Anda di halaman 1dari 4

3. 1.

Fase positive dan Negatif

 False Positive adalah jika suatu skrining/penapisan memiliki spesifisitas yang rendah
 False Negative adalah suatu skrining/penapisan dengan sesisitivitas yang rendah.

Kita analogikan pada kasus kanker servik dengan tes Pap Smears. Dari tabel 1. Dapat
disimpulkan empat outcome yang dapat terjadi pada tes skrining/penapisan kanker serviks
pada wanita usia subur. Seorang wanita dengan kanker serviks ketika di periksa dengan pap
smear hasilnya juga positif kanker servik, disebut Positif Benar atau True positive’,
sedangkan jika hasil tes pap smearnya negatif, disebut Positif Palsu atau ‘false positive’.
Sedangkan jika wanita pada kenyataannya tidak menderita kanker serviks, pada tes pap
smear pun menunjukkan hasil negatif, disebut dengan negative benar atau true negative,
sebaliknya kalau hasil tes menunjukkan positif, maka disebut dengan negatif palsu atau ‘false
negative’. 1) Berapa jumlah wanita dengan kanker serviks dan hasil paps smearnya
menunjukkan positif ? 2) Berapa jumlah wanita sehat yang pada tes pap smear hasilnya
negatif dan tes pap smear menunjukkan hasil positif?

Untuk pengujian yang akurat harus menghasilkan kategori kelompok positif palsu dan
negatif palsu yang sedikit. Jadi, bagaimana melakukan tes skrining/penapisan kanker serviks
yang baik ? ada dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu seberapa baik tes
skrining/penapisan ini mengidentifikasi wanita yang benar-benar menderita kanker serviks
dalam artian kategori Positif benar ? dan seberapa tepat tes ini mengklasifikasikan wanita
sehat pada tes pap smear negatif dalam artian kategori Negatif Benar. Untuk itu perhitungan
sensitivitas dan spesifisitas dilakukan.

Rumus sensitivitas dan spesfisitas

Spesifisitas mengukur seberapa sering tes menjadi negatif ketika sedang digunakan pada
orang-orang yang kita tahu tidak memiliki penyakit. Idealnya, sebuah hasil tes konfirmasi
untuk penyakit haruslah selalu negatif ketika digunakan pada orang yang sehat dan hal yang
demikian disebut dengan memiliki spesifisitas 100 %. Dari hasil diatas, diketahui bahwa
sensitifitas tes pap smear adalah 83% dan spesifisitas 67%. Dari hasil ini dapat disimpulkan,
tes pap smear dapat mengklarifikasikan WUS dengan kanker serviks benar-benar sakit pada
kenyataannya adalah sekitar 83%. Sedangkan, hasil tes paps semar dapat mengkonfirmasi
wanita usia subur yang benar-benar bebas dari kanker serviks sesuai hasil dan kenyataannya
sebesar 67%.

3.2. Bias

3.2.1 Bias

Bias adalah terjadinya sistematika eror dalam studi. Terjadi karena kesalahan
sistematis akibat distorsi penaksiran parameter populasi sasaran berdasarkan parameter
sampel. Bias bisa muncul pada desain dan pelaksanaan studi. Bias itu sendiri bisa
dievaluasi namun tidak bisa diperbaiki pada tahap analisa.

Kesalahan sistematis itu sendiri adalah kesalahan riset yang dilakukan oleh peneliti
dan atau subyek penelitian, baik disadari maupun tidak, yang mengakibatkan distorsi
penaksiran parameter populasi sasaran. Kesalahan sistematik akan merusak validitas dan
kualitas penelitian. Kesalahan sistematik bisa terjadi pada semua tahap penelitian, baik
perencanaan, pelaksanaan dan interpretasi hasil.

Sumber Kesalahan sistematis :

1. Perumusan pertanyaan penelitian yang tidak jelas apa sebenarnya masalah yang ingin
diungkapkan melalui riset.
2. Masalah yang dirumuskan bukan merupakan masalah esensi dalam pengembangan
pengetahuan.
3. Perumusan hipotesis yang tidak tajam dan terbuka untuk penyanggahan.
4. Pemilihan subyek penelitian yang mengalami bias atau ngawur.
5. Pemilihan desain penelitian yang lemah.
6. Pengamatan dan pengukuran yang tidak akurat, mengalami bias bahkan ngawur.
7. Kelalaian perhitungan pengaruh faktor luar yang merancukan penaksiran parameter
populasi sasaran.
8. Pemilihan uji statistik terhadap hipotesis yang salah/ tidak tepat.
9. Kesalahan manusiawi dalam pengolahan data.
10. Penarikan kesimpulan yang keliruatau tidak konsisten dengan hasil pengamatan.

3.1.2 Bias Observer

Bias peneliti (observer bias) terjadi ketika peneliti mempunyai perhatian terhadap status
kasus dan control dari seorang responden dan faktor-faktor risiko yang sedang diteliti. Untuk
mencegah hal ini terjadi sebaiknya peneliti pada saat pengumpulan data tidak mengetahui faktor
risiko yang di teliti.

a. Intraobserver Bias
Adalah perbedaan hasil ukur oleh observer yang sama pada waktu yang berbeda pada
subyek yang sama.

Dapus
Artawan Eka Putra, I Wayan, dkk. 2016. Model Penelitian Ujia Diagnostik dan skrining.
Program sStudi Kesehatan Masyrakat. FK Univeritas Udayana. Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai