dalam dan goresan deposit
dari dinding pipa bagian dalam yang membentuk sebagai pendingin terjadi.

6. Kinerja Crystallizer pada PT. Pupuk Sriwidjaja


Larutan urea pekat yang telah keluar dari gas separator akan menuju ke unit
crystallizer dan vakum crystallizer untuk membentuk butiran-butiran kristal.
Kristal urea yang telah terbentuk akan dipisahkan dari larutan induknya
menggunakan pemisah sentrifugal, kristal urea dikeringkan dengan media pemanas
udara dan kemudian dikirim ke siklon (Pranata, 2011). Proses pembentukan kristal
terdapat beberapa tahapan yang akan dilalui, yaitu supersaturated state, nucleation,
dan growth. Supersaturated state, yaitu kondisi larutan lewat jenuh, dengan
supersaturasi dapat terjadi oleh supercooling dari larutan saat setimbang
temperaturnya dengan melalui perubahan tekanan. Nucleation, yaitu pembentukan
inti kristal dari larutan jenuh. Growth, yaitu perkembangan dari molekul kristal dari
fase nucleation hingga mencapai kesetimbangan. Kesetimbangan akan berpengaruh
pada pada proses kristalisasi (Yandi, 2018).
Crystallizer berfungsi untuk membentuk kristal urea melalui penguapan air
dari larutan urea yang jenuh. Air diuapkan oleh vacuum concentrator dan larutan
urea yang supersaturated turun melalui barometric leg, dimana kristal urea
terbentuk tumbuh menjadi besar karena adanya kontak dengan larutan urea yang
supersaturated. Vacuum concentrator dan crystallizer harus dioperasikan
sedemikian rupa sehingga slurry yang keluar dari bawah crystallizer mengandung
30-35 % berat kristal urea. Hot water jacket digunakan pada bejana crysrtallizer
dan pipa untuk menghindari terjadinya pembekuan kristal urea pada bejana atau
pipa yang menyebabkan kebuntuan pipa pada sistem. Urea slurry dipompa ke
centrifuge dengan pompa slurry melewati prethickener. Hasil sebagian slurry
dikembalikan ke crystallizer untuk menghindari kebuntuan line.

Gambar 5. Jenis Crystallizer


(Sumber: Yandi, 2018)

Prinsip dasar dari operasi kristalisasi yaitu titik didih, tekanan uap, dan kelarutan.
Uap air tekanan uapnya akan berubah dengan suhu di bawah tekanan atmosfer, air
akan mendidih di bawah 100 oC dan pada suhu tersebut zat yang murni akan
menahan suhu tetap sampai cairan teruapkan. Titik didih dari larutan akan
ditentukan oleh zat terlarut, konsentrasi, dan tekanan dari sistem yang ujungnya
akan berpengaruh pada laju penguapan (Yandi, 2018).
Crystallizer yang digunakan dalam proses pembentukan kristal memiliki
beberapa jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan suatu pabrik sehingga
dihasilakn kistal yang optimal. Jenis-jenis diantaranya scraped surface crystallizer,
circulating-liquid evaporator-crystallizer, dan circulating-magma vacuum
crystallizer. Jenis-jenis crystallizer bisa dilihat pada gambar yang terlampir di atas.
Ketiga jenis ini memiliki keunggulan masing-masing. Jenis yang digunakan
pada PT. Pupuk Sriwidjaja ialah scraped surface crystallizer. Jenis lainnya seperti
circulating-liquid evaporator-crystallizer biasa digunakan pada industri. Jenis ini
memiliki mekanisme kerja dengan perputaran cairan yang disebabkan oleh pompa
bawah dalam sisi tube dari pemanas uap kondensasi. Larutan yang panas kemudian
mengalir ke ruang uap, dimana evaporasi akan membuat larutan sangat jenuh.
Larutan ini akan mengalir ke downflow tube dan kemudian naik melewati fluidized
bed dan terjadi pengadukan kristal (Yandi, 2018).

7. Kinerja Crystallizer Secara Aktual

Gambar 6. Blok Diagram Crystallizer Secara Aktual


(Sumber: Yandi, 2018)

Perhitungan neraca massa kinerja crystalliter secara aktual didapatkan hasil


yang sama antara umpan masuk dan produk keluar. Neraca energi secara aktual dari
hasil perhitungan didapatkan hasil Qloss sebesar 8,74%, disebabkan perbedaan suhu
yang masuk dan suhu yang keluar, tetapi tidak sebesar dari temperatur kinerja
crystallizer secara desain, sehingga Qloss aktual lebih kecil dari desain (Yandi, 2018)
8. Kinerja Crystallizer Secara Desain
Perhitungan neraca massa secara desain pada kinerja crystallizer didapatkan
hasil yang balance dimana umpan masuk dan keluar sama. Perhitungan neraca
energi desain didapatkan Qloss sebesar 15,67% yang disebabkan karena tingginya
suhu yang masuk dari alat lebih besar dari pada suhu keluarnya. Q loss standar yang
tidak boleh lebih dari 15,67%, apabila berlebih maka air akan sedikit yang
teruaokan maka proses pembentukan kristal tidak dapat terjadi dan akan
mengganggu proses pembutiran urea pada priling tower (Yandi, 2018). Kinetika
kristalisasi diperlukan dalam perancangan crystallizer untuk mengetahui distribusi
ukuran kristal selama proses pengkristalan. Distribusi ukuran kristal dapat
diprediksi melalui kombinasi kinetika kristalisasi dan waktu pengkristalan yang
menentukan jumlah dan ukuran kristal yang akan terbentuk.

9. Evaluasi Kinerja Crystallizer Secara Rancangan Dan Aktual


Prinsip kerja dari crystallizer adalah penguapan air dibawah suhu titik
didihnya yaitu 100 oC dengan tekanan 1 atm dengan bantuan vacuum concentrator
sehingga suhu proses tidak terlalu tinggi, karena salah satu penyebab terbentuknya
biuret adalah adanya suhu tinggi. Pelepasan panas pada unit crystallizer dapat
diketahui berdasarkan perhitungan neraca massa dan neraca panas. Perhitungan
yang dihasilkan pada Qloss desain dan Qloss aktual, sehingga dapat dilihat bahwa
pelepasan panas secara aktual lebih kecil daripada secara desain. Pelepasan panas
dipengaruhi oleh perbedaan kondisi operasi pada desain dan aktual (Yandi, 2018).
Panas terbuang terlalu banyak dapat menyebabkan proses pengkristalan
tidak dapat berlangsung dengan optimal, karena untuk melakukan proses
kristalisasi diperlukan panas yang optimal untuk menguapkan H2O dari kandungan
urea. Panas yang dapat digunakan dalam penguapan air diperkirakan sama dengan
jumlah panas recovery dari high pressure absorber cooler (HPAC), ditambah
dengan panas urea yang masuk dan panas dari kristalisasi urea. Tinggi level pada
bagian concentrator disebabkan vacuum naik, sehingga level bagian crystallizer
akan turun. Perhitungan pelepasan panas aktual lebih kecil dibandingkan dengan
desain, hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja crystallizer menguapkan H2O
dengan baik sehingga kualitas prill dari produk urea sesuai standar (Yandi,2018).
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. 2000. Analisa Energi Termal Multiple Effect Evaporator Pada Industri.
Mesin. Vol. 2(3): 164-176.
Cheremisinoff, N. P. 2000. Handbook Of Chemical Processing Equipment.
Amerika Serikat: Butterworth-Heinemann.
Fitri, M. A., Suhadi., Altway, A., dan Susianto. 2016. Studi Eksperimental Falling
Film Evaporator pada Evaporasi Nira Kental. Journal of Research and
Technologies. Vol. 2(1): 13-17.
Gourdon, M., dan Mura, E. 2016. Performance Evaluation of Falling Film
Evaporators in the Dairy Industry. Journal Food and Bioproducts
Processing. Vol. 20(16): 1-27.
Mustofa, A. 2012. Proses Produksi Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto.
[LAPORAN KERJA PRAKTEK]. Surabaya (IDN). Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Poel, P. W., Van der, H. dan Schiweck, T. dan Schwartz. 1998. Sugar Technology-
Beet and Cane Sugar Manufacture. Denver: Beet Sugar Development
Foundation.
Pranata, H. 2011. Analisa Performa Pompa Sentrifugal W-GA 603 pada Plant Urea
P-II PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. [LAPORAN KERJA PRAKTEK].
Yogyakarta (IDN). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Septiansyah, F. D. 2016. Departemen Pemeliharaan Listrik dan Instrumen di PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang. [LAPORAN KERJA PRAKTEK]. Bandung
(IDN). Universitas Telkom.
Skindzier, M. 2015. Separations Chemical. (Online). http://encyclopedia.che.
engin.umich.edu/Pages/SeparationsChemical/Crystallizers/Crystallizers.ht
ml. (Diakses 28 September 2019).
Storia, E. A., dan Prabowo. 2016. Pengaruh °Brix Terhadap Karakteristik
Perpindahan Panas pada Evaporator Robert Sistem Quintuple Effect di PG.
Gempolkrep. Jurnal Teknik ITS. Vol. 5(1): 7-12.
Storia, E. A. 2016. Pengaruh °Brix Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas
pada Evaporator Robert Sistem Quintuple Effect di PG. Gempolkrep.
[SKRIPSI]. Surabaya (IDN). Institut Teknologi Surabaya.
Susianto., Budhikarjono, K., Suhadi., Evi., dan Winny. 2010. Pengaruh Laju Alir
Udara pada Falling Film Evaporator untuk Sistem Larutan Nira-Udara.
MPG. Vol. 46(2): 124-130.
Whalley, P. B. 1991. Evaporator and Reboilers in The Process and Chemical
Industries. Oxford: John Wiley and Sons, Inc.
Widianto, N. 2018. Otomatisasi pada Stasiun Gilingan di Pabrik Gula Gempolkrep
PTPN X Mojokerto. [LAPORAN KERJA PRAKTEK]. Surabaya (IDN).
Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya.
Wulandari, A. 2018. Departemen Operasi P-IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.
[LAPORAN KERJA PRAKTEK]. Yogyakarta (IDN). Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Yandi, R. 2018. Evaluasi Kinerja Crystallizer Unit Area PUSRI-IV. [LAPORAN
KERJA PRAKTEK]. Padang (IDN). Universita Bung Hatta.

Anda mungkin juga menyukai