Anda di halaman 1dari 6

Contoh Analisa Kasus Delima Etika dengan Metodologi KDM

Kasus-1: DILEMA dr. TIM, Sebuah Pengalaman dan Pengamalan


Dr. Bagus, seorang dokter tim sepakbola profesional, selalu berusaha menyediakan
waktu untuk semua pemain baik untuk urusan medis 1 maupun hal lain yang terkait dengan
sepakbola2. Para pemain sangat mempercanyai dr. Bagus, demikian juga dengan Tuan Agus 3, 24
tahun, pemain yang satu bulan terkahir mengalami cedera dan dalam proses penyembuhan,
selalu berkonsultasi dan berobat kepadanya4.
Sekali waktu dr. Bagus mendapat undangan rapat evaluasi tim. Pada rapat evaluasi
secara tegas manajemen mengatakan, demi target prestasi dan efiseinsi pembiayaan tim, mereka
memerlukan pemain yang siap mental dan fisik dalam waktu satu bulan. Bagi mereka yang
dalam kurun waktu itu diperkirakan tidak siap akan diputuskan kontraknya (PHK) dalam rapat
evaluasi tersebut. Manjemen meminta dr. Bagus melaporkan kondisi Tuan Agus. Dr. Bagus
mengalami dilema, karena apabila dirinya melaporkan kondisi Tuan Agus yang masih
memerlukan proses pemulihan dan pengobatan selama 2 bulan5, besar kemungkinan Tuan Agus
di PHK dan dr. Bagus akan kehilangan kepercanyaan dari Tuan Agus dan mungkin juga pemain
lainnya. Sebaliknya, apabila dirinya tidak menyampaikan keadaan sesungguhnya, akan
berbahaya bagi kesehatan Tuan Agus sendiri, karena dapat menyebabkan cedera ulang yang
lebih parah6 disamping oleh manajeman dr. Bagus dapat dinilai tidak cermat dalam bekerja 7.
Bahkan ada kekhawatiran dirinya dinilai berbohong8.
Akhirnya kepada manejeman dr. Bagus menyampaikan laporan tentang Tuan Agus
sebagai berikut, “Bahwa Tuan Agus sampai saat ini cederanya membaik dan untuk
kesempurnaan penyembuhan masih memerlukan waktu pemulihan dan istirahat hingga 2 bulan
ke depan9. Untuk itu disarankan evaluasi/peninjauan ulang kontrak Tuan Agus ditunda dalam
kurun waktu itu, untuk melihat dan mengevaluasi perkembangan kondisinya10”.
Dua minggu kemudian, dr. Bagus mendapatkan kabar bahwa Tuan Agus di PHK dari tim
dengan alasan bahwa penampilan (performance) tekniknya tidak ada peningkatan sehingga tim
tidak dapat melanjutkan kontraknya. Atas putusan ini, dr. Bagus hanya bisa menyesal dan merasa
ikut andil dalam PHK Tuan Agus.

1
ANALISA KASUS
NO. PROLEM ETIKA NILAI KRITERIA YG ANALISA
KDM ADA
1 Dr. Bagus, seorang dokter tim J Memberikan Dr. Bagus berusaha memberikan keadilan
sepakbola profesional, selalu kesempatan yang dalam pelayanan kesehatan pada semua
berusaha menyediakan waktu untuk sama terhadap pemain yang mempunyai kedudukan dan
semua pemain baik untuk urusan pribadi dalam kesempatan yang sama.
medis1...... posisi yang sama Tindakan dr . Bagus sesuai KDB justice.
2 ....maupun hal lain yang terkait dengan B Maksimalisai Selain memberikan pelayanan kesehatan, dr.
sepakbola2 kepuasan tertinggi Bagus berupaya agar para pemain dapat lebih
secara puas dengan kehadirannya yakni tidak hanya
Para pemain sangat mempercanyai dr. keseluruhan sebagai tenaga medis tetapi juga dokter
Bagus, demikian juga dengan Tuan sekaligus teman yang dapat dipercaya.
Agus3....... Sikap dan tindakan dr sesuai KDB beneficence
3 ... selalu berkonsultasi dan berobat NM Mengobati pasien Dr. Bagus selalu bersedia memberikan
kepadanya4 yang luka konsultasi dan kesempatan berobat Tuan Agus
yang pada saat ini adalah sedang cedera dan
membutuhkan penanganan yang memadai,
karena kondisinya saat ini sangat menentukan
masa depannya.
Tindakan ini seuai KDB nonmaleficence.
4 ..dirinya melaporkan kondisi Tuan A Menjaga rahasia Apabila dr. Bagus betul-betul melaporkan
Agus yang masih memerlukan proses pasien kondisi Tuan Agus kepada manajemen apa
pemulihan dan pengobatan selama 2 adanya, berarti dr. Bagus tidak sesuai KDB
bulan5.... autonomi karena “harus” melanggar rahasia
pasien.
5 tidak menyampaikan keadaan NM Tidak mencegah Apabila dr. Bagus benar-benar menyimpan
sesungguhnya, akan berbahaya bagi pasien dari bahaya rapat-rapat kondisi Tuan Agus dan akhirnya
kesehatan Tuan Agus sendiri, karena Tuan Agus mendapat porsi latihan seperti
dapat menyebabkan cedera ulang mereka yang sehat maka akan membahayakan
yang lebih parah6 dirinya.
Dalam hal ini dr. Bagus dapat dinilai tidak
sesuai nonmaleficence.
6 dr. Bagus dapat dinilai tidak cermat B Mengutamakan Sebagai seorang dokter, apabila dr. Bagus
dalam bekerja7. alturisme (rela dapat mengabaikan kekhawatirannya tersebut
Bahkan ada kekhawatiran dirinya berkorban untuk maka hal itu merupakan pengorbanan dr untuk
dinilai berbohong8 kepentingan orang melindungi kepentingan Tuan Agus agar tidak di
lain) PHK. Ini sesuai KDB beneficence.
7 Bahwa Tuan Agus sampai saat ini A Menjaga rahasia Laporan dr. Bagus telah membuka rahasia
cederanya membaik dan untuk pasien pasien, sehingga tindakan dokter tidak sesuai
kesempurnaan penyembuhan masih KDB autonomi.
memerlukan waktu pemulihan dan
istirahat hingga 2 bulan ke depan9
8 Untuk itu disarankan B Minimalisasi akibat Saran dr. Bagus merupakan upaya dirinya
evaluasi/peninjauan ulang kontrak buruk untuk memperkecil kemungkinan PHK atas diri
Tuan Agus ditunda dalam kurun waktu Tuan Agus akibat pernyataan sebelumnya. Hal
itu, untuk melihat dan mengevaluasi ini sesuai KDB beneficence
perkembangan kondisinya10”
Kesimpulan : Meskipun tidak sesuai KDB autonomi (menjaga rahasia pasien), dr. Bagus memilih untuk melaporkan keadaan
Tuan Agus dengan alasan bahwa apabila tidak disampaikan keadaan sesungguhnya besar kemungkinan Tuan Agus akan
mendapat porsi latihan sama dengan yang sehat yang akan memperberat kembali cederanya bahkan bisa jadi lebih parah dan
dapat mengancam masa depannya. Keputusan dr Bagus ini sesuai KDB nonmaeficence yakni mencegah pasien dari bahaya.

2
Kasus-2: DOKTER URAP
Ketika sudah sampai gilirannya Pak Becak pun memasuki ruang praktek Dokter Urap. “Selamat sore dok “ sapanya. “Sore juga Pak Becak, silahkan
duduk” Dokter Urap mempersilahkan sambil membaca dengan seksama kartu berobat Pak Becak. “Apa sudah ada hasil rontgen dan laboratoriumnya Pak”
tanya Dokter Urap setelah membaca catatan dalam kartu berobat bahwa dua hari yang lalu ia meminta Pak Becak untuk dua pemeriksaan tersebut.
“Sudah dok” jawab Pak Becak sambil menyerahkan hasil rontgen dan laboratoriumnya. Dokter urap memperhatikan dan membaca dengan seksama
kedua hasil pemeriksaan tersebut, kemudian “Dari hasil pemeriksaan saya dan gejala klinis yang saya temukan, ditambah lagi hasil rontgen dan laboratorium
Bapak, saya bisa menyimpulkan bahwa Bapak menderita TBC paru aktif” simpul Dokter Urap.
“Untuk itu Bapak harus menjalani terapi selama minimal 6 bulan dan obatnya tidak boleh terputus” Lanjut Dokter Urap. “Saya akan memberikan obat
untuk satu bulan, dan Bapak harus rajin kontrol”. Pak Becak terdiam, “Bagaimana pak ?” tanya Dokter Urap. “Tapi dok saya tidak punya uang untuk mematuhi
anjuran dokter” jawab Pak Becak. “Untuk makan sehari-hari saja susah dok” lanjutnya. “Ooo begitu...baiklah saya akan rujuk ke Puskesmas dekat tempat
tinggal Bapak, karena obat untuk penyakit Bapak dapat diperoleh dengan gratis di sana”
“Untuk sementara saya kasih obat untuk satu minggu ya Pak, obatnya saya kasih obat generik biar Bapak bisa menebusnya, tapi ingat sesegera
mungkin Bapak harus melapor ke Puskesmas sambil membawa surat rujukan saya” jelas Dokter Urap sambil mengambil kertas dan pulpen.
“O ya Bapak punya anak kecil di rumah ?” tanya Dokter Urap sambil terus menulis. “Ada dok, satu orang, usianya 2 tahun, kenapa dok ?” Pak Becak
menangggapi. “Penyakit Bapak dalam fase penularan, oleh karena itu saya anjurkan kalau Bapak ke Puskesmas nanti, jangan lupa anaknya juga dibawa serta
untuk diperiksa” jelas Dokter Urap. “Baiklah dok” Pak Becak menyanggupi. “Ini pak surat rujukannya dan jangan lupa anaknya diperiksa juga,” Dokter Urap
mengingatkan sambil menyerahkan surat rujukan dalam amplop yang telah tertutup rapat. “Terima kasih dok” jawab Pak Becak seraya menerima amplop
rujukan dan kertas resep. “Sudah Pak simpan aja duitnya untuk menebus obat” kata Dokter Urap ketika melihat Pak Becak sibuk menghitung recehan dari
kantongnya.
Saat pasien berikutnya sedang diperiksa Dokter Urap, tiba-tiba suster masuk ke ruang praktek sambil berkata “Dok...Pak Becak pingsan di depan klinik
setelah beliau batuk darah hebat beberapa kali”. “Maaf ya Bu saya tinggal sebentar” kata Dokter Urap pada Ibu yang sedang diperiksanya sambil bergegas
keluar dengan membawa peralatan emergensi.
Setelah memeriksa Pak Becak yang telah diangkat ke dalam ruang tunggu, Dokter Urap segera meminta satpam memanggil taxi untuk membawa Pak
Becak ke rumah sakit.

3
Analisa Kasus “Dokter Urap

No. KDB Paragraf Konteks Prima Facie


1.  Beneficence Ketika sudah sampai gilirannya Pak Becak pun Beneficence: Pada konteks ini KDB
 Nonmaleficence memasuki ruang praktek Dokter Urap. “Selamat sore dok “  Seorang pasien kontrol kepada dokter untuk berjalan sejajar dan
 Otonomi sapanya. “Sore juga Pak Becak, silahkan duduk” Dokter Urap menyerahkan hasil pemeriksaan lab. Hubungan searah, sehingga dalam
mempersilahkan sambil membaca dengan seksama kartu berobat dokter-pasien kali ini didasari goal-based, dimana 2 hubungan dokter-pasien
Pak Becak. “Apa sudah ada hasil rontgen dan laboratoriumnya hari lalu pemeriksaan tidak menunjukkan hal yang tidak/belum terjadi
Pak” tanya Dokter Urap setelah membaca catatan dalam kartu ekstrim sehingga dokter memerlukan pemeriksaan masalah etika (dilema
berobat bahwa dua hari yang lalu ia meminta Pak Becak untuk penunjang. etik)
dua pemeriksaan tersebut.  Pemeriksaan penunjang yang ditetapkan dokter
“Sudah dok” jawab Pak Becak sambil menyerahkan hasil diharapkan akan meningkatkan manfaat hubungan-
rontgen dan laboratoriumnya. Dokter urap memperhatikan dan dokter pasien, terlebih bila pemeriksaan lab bersifat
membaca dengan seksama kedua hasil pemeriksaan tersebut, rutin dan tepat indikasi.
kemudian “Dari hasil pemeriksaan saya dan gejala klinis yang Nonmaleficence:
saya temukan, ditambah lagi hasil rontgen dan laboratorium  Pasien terbukti dalam keadaan sakit (TBC) 
Bapak, saya bisa menyimpulkan bahwa Bapak menderita TBC dokter melakukan pengobatan
paru aktif” simpul Dokter Urap.  Dokter menyarankan pengobatan minimal 6 bulan
“Untuk itu Bapak harus menjalani terapi selama  pengobatan ini proporsional untuk diagnosa TBC
minimal 6 bulan dan obatnya tidak boleh terputus” Lanjut dan sekaligus mencegah bahaya pada pasien (tidak
Dokter Urap. semakin parah)
Otonomi:
 Pasien adalah seorang dewasa, dimanan kontrol
atau tidaknya adalah kompetensi pasien itu sendiri
2.  Beneficence “Saya akan memberikan obat untuk satu bulan, dan Bapak Beneficence: Meskipun kedua KDB
 Otonomi harus rajin kontrol”. Pak Becak terdiam, “Bagaimana pak ?”  Dengan merujuk ke puskesmas yang gratis, maka tidak
tanya Dokter Urap. “Tapi dok saya tidak punya uang untuk dokter telah memaksimaliasai pemuasan berlawanan/berbenturan,
mematuhi anjuran dokter” jawab Pak Becak. “Untuk makan kebahagian pasien dan mengarahkan pasien untuk tetapi dokter dalam
sehari-hari saja susah dok” lanjutnya. “Ooo begitu...baiklah mendapat obat murah menghambil keputusan
 Apa yang dokter kerjakan merupakan bentuk pada konteks ini lebih
saya akan rujuk ke Puskesmas dekat tempat tinggal Bapak,
paternalisme yang bertanggungjawab, karena pada diwarnai/
karena obat untuk penyakit Bapak dapat diperoleh dengan mempertimbangkan/

4
gratis di sana” saat mendengar masalah pasien yang menghalangi didominasi KDB
“Untuk sementara saya kasih obat untuk satu pengobatan dokter memberikan alternatif jalan beneficence, yakni
minggu ya Pak, obatnya saya kasih obat generik biar Bapak keluar dengan merujuknya ke puskesmas paternalisme yang
bisa menebusnya, tapi ingat sesegera mungkin Bapak harus Otonomi: bertannggungjawab,
melapor ke Puskesmas sambil membawa surat rujukan  Dokter menghargai pasien untuk menentukan nasib karena pada saat pasien
sendiri dan menghargai rasionalitas pasien yang mengungkapkan
saya” jelas Dokter Urap sambil mengambil kertas dan
merasa tidak mampu memenuhi anjuran dokter kesulitan dirinya belum
pulpen. untuk berobat minimal 6 bulan kartena faktor sampai pada tahap
ekonomi. mengungkapan secara
 Dokter secara tidak langsung telah menyimpulkan langsung apa yang ia
keputusan yang diambil pasien untuk mencari obat inginkan, sehingga
yang terjangkau dokter “hanya”
mengartikan /
mempersepsikan saja
dari apa yang
diungkapkan pasien.
3  Otonomi “O ya Bapak punya anak kecil di rumah ?” tanya Dokter Otonomi: Ketiga KDB dalam
 Beneficence Urap sambil terus menulis. “Ada dok, satu orang, usianya 2  Menghargai hak menentukan nasib, tidak konteks ini juga selaras
 Justice tahun, kenapa dok ?” Pak Becak menangggapi. “Penyakit mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
Bapak dalam fase penularan, oleh karena itu saya anjurkan dan membiarkan pasien dewasa kompeten dalam
kalau Bapak ke Puskesmas nanti, jangan lupa anaknya juga mengambil keputusan, ini tampak ketika dokter
memberikan “anjuran” dokter untuk memeriksakan
dibawa serta untuk diperiksa” jelas Dokter Urap. “Baiklah
anak pasien, tanpa suatu upaya “pemaksaan”.
dok” Pak Becak menyanggupi. “Ini pak surat rujukannya Beneficnece:
dan jangan lupa anaknya diperiksa juga,” Dokter Urap  Saat menanyakan tenntang anaknya, dokter telah
mengingatkan sambil menyerahkan surat rujukan dalam melakukan penerapan golden rule priciple, yakni
amplop yang telah tertutup rapat. “Terima kasih dok” jawab skrining terhadap keluarga yang tertular.
Pak Becak seraya menerima amplop rujukan dan kertas Justice:
resep  Dokter memberlakukan secara universal, apabila
pada pasien dengan konteks yang sama dokter
bertidnak demikian.
 Menjaga kelompok yang rentan, yakni merujuk

5
pasien miskin ke puskesmas dan menyarankan
untuk memeriksakan pula anak pasien
4.  Beneficence . “Sudah Pak simpan aja duitnya untuk menebus obat” kata Beneficence:
Dokter Urap ketika melihat Pak Becak sibuk menghitung  Dekter melakukan pertolongan tanpa pamrih dan
recehan dari kantongnya. rela berkorban serta tidak menarik honoraium diluar
kepantasan (membebaskan bea).

5.  Nonmeleficence Saat pasien berikutnya sedang diperiksa Dokter Nonmaleficence: Nonmaleficence


 Justice Urap, tiba-tiba suster masuk ke ruang praktek sambil  Terjadi disituasi yang mendadak darurat, dimana merupakan asas yang
 Otonomi berkata “Dok...Pak Becak pingsan di depan klinik setelah tiba-tiba pak becak mengalami kegawatan mendominasi konteks
 Beneficence beliau batuk darah hebat beberapa kali”. “Maaf ya Bu saya  Dokter segera bertindak cepat melakukan ini. Yakni ketika ada
tinggal sebentar” kata Dokter Urap pada Ibu yang sedang pertolongan pasien lain yang sedang
Justice: dilayani, tiba-tiba dokter
diperiksanya sambil bergegas keluar dengan membawa
 Dokter melayani pasien berikutnya, sesuai dengan harus meninggalkannya
peralatan emergensi. (mengabaikannya
urutan kedatangannya .
Setelah memeriksa Pak Becak yang telah diangkat sementara waktu) untuk
Beneficence:
ke dalam ruang tunggu, Dokter Urap segera meminta mendahulukan pasien
 Dokter berusaha memberikan hasil yang terbaik
satpam memanggil taxi untuk membawa Pak Becak ke kepada pasoem, memaksimalisasi yang lebih gawat.
rumah sakit. kebaikan/kepuasan pada pasien dan menolong
tanpa pamrih dengan menguapaykan pasien ke
RS.

Anda mungkin juga menyukai