BAB I PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tidak diragukan lagi bahwa Tanaman Kelapa memiliki banyak fungsi. Akar
kelapa dapat difungsikan sebagai pewarna, batang dari Tanaman Kelapa dapat
difungsikan sebagai bahan baku bangunan, daun kelapa dapat dimanfaatkan barang
anyaman dan sapu lidi, sambut dari Tanaman Kelapa dapat dimanfaatkan sebagai sapu,
matras dan keset. Tempurung kelapa dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan dan
karbon aktif, daging dari buah kelapa dapat dijadikan sebagai minyak kelapa, santan dan
kopra. Air kelapa dapat dijadikan sebagai bahan untuk membuat nata de coco, dan
membuat cuka. Lebih dari itu, kelapa dapat dijadikan sebagai minyak murni atau bisa
disebut dengan Virgin Coconut Oil (VCO) yang memiliki manfaat bagi umat manusia
(Marlina, dkk, 2018).
Minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil) disebut sebagai olahan yang
tidak merubah karakteristik fisiokimia dari minyak. Hal ini dikarenakan bahwa proses
pembuatan minyak kelapa murni tersebut atau VCO (Virgin Coconut Oil) hanya sebatas
diberi tahapan berupa perlakuan mekanis dan pemberian panas dengan suhu yang relatif
rendah. Di dalam minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil) memiliki
kandungan asam lemak berantai sedang dan pendek yang memiliki manfaat beragam
bagi manusia.
Suatu perbedaan yang terdapat dalam proses tersebut adalah pada hasil minyak
kelapa. Pada tahap ekstraksi kering VCO masih belum layak konsumsi karena bahan
baku yang digunakan masih bersifat kasar, sehingga hasil yang didapat masih berupa
minyak kelapa kasar (CCO). Pada CCO ini, harus melalui beberapa tahapan proses
antara lain refining, bleaching, dan deodorizing (Pontoh, 2019). Maka produk akhir
yang dihasilkan berupa minyak kelapa dengan karakteristik warna kekuningan, tidak
berasa, dan tidak berbau, sedangkan minyak kelapa yang diproses dengan ekstraksi
basah menghasilkan minyak yang siap konsumsi tanpa melalui proses refining atau
pemurnian (Ghani, 2018).
Proses pembuatan VCO beberapa jenis antara lain adalah fermentasi, sentrifugasi,
pengasaman, pancingan dan enzimanitas. Terdapat salah satu penelitian yang
menggunakan metode fermentasi. Pada penelitian tersebut diterapkan fermentasi dengan
beberapa bahan antara lain ragi tape, ragi roti, dan ragi tempe. Hasil VCO dengan
rendemen terbaik dalam penelitian tersebut dihasilkan dari ragi roti. Pada penelitian
tersebut terdapat kadar asam lemak bebas dari masing-masing ragi berkisar 0,424—
0,766 mg KOH/g pada sampel (Mujdalipah, 2016).
Beberapa proses pembuatan VCO dan penyimpanannya tidak sempurna sehingga
menurunkan kualitas dari mutu VCO itu. Bisa dibuktikan dengan berubahnya rasa dan
bau yang menjadi tengik pada VCO tersebut. Penyebab terjadinya perubahan tersebut
diakibatkan karena terhidrolisisnya lemak yang akan meningkatkan suatu keasaman
pada minyak, sedangkan teroksidasinya lemak membuat minyak menjadi tengik. Salah
satu metode yang dapat meminimalisir kadar air dan peroksida minyak pada VCO
adalah dengan menggunakan absorbden pada proses filtering atau penyaringan.
Proses filtering atau penyaringan dapat dilakukan dengan beberapa absorbden antara
lain adalah zeolit, pasir silika dan juga arang aktif. Penelitian tersebut telah ada
dilakukan oleh (Sangi, 2019) dengan menggunakan absorbden berupa arang aktif, zeolit
dan abu sekam padi. Pada penelitian tersebut menunjukan hasil berupa Abu sekam padi
menunjukkan adsorben yang terbaik dalam menurunkan kadar air (72,29 %) dan asam
lemak bebas (39,10 %), sementara zeolite alamia menunjukkan adsorben yang terbaik
dalam menurunkan bilangan peroksida (74,549 %).
Penelitian yang dilakukan oleh Sangi (2019) menunjukkan bahwa dengan
absorbden yang menggunakan bahan arang aktif, zeolit, dan abu sekam padi di mana
adsorben yang paling banyak mengurangi asam lemak bebas dari VCO adalah abu
sekam padi, yaitu penurunannya sebesar 39,103 %, sedangkan untuk VCO yang
disaring menggunakan adsorben arang aktif mengalami penurunan 28,571 % dan zeolit
alam penurunan asam lemak bebasnya paling kecil yaitu hanya 16,987 %. Sedangkan
untuk kadar air di mana abu sekam padi menunjukkan adsorben yang terbaik dalam
menurunkan kadar air (72,29 %) dan asam lemak bebas (39,10 %), sementara zeolite
alamia menunjukkan adsorben yang terbaik dalam menurunkan bilangan peroksida
(74,549 %). Pasir silika merupakan senyawa pada logam oksida yang ada dalam alam,
akan tetapi keberadaan pada alam tersebut berada dalam kondisi bebas, yang terikat
pada senyawa secara fisik ataupun secara kimia.. Tingkat efisiensi dari penggunaan
pasir silika sebagai absorbden sangat tinggi, sekitar 98% hingga 100% dapat menahan
bakteri dan juga menghilangkan bau, rasa, dan juga warna yang akan membantu proses
pemurnian VCO sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu dari VCO.
Adsorpsi merupakan proses pengumpulan substansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan oleh permukaan benda penyerap di mana terjadi suatu ikatan kimia fisika
antara substansi dan penyerapnya. Salah satu material adsorben yang jarang digunakan
untuk pemurnian VCO namun efektif sebagai adsorben yakni arang aktif. Arang aktif
merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon
atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk mendapatkan daya adsorpsi yang
tinggi. Pada umumnya karbon/arang aktif digunakan sebagai bahan pembersih, dan
penyerap, juga digunakan sebagai bahan pengemban katalisator. Pada industri karet ban
arang aktif yang mempunyai sifat radikal dan serbuk sangat halus, digunakan sebagai
bahan aditif kopolimer dan juga berfungsi sebagai filter untuk menjernihkan air hingga
untuk mengolah limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya).
Selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan absorbden dengan bahan arang
aktif. Arang aktif ini dapat dimanfaatkan sebagai penyerapan dalam proses pemurnian
VCO. Bahan ini memiliki daya serap yang baik dan memiliki kandungan karbon dengan
jumlah persentase sekitar 87% hingga 97%, sisanya merupakan senyawa lain berupa
hidrogen, sulfur, oksigen, dan nitrogen serta beberapa senyawa lain yang muncul dalam
proses pembuatan (Hutapea, 2017). Karbon aktif sangat bermanfaat karena dapat
dijadikan sebagai penyaring, penghilang bau, pemurnian gas, dan katalisator dan juga
penyimpanan energi.Beradasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengembangan
proses produksi untuk mengoptimalkan Pemurnian VCO yang dihasilkan oleh minyak
kelapa dengan menggunakan arang aktif dan ketebalan zeolite serta pasir silika.
II.5 Arang Aktif
Arang aktif merupakan suatu karbon dengan kandungan karbon 87%-97% yang
mampu mengadsorpsi baik dalam fase cair maupun dalam fase gas dan memiliki rumus
berupa kimia c yang berbentuk amorf. Amorf ini mampu diperoleh dari bahan yang
mengandung karbon ataupun arang yang telah diproduksi khusus yang bertujuan untuk
mendapatkan suatu permukaan yang lebih luas. Luas pada permukaan arang aktif ini
sekitar 300 sampai dengan 2000 m2/gr yang akan berhubungan pada struktur pori
internal yang akan berdampak pada arang aktif dengan sifatnya sebagai adsorben.
Arang aktif ini mampu mengadsorbsi gas ataupun senyawa-senyawa kimia khusus yang
bersifat adsorbsinya dengan selektif. Hal ini tergantung dengan besar ataupun volume
pada pori-pori serta luas yang ada dalam permukaan tersebut. Daya serap pada arang
aktif ini sekitar 25 sd 1000% pada berat arang aktif. (Liang B.J. Lehman, 2011).
Arang aktif memiliki banyak fungsi seperti pada proses pengolahan air, karbon
aktif berfungsi untuk menghilangkan polutan seng, timbal, kuprum, krom, besi, timbal,
dan uap ammonia. Karbon aktif juga berfungsi dalam pemurnian gas seperti dengan
cara desulfurisasi dan menyerap gas beracun dan bau busuk. Selain itu, karbon aktif
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan gas hidrogen dan gas metana (adsorptive
gas storage) (Sitorus, 2014).
Dalam proses pembuatan arang ini dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
1. Proses karbonisasi pada bahan baku yang akan menghasilkan arang tersebut
2. Proses aktivasi arang yang akan menghilangkan hidrokarbon.
Tahap pada proses pembuatan arang,yaitu :
1. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan proses yang akan menghilangkan kadar air dengan teknik
memanaskan bahan baku tersebut dengan suhu 170°C
2. Karbonisasi
Karbonisasi merupakan proses yang akan menguraikan selulosa organik yang
akan menjadikannya unsur karbon
3. Aktivasi
Aktivasi merupakan proses yang akan menghilangkan senyawa pengotor
sehingga pori-pori tersebut akan menjadi lebih besar. (Lempang, 2014).
Fungsi pada arang aktif, yaitu :
1. Karbon penyerap gas
Pada karbon penyerap gas ini dapat digunakan penyerapan pada kotoran dengan
berupa gas. Karnon ini mempunyai pori-pori dengan jenis mikropori yang akan
membuat molekul pada gas akan melewatinya, tetapi pada molekul yang berasal
dari cairan tidak mampu melewatinya. Karbon penyerap gas ini dapat
ditemukan pada tempurung kelapa.
2. Karbon fasa cair
Karbon fasa cair ini dapat digunakan untuk menyerap suatu kotoran ataupun zat
yang tidak diharapkan dari cairan ataupun larutan. Pada jenis pori-pori yang
berasal dari karbon ini merupakan makropori yang akan membuat molekul
besar dapat masuk. Karbon fasa cair dapat ditemuman di batubara serta
selulosa. (Setyaningsih, 2014).
Zeolit merupakan suatu mineral yang terdiri atas mineral alumina silika terhidrasi
dengan rumus empiris Mx.Dy.(Alx+2y.Six+2y.O2n).mH2O (Irvantino, 2013;
Togar, 2012). Berikut merupakan gambar Rantai stuktur secara umum (Irvantino,
2013)
Zeolit umunya berbentuk kristal berongga dengan luas permukaan yang sangat
besar yang diakibatkan oleh rongganya yang saling berhubungan ke berbagai arah
sehingga sangat cocok digunakan sebagai adsorben maupun katalis (Nurhayati dan
Utomo, 2016). Struktur berongga zeolit umumnya diisi oleh air serta kation yang
bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori tertentu. Oleh karena itu zeolit dapat
dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, senyawa penukar ion, sebagai filter dan
katalis. Dalam keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul
air yang berada disekitar kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan
keluar. Zeolit yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penjerap gas atau
cairan.
Zeolit banyak ditemukan di alam namun bercampur dengan materi pengotor
(impurities) sehingga untuk menggunakan zeolite alam harus diaktivasi terlebih
dahulu untuk mengurangi material-material pengotor yang menutupi pori dan
rongga. Untuk aktivasi zeolit biasanya menggunakan cara fisika yang bertujuan
untuk menghilangkan sifat fisik pengotor seperti pasir, tanah, dan lain sebagainya.
Dan juga cara kimia dengan bantuan larutan asam kuat encer dan basa kuat encer
untuk menghilangkan sifat asam dan sifat basa (Amri dan Utomo, 2017).
II.7 Pasir Silika
Silika atau banyak orang yang mengenalnya Silikon Dioksida (SiO2) adalah
bahan yang terkandung pada lempung. Silika ini adalah senyawa pada logam oksida
yang ada dalam alam, akan tetapi keberadaan pada alam tersebut berada dalam kondisi
bebas, yang terikat pada senyawa secara fisik ataupun secara kimia. Silika ini bersifat
hidrofobik ataupun hidrofilik tergantung pada struktur ataupun morfologinya. (Ummah,
2012)
III.6.3 Kadar Asam Lemak Bebas (AOAC, 1999 dalam Nasir, 2014)
Minyak ditimbang sebanyak 10-20 gram kemudian dimasukkan kedalam
Erlenmeyer 250 ml. Selanjutnya, sampel ditambahkan 25 ml diethyl eter dan 25 ml
etanol 95%. Sampel kemudian dititrasi dengan menambahkan 3 tetes indicator pp
(phenoptalin) dan ditetesi dengan larutan 0,1 N NaOH hingga mengalami perubahan
warna menjadi orange. Asam lemak bebas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
ml NaOH X N X BM X 100 %
A.Lemak Bebas (%) =
g
Dimana:
ml NaOH = NaOH terpakai
N = Normalitas larutan NaOH
BM= Berat molekul asam lemak palmiat yaitu 26.1
G = Bobot contoh
XDAFTAR PUSTAKA
Abulkhair Abdullah. (2014). Mencit (Mus Musculus) Sebagai Hewan Uji Coba.Makalah
Farmasi FIS Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.
Abichandani, S., dan Ramesh N., 2012. Cross Contamination in dentistry: A
Comprehensive overview. Journal of Education and Ethics in Dentistry vol. 2.
Adrianto. 2014. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta.
Aditiya, R., Rusmarilin, H., & Limbong, L. N. (2014). Optimasi Pembuatan Virgin
Coconut Oil (Vco) Dengan Penambahan Ragi Roti (Saccharomyces Cerevisiae)
Dan Lama Fermentasi Dengan Vco Pancingan. Jurnal Rekayasa Pangan Dan
Pertanian, 2(2), 51-57.
Ahmad Dkk., (2013), Kualitas Virgin Coconut Oil Yang Dibuat Pada Metode
Pemanasan. Jurnal Fakultas MIPA, Universitas Sam Ratulangi.
Amri, S., & Utomo, M. P. (2017). Preparasi Dan Karakterisasi Komposit Zno-Zeolit
Untuk Fotodegradasi Zat Warna Congo Red. Jurnal Kimia Dasar, 6(2), 29-36.
Anwar, C., & Salima, R. (2016). Perubahan Rendemen Dan Mutu Virgin Coconut Oil
(VCO) Pada Berbagai Kecepatan Putar Dan Lama Waktu Sentrifugasi (Yield
Changes And Virgin Coconut Oil (VCO) Quality In Various Rotational Speed And
Centrifugal Time). Jurnal Teknotan, 10(2), 52.
Arnelda Meida, dkk, 2012. Optimalisasi Penggunaan Enzim Bromelin dari Sari
Bonggol Nanas dalam Pembuatan Minuak Kelapa. Indonesian Journal of
Chemical Science. Indo. J. Chem. Sci. 1 (1) (2012). ISSN NO 2252-6951.
Augustyn H. G. 2012. Pengaruh Penambahan Ekstrak Buah Pepaya (Carica Papaya L.)
Terhadap Mutu Minyak Kelapa Murni.
Boedi, Soelistijono. dan Devi Tiara. 2013. “Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Model Altman
Revisi”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 14, No. 1, pp. 63-65.
Department of Agriculture PHILIPPINE COCONUT AUTHORITY Elliptical Road,
Diliman, Quezon City, 2014
Doni Adi Nugroho. 2016. Analisis Kelayakan Ekonomi Pada Industri Virgin Coconut
Oil (VCO) Di Sukorejo Kecamatan Sumber Sari Kabupaten Jember. Skripsi.
Ghani, N. A. A., Channip, A. A., Chok Hwee Hwa, P., Ja'afar, F., Yasin, H. M., &
Usman, A. (2018). Physicochemical Properties, Antioxidant Capacities, And
Metal Contents Of Virgin Coconut Oil Produced By Wet And Dry Processes.
Food Science & Nutrition, 6(5), 1298-1306.
Hutapea, E. M., Iwantono, R. F., & Saktioto, A. 2017. Pembuatan Dan Karakterisasi
Karbon Aktif Dari Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) Dengan Aktivasi KOH
Berbantuan Gelombang Mikro. Jurnal Komunitas Fisika Indonesia, 14(02).
Irvantino, B. (2013). Preparasi Katalis Ni/Zeolit Alam Dengan Metode Sonokimia
Untuk Perengkahan Katalitik Polipropilen Dan Polietilen (Doctoral Dissertation,
Universitas Negeri Semarang).
Jahan-Parwar, et al. 2011. Lips and Perioral Region Anatomy. Dilihat dari
http://emedicine.medscape.com/article/835209-overview#al
Jumiati, E., Darwanto, D. H., & Hartono, S. (2013). Analisis Saluran Pemasaran Dan
Marjin Pemasaran Kelapa Dalam Di Daerah Perbatasan Kalimantan
Timur. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian Dan Kehutanan, 12(1), 1-10.
Khater, H.F., 2012. Prospect Of Botanical Biopesticides In Insect Post Management.
UK: Science Reuters, 3 (12): 641-656.
Laga, M. Dkk. 2019. Variation of filter media type and thickness combination for
coconut oil filtration. ICROEST. 343. 1-6.
Lempang, M. (2014). Pembuatan Dan Kegunaan Arang Aktif. Buletin Eboni, 11(2), 65-
80.
Liang B.J. Lehman, D. S. (2011). Pengaruh Biochar dari Limbah Sagu Terhadap
Pelindian Nitrogen di Lahan Kering Masam. Vol. 11, No. 2.
Lubis, A.A. (2016). Penetapan Kadar Air pada Minyak Kelapa Sawit (CPO) Hasil
Produksi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina.Tugas
Akhir. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
Marlina, M., Wijayanti, D., Yudiastari, I. P., & Safitri, L. (2018). Pembuatan Virgin
Coconut Oil Dari Kelapa Hibrida Menggunakan Metode Penggaraman Dengan
Nacl Dan Garam Dapur. Jurnal Chemurgy, 1(2), 7-12.
Muharun, M., & Apriyanto, M. 2014. Pengolahan Minyak Kelapa Murni (Vco) Dengan
Metode Fermentasi Menggunakan Ragi Tape Merk Nkl. Jurnal Teknologi
Pertanian, 3(2), 9-14.
Mujdalipah, S. (2016). Pengaruh Ragi Tradisional Indonesia Dalam Proses Fermentasi
Santan Terhadap Karakteristik Rendemen, Kadar Air, Dan Kadar Asam Lemak
Bebas Virgin Coconut Oil (VCO). Edufortech, 1(1).
Nurhayati, N. D., & Utomo, S. B. (2016). Modifikasi Zeolit Alam Sebagai Katalis
Melalui Pengembangan Logam Tembaga. In Seminar Nasional Kimia Dan
Pendidikan Kimia (Vol. 8, Pp. 222-226).
O’Brien RD. 2004. Fats And Oils; Formulating And Processing For Applications.
Second Ed. London: CRC Press LLC.
Pontoh, J., Surbakti, M. B., & Papilaya, M. (2019). Kualitas Virgin Coconut Oil Dari
Beberapa Metode Pembuatan. Chemistry Progress, 1(1), 60-65.
R. P. Schouwstra, E. D. Kinloch And C. A. Lee. 2008. A Short Geological Review Of
The Bushveld Complex
Reddy LR, Saimadhavi N, Refdy SR, Ramesh T, Reddy PM & Saikiran CH. 2014. Oral
Hygiene Practice and Habits Among Dental Students and Staff in a dental college,
India.Cumhuriyet Dental Journal. Vol 17, pp, 7-13.
Rukmana, R., & Yudirachman, H. H. (2016). Untung Berlipat Dari Budi Daya Kelapa
Tanaman Multi Manfaat. ANDI, Yogyakarta.
Salamah, S. (2008). Pembuatan Karbon Aktif Dari Kulit Buah Mahoni Dengan
Perlakuan Perendaman Dalam Larutan KOH. In Prosiding Seminar Nasional
Teknoin.
Sangi, M. (2019). Kualitas Pemurnian Virgin Coconut Oil (Vco) Menggunakan
Beberapa Adsorben. Chemistry Progress, 3(2).
Setyaningsih, D., Apriyantono, A., & Sari, M. P. (2014). Analisis Sensori Untuk
Industri Pangan Dan Argo. PT Penerbit IPB Press.
Sitorus, O, D. (2014). Peningkatan Potensi Campuran Serat Sabut Kelapa Dan Serbuk
Kayu Gergaji Terkativasi H2SO4 Sebagai Media Adsorben Zat Warna Terhadap
Limbah Kain Songket (Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
Sutarmi, Dan Hartin Rozalina. 2005. Taklukkan Penyakit Dengan VCO, Jakarta:
Penebar Swadaya.
Tauhidayatul Hidayat, Herliana Rosika, 2020. The Effect of the Fermentation Starter on
the VCO Making. SIJ, Volume 3, Nomor 1, May 2020, Hal. 41-48
Togar, Y. M. (2012). Preparasi Katalis Praseodimium Oksida/Zeolit Klinoptilotit Aktif
Untuk Meningkatkan Bilangan Oktana Pada Gasolin. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok.
Ummah, I. L. (2012). Sintesis Silika Gel Menggunakan Metode Sol-Gel Dan
Aplikasinya Terhadap Absorpsi Kelembaban Udara. 0-216.
Yunanda, R. dkk., 2013, Penggunaan Pasir Kuarsa Sebagai Bahan Pengganti Semen
Tipe I Pada Disain Beton K- 250 Dan K-300, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang, Padang.
LAMPIRAN
Disaring
Dikeringkan menggunakan
Oven blower T = 60oC
Pasir akhir
Dicuci
Ditiriskan
Dikeringkan
(t= 75, T=125 oC)
Ditimbang dengan
perlakuan
P1= 0,5 %
P2= 1 %
P3= 1,5%
Dihomogenkan
menggunakan sentrifugasi
Dimasukkan dalam
kromatografi