FISIOLOGI TUMBUHAN
OLEH:
NIM : 19032108
Kelas : Biologi D
JURUSAN BIOLOGI
2021
PRAKTIKUM 10
A. Tujuan Praktikum
B. Hari/ Tanggal
C. Teori Dasar
Memiliki DNA di organela mitokondria. DNA mitokondria ini walau jumlahnya sangat
sedikit tapi penting sekali dalam fungsi sel, sekaligus menyimpan “rahasia” asal-usul manusia
yang akan dijelaskan nanti. (Eugene V. Koonin.2015).
Proses PCR merupakan siklus yang berulang meliputi denaturasi, annealing. dan
ekstensi oleh enzim DNA polymerase. Sepasang primer oligonukleonda yang spesifik
digunakan untuk membuat hibrid dengan ujung-S menuju unung 31 untai DNA Larget dan
mengamplifikasi untuk peman yang dinginkan (Yanti, A. 2017).
Metode PCR dibedakan menjadi dua yaitu PCR konvensional dan real time. Analisis
hasil amplifikasi fragmen DNA pada PCR konvensional dilakukan dengan visualisasi di agar
elektroforesis. Sedangkan PCR real time, jumlah DNA yang diamplifikasi dapat dideteksi dan
diukur di setiap siklus proses PCR (Hewajuli, D, A. Dharmayanti. 2014).
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan salah satu teknik amplifikasi asam
nukleat in vitro yang paling banyak dipelajari dan digunakan secara luas. PCR digunakan untuk
menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu dengan menganalisis molekul DNA
baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target melalui enzim dan oligonukleotida
sebagai primer dalam suatu thermocycle. Panjang target DNA berkisar antara puluhan sampai
ribuan nukleotida yang posisinya diapit sepasang primer. Primer yang berada sebelum daerah
target disebut primer forward dan yang berada setelah daerah target disebut primer reverse.
Enzim yang digunakan sebagai pencetak rangkaian molekul DNA yang baru dikenal disebut
enzim polimerase. Proses PCR didahului dengan reverse transcriptase terhadap molekul
mRNA sehingga diperoleh molekul complementary DNA (cDNA). Molekul cDNA digunakan
dalam proses PCR, pada tahap proses PCR digunakan sebagai pengamplifikasi RNA. Tahap
ini dikenal sebagai proses RT-PCR (Widayat. dkk. 2019).
Reverse Transcription Real-Time PCR (RT-PCR) pertama kali dijelaskan oleh Powel
dan rekan pada tahun 1987 dan merupakan metode yang ampuh untuk mendeteksi jumlah
minimal RNA yang diberikan. Itu bergantung pada keberhasilan penerapan dua aktivitas
enzimatik yang terpisah:
Alat Bahan
1. Mikropipet ukuran 0,5-10 µl dan 1. Sampel RNA
10-100 µl 2. Tips ukuran 0,5-10 µl dan 10-100 µl
2. Vortex steril
3. Spin down 3. PCR tube steril
4. Mesin PCR (Themalcycler) 4. Kit sintesis cDNA (Sensifast cDNA
5. Ice block synthesis kit, Bioline):
6. Peralatan elektroforesis a. TransAmp Buffer (primer oligo-dT
7. GelDoc/UV Transilluminator dan random hexamer, dNTPs,
buffer)
b. Enzim Reverse Transcriptase
5. Nuclease-free water
6. PCR master mix (MyTaq HS Red mix,
Bioline)
7. Primer mt2-forward
8. Primer mt2-reverse
9. Gel agarose 1,5%
10. Buffer TAE 1x
11. DNA Ladder 100 bp
12. GelRed
13. Loading dye
E. Cara Kerja
N
Tahapan Prosedur Kerja
o
1 Sintesis cDNA a. Hitung konsentrasi rata-rata dari hasil isolasi RNA!
b. Hitung volume RNA yang akan dipipet ke dalam reaksi
sintesis cDNA dengan rumus berikut:
1000 ng
Volume RNA(µl) = ng
Konsentrasi rata−rata RNA ( )
µl
Keterangan :
*DNA template yang digunakan ada 4 :
1) cDNA 1 (yang disintesis dari RNA 1)
N
Tahapan Prosedur Kerja
o
2) cDNA 2 (yang disintesis dari RNA 2)
3) RNA 1
4) RNA 2
**Jumlah reaksi: 4 + (10% x 4) = 4,4 ~ 5
Pada praktikum kali ini, dilakukan secara daring. Tujuan dari praktikum ini
memahami prinsip dogma central biologi serta Praktikan memahami prinsip dan langkah
kerja RT-PCR.
RT-PCR menggunakan enzim reverse transcriptase (RT) dalam kombinasi dengan PCR
dan elektroforesis gel. RT-PCR dapat digunakan untuk membandingkan ekspresi gen antar
sampel—misalnya, dalam tahap embrionik yang berbeda, dalam jaringan yang berbeda, atau
dalam jenis sel yang sama dalam kondisi yang berbeda. RT-PCR dimulai dengan mengubah
sampel mRNA menjadi DNA untai ganda dengan urutan yang sesuai. Pertama, enzim reverse
transcriptase digunakan untuk mensintesis salinan DNA komplementer dari setiap mRNA
dalam sampel, yang disebut reverse transcript. Ingatlah bahwa ujung 3’ dari mRNA memiliki
bentangan nukleotida adenin (A) yang disebut ekor poli-A. Hal ini memungkinkan untai
komplementer pendek nukleotida deoksiribo timin (poli-dT atau oligo-dT) ditambahkan dan
digunakan sebagai primer untuk sintesis untai DNA ini. Setelah degradasi enzimatik dari
mRNA, untai DNA kedua, komplementer dengan yang pertama, disintesis oleh DNA
polimerase. DNA untai ganda yang dihasilkan disebut DNA komplementer (cDNA).
PCR adalah cara cepat membuat banyak salinan dari satu bentangan spesifik DNA
untai ganda, menggunakan primer yang berhibridisasi ke ujung yang berlawanan dari segmen
yang diinginkan. Contohnya seperti pada Gambar 2, ditambahkan primer yang sesuai dengan
segmen suatu gen pada Drosophila, menggunakan cDNA dari setiap tahap embrionik sebagai
templat untuk amplifikasi PCR dalam sampel terpisah.
Seperti yang terlihat pada hasil elektrofogram produk RT-PCR diatas bahwa memiliki
4 sumur yaitu : Pada sumur 1 (cDNA 1) dan sumur 2 (cDNA 2) termati pita DNA yang lebih
jelas, sedangkan pada sumur 3 (RNA 1) dan sumur 4 (RNA 2) pita DNA-nya tidak termati.
Hal ini dikarenakan ketika melakukan PCR, terlebih dahulu harus merubah atau mensintesis
RNA menjadi cDNA. Sehingga diperlukan Reverse Transcription PCR (RT-PCR), yang
mana digunakan untuk mensintesis RNA agar menjadi DNA. Oleh karena itu seharusnya
dilakukan RT-PCR terlebih dahulu kepada template RNA agar pita DNA teramati atau
terbaca
H. Kesimpulan
6. Mengapa pada produk RT-PCR dengan RNA sebagai template tidak teramati pita DNA?
Jawaban
Dikarenakan pada saat melakukan PCR kita harus merubah atau mensintesis terlebih dahulu ke
CDNA. Karena prinsipnya RNA tidak bisa langsung di tes ke PCR karena itu perlu adanya RT-
PCR.
7. Berikan contoh lain aplikasi RT-PCR selain untuk mengetahui ekspresi gen!
Jawaban :
Teknik RT-PCR ini sangat berguna untuk mendeteksi ekspresi gen, untuk amplifikasi RNA
sebelum dilakukan cloning dan analisis, maupun untuk diagnosis identifikasi agen infektif
maupun penyakit genetik (PCR kualitatif), sedangkan penggunaan RT-PCR secara kuantitatif
diantaranya untuk menghitung jumlah mRNA dari suatu genom
Daftar Pustaka
Widayat, dkk. 2019. Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) sebagai Alat Deteksi
DNA Babi dalam Beberapa Produk Non-Pangan. Jurnal Indonesia Journal of Halal 2(1).
Hal 26.
Yanti, A. 2017. Uji Autentifikasi Daging Kambing Terhadap Cemaran Daging Babi
Menggunakan Real-Time PCR (Polymerase Chain Reaction). Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.