TENTANG UNGP
UNGP adalah sebuah referensi yang dikeluarkan dan disahkan oleh Dewan Hak Asasi
Manusia PBB untuk negara dan perusahaan agar mengintegrasikan penghormatan,
pelindungan, dan pemulihan HAM dalam setiap bisnis yang beroprasi di dunia. Prinsip ini
kemudian diterima dengan suara bulat dan diadopsi menjadi Revolusi Dewan HAM PBB
(UNHRC) No. 17/4 16 Juni 2011.
Sumber : jurnal formulasi adopsi united nations guiding principle on business and human rights dalam good corporate
governanve oleh perseroan terbatas di Indonesia:
Prinsip Umum UNGP
1. Kewajiban Negara untuk melindungi,
menghormati, dan memenuhi hak asasi
manusia dan kebebasan dasar
Sumber : jurnal formulasi adopsi united nations guiding principle on business and human rights dalam good corporate governanve oleh
perseroan terbatas di Indonesia:
10 Prinsip yang tercakup di dalam United Nations Global Compact
Sumber : Jurnal Politica Vol. 4, No. 1, Mei 2013. Yudha Akbar Pally : THE GUIDING PRINCIPLES ON BUSINESS AND HUMAN RIGHTS: DIALEKTIKA KORPORASI DAN PEMENUHAN HAM
Pengaruh UNGPs terhadap perkembangan pengaturan dan praktek penghormatan
HAM oleh Bisnis
POSITIF TANTANGAN/KELEMAHAN
Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah
ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. Tujuan ini dicanangkan bersama
oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama
hingga tahun 2030.
UNGP sejalan dengan Sustainable Development Goals yaitu menginginkan adanya kesetaraan dan perlindungan HAM pada seluruh
masyarakat. Dalam perspektif bisnis UNGP. salah satunya tertuang dalam Tujuan ke 8 SDGs yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan
ekonomi yaitu Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif dan berkelanjutan, pekerjaan penuh dan produktif dan
pekerjaan yang layak untuk semua, kemajuan untuk meningkatkan peluang kerja, terutama bagi kaum muda, mengurangi lapangan kerja
informal dan kesenjangan upah gender dan mempromosikan lingkungan kerja yang aman dan terjamin untuk menciptakan pekerjaan yang
layak bagi semua.
Aktor kunci implementasi Bisnis dan HAM di Indonesia
Aktor kunci implementasi Bisnis dan HAM di Indonesia dapat dipetakan dalam beberapa aktor sebagai berikut:
Kelompok-kelompok National Human Rights Di antara NHRIs yang utama adalah Komnas HAM, Ombudsman,
Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK), Komisi Yudisial, Komisi
Terdampak/Berpotensi Terdampak Institutions (NHRIs)
Keterbukaan Informasi Publik, Komnas Perempuan, Komnas Anak, dan
(Affected/Potentially Affected Groups) lain-lain.
Meliputi : Petani; Nelayan; Pekebun
skala kecil; Masyarakat yang tinggal
disekitar operasi usaha; Masyarakat Lembaga Keuangan
adat; Pekerja; Perempuan, Anak-anak,
Kelompok minoritas dan Konsumen.
Pelaku Usaha
setidaknya ada 3 (tiga) aktor pelaku
Pemerintah usaha penting lainnya di Indonesia,
1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yaitu BUMN/BUMD; BUMS/UKM; dan
2. Kementerian PPN/Badan Perancana Pembangunan Nasional, KOPERASI/UKM;
3. Kementerian Luar Negeri
4. Kementerian Hukum dan HAM,
5. Kementerian/Lembaga terkait lainnya
Penegak Hukum
Pemerintah Daerah
Masyarakat Sipil
Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Non-Pemerintah, Organisasi Kemasyarakatan, setiap orang yang
melakukan pembelaan terhadap HAM (human rights defender), dan Serikat Pekerja (Trade Union).
Status dan Implementasi UNGP di Indonesia
Laporan yang dirilis oleh HRRCA (Human Rights Resources Center ASEAN) mengenai Indonesia, dikatakan
bahwa Indonesia merespon dengan sangat positif keberadaan UNGP. Indonesia meletakkan 2 isu utama
yakni kewajiban negara dalam mengambil pertimbangan dalam melakukan persetujuan bisnis dengan pihak
ketiga. Indonesia mengeluarkan pentingnya sistem peradilan yang independen.
Pengamatan penulis menemukan sudah ada 5 perusahaan besar yang memberlakukan komitmen kebijakan
hak asasi manusia dan mempublikasikannya ke dalam berbagai media. Kelima perusahaan tersebut adalah
British Petroleum, Ericsson, HP, MSD (PT MSD Sharp Dohme Pharma Tbk, dan PT Uniliver Tbk.
Uniliver sebagai contoh telah mengeluarkan pernyataan kebijakan hak asasi manusia dengan benar-benar
mengadopsi UNGP sebagai dokumen utama. Hal itu tercermin dalam paragraf yang berjudul “Kebijakan
Kami”. Uniliver juga tergabung dalam OECD (Organization for Economic and Cooperation Development) dan
menjadi anggota UNGC (United Nations Global Compact).
Uniliver memasukkan nomenklatur hak asasi manusia dalam kode prinsip bisnis mereka yang berbunyi:
“Melakukan operasi dengan kejujuran, integritas, dan keterbukaan, serta menghormati hak asasi manusia
dan kepentingan karyawan. Dan bahwa kami pun harus menghormati kepentingan resmi dari siapa saja
yang berhubungan dengan kami.” Uniliver juga mewajibkan mitra bisnis untuk melakukan apa yang
diterapkan oleh mereka.
Implementasi UNGP di Indonesia
Salah satu perusahaan BUMN di Indonesia yaitu pada PT. PERIKANAN NUSANTARA. Dalam melaksanakan Uji Tuntas Hak Asasi Manusia
PT. Perikanan Nusantara telah memenuhi kriteria kepatuhan HAM dalam beberapa indikator, yaitu :
UMKM Data Bank Indonesia tahun 2015 menyebutkan UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99
% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit.61 Da
ri keseluruhan jumlah UMKM ini, proporsi bidang usaha terbesar adalah di sektor Perta
nian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (48,85%), disusul dengan sektor Perdagan
gan, Hotel dan Restoran (28.83%).62 Dari jumlah tenaga kerja, UMKM menyerap seba
nyak 90% dari keseluruhan tenaga kerja di Indonesia
UMKM adalah model kegiatan usaha dalam jumlah yang terbesar di Indonesia. Jika dili
hat dalam pendekatan Hukum semata keterbatasan UMKM seringkali terkesan terjadi
pelanggaran HAM, seperti: upah pekerja, jam kerja, pekerja anak dan pembuangan limb
ah.
Meski demikian dilain sisi, budaya bisnis pada UMKM sudah mencerminkan kepatuhan
terhadap HAM dalam bisnisnya, seperti sistem kekeluargaan pada UMKM, adanya upa
h nonmateri, kemudahan izin/cuti untuk karyawan, sistem paruh waktu khususnya untuk
kaum perempuan, dll. Hal tersebut merupakan sisi lain dari implementasi HAM pada
UMKM di Indonesia.
Sumber : Kertas kebijakan : menuju implementasi prinsip-prinsip panduan PBB tentang bisnis dan HAM di Indonesia
Urgensi Penerapan UNGP di Indonesia
Beberapa kondisi di level nasional juga mempengaruhi urgensi implementasi UNGP di Indonesia :
Data BKPM menunjukkan nilai Sebagai contoh, produk Seluruh instrumen ini, Narasi pembangunan Pemerintah
investasi (asing dan dalam negeri) perikanan asal Thailand mewajibkan negara untuk Indonesia berusaha
mengalami peningkatan dari Rp. dilarang masuk ke pasar menjamin agar pemenuhan meningkatkan daya saing
612.6 Triliun (2016) menjadi 692.8 Amerika Serikat, karena HAM tidak dilanggar oleh Indonesia dan salah satu alat
Triliun (2017), di mana sebanyak ditemukan adanya unsur seseorang, maupun kelompok ukurnya adalah Indeks
80,2% merupakan investasi baru. perbudakan dan orang, termasuk korporasi dan Kemudahan Berusaha atau Ease
Data BPS juga menunjukkan perdagangan manusia dalam pelaku usaha. Hal ini juga telah of Doing Business Index (EoDB),
pertumbuhan ekonomi Indonesia industri perikanannya. ditekankan oleh Komisioner Indonesia berambisi untuk masuk
tahun 2017 meningkat menjadi Tinggi PBB untuk Hak Asasi dalam 40 peringkat teratas dalam
5.07%, yang merupakan tertinggi Manusia, dalam kunjungannya EoDB.22 Pada saat ini, Indonesia
sejak tahun 2014 (5.02%). di Jakarta pada tangal 7 berada di peringkat 72 dari 190
Pebruari 2018. negara dengan nilai rata-rata
66.47
Sumber : Kertas kebijakan : menuju implementasi prinsip-prinsip panduan PBB tentang bisnis dan HAM di Indonesia
Thank You