Syaiful Mujab
APII (Asosiasi Pendidik Islam Indonesia),
Jawa Tengah, Indonesia
saifamujab@gmail.com
Abstrak
Abstract
A. Pendahuluan
Sebagai mahluk sosial, manusia selalu berhubungan dan
berkomunikasi dengan manusia lain. Media komunikasi yang paling
efektif untuk dipakai adalah bahasa. Dengan menggunakan bahasa,
mereka bisa menyatakan maksud, ide, pikiran, dan gagasannya
agar lebih bisa dipahami dengan tepat maknanya oleh manusia lain
di seluruh penjuru dunia yang berbeda. Oleh karena itu kita bisa
mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi dengan orang lain.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Keraf (1997: 1) bahwa bahasa
adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Di era globalisasi ini kita dituntut untuk tidak hanya bisa
memahami bahasa nasional tetapi juga diharapkan bisa memahami
dan menggunakan bahasa internasional. Bahasa Inggris adalah salah
satu bahasa internasional yang diajarkan secara luas di berbagai
negara dunia ini. Banyak penduduk di berbagai negara memakai
bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dalam berbagai pertemuan
penting tingkat internasional. Dalam bidang pendidikan, bahasa
Inggris mempunyai andil besar karena hampir semua buku teks dalam
berbagai disiplin ilmu ditulis dalam bahasa Inggris, yakni dari jenjang
pendidikan dasar sampai di perguruan tinggi. Oleh karena itu, bahasa
Inggris mempunyai peranan yang sangat penting dalam memasuki
era globalisasi. Fungsinya tidak hanya sebagai alat atau media untuk
berkomunikasi antar bangsa tetapi semakin luas dan penting, yaitu
sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, sosial-ekonomi, budaya,
bahkan seni. Sebagai bahasa global, bahasa Inggris memegang fungsi
dan peran yang sangat besar. Implikasinya adalah semakin banyak
orang yang berusaha untuk bisa belajar bahasa Inggris agar mereka
mampu untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris
dengan baik.
Dalam dunia pendidikan di perguruan tinggi diharapkan
mahasiswa dibekali dengan ilmu keterampilan berbahasa Inggris
sebagai modal untuk menghadapi persaingan global pasar bebas.
Dengan demikian mata kuliah bahasa Inggris seharusnya dimasukkan
kedalam kurikulum di perguruan tinggi. Dalam pasal 38, ayat (3) juga
disebutkan tentang kurikulum pendidikan tinggi yang bersangkutan
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap prodi.
Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No.232/
U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan
tinggi, dan kurikulum inti Pendidikan Tinggi serta penilaian hasil
belajar mahasiswa, Pemerintah dalam hal ini Mendiknas, memberi
keleluasaan kepada pengelola lembaga pendidikan tinggi untuk
mengembangkan kurikulum mereka sendiri. Pemerintah hanya
memberikan rambu-rambu pedoman pengembangannya, selain itu
disebutkan pula bahwa bahasa Inggris masuk ke dalam kelompok
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).
Selain itu, alasan bahasa Inggris sebagai bahasa asing masih
harus dijadikan sebagai mata kuliah yang wajib dipelajari di semua
jurusan atau program di seluruh fakultas di perguruan tinggi tiada
lain karena Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidi-
kan Nasional, Pasal 33 ayat (3) menyatakan bahasa asing dapat di-
gunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu
untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik. Hal
ini dimaksudkan agar peserta didik dibekali bahasa asing khususnya
bahasa Inggris untuk dijadikan sebagai bahasa pengantar mereka di
dalam menghadapi era globalisasi, sehingga mereka bisa menatap
B. Pembahasan
1. Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata
tersebut diserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia
dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit
penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”. Istilah “penilaian”
merupakan kata benda dari “nilai”. Pengertian “pengukuran”
mengacu pada kegiatan membandingkan sesuatu hal dengan satuan
ukuran tertentu, sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Menurut
Arikunto (2010: 2) mendefinisikan evaluasi adalah kegiatan
untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Sedangkan Arifin (2012: 2) menyatakan bahwa ada beberapa
istilah yang sering disalahartikan dan disalahgunakan dalam praktik
evaluasi, yaitu tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi. Secara
konsepsional istilah-istilah tersebut berbeda satu sama lain, tetapi
mempunyai hubungan yang sangat erat. Istilah “tes” berasal dari
bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring atau jambangan dari
tanah liat. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam lapangan
psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Sedangkan
istilah pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu. Kata”sesuatu” bisa berarti peserta
didik, pendidik, sekolah, dan sebagainya. Dalam proses pengukuran,
tentu seorang pendidik harus menggunakan alat ukur baik berupa
tes atau pun non tes. Alat ukur tersebut harus sesuai dengan standar,
yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari
evaluator untuk pengambil keputusan (decision maker). Menurut
Arikunto dan Safruddin (2008: 22) ada empat kemungkinan
kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi
pelaksanaan program, yaitu: (1) menghentikan program, karena
dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau
tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan; (2) merevisi
program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan
harapan (terdapat kesalahan tetapi sedikit); (3) melanjutkan
arti pembelajaran secara luas adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif
antara pendidik dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan
untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya
tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas,
dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi
yang telah ditentukan.
Menurut aliran behavioristik, pembelajaran adalah usaha
pendidik dalam membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan
menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan
pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berfikir agar mengenal dan memahami sesuatu
yang sedang dipelajari Sedangkan aliran humanistik mendiskripsikan
pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada peserta didik
untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai
dengan minat dan kemampuannya (Sugandi, 2004: 9).
Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut, dapat
disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya
yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar
pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran, ada kegiatan
memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan
pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan
bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran, menyampaikan
materi pelajaran, dan mengelola pembelajaran.
Darsono yang dikutip oleh Hamdani (2011: 47) menyatakan
behwa ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis.
2 Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi
siswa dalam belajar
3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik
perhatian dan menantang siswa.
4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang
tepat dan menarik
5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman
dan menyenangkan bagi peserta didik.
366 Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Evaluasi Proses Pembelajaran Reading .....
4) Media Pembelajaran
Dalam meningkatkan pembelajaran bahasa Inggris,
dosen menggunakan media Laptop, LCD, dan sound system
dalam penyampaian materi bahasa Inggris yang sudah
disediakan di ruang perkuliahan. Hal ini bisa membangkitkan
atau memotivasi peserta didik untuk lebih giat belajar.
5) Sumber Belajar
Dalam pembelajaran bahasa Inggris menggunakan
sumber belajar buku yang sudah disediakan di perpustakaan
STAIN Kudus. Hal ini akan mempermudah mahasiswa
STAIN Kudus untuk mencari bahan referensi guna
lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan mereka.
Setiap mahasiswa STAIN kudus mendapatkan kartu
anggota perpustakaan terhitung sejak mengikuti pelatihan
perpustakaan sebagai syarat menjadi mahasiswa baru sampai
dengan mereka lulus kuliah. Dengan pelatihan perpustakaan
akan mempermudah mahasiswa dalam mencari buku referensi
yang diinginkannya. Buku pegangan yang mendukung
pembelajaran bahasa Inggris untuk bisa dipinjam misalnya
buku karangannya Djamaluddin Darwis dengan judul
bukunya English for Islamic Studies dan buku karangannya
Betty Azar dalam bukunya Understanding and Using English
Grammar.
Sumber belajar lainnya yang disediakan oleh STAIN
Kudus dalam meningkatkan pembelajaran bahasa Inggris II
adalah disediakannya “HOT SPOT AREA” di lingkungan
STAIN Kudus. Hal ini sangat mendukung mahasiswa untuk
bisa mendownload materi / bacaan berbahasa Inggris
atau juga melakukan pembelajaran bahasa Inggris melalui
e-learning yang sudah disepakati antara dosen dan mahasiswa.
Selain itu, dengan adanya fasilitas Hot Spot Area menjadikan
mahasiswa STAIN kudus tidak dikatakan “gatek” alias “gagap
teknologi”.
6) Lingkungan
Apabila di lihat dari lingkungan, terutama lingkungan
sekolah dan lingkungan keluarga, maka bisa dikatakan bahwa
C. Simpulan
Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa: (1)
Evaluasi pembelajaran Mata Kuliah Bahasa Inggris II di jurusan
Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Kudus sudah
berjalan dengan baik. Hal ini terbukti bahwa pada setiap unsur
pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris sudah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan kompetensi dan indikator yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan proses pelaksanaannya, ketiga unsur yang merupakan
kunci pokok terlaksananya suatu proses kegiatan belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik dan lancar. Ketiga unsur itu adalah
adanya kegiatan belajar mengajar yang disampaikan oleh pendidik
kepada peserta didik. Sedangkan dilihat dari hasil pembelajaran
selama satu semester menunjukkan bahwa nilai mahasiswa pada
mata kuliah bahasa Inggris II hasilnya tinggi. Hal ini berarti sistem
pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris II di jurusan Tarbiyah
STAIN Kudus berjalan dengan baik. (2) Implikasi dari hasil evaluasi
sistem pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris II di program studi
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berjalan baik dapat menjadikan
perbaikan dalam pembuatan tawaran silabus dan SAP mata kuliah
bahasa Inggris II untuk program studi baru di jurusan Tarbiyah
yaitu program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
dan program studi Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA).
Tawaran silabus mata kuliah bahasa Inggris II untuk prodi PGMI
dan PGRA agak sedikit berbeda dengan prodi PAI karena lulusan
prodi baru tersebut nantinya diharapkan dapat mencetak guru bagi
anak-anak usia sekitar 12 tahun kebawah. Pada usia tersebut, anak
masih membutuhkan perhatian yang lebih dari guru. Oleh karena
itu, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris II untuk prodi PGMI
dan PGRA lebih difokuskan pada pengenalan kosakata terhadap
benda disekitarnya.
Saran peneliti setelah melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut: (1) Bagi program studi PAI, adanya hasil evaluasi
pembelajaran dapat memberikan manfaat untuk pengembangan
mutu pendidikan. (2) Bagi dosen, perlu menambah pengetahuan
tentang metode pengajarannya sehingga proses belajar mengajar
dapat dilaksanakan secara efektif. (3) Bagi peneliti selanjutnya
sebagai acuan atau rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya
Vol. 9, No. 2, Agustus 2014 381
Syaiful Mujab
DAFTAR PUSTAKA