Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR JAWABAN

SOAL UTS MATAKULIAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN


Dosen Pengampu : Dr. Untung Sujianto, SKp.,M.Kes dan Team

Nama : Lalu Amri Yasir


NIM : 22020121410030

1. Secara etimologis etika diartikan berupa nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan manusia atau kelompok dalam mengatur perilakunya. Etika berkaitan
dengan moral, Integritas dan perilakunya yang tercermin dari hati nurani seseorang.
Antara etika/moral memiliki hubungan yang erat dengan hukum. Apa artinya undang-undang
kalau tidak disertai moralitas. Tanpa moralitas hukum akan kosong karena kualitas hukum
sebagaian besar ditentukan oleh kualitas moralnya, karena itu hukum harus selalu diukur
dengan norma moral. Di sisi lain moral juga membutuhkan hukum karena tanpa hukum moral

akan mengawang-ngawang sehingga hukum dapat meningkatkan dampak sosial


dari moralitas. Hukum dan moral sama-sama mengatur mengenai tingkah laku
manusia, namun hukum membatasi pada tingkah laku lahiriah saja sedangkan
moral menyangkut juga sikap batin seseorang.
2. Pada dasarnya hukum pidana adalah semua yang mengatur tentang kejahatan dan
pelanggaran terhadap kepentingan umum dan perbuatan tersebut diancam dengan
pidana yang merupakan suatu penderitaan. Hokum pidana seringkali diartikan sebagi
bagian dari semua hukum yang berlaku disuatu negara, yang mengadakan dasar-dasar
dan aturan-aturan untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan atau yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa
pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut.
Contohnya:
Polisi menyelidiki kasus meninggalnya bayi Tiara Debora Simanjorang (4 bulan)
karena diduga tak ditangani tepat waktu di RS Mitra Keluarga, Kalideres, Jakarta
Barat. Polisi mengatakan Pasal 190 UU Kesehatan Nomor 36/2009 tentang Kesehatan
akan dikenakan jika terbukti ada unsur pidana dalam kasus tersebut.
Dalam Pasal 190 UU Kesehatan tersebut, ada dua ayat yang menyatakan terkait
sanksi pidana bagi pihak rumah sakit yang dengan sengaja tidak memberikan
pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan darurat. Ada hukuman penjara dan
denda bagi pihak yang melanggar ketentuan dalam UU tersebut.
Pasal 190
(1). Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan
sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan
gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau
tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
3. Hukum perdata yakni keseluruhan peraturan mempelajari tentang hubungan antara
orang yang satu dengan orang lainnya. Baik meliputi hubungan keluarga dan
pergaulan masyarakat
Contoh : Kasus Malpraktik, RS Awal Bros Digugat di PN Bekasi
Keluarga korban dengan dugaan malapraktek, Falya Raafani Blegur (14 bulan)
melayangkan gugatan perdata terhadap Rumah Sakit Awal Bros Bekasi, Bekasi
Selatan, Kota Bekasi ke Pengadilan Negeri (PN) Bekasi. Dengan nomor gugatan
perdata 630/Pdt.G/2015/PN.
4. Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan dengan standar pelayanan dan
tingkat profesionalisme yang tinggi kepada Pasien, sehingga untuk itu guna
memenuhi tuntutan dan melindungi pemilik Rumah Sakit, penyelenggara rumah sakit,
tenaga kesehatan serta melindungi pasien. Rumah Sakit berkewajiban untuk
menyusun dan melaksanakan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by Laws)
sebagaimana diatur pada Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Pasal 29 ayat (1) huruf (r), di samping peraturan lainnya yang ditetapkan oleh Rumah
Sakit sebagai pedoman dalam mengelola Rumah Sakit. Secara Yuridis, Hospital by
Laws tidak dapat dicampur dengan aturan lain yang ditetapkan oleh Direktur Rumah
Sakit, kekeliruan utama dalam memahami Hospital by Laws adalah ketika
menganggap bahwa Hospital by Laws sebagai seperangkat Standar Operasional
Pada dasarnya pengelolaan rumah sakit ditentukan oleh tiga komponen atau organ
fungsional yang berbeda kewenangan, tugas dan tanggung jawab masing-masing,
namun semua harus bekerja sama secara integratif dalam menjalankan misi rumah
sakit. Ketiga unsur tersebut adalah :
a. Pemilik atau yang mewakili, sebagai otoritas steering comitte.
b. Pengelola, dalam hal ini pimpinan rumah sakit, mempunyai fungsi sebagai motor
penggerak.
c. Staf Medis, sebagai pelaku utama core business rumah sakit.
Tidak satupun dari ketiga komponen tersebut akan berfungsi, jika tidak ada dua yang
lain. Mereka adalah tri-tunggal yang bersama-sama secara fungsional memimpin
rumah sakit dan bertanggung jawab bersama tentang layanan kepada individu dan
masyarakat (shared accountability ).
5. Kerahasiaan Penyakit Pasien adalah sebuah privasi sebagai hak yang dipunyai
seseorang/pasien untuk menjaga kehidupan personal atau rahasia informasi personal
agar hanya untuk diketahui sekelompok kecil saja. Devinisi ini merujuk pada Pasal
28G Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi: "Setiap orang berhak atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
6. Yang pertama adalah menanyakan kepada keluarga atas keperluan apa dari keluarga
meminta dokumen medical pasien. Apa bila keluarga hanya ingin melihat kondisi
pasien secara tertulis kita sebagai perawat bisa menjelaskan kepada keluarga terkait
kondisi pasien berdasarkan apa yang tertulis di dokumen medical.
7. Kaitan antara etika dan hukum pada kasus keluarga yang pasien yang marah-matah
pada perwat
Kaitannya antara etika dan hukum pada situasi tersebuat adalah hubungan yang
mengatur tentang bagaimana perawat/tenga kesehatan secara personal untuk
berperilaku baik dan tetap dalam keadaan emosianal yang stabil serta
mempertahankan komunikasi yang efektif dan asertif dalam memberikan taggapan-
tanggapan dari pernyataan keluarga psien dengan nada yang tinggi dan tidak terjebak
pada pelanggaran etika profesi yang bisa berdampak pada kasus hokum.

Anda mungkin juga menyukai