Anda di halaman 1dari 14

Dermatoterapi

DERMATOTERAPI (Pengobatan Topikal Kulit)


By : dr. Rikyanto, Sp.KK (Selasa, 21 Mei 2013/07.30-09.30/Amphi E)

PENDAHULUAN

Resep dokter itu menentukan kemampuan intelektual seorang dokter yang


memberikan resep, kenapa? Karena resep dokter itu bisa dikatakan rangkuman dari
bagaimana seorang dokter menentukan diagnosis, menyingkirkan diagnosis banding sampai
mengira-ngira prognosis pasien nantinya setelah mendapatkan resep dari dokter tersebut.

Dermatoterapi merupakan gabungan kata dari derma yang bisa berarti kulit dan
terapi yang bisa berarti pengobatan. Nah, berbeda dengan penyakit lainnya, penyakit kulit
memiliki obatnya sendiri, yang dinamakan obat topikal. Lalu kenapa obat untuk penyakit
kulit harus dibedakan? Karena selain kulit merupakan organ terluas, penyakit kulit juga
memiliki banyak manifestasi.

Prinsip pengobatan itu ada dua macam, yaitu pengobatan topikal dan pengobatan
sistemik. Pengobatan topikal itu pengobatan secara langsung pada organ yang terkena
sedangkan pengobatan sistemik itu ya pengobatannya secara sistemik. Pada materi kali ini
yang dibahas hanya pengobatan topikal pada kulit.

Kata topikal berasal dari bahasa Yunani topikos yang artinya berkaitan dengan
daerah permukaan tertentu. Dalam literatur lain disebutkan kata topikal berasal dari kata
topos yang berarti lokasi atau tempat. Secara luas obat topikal didefinisikan sebagai obat
yang dipakai di tempat lesi.
Tujuan dilakukannya pengobatan pada kulit itu sendiri yaitu untuk
mengembalikan homeostasis kulit yang sakit ke keadaan fisiologis.
Nah, pedoman melakukan terapi topikal pada kulit memiliki dua prinsip, yaitu:
1) Basah dengan basah, kering dengan kering. Maksudnya jika luka pada kulit
basah, diberikan obat topikal yang konsistensinya basah, misal di kompres
menggunakan cairan (bisa air atau alkohol), jika luka kering diberikan salep
yang cenderung kering. Logikanya kalau masih muda jangan pake make-up
tebel-tebel, beda lagi kalau sudah tua, untuk nutupin keriputnya pake tuh
make-up yang tebel!
2) Makin akut suatu dermatosis (kelainan pada kulit), makin lemah bahan
aktif yang dipakai. Sedangkan makin kronis suatu dermatosis, maka bahan
aktif yang digunakan harus semakin kuat. Lesi (luka pada kulit) basah itu
menunjukkan keadaan akut, harus diberi obat topikal basah, sedangkan lesi
124
kering itu menunjukkan kronik, harus diberikan obat topikal kering.

Obat topikal mengandung dua komponen dasar yaitu bahan pembawa (vehiculum)
dan bahan aktif. Bahan aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek
terapeutik, sedangkan bahan pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal yang
membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya bahan pembawa mudah dioleskan,

“Banyak bersyukur yuk, masi banyak temen kita di luar sana yang pengen kuliah tapi gak bisa loh’’
Varo 19 I varo 26
Dermatoterapi
mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan secara kosmetik. Selain itu,
bahan aktif harus berada di dalam bahan pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.
Untuk mendapatkan sifat bahan pembawa yang demikian, maka ditambahkanlah
bahan atau unsur senyawa tertentu yang berperan dalam memaksimalkan fungsi dari bahan
pembawa. Logikanya gini, cowok punya sperma, kalo misalkan tidak ada semen (yang
membawa), sperma tidak akan bisa keluar dan masuk ke ovum. Zzz
Dokter kulit tidak menyarankan penyakit kulit untuk diobati dengan obat generik,
karena obat generik itu bahan aktifnya bagus tapi vehiculum-nya jelek, jadi hasilnya kurang
bagus deh.
Nah, vehiculum sendiri dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
o Cair (misal : air atau alkohol 70/95%);
o Bedak;
o Salep (misal : vaselin album, dst);
o Krim/cream (campuran vehiculum salep dan cairan);
o Bedak kocok (campuran vehiculum bedak dan cairan);
o Pasta berlemak (campuran vehiculum bedak, cairan dan banyak salep);
o Pasta pendingin (campuran vehiculum bedak, cairan dan sedikit salep).

1. Bahan Pembawa atau Vehiculum


1) Cair
Prinsipnya : membersihkan kulit yang sakit dari debris seperti pus
(nanah), krusta (kumpulan discharge, mikroorganisme dan skuama). Sesuai
dengan prinsip muslim bahwa harus mandi besar setelah melakukan sesuatu -
_-”
Hasil : Kerak harus dibersihkan, karena biasanya luka yang diatasnya
kering bawahnya pasti lunak (basah). Prinsip vehiculum cairan yaitu
dibersihkan dengan cara dikompres. Luka yang basah biasanya akut, jadi
harus dikompres jangan dibiarkan mengering, dikompres agar keraknya
lepas, kemudian baru dikasih obat. Logikanya itu tuh kaya orang mau nge-cat
tembok, sebelum di cat harus di amplas dulu cuy! Jika dikompres kuman jadi
tidak bisa tumbuh, karena kuman butuh media untuk tumbuh sementara
medianya sudah dibersihkan, setelah diberi obat kemudian akan terjadi
epitelisasi, luka jadi sembuh deh!
Kompres itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu :
a. Kompres Terbuka
Tujuannya dilakukan kompres terbuka adalah agar terjadi
banyak penguapan (pendinginan) sehingga lukanya akan mengering.
Karena terjadi penguapan, luka akan terasa dingin (cooling), kemudian
terjadi vasokontriksi sehingga nyeri lambat laun akan hilang.
Indikasi Kompres Terbuka : 125
 Dermatitis eksudatif : akut atau eksaserbasi akut;
 Infeksi akut dengan tanda eritem menonjol deperti pada herpes
zoster (HZ), erisipelas. Pada HZ dilakukan kompres terbuka jika
kurang dari 5 hari atau vesikelnya belum pecah (berarti masih
akut), tapi jika vesikelnya sudah pecah berarti sudah kronik dan
tidak perlu kompres;

“Banyak bersyukur yuk, masi banyak temen kita di luar sana yang pengen kuliah tapi gak bisa loh’’
Varo 19 I varo 26
Dermatoterapi

 Ulkus yang kotor mengandung pus, krusta dan ulkus piogenik


(biasanya disebabkan oleh bakteri seperti staphylococcus dan
streptococcus).
b. Kompres Tertutup
Tujuannya adalah mencegah penguapan yang terlalu banyak
sehingga akan menyebabkan vasodilatasi yang akan memberikan
asupan O2 dan nutrisinya ke tempat terjadinya luka. Misalnya setelah
operasi dilakukan kompres tertutup agar pembuluh darah melebar
(vasodilatasi) sehingga pemberian makan ke kulit cukup  sembuh
deeh! Logikanya sesuatu yang tertutup itu pasti dilatasi, gak percaya?
Liat aja “punya-nya cowok” kalo lagi kedinginan!

Indikasi Kompres Tertutup (jarang digunakan):

 Limfogranuloma Venereum (LGV);


 Selulitis.
2) Bedak
Dioleskan dikulit, mempunyai sifat penetrasi sangat lemah dan tidak
melekat dengan erat. Hanya boleh diolesi pada kulit tanpa luka, pada jerawat
tidak boleh diberi bedak, itu salah besar, DEMI TUHAAAAAN!
Fungsinya : untuk mencegah friksi (gesekan), mengurangi pergeseran
terutama didaerah lipatan, untuk mendinginkan dan anti-pruritus (gatal).
Ada dua macam bedak, yaitu :
 Oxydum zincicum (oxy zincum) mempunyai daya penutup dan
pendingin;
 Talkum sebagai komponen bedak kocok dan pasta. Sifatnya agak kasar
dibanding oxy zincum. Lebih murah, contohnya bedak yang sering
dipakai kalo situ cukur rambut dibawah pohon beringin di alun-alun itu
tuh!

Indikasi Bedak :
Sebagai penutup, proteksi, daya slip dan daya absorbsi. Dapat dipakai
pada herpes zoster dan miliaria (keringat buntet). Fungsinya untuk
mencegah vesikel tidak mudah pecah.
Kontraindikasi bedak :
Jangan diberikan pada daerah eksudat atau pus agar tidak terjadi
adonan yang justru memudahkan terjadinya infeksi. Pada orang berjeraawat
pake bedak oxy zincum itu berbahaya karena dapat menyebabkan granuloma
benda asing, tunjukkan saja lah pada dunia bahwa anda telah menginjak
puber! Xixixixi
Menurut perinatalogi kulit, anak kecil atau bayi tidak boleh diberi 126
bedak, kasih aja lotion, karena bedak itu butiran yang mudah terbang
layaknya butiran debu, so jika terhirup dan masuk ke paru-paru bisa
berbahaya!

“Banyak bersyukur yuk, masi banyak temen kita di luar sana yang pengen kuliah tapi gak bisa loh’’
Varo 19 I varo 26
Dermatoterapi

3) Salep
Salep pada suhu kamar (23°-26°C), mempunyai konsistensi seperti
mentega sehingga tidak mudah meleleh. Cenderung berbentuk padat, meleleh
jika pada suhu kamar 50°C keatas.
Bahan Pembuatan Salep :
a. Lemak mineral
Vaselin album (berwarna putih), vaselin flavum (berwarna kuning);
b. Lemak murni
Adep lana (lemak domba), cera alba (lilin lebah), cera flava (lilin lebah
berwarna kuning);
c. Minyak (salep dengan bahan minyak lebih lunak)
Minyak zaitun, minyak wijen, minyak kelapa dan minyak jarak. Jangan
pake minyak jelantah please! Banyak digunakan dalam kosmetik.

Indikasi Salep :

Untuk dermatosis kering atau kronik : likenifikasi, neurodermatitis


kronik dan dermatitis atopik.

Kontraindikasi Salep :

Jangan digunakan pada luka basah (radang akut), misal dermatitis


eksudatif.

4) Krim/Cream
Krim merupakan vehiculum campuran antara minyak dan cairan.
Karena campuran minyak dan cairan kalau didiamkan akan tengik maka krim
perlu pengawet agar tidak tengik, namun krim dengan pengawet kadang-
kadang dapat menyebabkan alergi juga. Selain itu minyak dan cairan kan tidak
pernah menyatu (khususnya air) maka dari itu perlu emulgator agar menyatu.
Ada dua macam krim :
a. Krim w/o (cold cream)
Yang diatas (w/water) artinya lebih sedikit, sedangkan yang
dibawah (o/oil) artinya lebih banyak. Jadi, komposisi minyak lebih
banyak dibanding air (water in oil). Karena minyaknya lebih banyak
maka jadi lebih dingin, untuk itu disebut cold cream. Krim ini juga
digunakan sebagai krim pendingin, untuk itu disebut cold cream
(hadeeeh - -”);
b. Krim o/w (vanishing cream)
Artinya air lebih banyak daripada minyak (oil in water).
Komposisi air yang lebih banyak itu fungsinya untuk pelembab. Krim
jenis ini banyak di gunakan untuk wajah. 127
Bahan krim : cera alba, oleum olivarum, oleum sesami, oleum cetaceum dan
cera lanett.
Khasiat krim : mendinginkan dan emolien (pelembab).
Indikasi krim :
Untuk dermatitis subakut, sering sebagai bahan dasar biocream (decubal).
5) Bedak Kocok
Namanya saru ya, diharapkan habis baca ini, yang cowok jangan nyari
bedak ini yak, hehe. Jadi maksud dari bedak kocok itu cara memakai bedak ini
harus di kocok dulu, nama lainnya Losio dan merupakan campuran antara
bedak dan cairan.
Kandungan Bedak Kocok :
Aqua, bedak dan gliserin. Bahan padatnya dapat sampai 40% dan
gliserin <10%. Bahan padatnya tidak boleh lebih dari 40%, jika lebih namanya
Pasta. Sementara gliserinnya juga tidak boleh lebih dari 10%.
Gliserin merupakan cairan jernih kental, higroskopis, larut dalam
air/alkohol, dipakai sebagai pelekat pada bedak kocok.
Indikasi Bedak Kocok :
Untuk dermatosis superfisial dan kering.
Kontraindikasi Bedak Kocok :
Jangan digunakan pada daerah eksudatif dan tidak untuk daerah
berambut.

6) Pasta Berlemak
Merupakan campuran cairan, salep dan bedak. Komposisi salepnya
banyak sementara cairannya sedikit hanya untuk mencampur olahan saja
sehinga cenderung kering dan berlemak. Karena terlalu kering sehingga sulit
dioleskan, untuk membuatnya lebih lunak, bahan padatnya dikurangi < 40%.
Vaselin album diganti dengan minyak.
Indikasi Pasta Berkemak: daya protektif yang lebih kuat daripada salep, dan
penetrasinya juga lebih kecil dari salep. Jarang dipakai karena ribet, harus
diolesi menggunakan spatula.
Kontraindikasi Pasta Berlemak: jangan digunakan pada dermatosis
eksudatif/berambut nanti bisa jadi ketombe, karena pasta belum menyentuh
permukaan kulit tapi air sudah menguap duluan.

7) Pasta Pendingin
Disebut linimen, merupakan campuran lemak, cairan dan bedak.
Indikasi Pasta Pendingin :
Digunakan pada dermatitis akut dan kering.
Kontraindikasi Pasta Pendingin :
Jangan digunakan pada dermatosis eksudatif, saat ini jarang dipakai
karena mudah rusak.

2. Bahan Aktif
1) Aluminium asetat 5%; 128
2) Aluminium chlorida 10-30%;
3) Asam asetat 5% (sangat penting), bisa untuk menyembuhkan infeksi karena
pseudomonas, biasanya pada orang tua dengan kuku kehijauan, pseudomonas
itu banyak hidup di bak mandi yang jarang disikat sampai lumutan. Asam
asetat itu yang sering dipakai tukang baso itu lhoo..;
4) Asam benzoat 6 & 12%, biasanya digunakan untuk pengawet makanan;
5) Asam borat 3%, biasa digunakan untuk kompres pada anak-anak;
6) Asam salisilat <2% (dosis kecil) untuk keratoplasti, dan dosis 3-20% untuk
keratolitik (mengelupas). Merupakan bahan aktif yang paling sering
digunakan;
7) Asam trikloroasetat 35-50%, indikasi untuk mengelupaskan kulit, digunakan
biasanya pada kondiloma akuminata, dst;
8) Asam undesilenat 5% sering dicampur dengan garam seng Zn undecyclenic
20%. Merupakan anti-jamur;
9) Asam vit. A 0,025-0,1%. Dosis 0,025% bentuk gel digunakan untuk anti-acne
(anti-jerawat), sedangkan dosis 0,1% digunakan untuk anti-aging (anti-
penuaan), bersifat irritative sehingga ketika memakai bahan kosmetik dengan
bahan aktif-nya asam vit. A dengan dosis 0,1% akan terjadi eritem
(kemerahan) kemudian terjadi udem sehingga keriput hilang;
10) Bensil Benzoat 20-25%, merupakan anti-skabies (kutu) tetapi tidak boleh
digunakan didaerah kelamin, bersifat irritative;
11) Benzocain 0,5- 5%, anestesi. Di dermatologi jarang dipakai, tapi biasanya
indikasinya untuk mengurangi nyeri saat BAB;
12) Camphora 1-3% larut dalam alkohol dan eter. Banyak dipakai pada orang
dekubitus agar tidak bau;
13) Ditranol 0,02%, digunakan untuk psoriasis, bersifat short-contact, tidak
baiknya karena mengotori pakaian;
14) Formalin 5-10%, anti-perspirant, dibidang kulit digunakan ditelapak
tangan/kaki agar tidak gampang berkeringat;
15) Fluorourasil: antagonis piridin, menghambat sintesis DNA (5%). Bentuk
sediaan topikal di Indonesia tidak ada, banyaknya di Eropa, di Indonesia
hanya bentuk injeksi dan digunakan untuk anti-kanker;
16) Iodoklorohidroksiquinolon (vioform) 3%, di Jepang dilarang!
Jadi didalam vehiculum itu terdapat bahan aktif yang mempunyai efek
penyembuhan pada lesi, sedangkan vehiculum hanya bahan pengantar untuk
dioleskan pada permukaan lesi di kulit.

3. Kortikosteroid Topikal
Pemakaian obat ini benar-benar perlu hati-hati dan sesuai prosedur karena
obat ini bisa menyebabkan penipisan kulit dan harus dipakai sesuai tujuan yang
diinginkan. Di Arab dan negara timur tengah lainnya obat kortikosteroid dijual
murah, sehingga pada orang haji sering bawa pulang obat-obatan kortikosteroid,
kenapa? Karena kortikosteroid ini merupakan obat anti-inflamasi (anti-peradangan)
yang cocok untuk semua jenis peradangan, untuk jerawat, selulitis, dll. Sehingga obat
jenis ini disebut obat Dewa. Namun, segala sesuatu yang bersifat baik itu bagaikan
fathonah ketemu fita, kalau sedang dibutuhkan sangat berguna tapi kalau tidak
dibutuhkan bisa membuat sengsara, karena selain anti-inflamasi, kortikosteroid juga 129
memiliki efek imunosupresif, antiproliferatif/antimitosis dan vasokontriksi.
Markibasa2! (mari-kita-bahas-satu-satu!)
a. Anti-inflamasi
Menghambat banyak aspek peradangan, paling bermakna mengurangi
rekruitmen netrofil dan monosit (tanda peradangan) dan menekan respon
makrofag, sehingga makrofag tidak terkumpul lokal.
Menghambat fosfolipase A2 glukokortikoid dan mencegah biosintesis
asam arakhidonat sel sehingga mencegah mediator peradangan yang kuat
(prostaglandin, leukotrien, asam hidroksi). FYI. Prostaglandin itu penting
ketika terjadi inflamasi, dan pada saat ereksi juga, maka dari itu pada orang
impoten dan orang mau melahirkan dikasih prostaglandin.

b. Efek Imunosupresif
Reaksi kekebalan seluler dapat ditekan, hal ini dapat diperlihatkan
dengan menghambat sensitisasi terhadap dinitrokhlorobenzena yang
dioleskan topikal. Limfosit T lebih sensitif dibanding limfosit B terhadap
kortikosteroid.
Bahayanya jika digunakan pada radang yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme (virus, bakteri, fungi, dst). Radangnya memang bisa hilang,
tapi mikroorganisme penyebab infeksinya malah semakin merajalela.

c. Efek Antiproliferatif/Antimitosis
Penghambatan sintesis DNA epidermis. Penghambatan dalam fase G 1
dan G2 (siklus sel), tetapi juga pengurangan umum dalam sintesis
makromolekul menyebabkan penghambatan mitosis yang tidak spesifik siklus
sel.

d. Efek Vasokontrisksi
Menghambat pembentukan prostaglandin yang merupakan
vasodilator. Menghambat kerja histamin dan kinin vasoaktif, efek
vasokontriksi ini menyokong sifat anti-inflamasinya.
Berhubungan dengan efek anti-inflamasinya, karena sesuatu yang
inflamasi pasti dilatasi, agar inflamasi berkurang maka harus vasokontriksi.
Nah, kuat-tidaknya kortikosteroid diukur dari vasokontriksi yang timbul
setelah pemberian obat ini.

Efek Samping Kortikosteroid


o Efek Samping Lokal
 Atrofi kulit (penipisan kulit) sehingga kulit jadi terlihat berkilat,
contohnya kortikosteroid sering dipakai pada skin center sehingga
biasanya kulitnya terlihat mengkilat. Selain itu dapat juga timbul striae
(garis-garis pada kulit) seperti pada iklan glaider (yaaah sebut merek
deeeeh). Ada juga purpura yaitu bintik-bintik merah pada kulit karena
perdarahan/keluarnya eritrosit dari pembuluh darah, bedanya dengan
eritem, kalo eritem itu terjadi vasodilatasi sebentar. Bisa juga terjadi
telangiketasi: tela itu jauh, angi itu pembuluh darah dan etasis itu 130
melebar permanen, jadi telangiketasi adalah vasodilatasi permanen;
 Potensiasi infeksi (menutup proses randang), jadi infeksi virus, bakteri
ataupun fungi jadi semakin memburuk;
 Akne steroid (mirip jerawat), rosasea (wajah merah semerah bunga
mawar), dermatitis perioral (merah sekitar mulut);
 Bisa terjadi Glaukoma bila steroid poten pada palpebra;
Dermatoterapi

 Leukoderma (kulit menjadi putih, pada skin center sering dipakaikan


kortikosteroid topikal sehingga selain mengkilat, kulit juga jadi terlihat
putih, padahal itu efek samping dari kortikosteroid, jika pemakaiannya
berhenti kulit akan kembali ke kondisi seperti semula). Selain itu bisa
juga terjadi granuloma gluteal infantil pada pantat bayi;
 Psoriasis pustular;
 Dermatitis Kontak Alergi (DKA).

o Efek Samping Sistemik


Penekanan sumbu hipothalamus-hipofisis-adrenalis (HPA).
 Sindroma cushing iatrogenic yaitu pipi terlihat bulat, unyu gitu, ada
bulan di wajahmu (moon face);
 Hati-hati pemakaian pada anak-anak nanti bisa terjadi retardasi
pertumbuhan.
FYI. Pemberian kortikosteroid dianjurkan jangan malam hari, karena saat
malam hari hormon di tubuh kita sedang banyak sehingga nanti malah
menimbulkan addict (kecanduan), dianjurkan pemberiannya pada pagi hari
karena pada pagi hari hormon sedang turun. Beberapa skin center
menganjurkan pemakaian krim yang notabene mengandung kortikosteroid
dipakai pada malam hari, sehingga biasanya harus dipakai berkelanjutan.

o Timbulnya Efek Samping


1) Meresepkan kekuatan yang tidak tepat
Maksudnya pemberiannya itu sesuai indikasi saja, membunuh
nyamuk tidak perlu memakai bom kan?;
2) Diagnosis yang tidak tepat
Kadang di apotik dan racikan jamu ada obat/jamu 3 in one
(terdiri dari analgetik, antihistamin dan kortikosteroid) atau kadang 5
in one (ditambah antibiotik dan antipiretik), itu sebenarnya tidak baik
karena satu kortikosteroid saja sudah memiliki 4 efek, bayangkan saja
kalo ditambah tiga sampai empat obat lainnya???;
3) Mengulang resep
Jadi resep itu harus diberikan oleh dokter dan sepengetahuan
dokter, selain itu jangan disimpan sebagai arsip, misal ibu-ibu sakit
rinitis terus diresepi obat A, terus ibu itu simpan resepnya, pas ibu itu
udah punya anak ternyata anaknya sakit renitis juga, terus si ibunya
beli seperti resep dari dokternya dulu yaitu obat A, hal seperti itu tidak
dianjurkan karena dalam dunia kedokteran bisa selalu terjadi
perubahan setiap saatnya, bisa saja obat yang dipakai ibu itu dulu
sangat ampuh, ketika untuk anaknya agen penyebab infeksinya sudah 131
resisten sehingga memerlukan obat yang baru;
4) Dioleskan terlalu banyak oleh pasien;
5) Penggunaan yang tidak tepat oleh pasien.

“Banyak bersyukur yuk, masi banyak temen kita di luar sana yang pengen kuliah tapi gak bisa loh’’
Varo 19 I varo 26
Dermatoterapi
4. Vitamin dan Efek pada Kulit
1) Vitamin A
o Pada bentuk aslinya (misal pada minyak ikan) disebut vitamin A, tapi
setelah dimodifikasi menjadi retinoid;
o Sebagai scavenger radikal bebas, melindungi kulit akibat UV;
o Antiageing (lentigenes, kasar, aktinik ketarosis);
o Tidak stabil terhadap cahaya dan mudah tergradasi oleh UV;
o Pigmentasi berkurang karena efek keratolitiknya, tetapi mungkin juga
karena menghambat tirosinase (tirosinase=penyebab penuaan);
o Asam retinoat 0,1% secara tunggal adalah efektif pada orang kulit
hitam dan ras Kaukasus, 0,025% pada jerawat;
o Tretinoin lebih efektif pada melasma tipe epidermal.

2) Vitamin C
o Topikal kulit dalam bentuk L-asam askorbat (beda gugus beda efek);
o Berfungsi mempertahankan fragilitas pembuluh darah, antioksidan,
mempercepat penyembuhan luka;
o Kekurangan: inaktivasi molekul oleh pencahayaan.
Vitamin C merupakan antioksidan yang larut dalam air yang berperan
penting dalam photoprotection serta dalam sintesis koagen, kemudain
penyimpanan vitamin C dalam tubuh menurun sesuai dengan usia dan
kebiasaan merokok ditambah lagi vitamin C tidak diproduksi dalam tubuh dan
harus dikonsumsi lewat diet dan suplemen oral.

3) Vitamin E
o Antioksidan yang larut dalam lemak;
o Kegunaan untuk fertilitas;
o Kekurangan vit E tampak: kelemahan otot, kreatinuria, eritrosit rapuh;
o Kegunaan: untuk anti-atherosklerotik (pembuluh darah jadi tidak
kaku), menurunkan pembekuan darah;
o Memiliki sifat antiradang, menghambat pelepasan histamin,
menstabilkan membran lisosom.
Penggunaan vitamin E topikal berperan penting dalam melindungi
kulit dari kerusakan yang ditimbulkan dari radikal bebas dan vitamin E yang
paling banyak ditemukan dikulit dan diproduksi di kelenjar sebaseous dalam
alfa dan gamma tocopherol.

5. Terapi Kulit Lainnya


1) Panthenol
o Dikenal sebagai provitamin B5 (sering digunakan pada shampo); 132
o Kegunaan: melindungi kulit, rambut, pemberi gaya rambut. Gimana
perasaanmu kalau liat iklan shampo rambutnya tanpa di cream-bath
tapi bisa hitam-mengkilat? Besoknya kamu pasti beli shampo itu, tapi
hasilnya rambutmu tidak seindah di iklannya, rahasianya adalah
panthenol;
o Fungsi: humectant, meningkatkan penyembuhan luka. Menarik air
pada stratum korneum;

“Banyak bersyukur yuk, masi banyak temen kita di luar sana yang pengen kuliah tapi gak bisa loh’’
Varo 19 I varo 26
Dermatoterapi
o Pantenol penting dalam keratin rambut dapat menarik air sampai
dengan batang rambut sehingga rambut terlihat lembab dan bersih.

2) Niacin
o Dapat disintesis dari asam nikotinat;
o Berfungsi untuk menambah aliran darah ke kulit sehingga
menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal;
o Niasinamida: untuk pengobatan akne pustular, akne papula;
o Sifat antiageing:
 Gugus amida aktif dan niasin (vit B3) yang mempunyai efek anti
inflamasi dan anti oksidan sehingga mengurangi eritem karena
sinar ultra violet;
 Produk Niasinamida 2-5% dipakai dengan tambahan tabir surya
dan pelembab.

3) Penghambatan Enzim Tirosinase


Enzim Tirosinase berfungsi untuk pembentukan melanin.
o Hidrokuinon (HQ);
o Asam Kojik;
o Asam Azelaat;
o Ekstrak Plasenta;
o Ekstrak Teh Hijau;
o Melawhite;
o Licorice (bengkuang);
o Arbutin;
o Ekstrak Bearberry;
o Ekstrak Beras (Oryza sativa), terutama beras jepang;
o Anarcadic acids;
o 2-metylcardols dan cardols;
o P-coumaric acid  banyak pada buah pepaya (iklannya Titi Kamal itu
lhooo);
o Rucinol (4-n-butyl-resorcinal);
o 4-Methylthiouresorcin 2,8 %;
o 3[(2-b-glucopyranosyloxy) phenyl]-2 cinnamic acid 0,1 % (asam kayu
manis).
4) Toksik Selektif Terhadap Melanosit (putih permanen)
o Ammoniated mercury 5 %;
o N acetyl-4 S-cysteaminyl phenol 4 %;
o N acetylcysteine (NAC) 7,4 %;
133
o Isopropylcathecol 3 %

5) Mempercepat Pembuangan/Pemindahan Melanin


Cepatnya pembuangan/pemindahan melanin kulit bersifat asam sehingga
dapat memutihkan kulit.
o Asam Hidroksi;
o Asam Hidroksi Alfa;

“Banyak bersyukur yuk, masi banyak temen kita di luar sana yang pengen kuliah tapi gak bisa loh’’
Varo 19 I varo 26
Dermatoterapi
o Triple Hydroxy Acid;
o Beta Hydroxy Acid;
o Combination Hydroxy Acids;
o Poly Hydroxy Acids (PHAs);
o Solusio Jessner’s;
o Tri Chloroacetic Acid (TCA) 10-35 %;
o Amino Fruit Acids (AFAs).

6. Peeling
Peeling adalah prosedur pengelupasan kimiawi mencakup penggunaan bahan
kimia kostik pada kulit sehingga menghasilkan luka dengan ketebalan parsial
terkontrol sehingga pertumbuhan kulit baru dengan karakteristik permukaan yang
lebih baik.
Prinsip : Mengoleskan cairan untuk tujuan pengelupasan kulit untuk mendapatkan
regenerasi epidermis bahkan sampai dermis:
Bahan: AHA, AFA, BHA, TCAA, Larutan Jessner.
Asam -hidroksi, -hidroksi dan polihidroksi :
o Asam -hidroksi berasal dari beberapa buah-buahan yang dapat dimakan;
o Malic acid (apel);
o Asam nitrat (buah jeruk);
o Asam laktat (susu asam);
o Tartaric acid (anggur);
o Asam glikolat (gula tebu).
Bahan-bahan tersebut mengurangi kohesi korneosit, sehingga lapisan atas
korneum mudah terlepas dan menyebabkan penipisan epidermis. Untuk
antipigmentasi dipakai konsentrasi 8-15%.
Efek samping: eritema, deskuamasi, bisa terjadi rasa perih ringan terjadi jaringan
parut, hiperpigmentasi dan hipopigmentasi. Asam  hidroksi derivat lipofilik dari
asam salisilat, bersifat keratolitik. Konsentrasi anti hiperpigmentasi adalah 1-2%.

7. Serum Istilah serum dalam dunia kecantikan agak berbeda dari serum dalam
bidang biologi dan kedokteran. Dalam dunia kedokteran serum merupakan darah,
sedangkan dalam dunia kecantikan atau dunia kosmetika serum merupakan bahan
cair yang kandungannya sebagian besar asam amino, dan penggunaannya dioleskan
langsung ke kulit sebagai pelembab.
1) Serum Vitamin C
Paling banyak dipakai. Kandungan serum vitamin C berbeda-beda,
mulai 5-20%. Untuk mencegah penuaan dini, gunakan serum berkadar
vitamin C rendah. Tapi untuk pengobatan, biasanya dipakai kadar yang tinggi.
Selain sebagai antioksidan, serum vitamin C juga berguna untuk merangsang 134
pembentukan kolagen kulit, sebagai water holder (penyimpan air), membuat
kulit tidak kering, dan lembab, dan sebagai wound healing (mengobati luka).
Ada dua jenis serum Vitamin C, yaitu :
(1) L-ascorbic acid yang larut dalam air (water soluble);
(2) ascorbil palmitat yang larut dalam minyak (oil soluble).

“Banyak bersyukur yuk, masi banyak temen kita di luar sana yang pengen kuliah tapi gak bisa loh’’
Varo 19 I varo 26
Dermatoterapi
Kelemahan serum vitamin C adalah sifatnya yang sangat mudah
berubah di suhu kamar. Biasanya dua atau tiga kali pemakaian sudah berubah
tidak efektif lagi, Karena itulah, serum vitamin C biasanya dikemas dalam
botol kecil berwarna kecokelatan, agar tidak mudah teroksidasi. Serum
sebaiknya dipakai sekali setiap hari.

2) Serum Vitamin E
Vitamin E bersifat larut dalam lemak (fat soluble), dan banyak terdapat
dalam minyak lembaga gandum, padi-padian, kuning telur, dan hati sapi.
Manfaat vitamin E adalah melembabkan kulit (moisturizing), sebagai
antioksidan, dan penghilang radikal bebas. Oleh sebab itu, pemakaian serum
yang dioleskan rata ke seluruh permukaan kulit wajah, tangan, dan leher
setiap hari sangat dianjurkan.
Serum vitamin E juga baik untuk perawatan rambut. Dengan berbentuk
serum, kandungan vitamin E tidak hanya akan melindungi batang rambut, tapi
juga bisa menembus kulit bagian dermis. Ini berbeda dengan shampo, yang
hanya melapisi kulit kepala dan batang rambut.

8. Terapi Laser
Terapi laser adalah suatu terapi perawatan kulit yang menggunakan prinsip
panjang gelombang tertentu. Terapi laser ini merupakan terapi yang paling efektif
sampai sekarang, tetapi biayanya sangat mahal.

“Banyak bersyukur yuk, masi banyak temen kita di luar sana yang pengen kuliah tapi gak bisa loh’’
Varo 19 I varo 26
REFERENSI :

 Slide dan keterangan Kuliah Dermatoterapi (Pengobatan Topikal Kulit), dr. Rikyanto, Sp.KK,
Selasa, 21 Mei 2013;
 MISC Gammanesis (2010) chapter III hal. 70-81;
 Jurnal : Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi oleh Yanhendri, Satya Wydya
Yenny, Bagian Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas: 2012.

“A Medical Doctor make one healthy, the nature creates the health. Seorang dokter
menyembuhkan, alam lah yang membuat kesehatan,” –Aristoteles–

Anda mungkin juga menyukai