Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEBUTUHAN UNTUK BERWIRAUSAHA

PADA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS

Edi Purwanta, Hermanto, Sukinah, dan Farida Harahap


Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Email: edi_purwanta@uny.ac.id,

Abstrak: Berwirausaha adalah salah satu alternatif masa depan bagi para penyandang kebutuhan khusus,
tetapi belum banyak yang menekuninya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kebutuhan ABK untuk
berwirausaha. Penelitian dilakukan melalui survei terhadap 37 siswa berkebutuhan khusus yang terdiri
atas 19 laki-laki dan 18 perempuan dari 4 SLB di Yogyakarta. Sampel diambil secara purposif, yaitu
mereka yang sudah berada di kelas lanjutan. Pengumpulan data menggunakan kuestioner, wawancara, dan
skala eksplorasi karier. Hasil penelitian menunjukkan 27 orang belum mantap untuk berwirausaha dan
10 sudah mantap. Eksplorasi karier dan intensitas untuk berwirausaha termasuk dalam kategori sedang.
Hambatan terbesar yang dirasakan siswa berkebutuhan khusus ada tiga hal, yaitu kurangnya informasi
mengenai lapangan kerja, tidak bisa mengambil keputusan, dan tidak mengenali kemampuan diri. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa berkebutuhan khusus sangat membutuhkan berbagai
bantuan untuk meningkatkan motivasi dan minat berwirausaha.

Kata Kunci: anak berkebutuhan khusus, kebutuhan berwirausaha

ANALYSIS OF THE NEED OF ENTREPRENEURSHIP


OF STUDENTS WITH SPECIAL NEEDS

Abstract: Entrepreneurship is one of the possibilities people with special needs can consider for their
future, but not many of them have done it. This study aims to identify the needs of students with special
needs for entrepreneurship. The study was conducted through a survey to 37 students with special needs,
19 males and 18 females from four SLBs in Yogyakarta. Students of advanced classeswere selected through
purposive sampling. Data were collected through questionnaires, interviews, and career exploration scale.
The results show that 27 students are not ready and 10 students are ready for doing entrepreneurship.
Career exploration and intensity for entrepreneurship can be categorized medium. The biggest obstacles
experienced by students with special needs are lack of information about employment, inability in decision
making, and inability in self-identification. The results of this study show that students with special needs
need various helps for improving their motivation and interest in entrepreneurship.

Keywords: children with special needs, needs of entrepreneur (self-employed)

PENDAHULUAN Kementerian Kesehatan RI (2012:47) lewat


Anak berkebutuhan khusus (ABK) atau  Susenas tahun 1998, 2000, 2003 dan 2009 meng-
children with special education need adalah termi- gunakan istilah kecacatan. Kecacatandimaknai
nologi yang digunakan dalam sistem pendidikan sebagi hilangnya atau abnormalitas fungsi atau
sebagai pengganti istilah anak cacat atau anak luar struktur anatomi, psikologi, dan fisiologi. Susenas
biasa. Anak berkebutuhan khusus (special needs 2009 menggunakan istilah disabilitas dan cacat.
children) secara sederhana dideskripsikan sebagai Disabilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan
anak yang lambat (slow) atau mengalami gang- melaksanakan sesuatu aktivitas atau kegiatan ter-
guan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil tentu sebagaimana layaknya orang normal. Cacat
di sekolah sebagaimana anak-anak normal pada adalah kelainan atau kerusakan anggota tubuh
umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan dan sebagainya yang menyebabkan keadaan-
sebagai variasi dari berkebutuhan khusus, seperti nya menjadi kurang sempurna atau abnormal.
disability, impairment,dan handicaped. Susenas 2012 menggunakan istilah disabilitas
dengan definisi ketidakmampuan melaksanakan

339
340

suatu aktivitas atau kegiatan tertentu sebagaimana berperan dalam pembangunan dan menikmati
layaknya orang normal yang disebabkan kondisi hasil-hasilnya; (4) aksesibilitas dalam rangka
impairment (kehilangan/ketidakmampuan) yang kemandiriannya; (5) rehabilitasi, bantuan sosial,
berhubungan dengan usia dan masyarakat. dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial; dan
Anak berkebutuhan khusus atau ABK (6) hak yang sama untuk menumbuhkembangkan
adalah anak-anak yang mengalami gangguan (dis- bakat, kemampuan, dan kehidupan sosialnya,
fungsi) secara fisik,mental/intelektual, sosial, dan terutamabagi penyandang cacat anak dalam ling-
emosionalbaik yang bersifat menetap dan seumur kungan keluarga dan masyarakat.
hidup (misalnya: anak keterbelakangan mental, Bekerja merupakan kebutuhan dasar bagi
tunarungu, tunadaksa, tunanetra, autistik, hiperak- para penyandang disabilitas. Berdasarkan data
tif, cerebral palsy, dan anak dengan gangguan be- yang diperoleh dalam penelitian Rokhim & Han-
lajar spesifik) atau yang bersifat temporer (misal: doyo (2015:5) makna bekerjabagi para pekerja
anak yang mengalami trauma pasca bencana atau penyandang disabilitas adalah sebagai:(1) eksis-
musibah). Dengan segala kekurangannya, mereka tensi diri, (2) usaha mengumpulkan modal, (3)
seharusnya memunyai kesempatan yang sama untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial, (4)
untuk memperoleh kehidupanseperti anak-anak penghasil tambahan keluarga, dan (5) sumber
normal pada umumnya, yaitu ruanghidup yang penghasilan utama keluarga. Bagi penyandang
layak dan kesempatan yang sama untuk mengop- cacat sendiri, terbitnya perundang-undangan
timalkan potensi yang dimiliki. tersebut disambut sangat gembira karena dasar
Berdasarkan data Susenas tahun 2003 (Ke- pijakan untuk perbaikan nasib telah ada landasan
menterian Kesehatan RI, 2012: 67), jumlah anak hukumnya.Peluang untuk mendapatkan kesamaan
dengan disabilitas sebanyak 679.048 anak, dimana kesempatan, seperti pendidikan, ketenagakerjaan/
sebagian besar anak dengan disabilitas (85,6%) pekerjaan, iklim usaha perlakuan yang sama dalam
berada di masyarakat. Hanya sebagian kecil anak berbagai aspek kehidupan dan penghidupannya
dengan disabilitas (14,4%) berada di institusi, secara resmi telah dijamin oleh undang-undang.
yaitu sekolah, panti, dan Lembaga Kesejahteraan Fakta yang ada, perlakuan terhadap para
Sosial Anak (LKSA). Sebagian masyarakat masih penyandang kebutuhan khusus masih tidak adil.
menganggap anak dengan disabilitas sebagai aib Khususnya di dunia kerja, para penyandang ke-
keluarga sehingga orangtua/keluarga cenderung butuhan khusus tidak mudah diterima di tempat
menyembunyikan dan kurang memperhatikan kerja yang layak.Hasil Riskesdas tahun 2012
kebutuhan anak sesuai hak anak, baik di bidang (Kementerian Kesehatan RI, 2012:43) diketahui
pendidikan maupun kesehatan. bahwa prevalensi disabilitas tertinggi adalah
Seharusnya, penyandang cacat merupakan pada kelompok orang yang tidak bekerja, yaitu
bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki sebesar 14,4%, kelompok wiraswasta/petani/ne-
kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan serta layan/buruh sebanyak 8 dan yang terendah pada
peran yang sama dalam segala aspek kehidupan kelompok orang yang bekerja sebagai pegawai
maupun penghidupan seperti halnya warga negara sebanyak 6%.
Indonesia yang lain. Kini, pengakuannya telah di- Karena susah mencari lapangan kerja, ber-
kuatkan secara hukum melalui UU No 4 Th 1997, wirausaha kemudian dilirik sebagai salah satu al-
diikuti terbitnya Peraturan Pemerintah No 43 Th ternatif masa depan bagi para penyandang kebutuh-
1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan an khusus (Syamsi, 2010:98; Winasti, 2012:183).
sosial penyandang cacat. Penelitian Winasti (2012:185) menunjukkan
Undang-undang No. 4 Tahun 1997 mene- bahwa motivasi berwirausaha padapenyandang
gaskan bahwa penyandang cacat merupakan disabilitas fisik adalah untuk menafkahi kelu-
bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki arga, menjalin hubungandengan orang banyak,
kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama. menolong penyandang disabilitas fisik agar lebih
Pada pasal 6 dijelaskan bahwa setiap penyandang sejahtera,adanya harga diri, dan keinginan untuk
cacat berhak memperoleh: (1) pendidikan pada setara dengan individu normal.
semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; Terdapat dua istilah yang sering dipakai
(2) pekerjaan dan penghidupan yang layak se- mengenai wirausaha, yaitu entrepreneurship
suai jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan yang lebih banyak dipakai dan self employment
kemampuannya; (3) perlakuan yang sama untuk (Gilkerson & Paauwe, 2003:84). Bagi penyan-

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3


341

dang disabilitas, biasanya istilah yang digunakan Banyak kalangan yang pesimis apakah
adalah self employed yang memunyai pengertian para penyandang kebutuhan khusus mampu men-
orang-orang yang menjadi pendiri, pemilik dan jadi wirausaha. Penelitian Boylan & Burchardt
manajer bisnis di bawah tanggung jawab mereka (2003:178) mengidentifikasi persepsi negatif
sendiri yang umumnya berupa kebanyakan peru- tersebut antara lain: sedikitnya cerita sukses
sahaan kecil (Caliendo dkk, 2011:792; Gilkerson wirausahawan yang berkebutuhan khusus, ber-
& Paauwe, 2003:89). Perbedaannya dengan entre- wirausaha terlalu berisiko, prosentase gagal me-
preneurship adalah skala usaha enterepreneurship mulai bisnis baru cukup besar, beratnya mengatur
lebih besar, punya pekerja yang dibayar dan tang- pemasukan dan pengeluaran, biaya memulai
gung jawab yang besar dan berat. Self employment wirausaha cukup mahal, prosesnya rumit, menyita
lebih cocok bagi penyandang disabilitas karena waktu, sulitnya mendapat bantuan atau bimbingan
permasalahan dalam berwiraswasta cukup berat. dari yang berwenang atau kompeten, serta penga-
Mekanisme pasar menuntut persaingan yang sa- wasan wirausaha cukup sulit.
ngat kompetitif, terbatasnya modal dan pengaruh Bila melihat manfaat wirausaha, maka
disabel, faktor masalah produksi dan tenaga kerja, ada optimistik bahwa anak berkebutuhan khusus
masalah pemasaran, desain, kualitas produk dan mampu berwirausaha. Boylan & Burchardt
mitra kerja sehingga setelah membuka usaha (2003:180) menyebutkan manfaat kegiatan terse-
terkadang usaha mereka “berjalan di tempat” but, yaitu: adanya kemerdekaan dalam mengatur
(Winasti, 2012:185). waktu kerja dan apa yang hendak dikerjakan,
Wirausaha (Self Employment). Ada ber- menciptakan peluang kerja bagi diri sendiri, men-
bagai istilah asing terkait dengan kewirausahaan. jadi bos, bisa kontak langsung dengan pelanggan,
Kata kunci yang digunakan secara umum adalah pemasok dan sebagainya, membuat hidup lebih
entrepreneurship. Gilkerson & Paauwe (2003:87) bermakna, puas terhadap keberhasilan dan pribadi
mengemukaan bahwa enterpreneurship mengacu jika bisnis sukses, keamanan kerja tergantung
pada orang yang berpartisipasi di pasar tenaga pada diri sendiri bukan pada orang lain, adanya
kerja sebagai own-account workers atau pekerja kemampuan untuk membuat keputusan bisnis.
yang memiliki uangnya sendiri, membayar dirinya Selain manfaat perlu juga diantisipasi adanya
sendiri, orang yang bekerja untuk diri mereka kerugian, yaitu yang menjadi bos atau raja justru
sendiri, mungkin tidak mempekerjakan orang pelanggan, waktu bekerja fleksibel tetapi bisa
lain, atau merujuk pada pemilik usaha yang mem- menghabiskan waktu luang, pendapatan tidak
pekerjakan orang lain. Bagi siswa berkebutuhan stabil dan semua tanggung jawab dipikul oleh
khusus kata kunci terkait dalam pencarian jurnal si wirausahawan tersebut (Boylan & Burchardt,
atau istilah di internet adalah entrepreneurship, 2003:189).
small businessdanself-employment, yang dikait- Oleh karena itu, pendampingan wirausaha
kan dengan disabilitydan impairment (Kitching, untuk para individu berkebutuhan khusus mem-
2014:66). butuhkan banyak bantuan dari berbagai pihak.
Hal ini berbeda dengan seorang entrepre- Arnold, Seekins, & Ravesloot (1995:10) menge-
neur (Kiyosaki, 2001:140).Umumnya seorang mukakan bahwa sebenarnya banyak bidang
entrepreneur sukses memulai karirnya sebagai yang bisa dijadikan wirausaha bagi individu
self employed sehingga inilah yang membuat berkebutuhan khusus sebagaimana ditunjukkan
orang menyamakan pengertian keduanya. Perbe- pada Tabel 1.
daan mendasar terdapat pada sikap diri seorang Arnold dkk (2003:52) memberikan reko-
entrepreneur yang memunyai visi yang jangka mendasi langkah-langkah untuk membimbing
panjang, yaitu membentuk suatu sistem bisnis. kewirausahaan pada anak berkebutuhan khusus
Sistem bisnis dibentuk supaya pada saat bisnis/ yang antara lain adalah sebagai berikut. (1) Indi-
usahanya itu terus berkembang dan telah mantap, vidu mengekspresikan minat untuk berwirausaha.
maka usaha/bisnis tersebut dapat terus berjalan Ada individu yang sudah yakin untuk berwirau-
tanpa kehadiran si entrepreneur. Sistem bisnis saha dan ada yang tidak. Individu yang masih
yang baik adalah sistem yang dapat menggantikan ragu-ragu perlu diyakinkan bahwa berwirau-
si entrepreneur dalam operasional harian bisnis sahaan merupakan sebuah pilihan dan tujuan
dan paling si entrepreneur hanya perlu mengambil hidup. (2) Pembimbing dan individu membahas
keputusan-keputusan penting saja. keuntungan dan kerugian dari wirausaha Pada

Analisis Kebutuhan untuk Berwirausaha pada Siswa Berkebutuhan Khusus


342

Tabel 1. Bidang usaha bagi individu berkebutuhan khusus

langkah ini, pembimbing dan individu memulai sumber untuk pelatihan, pendidikan, dan orang
dialog yang interaktif. Individu memberitahu yang bisa membantu untuk mempersiapkan diri
ide bisnisnya dan pembimbing mengidenti- berwirausaha. Dimulai dengan mengidentifikasi
fikasi seberapa realistis individu mengusulkan pengetahuan dan keterampilan yang harus diraih
bisnisnya. (3) Studi kelayakan, ada dua tahap individu untuk meningkatkan keberhasilan bis-
yaitu mengembangkan ide menjadi lebih konkrit nisnya. Jasa, pendidikan, atau pelatihan dapat
dengan merinci bisnis yang direncanakan, apa membantu individu mengembangkan rencana
yang diproduksi, siapa konsumennya, biaya dan bisnis atau memperbaiki setiap kekurangan dalam
pendapatan yang diharapkan dari bisnis tersebut. keterampilan atau pengetahuannya. (6) Individu
Banyak yang memunyai rencana muluk sehingga berhasil menyelesaikan pelayanan, pelatihan, atau
ketika dihadapkan pada ide merealisasikan secara pendidikan. Perlu dievaluasi apakah pelatihan
konkret mereka menjadi mundur dan merasa tidak atau pendidikan tersebut sesuai dengan kebutuhan
mampu. Pembimbing perlu mengidentifikasi dan apakah individu puas dengan kemampuan
apakah perasaan tidak mampu karena kecacatan yang diperolehnya. Pada saat inilah kembali
atau karena alasan lain, dan bantuan apa yang dievaluasi rencana bisnis awal, apakah individu
mereka butuhkan. masih tertarik untuk berwirausaha. Tekad ini
(4) Penilaian potensi Individu untuk ber- perlu dilanjutkan ke arah yang makin kongkret.
wirausaha, bagaimana kekuatan dan kelemahan (7) Individu dan konselor bekerja dengan kon-
dari karakter dan kepribadian indivividu sehing- sultan untuk mengembangkan rencana strategis,
ga dapat diperkuat dan dikembangkan melalui pemasaran, pendanaan dan sumber pendanaan.
pelatihan atau pendampingan. (5) Identifikasi Pembimbing dan individu mengevaluasi semua

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3


343

draft rencana bisnis untuk memastikan lengkap pilihan minat, mengenal kemampuan diri, dan
dan menyeluruh terutama jika proposal bisnis kebutuhan informasi karier. Analisis data meng-
diperlukan untuk mengajukan biaya ke lembaga gunakan analisis deskriptif.
yang mendanai (bank, lembaga kredit, pemerin-
tah, dan sebagainya). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk mengembangkan program kewirau- Hasil
sahaan di sekolah bagi siswa berkebutuhan Analisis hasil penelitian mendeskripsikan
khusus, diperlukan data-data mengenai kebutuhan (1) hasil analisis kebutuhan berwirausaha pada
berwirausaha pada siswa berkebutuhan khusus siswa berkebutuhan khusus, (2) hasil eksplorasi
tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya karir, dan (3) hasil identifikasi niat untuk ber-
untukmengidentifikasi kebutuhan berwirausaha wirausaha.
pada siswa yang berkebutuhan khusus.
Hasil Analisis Kebutuhan Berwirausaha pada
METODE Siswa Berkebutuhan Khusus
Penelitian menggunakan pendekatan kuan- Para subjek penelitian dimintai untuk
titatif deskriptif dengan metode survei. Subjek mengidentifikasi pilihan karirnya apakah merasa
penelitian sebanyak 37 siswa berkebutuhan sudah mantap atau belum. Identifikasi pilihan
khususyang diambil dari 4 SLB di Yogyakarta. karir mereka ditunjukan pada Tabel 2.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Pilihan pekerjaan subjek ditunjukkan pada
purposif, yaitu dengan mengambil subjek yang Tabel 3.
sudah berada di kelas lanjut (Kelas L) di SLB yang
menjadi sampel. Pilihan pada kelas lanjut karena Tabel 3. Pilihan Kerja
di kelas tersebut pembelajaran ditekankan pada
keterampilan. Pilihan keterampilan disesuaikan
dengan hasil asesmen. Profil subjek penelitian
adalah umur penyandang kebutuhan khusus
berada pada umur produktif, yaitu 17- 24 tahun
dengan jumlah 29 orang, mayoritas pendidikan
orang tua berada sekolah menengah atas, pekerja
orang tua beragam mulai dari buruh sampai PNS.
Orang tua yang berwirausaha ada 11 orang. Untuk prioritas pilihan kerja, 18 orang
Metode pengumpulan data menggunakan memilih bekerja di perusahaan/lembaga swasta,
kuestioner, wawancara, dan skala eksplorasi dan 12 siswa memilih berwirausaha. Pilihan pro-
karier. Kuestioner digunakan untuk mengungkap fesi mereka ditunjukkan pada Tabel 4.
kebutuhan berwirausaha, pilihan karier, pilihan Pilihan kerja yang diinginkan siswa berke-
pekerjaan, dan intense berwirausaha. Wawancara butuhan kerja sangat beragam, mulai dari menja-
digunakan untuk mengungkap hambatan dalam hit, memasak, bengkel, fotografi, komputer, salon
mengambil keputusan bekerja. Skala eksplorasi sampai tukang pijat. Semua pilihan ini menuntut
karier digunakan untuk mengenal diri sendiri, ketrampilan siswa berkebutuhan khusus, baik

Tabel 2. Identifikasi Pilihan Karier

Analisis Kebutuhan untuk Berwirausaha pada Siswa Berkebutuhan Khusus


344

Tabel 4. Pilihan Profesi

Tabel 6. Hambatan Pengambilan Keputusan terkait Pekerjaan

jika mereka bekerja sebagai karyawan maupun Eksplorasi Karir Siswa Berkebutuhan Khusus
berusaha sendiri. Bila mereka berwirausaha maka Dalam eksplorasi karir siswa berkebutuhan
keterampilan yang dibutuhkan tersebut misalnya: khusus ditemukan bahwa tingkat eksplorasi karier
keterampilan bekerja sesuai bidang yang mereka mereka seperti pada Tabel 8.
pilih (menjahit, memasak atau reparasi bengkel)
dan ketrampilan untuk mengelola usaha. Tabel 8. Tingkat Eksplorasi karier anak ber-
Dukungan orang tua terhadap pilihan karir kebutuhan khusus
anaknya ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Dukungan Orang Tua terhadap Pilih-


an Karir

Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa


tingkat eksplorasi karir subjek penelitian adalah
pada tingkat sedang.

Hambatan subjek dalam hal pengambilan


keputusan mengenai pekerjaan ditunjukkan pada
Tabel 6.
Tiga hambatan terbesar yang dirasakan Grafik 1. Tingkat eksplorasi karir anak
siswa berkebutuhan khusus adalah kurangnya berkebutuhan khusus
informasi mengenai lapangan kerja, tidak bisa
mengambil keputusan, dan tidak mengenali ke- Sebagian besar siswa sudah melakukan
mampuan diri. eksplorasi karir meskipun masih dalam tingkat

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3


345

sedang. Hanya 3 orang dari 37 siswa yang men- Indikator yang digunakan dalam eksplorasi
jadi subjek penelitian iniyang tingkat eksplorasi karir adalah pengenalan diri, pilihan minat, penge-
karirnya rendah. Tetapi, hanya satu orang saja nalan kemampuan diri, dan kebutuhan informasi.
yang tingkat eksplorasi karirnya tinggi. Data mengenai hal-hal tersebut ditunjukkan di
Bila dilihat dari jenis kelaminnya, sebaran bawah.
tingkat eksplorasi karier mereka dapat dilihat di
Grafik 2. Pengenalan Diri
Dalam aspek ini diungkap bagaimana siswa
memilih keterampilan, kegiatan ekstrakurikuler,
bacaan yang sesuai, dan komunikasi dengan
orangtuamengenai kewirausahaan.
Hasil terbanyak adalah bahwa siswa mela-
kukan pengenalan diri melalui kisah sukses orang
yang berwirausaha (34 orang) dan memilih keter-
Grafik 2. Tingkat eksplorasi karier berdasar ampilanyang sesuai dengan cita-cita (34 orang).
jenis kelamin Informasi pekerjaan yang paling dibutuh-
kan oleh siswa yang menjadi subyek penelitian ini
Jadi, tidak terdapat perbedaan yang men- adalah pertukangan sebanyak 86% dan kewirau-
colok antara siswa perempuan dan laki-laki dalam sahaan sebanyak 68%.
tingkat eksplorasi karir.

Tabel 9a. Eksplorasi Karir Siswa Berkebutuhan Khusus: Pengenalan Diri

Tabel 9b. Eksplorasi Karir Siswa Berkebutuhan Khusus: Pilihan Minat

Analisis Kebutuhan untuk Berwirausaha pada Siswa Berkebutuhan Khusus


346

Tabel 9c. Eksplorasi Karir SBK: Pengenalan Kemampuan Diri

Tabel 9d. Eksplorasi Karir SBK: Kebutuhan Informasi

Niat untuk Berwirausaha Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa


Niat siswa berkebutuhan khususuntuk ber- tingkat intensitas atau niat siswa berkebutuhan
wirausaha terlihat seperti pada Tabel 10. khusus untuk berwirausaha adalah tinggi.

Tabel 10. Niat/Intensi berwirausaha siswa ber-


kebutuhan khusus

Grafik 3. Tingkat intensitas KWU

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3


347

Pada siswa perempuan, tidak ada yang mampuan diri. Artinya, menurut Arnold (2011),
memiliki intensitas kewirausahaan yang rendah, jika sudah ada minat untuk berwirausaha, maka
berbeda dengan siswa laki-laki ada 4 orang yang hal yang harus dilakukan adalah memantapkan
rendah intensitasnya. keyakinan siswa untuk berwirausaha, mengidenti-
fikasi bidang usaha berdasarkan minat, kelayakan,
dan untung rugi usaha serta menguatkan potensi
diri untuk berwirausaha.
Orang yang dianggap berpengaruh dalam
mendukung pilihan karir mereka adalah orangtua,
yaitu ayah dan ibu. Namun, untuk anak berkebu-
tuhan khusus guru menempati pilihan pertama,
setelah ayah dan ibu.Orang atau individu yang
membantu dalam perencanaan karier adalah
Grafik 4. Tingkat intensitas KWU berdasar berturut-turut dari ranking tertinggi adalah orang-
jenis kelamin tua, tokoh karier, guru, wali kelas. Sehingga perlu
menyadarkan orangtua bahwa siswa berkebutuhan
Selain itu, tidak ada perbedaan intensitas khusus juga ingin mandiri termasuk dalam bekerja
kewirausahaan yang mencolok antara siswa laki- karena bekerja tidak hanya terkait dengan men-
laki dan perempuan, jumlahnya sama pada tingkat gumpulkan uang atau mendapatkan penghasilan
intensitas yang tinggi bahkan pada tingkat inten- tetapi juga merupakan bentuk eksistensi diri dan
sitas yang sedang lebih banyak siswa perempuan upaya mereka untuk beradaptasi dengan lingkung-
daripada siswa laki-laki. Artinya siswa perempuan an sosial (Rokhim & Handoyo, 2015:6). Peran
memiliki tingkat intensitas kewirausahaan yang orangtua dalam fasilitasi karier adalah berusaha
bagus. memfasilitasi dan menjadikan model bagi anak
Dari keseluruhan pernyataan mengenai niat mereka dalam pilihan karier anak. Selain itu,
atau intensi berwirausaha, dapat dikatakan intensi orangtua bisa menyediakan modal, peralatan,
siswa berkebutuhan khusus untuk berwirausaha transportasi serta bantuan psikologis untuk men-
masih berada pada tingkat sedang dengan intensi dampingi anaknya dalam berproses untuk menjadi
yang paling tinggi berada pada pernyataan” Saya wirausahawan (Boylan & Burchardt, 2003:69),
memiliki niat yang kuat untuk memulai usaha hal ini yang tentu saja tidak bisa dilakukan secara
sendiri suatu saat nanti” sebanyak 26 orang (70 maksimal oleh guru karena keterbatasan waktu,
%) dan “Saya mencari informasi untuk memulai dana dan kemampuannya.
dan menjalankan usaha saya sendiri” sebanyak Tingkat eksplorasi karir subyek penelitian
24 orang (65%). adalah pada tingkat sedang dan tidak terdapat
perbedaan yang menyolok antara siswa perem-
Pembahasan puan dan laki-laki dalam tingkat eksplorasi karir.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Sebagian besar merasa mampu dalam bidang
berwirausaha merupakan salah satu pilihan dan kewirausahaan (sales, berdagang, punya usaha
prioritas kerja bagi siswa berkebutuhan khusus. sendiri) yaitu sebanyak 54 %. tingkat intensitas
Artinya, siswa sudah mulai menyadari bahwa atau niat siswa berkebutuhan khusus untuk ber-
berwirausaha merupakan peluang karir di masa wirausaha adalah tinggi. Eksplorasi karir siswa
depan yang harus disiapkan sejak dini. Menurut masih bisa dikembangkan dan ditingkatkan kare-
siswa, bidang-bidang yang bisa dijadikan lahan na bidang-bidang untuk berwirausaha masih sa-
berwirausaha cukup beragam yaitu: memasak, ngat luas (Arnold, Seekins, & Ravesloot, 1995:16).
menjahit, pijat, melukis, dan sebagainya, tapi Intensitas kewirausahaan subjek berada pada ting-
bidang bidang ini membutuhkan ketrampilan kat yang tinggi bahkan siswa perempuan memi-
individual di mana tidak setiap sekolah mampu liki tingkat intensitas kewirausahaan yang bagus
memberikan ketrampilan sesua dengan cita-cita daripada siswa laki-laki. Jika sekolah memunyai
anak. Tiga hambatan terbesar yang dirasakan fasilitas yang terbatas, maka siswa berkebutuhan
siswa berkebutuhan khusus adalah kurangnya khusus hendaknya diberi kemampuan untuk me-
informasi mengenai lapangan kerja, tidak bisa ngakses internet sehingga informasi peluang
mengambil keputusan, dan tidak mengenali ke- usaha yang mereka butuhkan dapat dicari melalui

Analisis Kebutuhan untuk Berwirausaha pada Siswa Berkebutuhan Khusus


348

dunia maya (Kitching, 2014:65) sebagaimana Boylan, A., & Burchardt, T. 2003. Barriers to
yang diungkapkan siswa bahwa mereka membu- Self-employment for Disabled People. SBS
tuhkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai Research & Evaluation.
usaha yang bisa mereka kembangkan.
Caliendo, M., Fossen, F., & Kritikos, A. S. 2014.
PENUTUP “Personality Characteristics and the Deci-
Dapat disimpulkan bahwa tingkat intensitas sions to Become and Stay Self-Employed”.
siswa berkebutuhan khusus untuk berwirausaha Small Business Economics, 42(4), 787-
tinggi tapi esplorasi karir masih berada pada ting- 814.
kat sedang. Hal ini disebabkan karena hambatan
internal dan eksternal yang dihadapi siswa yaitu: Gilkerson, L. D., & Paauwe, T. M. 2003. Self-
kurangnya informasi mengenai lapangan kerja, employment: from Dream to Reality: an
tidak bisa mengambil keputusan, dan tidak me- Interactive Workbook for Starting Your
ngenali kemampuan diri. Artinya bantuan yang Small Business. JIST Works.
dibutuhkan siswa adalah kebutuhan informasi
serta pengenalan dan pengembangan potensi Kementerian Kesehatan, R. I. 2012. “Buletin
diri untuk berwirausaha. Selain itu, siswa juga Jendela Data dan Informasi Kesehatan:
membutuhkan model atau contoh dari penyan- Situasi Penyandang Disabilitas”. Jakarta:
dang kebutuhan khusus yang sukses menjalankan Kementerian Kesehatan RI.
wirausaha.
Kitching, John. 2014. Entrepreneurship and
UCAPAN TERIMA KASIH Self-Employment by People with Disa-
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bilities. (Project Report) Paris, France :
para Guru SLB yang telah membantu penelitian Organisation for Economic Co-operation
terutama dalam memberikan masukan draf buku and Development. 25 p. 63 – 67
panduan yang akan diimplementasi dalam pene-
litian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih Kiyosaki, R. T., & Lechter, S. L. 2001. The
kepada Redaksi dan Staff Jurnal Cakrawala Pen- cashflow Quadrant: Panduan Ayah Kaya
didikan yang telah memberikan kesempatan untuk Menuju Kebebasan Finansial. Jakarta:
mempublikasikan artikel hasil penelitian ini. Gramedia Pustaka Utama.

DAFTAR PUSTAKA Rokhim, F., & Handoyo, P. 2015. “Makna Kerja


Arnold, N., Seekins, T., Ipsen, C., & Colling, bagi Penyandang Disabilitas di Yayasan
K. 2003. “Self-employment for people Bina Karya “Tiara Handycraft” Surabaya.
with Disabilities in the United States: A Paradigma, 3(03), 1-9.
Recommended Process for Vocational Re-
habilitation Agencies”. Australian Journal Syamsi, I. 2010. “Membuka Peluang Berwirau-
of Career Development,12(1), 49-57. saha untuk Pemberdayaan Anak Berke-
butuhan Khusus”.Jurnal Pendidikan dan
Arnold, N. L., Seekins, T., & Ravesloot, C. 1995. Kebudayaan Dikbud. 16 (1). 90-103
“Self-employment as a Vocational Reha-
bilitation Employment Outcome in Rural Winasti, M. 2012. “Motivasi Berwirausaha Pada
and Urban Areas” Montana, 2, 5-17. Penyandang Disabilitas Fisik”. Empathy
Jurnal Fakultas Psikologi, 1(1), 177-187.

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3

Anda mungkin juga menyukai