Anda di halaman 1dari 4

Mohon ijin menanggapi,

Uraikan ketentuan sumber penghasilan berdasarkan UU PPh Pasal 24 Ayat (3) dan Ayat (4) yang
ditentukan dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan!

Jawab :

Menurut UU PPh Pasal 24 ayat (3), Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan,
sumber penghasilan ditentukan sebagai berikut :
1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan
sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas
tersebut didirikan atau bertempat kedudukan, kategorinya :
a. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; (UU PPh
Pasal 4 Ayat 1 (g) dan Penjelasannya )
Termasuk dalam pengertian dividen :
- pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
- pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor;
- pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus
yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
- pembagian laba dalam bentuk saham;
- pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
- jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang
bersangkutan;
- pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika
dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran
kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan
secara sah;
- pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai
penebusan tanda-tanda laba tersebut;
- bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
- bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
- pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;
- pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa
tersebut bertempat kedudukan atau berada,
Dalam menentukan letak sumber penghasilan Pasal 24 Ayat 3 memakai dua kriteria (yang
bersifat alternatif) yaitu pendekatan pembayaran (paying-source approach) dan pendekatan
pembebanan biaya (cost bearing approach).
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara
tempat harta tersebut terletak, kategorinya :
a. Pendekatan produksi atau situs harta tidak bergerak dimanfaatkan untuk menentukan
letak sumber penghasilan dari harta tidak bergerak.
b. Terlepas dari status pembayar dan penanggung beban, sewa atas harta tidak bergerak
yang terletak di Indonesia dianggap bersumber di negara tersebut.
c. Sebaliknya, sewa atas harta tidak bergerak yang terletak di luar Indonesia dapat
dianggap bersumber selain di negara tersebut dan oleh karenanya atas pajak yang
dibayar atas penghasilan dimaksud berhak atas KPLN.
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan
atau berada,
5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan,
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta
dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara
tempat lokasi penambangan berada,
7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada,
kategorinya :
a. harta dapat meliputi harta bergerak dan tidak bergerak, bisnis dan pribadi, finansial dan
ril, berwujud dan tak berwujud.
b. pasal 24 Ayat (3), tempat sumber keuntungan dari penjualan saham atau sekuritas
adalah negara tempat penerbit saham atau sekuritas bertempat kedudukan,
keuntungan dari penjualan harta bergerak dan hak atas kekayaan intelektual
(intangible) ditentukan sama dengan sewa dan royalti.
c. keuntungan dari penjualan atau pengalihan harta tak bergerak, sesuai dengan
Penjelasan pasal 24 (4), berada di negara tempat harta tersebut terletak.
8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap
adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

Sedangkan menurut UU PPh Pasal 24 ayat (4) berbunyi, Penentuan sumber penghasilan selain
penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan prinsip yang sama dengan prinsip
yang dimaksud pada ayat tersebut. Contohnya :

1. Imbalan karena Jaminan Pengembalian Utang


a. Pasal 4 Ayat 1(f) dan Pasal 23 Ayat 1(a) angka 2) penghasilan berupa imbalan karena
jaminan pengembalian utang disejajarkan dengan bunga (termasuk premium dan
diskonto).
b. Untuk tujuan pemberian KPLN, nampak bahwa seseorang dapat menentukan sumber
penghasilan dari imbalan tersebut selaras dengan bunga yaitu tempat kedudukan (atau
keberadaan) si pembayar atau pihak penanggung beban imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
2. Hadiah dari Undian/ Pekerjaan atau Kegiatan dan Penghargaan
a. Pasal 26 Ayat 1(e) dan Pasal 23 Ayat 1(a) angka 4) meminta kepada pihak yang
membayarkan untuk memotong pajak atas hadiah dan penghargaan selain yang telah
dipotong pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 21 Ayat 1(e).
b. Pasal 21 Ayat 1(e) juga menunjuk kepada (pihak) yang melakukan pembayaran.
c. Penentuan sumber penghasilan dari hadiah dan penghargaan berlaku pendekatan
pembayaran dan pembebanan biaya. Negara domisili pembayar atau tempat
pembebanan hadiah dan undian, pada penghasilan kena pajak merupakan sumber
penghasilan dimaksud.
3. Penerimaan Kembali Pembayaran Pajak yang telah Dibebankan sebagai Biaya
a. Dalam menentukan sumber penghasilan, Pasal 24 Ayat (3), antara lain menggunakan
pendekatan pembayar atau penanggung beban.
b. Negara pembayar pengembalian atau pemberi pengurang pajak dimaksud merupakan
tempat sumber penghasilan.
4. Penerimaan atau Perolehan Pembayaran Berkala
a. Pasal 26 Ayat l(f) meminta kepada pembayar (subjek pajak dalam negeri) untuk
memotong pajak atas pembayaran berkala.
b. Pendekatan pembayaran berlaku untuk penentuan lokasi sumber penghasilan.
Pembayaran berkala yang diberikan oleh WPDN akan dianggap bersumber di Indonesia.
5. Keuntungan karena Pembebasan Utang
a. Dalam menentukan letak sumber suatu penghasilan, Pasal 24 Ayat (3) selain mengikuti
pendekatan pembayaran juga menerapkan pendekatan penanggung beban.
b. Karena penghasilan karena pembebasan utang umumnya tidak dibayarkan tetapi dapat
merupakan beban (pengarang penghasilan) kreditor, nampak bahwa letak sumber dari
penghasilan karena pembebasan utang dapat dilokalisasi di negara tempat kedudukan
kreditor.
6. Keuntungan Karena Selisih Kurs
a. Baik penjualan dan penerimaan, maupun pembelian dan pengeluaran dapat terjadi
karena transaksi usaha, finansial, dan transaksi lainnya.
b. Untuk keperluan penentuan dan letak sumber penghasilannya, kiranya dapat, sesuai
dengan kasus yang dihadapi, diikuti penalaran penentuan sumber untuk laba usaha
(lokasi tempat usaha) atau kriteria lainnya (tempat kedudukan penerbit sekuritas,
pembayar atau penanggung beban).
7. Penghasilan dari Kegiatan di Angkasa Luar dan Laut Lepas
a. Dengan kemajuan teknologi berbagai kegiatan dapat dilakukan di angkasa luar atau di
laut lepas di luar wilayah Indonesia.
b. Kegiatan tersebut misalnya berupa publikasi di angkasa luar atau laut lepas, persewaan
pesawat angkasa atau satelit (telekomunikasi), pemberian jasa, penangkapan ikan, dan
sebagainya.
c. Untuk mengenakan pajak atas penghasilan tersebut, harus ditentukan letak sumber
penghasilan dimaksud.
8. Premi Asuransi
a. Pasal 26 Ayat (2) menyatakan bahwa premi asuransi yang dibayarkan kepada
perusahaan asuransi di luar negeri dipotong pajak (penghasilan Indonesia).
b. Letak sumber dari penghasilan berupa premi asuransi (tanpa menyebut jenis
pertanggungannya) ditentukan berdasarkan (tempat kedudukan atau keberadaan) si
pembayar.
c. Premi asuransi yang dibayar oleh perusahaan Indonesia dapat dianggap berasal dari
sumber yang terletak di negara tersebut.
9. Penghasilan dari Selisih Lebih karena Penilaian Kembali Aktiva
a. Sesuai dengan konsep pertumbuhan (accretion concept of income), tambahan nilai
karena penilaian kembali aktiva juga merupakan penghasilan yang dikenakan pajak.
b. sumber penghasilan dari selisih lebih penilaian kembali aktiva, rujukan dapat diarahkan
pada letak aktiva tetap atau wajib pajak mana yang akan membebankan depresiasi dari
tambahan nilai dimaksud.

Demikian tanggapan dari saya atas diskusi kali ini, mohon koreksinya, terima kasih.

Sumber : Materi Inisiasi 2

Anda mungkin juga menyukai