Anda di halaman 1dari 9

VC dan VCT (Voluntary Counseling and Testing)

1. Pengertian VC dan VCT (Voluntary Counseling and Testing)

Menurut Depkes RI, 2006 : merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat yang
dilakukan untuk menangani penyebaran HIV/AIDS.
Tes yang dilakukan untuk mengetahui status HIV dan dilakukan secara sukarela serta
melalui proses konseling terlebih dahulu. dialog atau konsultasi rahasia antara klien
dengan konselor HIV, konseling ini dilakukan sebelum dan sesudah tes HIV.
2. Konseling sebelum tes (pre Test)
dilakukan untuk memberikan informasi yang lengkap tentang HIV dan AIDS,
membahas tentang keuntungan dan kerugian VCT, menggali faktor–faktor resiko dan
cara menguranginya sehingga klien mempunyai kesiapan untuk melakukan tes HIV.
3. Konseling Pasca Tes
bertujuan untuk menyiapkan klien menghadapi hasil tes.
Di sini diberikan penjelasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil tes,
kemana dan apa yang harus dilakukan seandainya hasil positif HIV atau negatif
dengan segala konsekuensinya.
4. Tujuan VCT :
1. Umum : Mempromosikan perubahan perilaku yang dapat mengurangi resiko
penyebaran infeksi HIV
2. Khusus :
a) Menurunkan jumlah ODHA
b) Mempercepat diagnosa HIV
c) Meningkatkan penggunaan layanan kesehatan dan mencegah infeksi lain.
d) Meningkatkan perilaku hidup sehat.
5. Siapa saja yang perlu VCT?
Siapa saja yang merasa sudah melakukan kegiatan yang berisiko terinfeksi HIV,
seperti:
a) melakukan hubungan seksual tidak aman,
b) menggunakan narkoba suntik beramai- ramai,
c) melakukan tato dengan jarum suntik tidak steril, dan sebagainya
6. Waktu melakukan VCT:
• VCT sebaiknya dilakukan 2-3 bulan setelah kita merasa melakukan kegiatan tersebut
di atas.
• Kenapa 2 bulan?
Karena masa inkubasi HIV umumnya 3 minggu sampai dengan 2 bulan.
Biasanya dianjurkan untuk melakukan tes ulang 6 bulan berikutnya untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.

7. Obat yang dapat menekan jumlah HIV yang disebut dengan antiretroviral (ARV).
Ada beberapa manfaat dari terapi atau pemakaian ARV, antara lain:

1. Menghambat perjalanan HIV

 Untuk orang yang belum mempunyai gejala AIDS, ARV akan mengurangi
kemungkinan menjadi sakit.
 Untuk orang yang dengan gejala AIDS, memakai ARV biasanya mengurangi atau
menghilangkan gejala tersebut. ARV juga mengurangi kemungkinan gejala tersebut
timbul di masa depan.

2. Meningkatkan jumlah CD 4 (sel darah putih)


3. Mengurangi jumlah virus dalam darah
DIALOG

Pemeriksaan VCT (TAHAP KONSELING PRA-TEST)

Setelah melakukan pendaftaran, pasien dipersilahkan masuk kedalam ruang VCT

Pasien : “Permisi, selamat siang ibu.”

Konselor : “Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?”

Pasien : “Saya ingin konsultasi ibu, ini data pendaftaran saya.”

Konselor : “Baik ibu, Perkenalkan saya Bidan Ekta yang bertugas di klinik

pada siang hari ini sebagai konselor. (Dilanjutkan dengan memverifikasi data

pasien)

Nama : Nn. Ririn

Usia : 24 tahun

Alamat : Jalan Suko Mulyo RT.10 RW.05 Jatikerto

Pekerjaan : Pegawai Diskotik

Pasien : “Iya benar ibu.”

Konselor : “kalau boleh tahu ibu ririn datang untuk konsultasi terkait apa, atau mungkin
ada keluhan ?”

Pasien : “Jadi begini bu, sudah ½ tahun belakangan ini saya itu sering batuk-pilek yang
terus menerus, sering demam, lesu dan mudah sekali merasa lelah, terus kulit
saya ada ruam, saya juga sering sariawan dan satu bulan ini saya demam dan
diare.”

Konselor : “Baik, jadi untuk satu bulan ini ibu ririn mengalami demam dan diare ya?
Apakah saat ini masih batuk pilek dan sariawan?

Pasien : Batuk pilek masih ada bu sedikit, padahal sudah minum obat, sariawan juga.

Konselor : (Menanyakan kepada klien apa sudah mengetahui tentang VCT)

“sebelumnya apakah ibu sudah mengetahui terkait pemeriksaan VCT?”


Pasien : “Masih belum terlalu paham ibu.”

Konselor : “Baik akan saya jelaskan nggih, jadi VCT itu merupakan Tes yang dilakukan

untuk mengetahui status HIV yang dilakukan secara sukarela melalui proses
konsultasi dan sifatnya rahasia antara pasien dengan konselor HIV. Nah
konseling ini dilakukan sebelum dan sesudah tes HIV. Prosedur VCT ada
tiga tahap, yang pertama ada konseling Pra-test yang saat ini sedang kita
lakukan, lalu kedua test HIV/AIDS, dan yang terakhir ada konseling Post-
Test. Baik bagaimana apakah ada yang ingin ibu tanyakan kembali?”

Pasien : “Baik ibu, Insyaa Allah saya sudah memahami bu.”

Konselor : (Memberikan kepercayaan kepada klien untuk menyampaikan keluhan

secaraterbuka)

Jadi selanjutnya, kita akan berbincang-bincang terkait kondisi ibu saat ini.
Nanti ibu bisa menyampaikan secara jujur apa yang saya tanyakan, mohon
kerjasamanya karena informasi yang ibu sampaikan sangat bermanfaat untuk
tindakan yang dilakukan dan supaya saya bisa membantu ibu dalam mengatasi
masalahnya. Ibu tidak perlu malu karena semua yang ibu sampaikan akan saya
jaga kerahasiannya. Bagaimana apakah bersedia?”

Pasien : “Baik ibu, saya bersedia.”

Konselor : Baik ibu ririn apakah saat ini apakah sudah menikah?

Pasien : Belum bu

Konselor : Apakah punya pasangan?

Pasien : Punya bu, tapi sering berganti-ganti setelah putus

Konselor : Mohon maaf, apakah ibu sudah pernah berhubungan sex dengan pasangan-
pasangan sebelumnya?

Pasien : Sudah bu, beberapa kali

Konselor : Setiap berhubungan, selalu memakai pengaman atau tidak?

Pasien : Kadang pakai kadang tidak bu


Konselor : Apakah ibu, mohon maaf pernah mengggunakan narkoba?

Pasien : Pernah sekali bu, rame-rame pakai alat suntik gantian sama teman diskotik

Konselor : Ibu memakai narkoba karena ada masalah atau karna coba-coba dan buat buat
senang-senang atau mungkin ada alasan lain?

Pasien : Ngikut temen bu waktu kerja di diskotik

Konselor : Mohon maaf bu, pakai narkoba hanya satu kali dengan suntik tersebut? Atau
sebelumnya sudah pernah pakai?

Pasien : kalau dengan suntik satu kali rame-rame tapi awal-awal kerja di diskotik
pernah diberi yang jenis serbuk, terus karena masih polos saya coba sedikit tapi
saya sadar dan gak pakai lagi.

Konselor : Kerja di diskotik sudah berapa lama bu?

Pasien : sudah 3 tahun ini bu, tapi semenjak sakit-sakitan sudah rehat semenjak 4 bulan
yang lalu

Pasien : “baik bu, dari yang sudah diceritakan tadi, ada faktor pendukung atas

keluhan yang anda rasakan saat ini dan berkaitan dengan faktor atau

penyebab dari HIV/AIDS. Maka dari itu disarankan untuk melakukan


pemeriksaan lebih lanjut, agar mengetahui dengan pasti apa yang sedang ibu
derita saat ini”

Pasien : “Baik ibu untuk prosedur nya bagaimana ya?”

Konselor : “Jadi begini ibu, tes HIV sendiri ada dua tahap. Tahap pertama, skrinning

dengan dua kemungkinan negatif atau atau positif. Ibu nanti akan diantar ke
lab untuk diambil darahnya dan seminggu kemudian bisa dilihat hasilnya.

Apabila hasil nya positif, maka ibu terfinfeksi HIV dan ibu harus
menyesuaikan dengan status HIV dan meminimalkan dengan perilaku yang
berisko tadi agar tidak menyebarkan ke orang lain. Apabila hasilnya negatif,
belum tentu juga bahwa ibu tidak terinfeksi, bisa jadi virusnya sudah ada
ditubuh ibu tapi belum menunjukan tanda gejala atau disebut peridoe jendela
sehingga saat di tes tidak diketahu hasilnya atau masih negatif. Jadi ibu
disarankan untuk mengulang tes ini 3 / 6 bulan lagi. Bagaimana aada yang
ditanyakan?

Pasien : “apabila nanti saya positif terkena HIV apakah masih bisa disembuhkan?”

Konselor : “Jadi begini ibu, HIV memang tidak bisa disembuhkan. Namun, gejala
penyakitnya bisa dikendalikan dengan peningkatan sistem imun yang dilakukan
lewat terapi anti retoviral (ARV) yang membantu orang dengan HIV bisa hidup
lebih lama.”

Pasien : “Jadi begitu ya bu, dan lebih baik saya tetap menjalani tes ya bu?”

Konselor : “Iya ibu benar sekali, jadi lebih baik dilakukan tes. Agar apabila nanti hasilnya
positif ibu bisa melakukan pengobatan dengan tepat sejak dini.” Selama ini
apakah ibu pernah mendengar mitos atau presepsi yang salah dimasyarakat
terkait HIV?

Pasien : katanya kalau misal kita salaman atau bersentuhan dengan orang HIV bisa
menular

Konselor : Iya bu, jadi memang banyak mitos atau presepsi yang salah yang berkembang
dimayarakat kita mbak. Mereka tahunya HIV bisa menular melalui salaman /
bersentuhan. Padahal itu pemahaman yang salah karena HIV hanya bisa
menular melalui hubungan sexual, transfusi darah atau berbagai jarum suntik
dengan orang lain yang menderita HIV.

Pasien : “Jadi bagaimana bu apa yang harus saya lakukan?”

Konselor : “Saat ini saya sangat menyarankan untuk melakukan tes HIV/AIDS

terlebih dahulu untuk memastikan apakah ibu positif HIV atau tidak.”

Pasien : “Baik ibu terimakasih, saya akan melakukan tes HIV.”

Konselor : “baik, kalau begitu, ibu bersedia nggih dilakukan tes. Mohon dibaca dulu
terkait surat persetujuan dan ibu bisa ttd sebagai bukti persetujuan dilakukan
tes.

Pasien : ini sudah bu

Konselor : baik bu terimakasih, selanjutnya saya antar ke lab untuk diambil darah
Konselot : Baik bu tadi sudah diambil darahnya dan satu minggu lagi bisa dilihat nanti
hasilnya. Kira – kira satu minggu lagi, ibu bisa datang kesini hari apa ya untuk
melakukan konsultasi dengan saya?

Pasien : Senin saja bu

Konselor : baik jadi hari senin ibu datang ke sini nggih untuk melihat hasil tesnya dan
berkonsultasi

Pasien : baik bu terimakasih

TAHAP KONSELING POST-TEST


Konselor : “Selamat pagi bu. Bu ririn masih ingat dengan saya ?”

Pasien : “Dengan Bidan Ekta, bukan ?”

Konselor : “Iya benar ibu. Saya cek data diri ibu dulu ya bu”

Nama : Nn. Ririn

Usia : 24 tahun

Alamat : Jalan Suko Mulyo RT.10 RW.05 Jatikerto

Pekerjaan : Pegawai Diskotik

Pasien : “Iya bu benar”

Koselor : “Baik bu, sesuai dengan kesepakatan kita minggu lalu, hari ini kita akan
bersama-sama membuka hasil tes HIV yang sudah ibu lakukan. Kira-kira nanti
waktunya sekitar 10 menit. Sebelum kita mulai apakah ada yang ingin
ditanyakan bu ?”

Pasien : “Tidak ada bu”

Konselor : “Apakah ibu sudah siap untuk mengetahui hasilnya ?”

Pasien : “Sudah siap bu”

Konselor : “Baik bu, ini di tangan saya sudah ada hasil tes yang kemarin sudah dilakukan
oleh ibu dan masih di dalam amplop tertutup. Kita buka sama-sama ya bu”
(sambil menunjukkan amplop dan membukanya)
Pasien : “Iya bu”

Konselor : “Ini hasil tesnya Ibu positif HIV, bisa dilihat dan dibaca sendiri ya bu” (sambil
menunjukkan hasil tes)

Pasien : “Lalu saya harus bagaimana bu ?” (dengan wajah sedih)

Konselor : “Saya tahu perasaan ibu pasti sedih mendengar hasilnya, tetapi ibu harus tetap
semangat. Banyak bu diluar sana orang dengan status HIV positif tapi hidupnya
masih bisa tetap produktif dan tubuhnya masih sehat.”

Pasien : “Tapi bu saya tetap takut apakah saya akan kurus seperti pasien HIV lainnya
yang saya baca dari internet ?”

Konselor : “Tidak seperti itu bu. Malah banyak pasien HIV yang tubuhnya sangat sehat.
Ibu tidak usah khawatir HIV bisa di manajemen dengan penggunaan obat ARV.
Mungkin ibu sudah tahu tentang penggunaan obat ARV, disini manfaat obat
ARV adalah untuk mengurangi jumlah virus yang ada di dalam tubuh tapi tidak
menyembuhkan secara total atau menghilangkan virus tersebut. Jika ibu
mengonsumsi obat ARV ini secara rutin, jumlah virus ditubuh ibu akan
berkurang dan ibu tetap bisa hidup normal seperti biasanya. Dan jika ibu ingin
melakukan hubungan seksual, sebaiknya ibu menggunakan kondom. Apakah
ibu mengerti penjelasan saya bu ?”

Pasien : “Baik bu, saya mengerti”

Konselor : “Coba ibu jelaskan sedikit mengenai apa yang sudah saya jelaskan tadi bu ?”

Pasien : “Status HIV saya positif, saya bisa hidup normal seperti orang lainnya jika
saya mengonsumsi obat ARV secara rutin, dan jika saya ingin berhubungan
seksual harus menggunakan kondom”

Konselor : “Baik ibu, benar semua. Saya rasa sudah cukup ibu untuk konsultasinya,
sebelum saya akhiri apakah ada yang ingin ditanyakan lagi ?”

Pasien : “Tidak ada ibu, sudah jelas semua”

Konselor : “Baik bu jika tidak ada kita akhiri sesi konselingnya ya”

Pasien : “Iya bu, terimakasih banyak”

Konselor : “Sama-sama bu”

Anda mungkin juga menyukai