Lembar Kerja Mahasiswa 2 Naufal Gerontik
Lembar Kerja Mahasiswa 2 Naufal Gerontik
Osteoporosis Senilis
Osteoporosis yang dialami setelah usia 65 tahun pada pria ataupun wanita dikategorikan
sebagai osteoporosis senilis. Seiring bertambahnya usia, penyerapan kalsium menurun.
Diduga hipogonadisme pada lansia, asupan kalsium yang tidak adekuat maupun disuse
akibat keterbatasan gerak merupakan penyebab osteoporosis pada kelompok lansia.[1]
Osteoporosis yang dialami wanita saat menopause hingga usia 65 tahun dikategorikan
sebagai osteoporosis akibat menopause.[5] Defisiensi estrogen pada menopause berkaitan
dengan deteriorasi trabekula tulang yang menyebabkan terjadinya osteoporosis.[4]
Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis pada wanita premenopause dan pria muda tanpa etiologi yang jelas
dikategorikan sebagai osteoporosis idiopatik. Definisi fraktur idiopatik bervariasi yakni
fraktur tanpa trauma maupun dengan trauma energi rendah dengan atau tanpa penurunan
densitas massa tulang maupun nilai densitas massa tulang yang rendah tanpa riwayat
fraktur. Terjadi gangguan remodeling tulang, aktivitas osteoblas menurun ditandai
dengan penurunan laju pembentukan tulang kanselosa, penurunan mineralisasi serta
periode resorpsi memanjang.[8]
Osteoporosis Juvenil Idiopatik
Osteoporosis pada anak dan remaja rentang usia 2-14 tahun yang ditandai dengan nyeri
tulang, fraktur dan deformitas tulang akibat trauma energi rendah. Eksklusi seluruh
etiologi sekunder harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis osteoporosis juvenil
idiopatik. Pada penyakit ini, pembentukan tulang cancellous terganggu hingga
mengakibatkan tulang trabeculae matur tipis. Perjalanan penyakit biasanya berhenti saat
pasien mengalami pubertas.[9]
Osteoporosis Sekunder
Pada prinsipnya, osteoporosis sekunder merupakan osteoporosis yang timbul akibat
imobilisasi, adanya penyakit dasar, maupun penggunaan obat-obatan seperti obat steroid,
diuretik, glukokortikoid, antiepilepsi maupun hormon tiroid.
Imobilisasi
Beban tubuh dan tegangan yang diterima oleh skeletal akibat tarikan otot memicu
aktivitas osteoblastik. Oleh karena itu, imobilisasi dapat memicu penurunan aktivitas
osteoblastik. Penurunan deposisi tulang sedangkan proses resorpsi tidak ikut menurun
mengakibatkan osteoporosis.[1]
Penyakit
Konsumsi Obat-Obatan
Obat yang dapat menyebabkan osteoporosis:
Obat glukokortikoid seperti prednison
Analog hormon paratiroid seperti teriparatide
Antikonvulsan seperti phenytoin
Antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) seperti fluoxetine
dan golongan trisiklik seperti amitriptyline
Penggunaan jangka panjang heparin
Loop diuretik seperti furosemide
Penggunaan jangka panjang inhibitor pompa proton seperti omeprazole[2,3]
14. Jelaskan tanda dan gejala osteoporosis pada lansia!
tanda dan gejala osteoporosis pada lansia
a. tulang rapuh : peningkatan dalam kerapuhan tulang
b. tinggi berkurang : penyusutan tulang
c. postur yang jelek : Postur ini bisa saja merupakan vetebra yang sangat dipengaruhi
oleh hilangnya massa tulang dan dapat berpotensi menyebabkan cacat jika tidak berhenti
melakukannya.
d. nyeri pada otot dan sendi
e. sakit punggung
15. Jelaskan pemeriksaan diagnostik osteoporosis pada lansia!
Rontgen atau CT scan, untuk melihat dengan lebih jelas kondisi tulang yang patah
Tes darah, untuk mengetahui kadar sel-sel darah, kadar elektrolit, dan kadar hormon,
termasuk hormon tiroid, paratiroid, esterogen, dan testosteron
Tes bone mass density (BMD), untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan menentukan
risiko terjadinya patah tulang
16. Jelaskan penatalaksanaan medis osteoporosis pada lansia!
a.Meningkatkan massa tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain
hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah), kalsitriol, kalsitonin,
bisfosfonat, raloxifen, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.
b.Pemberian calcitriol dan kalsium
Pemberian calcitriol biasanya bersamaan dengan kalsium karena fungsi utama vitamin D
ini adalah menjaga homeostasis kalsium dengan cara meningkatkan absorbsi kalsium di
usus dan mobilisasi kalsium dari tulang. Kalsium yang cukup dalam serum akan menekan
sekresi PTH dengan demikian proses resorpsi tulang akan dihambat (Christiansen & Riis,
1990).
c. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yang dapat meningkatkan
pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolic
17. Jelaskan pengkajian keperawatan pada lansia dengan osteoporosis!
a. Anamnesa
1) Identitas
-Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan dan sebagainya
-Identitas spenanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung
jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat kesehatan
-Penyakit dahulu
Dalam pengkajian Merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita pasien sebelum
diagnosis osteoporosis muncul seperti reumatik, Diabetes Mellitus, hipertiroid,
hiperparatiroid dan lain sebagainya.
- Riwayat penyakit sekarang
Merupakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien sehingga ia dibawa ke Rumah Sakit,
seperti nyeri pada punggung.
-Riwayat penyakit keluarga
Dalam pengkajian, kita juga perlu mengkaji riwayat penyakit keluarga pasien, yaitu
apakah sebelumnya ada salah satu keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama
20. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan osteoporosis (klafisikasi
dan aktifitasnya)