Anda di halaman 1dari 5

Ibu A datang ke klinik VCT, klinik tersebut selalu ramai karena terkenal dengan tempat

konsultasi pada pasien yang terinfeksi HIV/AIDS. Ibu A menemui perawat adminitrasi
terlebih dahulu yang ada disana

Ibu A : “permisi mbak, saya mau melakukan tes penyakit hiv”

Adminitrasi : “baik sebelum ibu melakukan tes, ibu tolong isi formulir dulu”

Ibu A : “baik sus”


Adminitrasi : “jika sudah selesai dalam mengisi formulir tolong berikan kembali ke saya ya,
nanti nama ibu akan dipanggil untuk melakukan konseling terlebih dahulu”

Ibu A : “oh oke baik sus”

Setelah menunggu antrian nama, ibu A pun di panggil untuk masuk keruangan konselor.

Perawat: “selamat pagi bu”


Ibu A : “selamat pagi”

Perawat: “Perkenalkan bu saya adhelfia sebagai perawat yang bertugas sebagai konselor
tentang penyakit HIV dan bertugas pada klinik ini dari jam 8-2 siang nanti, apa benar ini
dengan ibu A?”

Ibu A : “iya benar bu”

Perawat: "Usia nya berapa ya bu?"

Ibu A : "Usia saya 26 tahun"

Perawat: " Apakah ibu sudah berkerja ?"

Ibu A : "Sudah sus, saya bekerja sebagai selles"

Perawat: “Bagaimana kabar ibu hari ini?”

Ibu A : “ya beginilah bu badan saya rasanya tidak enak sudah satu bulan ini diare terus
sama sariawan kadang demam juga, terus kata teman-teman saya keliatan kurus”

Perawat: “oh begitu kalau boleh tau kenapa ya ibu ingin melakukan tes dan membawa ibu
datang kesini?”

Ibu A : “hmm gimana ya” (termenung)

Perawat: “Jadi begini nanti saya disini akan bertanya tanya sedikit kepada ibu, jadi ibu tidak
usah malu atau menutupi rahasia apapun itu karena yang ibu sampaikan akan saya rahasia
kan dari orang lain karena diskusi ini bertujuan untuk memudahkan saya untuk menentukan
terapi yang akan saya lakukan kepada ibu kedepannya” (menyakinkan pasien)

Ibu A : “iya saya takut nanti kena penyakit HIV”

Perawat: “sebelumya apa yang sudah ibu ketahui mengenai HIV?”

Ibu A : “saya baca-baca di internet gejalanya sama seperti yang saya alami terkena HIV”

Perawat : “baiklah, jadi begini saya akan menjelaskan mengenai HIV jadi HIV adalah virus
yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga
rentan diserang berbagai penyakit.”

Ibu A : “iya bu”

Perawat: “maaf sebelumnya ibu pernah pakai narkoba atau sejenisnya?”

Ibu A : “iya pernah”

Perawat: “kalau boleh tau ibu gunakan narkoba seperti suntik atau yang bagaimana?”

Ibu A : “iya saya pernah yang narkoba suntik jenis putau”

Perawat: “Penyakit HIV ini dapat ditularkan melalui Hubungan seks, penggunaan jarum
suntik, kehamilan/persalian atau menyusui, transfusi darah bu”

Ibu A : “saya suntik berbagi juga dengan teman saya, menggunakan jarum 1 untuk bersama
dan saya kira itu baik-baik saja.”

Perawat: “Penggunaan jarum suntik itu harus 1 orang 1 jarum yang steril , karena HIV dapat
ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang terinfeksi HIV.
Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas membuat seseorang
berisiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV. Bagaimana bu apakah dapat
memahami?”

Ibu A : “Baiklah saya sudah memahami”

Perawat: “Kalau boleh tau, sudah berapa lama ibu melakukan suntik narkoba tersebut?"

Ibu A : “Sudah 4 bulan saya melakukan hal tersebut, terus penyakit ini bisa gak
disembuhkan?

Perawat: “Untuk saat ini belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan HIV bu”

Ibu A : “Lalu saya harus bagaimana ya kalau saya mengidap HIV, saya takut tidak bisa
bertahan dengan penyakit ini, saya takut mati karena penyakit ini tidak bisa disembuhkan”

Perawat: “ada beragam cara supaya penyakit ini dapat terkontrol, mulai dari terapi obat,
mengelola stres, hingga menerapkan pola hidup sehat”

Ibu A : “Baiklah sus, saya akan rutin melakukan terapi , mengelola stress dan menerapkan
pola hidup sehat. Kalau boleh tau Terapi apa ya sus yang dilakukan untuk mengontrol
penyakit HIV ini?”

Perawat: “Terapinya adalah Terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah
sistem imun semakin berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi
oportunistik”

Ibu A : “Lalu apakah ada afek samping saat sudah melakukan terapi ARV tersebut?”

Perawat: “Efek yang sering dirasakan pada awal penggunaan ARV berupa mual, urtika,
limbung/kehilangan keseimbangan, lemas, pusing, dan gangguan tidur. Keadaan ini dapat
timbul pada masa awal penggunaan ARV, dan akan berkurang saat kadar ARV mulai stabil
dalam darah”

Ibu A : “Apabila saya sudah melakukan terapi rutin apakah ada kontrol rutin / pemantauan
rutin oleh dokter/ perawat ya?”

Perawat: “Ada pemantauan rutin. Pemantauan rutin dilakukan setiap 3 hingga 6 bulan sekali.
Yang dipantau termasuk dari keluhan yang dirasakan selama penggunaan ARV, pemeriksaan
fisik, hingga pemeriksaan laboratorium terutama CD4”

Ibu A : “Baiklah saya sudah mulai memahami penyakit yang saya alami”

Perawat: “Sekarang saya ingin bertanya, apa ibu pernah berganti-ganti pasangan seks?”

Ibu A : “iya pernah kadang perempuan dan kadang juga laki-laki”

Perawat: “baiklah, apa sebelumnya ibu tau tidak cara penyebaran HIV? Atau gejala yang
muncul”

Ibu A : “yang saya tau penyebarannya lewat hubungan seksual saja sih”

Perawat: “tidak bu, jadi untuk penyebaran HIV bisa melalui transfuse darah atau darah yang
tercemar HIV, berhubungan sex tidak aman, alat suntik, tindik, tato yang digunakan secara
bersamaan tanpa disterilkan, dan bisa juga melalui ibu yang terinfeksi HIV pada janin yang
dikandung.
Ibu A : “oh begitu ya.. tapi katanya bisa tertular lewat air liur sama keringat juga?”
Perawat: “tidak buk, penyakit HIV tidak semudah itu ditularkan selama tidak ada kontak
darah virus tidak akan tertular”
Ibu A : “jadi saya terkena HIV ya?” (terkejut)
Perawat: “untuk memastikannya lagi nanti ibu akan melakukan tes HIV apakah ibu benar
terjakit virus HIV atau tidak”
Ibu A : “wah kira-kira mahal tidak ya biaya tes nya..” (tampak gelisah)
Perawat: “sekarang untuk tes HIV bisa dilakukan di puskesmas, gratis”
Ibu A : “begitu ya..” sambil mengangguk
Perawat: “apa sebelumnya keluarga ibu tau kalau akan melakukan tes?”
Ibu A : “iya suami saya tau”
Perawat: “apakah mendukung suami ibu dan keluarga?”
Ibu A : “alhamdulillah keluarga saya mendukung semua”
Perawat: “baguslah kalau begitu, bagaimana apakah ibu bersedia untuk dilakukannya tes HIV?”
Ibu A : “iya saya bersedia”
Perawat: “baiklah jika ibu setuju mohon tanda tangani surat persetujuan ini ya sebelumnya bisa
dibaca terlebih dahulu”
(Ibu A mendatangani surat informed consent)
Pasien : “baik, lalu bagimana kita mengetahui HIV itu didalam tubuh saya?”
Perawat : “Tes dilakukan ada yang pertama tes antibodi, tes antibodi terdiri dari berbagai jenis
yaitu ELISA dan Rapid HIV test. Tes yang kedua adalah Test PCR (polymerase chain reaction),
lalu yang ketiga ada test kombinasi antibodi-antigen (Ab-Ag test)”
Pasien : “adakah efek samping setelah dilakukan test?”
Perawat : “Prosedur pengambilan darah untuk tes HIV umumnya aman dan jarang
menimbulkan efek samping. Apabila ada, pasien mungkin hanya mengalami efek samping
ringan, seperti: Pusing atau sakit kepala, Muncul memar kecil di area suntikan, Lengan terasa
nyeri dan lemas, Infeksi pada area suntikan. Test PCR adalah test HIV yang paling akurat, Tes
ini bahkan dapat mendeteksi infeksi HIV walaupun sistem kekebalan tubuh belum
memproduksi antibodi terhadap virus tersebut. Namun sayangnya, tes ini jarang digunakan
karena membutuhkan biaya yang cukup besar dan waktu serta tenaga yang banyak.”
Perawat: “nah ini ibu saya ada surat rujukan pemeriksaan nanti bawa saja ke puskesmas
terdekat ya nanti berikan kepada petugas puskesmas”
Ibu A : “baiklah nanti saya kasih ke petugas”
Perawat : “iya kasih ke petugas, nanti akan dilakukan tes laboratorium pengambilan tes darah,
jika hasilnya sudah keluar nanti ibu bisa ke klinik lagi ya, apa ada yang ingin ibu tanyakan atau
ada yang tidak jelas?”
Ibu A : “sudah jelas semua ibu, terima kasih banyak”
Perawat: “Baik terimakasih bu, selamat pagi”
(Dan ibu A pun melakukan tes laboratorium di puskesmas keesokan harinya)–selesai

Anda mungkin juga menyukai