Anda di halaman 1dari 21

JUDUL : Optimalisai Proses Pemurnian VCO Dengan Menggunakan Absorben Arang

Aktif, Zeolit dan Pasir Silika.

BAB I PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Tidak diragukan lagi bahwa Tanaman Kelapa memiliki banyak fungsi. Akar
kelapa dapat difungsikan sebagai pewarna, batang dari Tanaman Kelapa dapat
difungsikan sebagai bahan baku bangunan, daun kelapa dapat dimanfaatkan barang
anyaman dan sapu lidi, sambut dari Tanaman Kelapa dapat dimanfaatkan sebagai sapu,
matras dan keset. Tempurung kelapa dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan dan
karbon aktif, daging dari buah kelapa dapat dijadikan sebagai minyak kelapa, santan dan
kopra. Air kelapa dapat dijadikan sebagai bahan untuk membuat nata de coco, dan
membuat cuka. Lebih dari itu, kelapa dapat dijadikan sebagai minyak murni atau bisa
disebut dengan Virgin Coconut Oil (VCO) yang memiliki manfaat bagi umat manusia
(Marlina, dkk, 2018).
Minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil) disebut sebagai olahan yang
tidak merubah karakteristik fisiokimia dari minyak. Hal ini dikarenakan bahwa proses
pembuatan minyak kelapa murni tersebut atau VCO (Virgin Coconut Oil) hanya sebatas
diberi tahapan berupa perlakuan mekanis dan pemberian panas dengan suhu yang relatif
rendah. Di dalam minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil) memiliki
kandungan asam lemak berantai sedang dan pendek yang memiliki manfaat beragam
bagi manusia.
Suatu perbedaan yang terdapat dalam proses tersebut adalah pada hasil minyak
kelapa. Pada tahap ekstraksi kering VCO masih belum layak konsumsi karena bahan
baku yang digunakan masih bersifat kasar, sehingga hasil yang didapat masih berupa
minyak kelapa kasar (CCO). Pada CCO ini, harus melalui beberapa tahapan proses
antara lain refining, bleaching, dan deodorizing (Pontoh, 2019). Maka produk akhir
yang dihasilkan berupa minyak kelapa dengan karakteristik warna kekuningan, tidak
berasa, dan tidak berbau, sedangkan minyak kelapa yang diproses dengan ekstraksi
basah menghasilkan minyak yang siap konsumsi tanpa melalui proses refining atau
pemurnian (Ghani, 2018).
Proses pembuatan VCO beberapa jenis antara lain adalah fermentasi, sentrifugasi,
pengasaman, pancingan dan enzimanitas. Terdapat salah satu penelitian yang
menggunakan metode fermentasi. Pada penelitian tersebut diterapkan fermentasi dengan
beberapa bahan antara lain ragi tape, ragi roti, dan ragi tempe. Hasil VCO dengan
rendemen terbaik dalam penelitian tersebut dihasilkan dari ragi roti. Pada penelitian
tersebut terdapat kadar asam lemak bebas dari masing-masing ragi berkisar 0,424—
0,766 mg KOH/g pada sampel (Mujdalipah, 2016).
Beberapa proses pembuatan VCO dan penyimpanannya tidak sempurna sehingga
menurunkan kualitas dari mutu VCO itu. Bisa dibuktikan dengan berubahnya rasa dan
bau yang menjadi tengik pada VCO tersebut. Penyebab terjadinya perubahan tersebut
diakibatkan karena terhidrolisisnya lemak yang akan meningkatkan suatu keasaman
pada minyak, sedangkan teroksidasinya lemak membuat minyak menjadi tengik. Salah
satu metode yang dapat meminimalisir kadar air dan peroksida minyak pada VCO
adalah dengan menggunakan absorbden pada proses filtering atau penyaringan.
Proses filtering atau penyaringan dapat dilakukan dengan beberapa absorbden antara
lain adalah zeolit, pasir silika dan juga arang aktif. Penelitian tersebut telah ada
dilakukan oleh (Sangi, 2019) dengan menggunakan absorbden berupa arang aktif, zeolit
dan abu sekam padi. Pada penelitian tersebut menunjukan hasil berupa Abu sekam padi
menunjukkan adsorben yang terbaik dalam menurunkan kadar air (72,29 %) dan asam
lemak bebas (39,10 %), sementara zeolite alamia menunjukkan adsorben yang terbaik
dalam menurunkan bilangan peroksida (74,549 %).
Penelitian yang dilakukan oleh Sangi (2019) menunjukkan bahwa dengan
absorbden yang menggunakan bahan arang aktif, zeolit, dan abu sekam padi di mana
adsorben yang paling banyak mengurangi asam lemak bebas dari VCO adalah abu
sekam padi, yaitu penurunannya sebesar 39,103 %, sedangkan untuk VCO yang
disaring menggunakan adsorben arang aktif mengalami penurunan 28,571 % dan zeolit
alam penurunan asam lemak bebasnya paling kecil yaitu hanya 16,987 %. Sedangkan
untuk kadar air di mana abu sekam padi menunjukkan adsorben yang terbaik dalam
menurunkan kadar air (72,29 %) dan asam lemak bebas (39,10 %), sementara zeolite
alamia menunjukkan adsorben yang terbaik dalam menurunkan bilangan peroksida
(74,549 %). Pasir silika merupakan senyawa pada logam oksida yang ada dalam alam,
akan tetapi keberadaan pada alam tersebut berada dalam kondisi bebas, yang terikat
pada senyawa secara fisik ataupun secara kimia.. Tingkat efisiensi dari penggunaan
pasir silika sebagai absorbden sangat tinggi, sekitar 98% hingga 100% dapat menahan
bakteri dan juga menghilangkan bau, rasa, dan juga warna yang akan membantu proses
pemurnian VCO sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu dari VCO.
Adsorpsi merupakan proses pengumpulan substansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan oleh permukaan benda penyerap di mana terjadi suatu ikatan kimia fisika
antara substansi dan penyerapnya. Salah satu material adsorben yang jarang digunakan
untuk pemurnian VCO namun efektif sebagai adsorben yakni arang aktif. Arang aktif
merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon
atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk mendapatkan daya adsorpsi yang
tinggi. Pada umumnya karbon/arang aktif digunakan sebagai bahan pembersih, dan
penyerap, juga digunakan sebagai bahan pengemban katalisator. Pada industri karet ban
arang aktif yang mempunyai sifat radikal dan serbuk sangat halus, digunakan sebagai
bahan aditif kopolimer dan juga berfungsi sebagai filter untuk menjernihkan air hingga
untuk mengolah limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya).
Selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan absorbden dengan bahan arang
aktif. Arang aktif ini dapat dimanfaatkan sebagai penyerapan dalam proses pemurnian
VCO. Bahan ini memiliki daya serap yang baik dan memiliki kandungan karbon dengan
jumlah persentase sekitar 87% hingga 97%, sisanya merupakan senyawa lain berupa
hidrogen, sulfur, oksigen, dan nitrogen serta beberapa senyawa lain yang muncul dalam
proses pembuatan (Hutapea, 2017). Karbon aktif sangat bermanfaat karena dapat
dijadikan sebagai penyaring, penghilang bau, pemurnian gas, dan katalisator dan juga
penyimpanan energi.Beradasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengembangan
proses produksi untuk mengoptimalkan Pemurnian VCO yang dihasilkan oleh minyak
kelapa dengan menggunakan arang aktif dan ketebalan zeolite serta pasir silika.

I.2 Rumusan Masalah


VCO merupakan salah satu bahan makanan yang sering digunakan. Dalam proses
pemurnian VCO dipengaruhi oleh absorbasi dan filtasi yang nantinya menentukan
tingkat kemurnian VCO. Oleh karena itu, material dan ketebalan obserbsi yang
digunakan serta ketabalan lapisan zeolit dan pasir silika perlu diketahui untuk
mengetahui kemurnian VCO yang dihasilkan.

I.3 Tujuan Penelitian


Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kualitas VCO agar dapat
diterima pada pemasaran eksport.
Tujuan khusus penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh Zeolit dan pasir silika terhadap kualitas VCO pada proses
pemurniannya.
2. Mengetahui pengaruh arang aktif terhadap kualitas VCO pada proses pemurniannya.
3. Mengetahui pengaruh interaksi antara arang aktif dan zeolit terhadap kualitas
pemurnian VCO.

I.4 Manfaat Penelitian


Manfatt dari penelitian ini yaitu dapat mengasilkan produk VCO dengan kuliatas
yang bayak melalui proses pemurnian menggunakan zeolit dan pasir silka yang aman,
selain itu peneilitian ini bergungsi untuk meningkatkan nilai jual VCO.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Kelapa (Cocos nucifera)
Tanaman Kelapa atau dikenal dengan nama Cocos nucifera ini adalah anggota
tunggal pada lingkup keturunan Cocos yang berasal dari suku Arenan atau sebutan
lainnya Arecace. Tanaman Kelapa ini dapat kita sebut sebagai tamanan multi fungsi
atau serba guna, dikarenakan pada setiap bagian Tanaman Kelapa memiliki fungsi yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman Kelapa mempunyai nilai ekonomi
dan budaya yang tinggi dalam lingkup kehidupan masyarakat (Febriyanti, 2014).
Tanaman Kelapa merupakan tanaman yang memiliki nilai strategis bagi Wilayah
Negara Indonesia. Tanaman Kelapa memiliki fungsi yang bermanfaat entah itu bagian
batang, akar, buah, hingga pada bagian akarnya saja bisa dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia. Karena pada faktanya bahwa Tanaman Kelapa ini sangat memiliki manfaat
yang beragam, maka Valesco dan Benzoom memberikan istilah pada Tanaman Kelapa
dengan sebutan tree of life atau jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia bermakna
sebagai pohon kehidupan (Winarno, 2014).
Tanaman Kelapa sudah dikenal sejak dulu pada wilayah Kepulauan Indonesia dan
kepulauan pada laut Pasifik. Merupakan hal wajar yang bukanlah hal baru lagi apabila
banyak ahli mengatakan bahwa asal Tanaman Kelapa ini berasal dari Kepulauan Pasifik
yaitu wilayah New Zealand, Indonesia dan Amerika Selatan, sebab tanaman ini tumbuh
dengan sangat baik pada ketiga wilayah tersebut lebih tepatnya pada garis khatulistiwa
yang memiliki rata-rata suhu sekitar 27°C, pada waktu Indonesia belum merdeka yaitu
di tahun 1940 (Andrianto, 2014)
Bagi masyarakat yang bertempat pada wilayah pesisir, Tanaman Kelapa ini
dianggap sebagai tanaman serba guna. Masyarakat yang bertempat pada daerah pesisir
memanfaatkan Tanaman Kelapa ini untuk berbagai macam kebutuhan mulai dari
pangan dan non-pangan. Setiap dari bagian Tanaman Kelapa sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia, maka dari itu Tanaman Kelapa disebut memiliki nilai budaya,
sosial dan ekonomi yang tinggi (Jumiati, dkk, 2013).
Terdapat fakta bahwa Tanaman Kelapa ini memiliki nilai sejarah yang panjang
di Indonesia, sehingga membuat Tanaman Kelapa menjadi simbol atau lambing bagi
Negara Indonesia. Berdasarkan Sejarah Mitologi Hindu dan Kitab Suci Weda, Tanaman
Kelapa ini dinyatakan sebagai tanaman surgawi. Alasan mengapa Tanaman Kelapa
dianggap sebagai tanaman surgawi dikarenakan tanaman ini memiliki banyak peranan
penting bagi kehidupan manusia (Rukmana & Yudirachman, 2016).
Tidak sedikit dari masyarakat Indonesia yang menyatakan bahwa Tanaman
Kelapa adalah salah satu bagian penting dari kehidupan, sebab kelapa mempunyai
banyak manfaat dan nilai ekonomi yang berperan penting untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia. Pentingnya nilai dari Tanaman Kelapa ini dapat dilihat dari
luasnya area perkebunan kelapa di Indonesia. Area perkebunan kelapa di Indonesia
sendiri memiliki persentase sejumlah 98 persen dengan luas angka yang mencapai 3,74
juta hektar dan melibatkan lebih dari angka tiga juta rumah tangga petani di Indonesia
(Soelistijono 2013)
Tanaman Kelapa diklasifikasi ke dalam Kingdom Plantea, Subkingdom
Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Kelas Liliopsida, Sub Kelas Arecidea,
Ordo Palmales, Famili Palmea, Genus Cocos, dan nama spesies ilmiahnya adalah
Cocos nucifera L.

II.2 Minyak Kelapa Murni (VCO)


Tanaman Kelapa memang tidak diragukan lagi sebagai tanaman yang memiliki
banyak fungsi. Akar kelapa dapat difungsikan sebagai pewarna, batang dari Tanaman
Kelapa dapat difungsikan sebagai bahan baku bangunan, daun kelapa dapat
dimanfaatkan barang anyaman dan sapu lidi, sambut dari Tanaman Kelapa dapat
dimanfaatkan sebagai sapu, matras dan keset. Tempurung kelapa dapat dimanfaatkan
sebagai kerajinan tangan dan karbon aktif, daging dari buah kelapa dapat dijadikan
sebagai minyak kelapa, santan dan kopra. Air kelapa dapat dijadikan sebagai bahan
untuk membuat nata de coco, dan membuat cuka. Lebih dari itu, kelapa dapat dijadikan
sebagai minyak murni atau bisa disebut dengan Virgin Coconut Oil (VCO) yang
memiliki manfaat bagi umat manusia (Marlina, dkk, 2017).
Minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil) disebut sebagai olahan yang
tidak merubah karakteristik fisiokimia dari minyak. Hal ini dikarenakan bahwa proses
pembuatan minyak kelapa murni tersebut atau VCO (Virgin Coconut Oil) hanya sebatas
diberi tahapan berupa perlakuan mekanis dan pemberian panas dengan suhu yang relatif
rendah. Di dalam minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil) memiliki
kandungan asam lemak berantai sedang dan pendek yang memiliki manfaat beragam
bagi manusia. (Ahmad dkk., 2013)
Manfaat dari minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil) tersebut bagi
tubuh manusia antara lain adalah mencegah kelebihan berat badan atau obesitas,
meningkatkan stamina bagi tubuh, sebagai antimikroba, anti bakteri, dan anti protozoa.
Adapun manfaat lainnya yaitu mencegah penyakit liver, osteoporosis, mencegah kanker,
dan baik untuk menjaga kesehatan jantung pada tubuh manusia (Aditiya, dkk, 2014).
Adapun manfaat lain dari minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil) yaitu
sebagai obat tradisional atau herbal, karena dapat mencegah penyakit degenerative
(Ahmad dkk., 2013)
Terdapat beberapa tahapan metode yang pada saat ini banyak digunakan untuk
membuat minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil). Adapun metode
tersebut diawali dengan metode pemanasan bertahap yaitu adalah tahap memanaskan
santan dengan suhu kurang dari 90°C sehingga menghasilkan minyak yang mana
minyak tersebut diambil lalu dipanaskan dengan suhu kurang dari 65°C. Selanjutnya
memasuki tahap pemancingan minyak dengan menambah pemancingan minyak ke
dalam santan dengan gramasi atau perbandingan tertentu yang sudah sesuai dengan
prosedur. Adapun metode atau tahapan sentrifugasi yaitu dengan menggunakan cara
pemutaran dengan suatu alat (Anwar & Salima, 2016).
Adapula metode atau tahapan fermentasi yang disebut sebagai metode atau
tahapan yang sering digunakan untuk membuat minyak kelapa murni atau VCO (Virgin
Coconut Oil). Metode fermentasi untuk membuat minyak kelapa murni dibantu dengan
menggunakan mikroba. Terdapat suatu penelitian tentang pembuatan minyak kelapa
murni dengan metode fermentasi dengan ragi tempe menunjukkan hasil rendemen
minyak yang tinggi dan rendahnya kerusakan dari beberapa senyawa sehingga
berpotensi menjadi komponen yang diperlukan dalam bidang kesehatan (Muharun &
Apriyanto, 2014). Pembuatan minyak murni dengan fermentasi, dipengaruhi oleh
konsentrasi starter yang digunakan karena konsentrasi starter berguna untuk memecah
emulsi pada pembuatan minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil). Selain itu
mikroba yang dapat difungsikan dalam proses pembuatan minyak kelapa murni atau
VCO (Virgin Coconut Oil) dengan metode fermentasi dapat menggunakan bakteri,
biasanya bakteri yang digunakan yaitu BAL (Bakteri Asam Laktat).

II.3 Kualitas VCO (Virgin Coconut Oil)


Karakteristik dari minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil) ialah
tidak berwarna dan baunya khas seperti kelapa (Ahmad dkk., 2013). VCO mengandung
αtokoferol yang letaknya terdapat di bagian kulit daging buah kelapa yang memiliki
fungsi sebagai antioksidan (Mariana dkk., 2009). Tokoferol bisa memyeimbangkan
minyak melalui proses oksidasi sebab adalah senyawa antioksidan (O’brien, 2004).
Selain mengandung antioksidan, VCO juga memiliki manfaat kesehatan bagi tubuh
manusia (Philippine Cococnut Authority, 2014).
Syarat mutu VCO yang ditetapkan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
7381:2008 ditunjukkan pada Tabel VCO enzimatis yang dihasilkan diuji sifat
karakteristiknya, kemudian dibandingkan dengan standar tersebut untuk mengetahui
Tabel 1. Syarat mutu VCO sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 7381:2008
(Standar Nasional Indonesia (SNI), 2008)
N Jenis Uji Satuan Persyaratan
o Penampakkan fisik minyak 1. Khas kelapa
1 (keadaan minyak): segar, tidak
1. Bau tengik
2. Rasa 2. Normal, khas
minyak kelapa
3. Warna
- 3. Tidak berwarna
- hingga kuning
- pucat
2 % FFA % Maksimal 0,2
(dihitung sebagai asam
laurat)
3 Bilangan iod g Iod/100 g 4,1-11
minyak
4 Bilangan penyabunan mg-KOH/g 250-260
minyak
5 Densitas kg/m3 915,0-920,0
Sumber : Standar Nasional Indonesia, 2008.

II.4 Pemurnian VCO (Virgin Coconut Oil)


Dalam proses produksi minyak kelapa murni (VCO) ini jika dilihat secara umum
dapat dijabarkan (Jahan-Parwar et al., 2011). dengan adanya kelapa yang dapat dikupas
yang akan diambil bagian daging pada buah kelapa, setelah daging tersebut diambil lalu
daging buah tersebut diparut dan dicampurkan dengan air, setelah tercampur dengan air
akan dilakukan pemerasan, air yang diperoleh dari perasan tersebut didiamkan selama 2
jam hinggan muncul 2 lapisan, yaitu lapisan atas disebut kanil dan lapisan bawah
disebut air. Air tersebut dapat dibuat dan kanil dapat diolah dengan berbagai metode,
yaitu :
1. Sentrifugasi
2. Pancingan
3. Pengasaman
4. Fermentasi/ Enzimatis
Setelah itu akan terbentuk tiga lapisan, yaitu :
1. Air
2. Blondo
3. Minyak
Minyak berada pada lapisan atas disebut dengan minyak VCO, karena minyak
tersebut harus ditampung di tempat yang higienis dan ada teknis untuk mengambil
minyak tersebut. Minyak tersebut dapat diambil dengan cara memasukkan selang kecil
kepada wadah lalu disedot dan ditampung kedalam wadah. Agar terhindar dari bakteri
dan membuang kadar air, dapat dilakukan teknis penyaringan yang bertujuan agar
kadar air dapat mencapai 0,015% dan membuat minyak tidak bau tengik.
Pada proses produksi Virgin Coconut Oil ini VCO mampu menghasilkan
kandungan banyak air serta mempunyai karakteristik yang dapat dikatakan murang
baik. Hal ini menyebabkan tingkat kemurnian serta kualitas yang ada tergolong masih
rendah. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dengan mudah dan dengan harga
yang terjangkau dalam pemurnian VCO yaitu dengan melakukan adsorpsi yang akan
menggunakan media berpori. Media ini akan menghasilkan cukup pada potensial atau
zeolit alam.

II.5    Arang Aktif
Arang aktif merupakan suatu karbon dengan kandungan karbon 87%-97% yang
mampu mengadsorpsi baik dalam fase cair maupun dalam fase gas dan memiliki rumus
berupa kimia c yang berbentuk amorf. Amorf ini mampu diperoleh dari bahan yang
mengandung karbon ataupun arang yang telah diproduksi khusus yang bertujuan untuk
mendapatkan suatu permukaan yang lebih luas. Luas pada permukaan arang aktif ini
sekitar 300 sampai dengan 2000 m2/gr yang akan berhubungan pada struktur pori
internal yang akan berdampak pada arang aktif dengan sifatnya sebagai adsorben.
Arang aktif ini mampu mengadsorbsi gas ataupun senyawa-senyawa kimia khusus yang
bersifat adsorbsinya dengan selektif. Hal ini tergantung dengan besar ataupun volume
pada pori-pori serta luas yang ada dalam permukaan tersebut. Daya serap pada arang
aktif ini sekitar 25 sd 1000% pada berat arang aktif. (Liang B.J. Lehman, 2011).
Arang aktif memiliki banyak fungsi seperti pada proses pengolahan air, karbon
aktif berfungsi untuk menghilangkan polutan seng, timbal, kuprum, krom, besi, timbal,
dan uap ammonia. Karbon aktif juga berfungsi dalam pemurnian gas seperti dengan
cara desulfurisasi dan menyerap gas beracun dan bau busuk. Selain itu, karbon aktif
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan gas hidrogen dan gas metana (adsorptive
gas storage) (Sitorus, 2014).
Dalam proses pembuatan arang ini dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
1. Proses karbonisasi pada bahan baku yang akan menghasilkan arang tersebut
2. Proses aktivasi arang yang akan menghilangkan hidrokarbon.
Tahap pada proses pembuatan arang,yaitu :
1. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan proses yang akan menghilangkan kadar air dengan teknik
memanaskan bahan baku tersebut dengan suhu 170°C
2. Karbonisasi
Karbonisasi merupakan proses yang akan menguraikan selulosa organik yang
akan menjadikannya unsur karbon
3. Aktivasi
Aktivasi merupakan proses yang akan menghilangkan senyawa pengotor
sehingga pori-pori tersebut akan menjadi lebih besar. (Lempang, 2014).
Fungsi pada arang aktif, yaitu :
1. Karbon penyerap gas
Pada karbon penyerap gas ini dapat digunakan penyerapan pada kotoran dengan
berupa gas. Karnon ini mempunyai pori-pori dengan jenis mikropori yang akan
membuat molekul pada gas akan melewatinya, tetapi pada molekul yang berasal
dari cairan tidak mampu melewatinya. Karbon penyerap gas ini dapat
ditemukan pada tempurung kelapa.
2. Karbon fasa cair
Karbon fasa cair ini dapat digunakan untuk menyerap suatu kotoran ataupun zat
yang tidak diharapkan dari cairan ataupun larutan. Pada jenis pori-pori yang
berasal dari karbon ini merupakan makropori yang akan membuat molekul
besar dapat masuk. Karbon fasa cair dapat ditemuman di batubara serta
selulosa. (Setyaningsih, 2014).

Gambar 1. Ilustrasi Skema Struktur Arang aktif (Sitorus, 2014)


Tabel 2. Syarat Mutu Arang Aktif (SII No.0258-79)
N Urai Satua I Persyaratan II
o. an n
1 Bagian yang hilang pada pemanasan 950 ºC % Maks 15 Maks
25
2 Air % Maks 4,4 Maks
15
3 Abu % Maks 2,5 Maks
10
4 Daya serap terhadap I2 M Min 750 Min
g/g 750
5 Karbon aktif murni % Min 80 Min 65
6 Daya serap terhadap benzene % Min 25 -
7 Daya serap terhadap methylene blue M Min 60 Min
g/g 120
8 Keraatan jenis curah - 0,45-0,55 0,30-
0,35
9 Lolos ukuran mesh 325 % - Min 90
1 Jarak mesh % 9 -
0 0
1 Kekerasan % 8 -
1 0
Sumber: Sitorus, 2014.
II.6 Zeolit
Zeolit adalah senyawa kristal aluminasi silikat yang berasal dari unsur golongan
IA serta IIA, contohnya adalah natrium, kaliym, magnesium, serta kalsium. Zeolit
dibedakan menjadi 2 (Liang B.J. Lehman, 2011). yaitu :
- Zeloit Alam
Zeloit alam merupakan zeolit yang didapatkan dari endapan yang berasal dari
alam
- Zeolit Sintesis
Zeolit sintesis merupakan zeolit yang telah direkayasa dengan bahan yang
berkemurnian tinggi serta memiliki jenis pada kation tunggal dan mempunyai
ukuran pada pori, saluran serta rongga tertentu.

Zeolit merupakan suatu mineral yang terdiri atas mineral alumina silika terhidrasi
dengan rumus empiris Mx.Dy.(Alx+2y.Six+2y.O2n).mH2O (Irvantino, 2013;
Togar, 2012). Berikut merupakan gambar Rantai stuktur secara umum (Irvantino,
2013)

Gambar 2. Rantai Struktur Zeolit (Irvantino, 2013)

Zeolit umunya berbentuk kristal berongga dengan luas permukaan yang sangat
besar yang diakibatkan oleh rongganya yang saling berhubungan ke berbagai arah
sehingga sangat cocok digunakan sebagai adsorben maupun katalis (Nurhayati dan
Utomo, 2016). Struktur berongga zeolit umumnya diisi oleh air serta kation yang
bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori tertentu. Oleh karena itu zeolit dapat
dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, senyawa penukar ion, sebagai filter dan
katalis. Dalam keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul
air yang berada disekitar kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan
keluar. Zeolit yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penjerap gas atau
cairan.
Zeolit banyak ditemukan di alam namun bercampur dengan materi pengotor
(impurities) sehingga untuk menggunakan zeolite alam harus diaktivasi terlebih
dahulu untuk mengurangi material-material pengotor yang menutupi pori dan
rongga. Untuk aktivasi zeolit biasanya menggunakan cara fisika yang bertujuan
untuk menghilangkan sifat fisik pengotor seperti pasir, tanah, dan lain sebagainya.
Dan juga cara kimia dengan bantuan larutan asam kuat encer dan basa kuat encer
untuk menghilangkan sifat asam dan sifat basa (Amri dan Utomo, 2017).
II.7   Pasir Silika
Silika atau banyak orang yang mengenalnya Silikon Dioksida (SiO2) adalah
bahan yang terkandung pada lempung. Silika ini adalah senyawa pada logam oksida
yang ada dalam alam, akan tetapi keberadaan pada alam tersebut berada dalam kondisi
bebas, yang terikat pada senyawa secara fisik ataupun secara kimia. Silika ini bersifat
hidrofobik ataupun hidrofilik tergantung pada struktur ataupun morfologinya. (Ummah,
2012)

Kandungan Pasir Kuarsa

Chemical Name Chemical Formula Typical % by Weight


Silicon Dioxide SiO2 98,21
Iron Oxide Fe2O3 0,42
Aluminium Oxide Al2O3 0,32
Calcium Oxide CaO <0,01
Magnesium Oxide MgO <0,01
Manganese Dioxide MnO2 <0,01
Chromium Trioxide Cr2O3 0,06
Sodium Oxide Na2O 0,13
Protassium Oxside K2O 0,07
Titanium Oxide TiO2 0,01
Loss on Ignition LOI 0,48
Moisture Content MC 0,02

Nanomomposit adalah material yang telah dibuat dengan cara memberikan


campuran pada nanopartikel pada material makroskopik. Hasil dari percampuran
terenut dapat ditunjukan dengan sifat yang menjadi lebih unggul ketika sudah
ditambahkan nanopartikel dalam material matriks yang akan dibandingkan dalam sifat
pda material sebelumnya (Yunanda,2013). Nanopartikel ini akan menghasilkan suatu
perubahan yang bersifat optik, elektrik, ataupun sifat pada mekanik seperti kekakuan,
kekuatan. (Khater, dkk, 2012).
Nanopartikel juga dapat menghasilkan suatu perubahan pada sifat optik, sifat
dielektrik, ataupun sifat mekanik contohnya seperti kekakuan, kekuatan. Pada
penambahan suatu nanosilika akan menghasilkan suatu peningkatan pada mikrostruktur
geopolimer yang bertujuan pada pembentukan suatu kekuatan pada komposit
geopolimer yang akan memberikan pengaruh pada kekuatan tekan yang akan menjadi
lebih baik jika dibandingkan pada spesimen yang tidak menggunakan nanosilika.
Pada penambahan partikel karet ini akan memberikan peningkatan pada kekuatan
patah, akan tetapi kekakuan pada material ini akan mengalami penurunan. Pada
kekakuan material ini telah berhasil jika diatasi dengan melakukan penambahan pda
nanpsilika menuju ke epoxy. Pada sebuah efek yang telah dicermati pada nanosilika
serta karet penguat epoxy ini dengan cara meningkatkan signifikan kepada ketangguhan
suatu material. Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan pleh Rochani ini telah
menunjukkan bahwa penambahan nanosilika ini sebagai bahan dari campuran mampu
meningkatkan kekuatan dua sampai dengan tiga kali yang telah dibuat tanpa
menggunakan nanosilika. Pada penelitian yang lain kuga akan menyatakan bahwa 10%
nanosilika ini sebagai bahan campuran yang dapat meningkatkan suatu kekuatan
dengan dua kali lipat. (Asmono,2015).
III. METODE PENELITIAN
III.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 sampai Januari 2022
di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Pangan, Laboratorium Kimia Analisa
dan Pengawasan Mutu Pangan serta Laboratorium Pengolahan Pangan, Program Studi
Ilmu dan Teknologi Pangan, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin.

III.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tanur, gelas ukur, oven, beaker
glass, aluminium foil, buret, pipet volume, erlenmayer, batang pengaduk, neraca
analitik, buret dan statif, pipet tetes, corong, kertas saring, cawan porselen, pengaduk,
ayakan 100 mesh, desikator, sentrifuge, thermometer air raksa, timbangan analitik,
lemari pendingin, labu ukur, pipet tetes, hot plate, stirrer dan kertas saring whatman no
41.
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah, Arang aktif, zeolit,
pasir silika, alkohol, natrium hidroksida (NaOH), natrium tiosulfat pentahidrat
(Na2S2O3.5H2O), natrium karbonat (Na2CO3), indikator phenolphtalein (pp), KOH 0,1
N, larutan Iod, asam asetat (CH3COOH), kloroform (CHCl3), akuades, asam klorida
(HCl), glass wool dan kertas saring 200 mesh.

III.3 Prosedur Penelitian


III.3.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan ketebalan pasir sebagai
penyaring VCO. Ketebalan pasir yang akan dicoba yakni 2 cm dan 4 cm untuk
mendapatkan ketebalan optimal agar arang aktif dan kotoran tidak lolos.
III.3.2 Preparasi Pasir Silika
Pasir silika digunakan Preparasi pasir aktif dilakukan dengan cara pasir dicuci
hingga bersih, kemudian pasir dimasak selama 1 jam pada suhu 100oC Pasir yang telah
masak kemudian disaring, selanjutnya pasir dikeringkan menggunakan oven blower
dengan suhu 60oC hingga kering.
III.3.2.Penambahan Arang Aktif dan Zeolit pada VCO Sesuai Perlakuan (Sangi,
2019)
Zeolit yang ada dicuci, ditiriskan, kemudian dikeringkan dalam oven pada
temperatur 125oC selama 75 menit, selanjutnya disimpan dalam desikator sebelum
pemakaian. Kemudian, arang aktif ditimbang dengan konsentrasi sebanyak 0,5%, 1%,
dan 1,5%. Selanjutnya masing-masing arang aktif dicampur dengan vco lalu
disentrifugasi. Campuran VCO dan arang aktif lalu dimasukkan ke dalam kolom
kromatografi yang terbuat daru bahan paralon transparan dengan ukuran panjang 45 cm
dan diameter 2/3 inch, dengan tinggi adsorben 30 cm. Setelah itu ditambahkan lapisan
zeolit dan pasir dengan variasi ketebalan 5 cm, 10 cm, dan 15 cm

III.3.3 Uji kualitas VCO


 Penetapan Kadar Air (Lubis, 2016)
 Randemen (Hidayatul, 2020)
 Kadar Asam Lemak Bebas (AOAC, 1999 dalam Nasir, 2014)
 Penentuan Bilangan Peroksida(Augustyn, 2012)
 Bilangan Iod (Santoso, 2008)
 Bilangan Penyabunan (AOAC, 1999 dalam Nasir, 2014)
 Tingkat Kejernihan (Laga dkk, 2019)

III.4 Desain Penelitian


Desain penelitian ini meliputi dua faktor yaitu faktor 1 (Konsentrasi arang aktif)
sebanyak 3 perlakuan dan faktor 2 (Ketebalan lapisan zeolit) sebanyak 3 perlakuan
serta akan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan. Desain penelitian dijabarkan sebagai
berikut:

Faktor S (Kosentrasi Arang Aktif)


S1 Kontrol
S2 0,5%
S3 1,0%
S4 1,5%

Faktor T (Ketebalan Lapisan Zeolit)


T1 5 cm
T2 10 cm
T3 15 cm
Lalu perlakuan faktor S (Konsentrasi arang aktif) dikombinasikan dengan
perlakuan faktor T (Ketebalan lapisan zeolit) sehingga menghasilkan 12 kombinasi
perlakuan yang kemudian diulang sebanyak 2 kali sehingga menjadi 24 unit perlakuan.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Penelitian


N Faktor S Faktor T Perlakuan
O (Konsentrasi Arang Aktif) ( Ketebalan Lapisan Zeolit)
1. S1 T1 SIT1
T2 S1T2
T3 S1T3
2. S2 T1 S2T1
T2 S2T2
T3 S2T3
3. S3 T1 S3T1
T2 S3T2
T3 S3T3
4. S4 T1 S4T1
T2 S4T2
T3 S4T3

III. 5 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan petak terpisah (RPT) dengan 2 kali
ulangan yaitu konsentrasi arang aktif (S1 Kontrol, S2 0,5%, S3 1,0%, S4 1,5%) sebagai
petak utama dan ketebalan lapisan zeolit (T1 5 cm, T2 10 cm, T3 15 cm) sebagai anak
petak.
III. 6 Parameter Pengujian
III.6.1 Penetapan Kadar Air (Lubis, 2016)
Kadar air telah dijelaskan oleh (Lubis, 2016), menjelaskan bahwa kadar air bisa
dilakukan dengan menggunakan metode pengeringan. Botol timbang dikeringkan
dalam oven selama 1 jam pada suhu 1050C. Lalu didinginkan dalam desikator selama
30 menit dan ditimbang.Ke dalam botol timbang tersebut dimasukkan ± 5 gram
sampel.Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 3 jam, didinginkan
dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga bobotnya tetap. Perlakuan ini
diulang sampai bobotnya tidak lebih dari 0,05% atau konstan. Kadar air dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Berat Awal−Berat Akhir
%Kadar Air = x 100%
Berat Awal

III.6.2 Randemen (Hidayatul, 2020)


Rendemen VCO dihitung berdasarkan bobot VCO yang diperoleh dibandingkan
dengan bobot bahan yang digunakan (parutan daging buah kelapa).
Rendemen Hasil (100%) = a/b x 100
Rendemenen Has
A = Volume minyak yang dihasilkan (g)
B = Volume santan mula-mula (bahan yang digunakan, prutan kelapa)

III.6.3 Kadar Asam Lemak Bebas (AOAC, 1999 dalam Nasir, 2014)
Minyak ditimbang sebanyak 10-20 gram kemudian dimasukkan kedalam
Erlenmeyer 250 ml. Selanjutnya, sampel ditambahkan 25 ml diethyl eter dan 25 ml
etanol 95%. Sampel kemudian dititrasi dengan menambahkan 3 tetes indicator pp
(phenoptalin) dan ditetesi dengan larutan 0,1 N NaOH hingga mengalami perubahan
warna menjadi orange. Asam lemak bebas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
ml NaOH X N X BM X 100 %
A.Lemak Bebas (%) =
g
Dimana:
ml NaOH = NaOH terpakai
N = Normalitas larutan NaOH
BM= Berat molekul asam lemak palmiat yaitu 26.1
G = Bobot contoh

III.6.4 Penentuan Bilangan Peroksida (Augustyn, 2012)


Sampel ditimbang sebanyak 5gr lalu dimasukkan ke dalam erlenmayer 250ml .
Selanjutnya ditambahkan 30ml campuran pelarut yang terdiri dari 60% asam asetat
glacial dan 40% klorofom. Selanjutnya larutan dicampurkan dengan menggoyangkan
erlenmayer dengan stiring kuat selama kurang lebih 1 menit. Lalu ditambahkan 0,5ml
larutan Kl jenuh sembari dikocook dan dimasukkan dalam waktu 1 menit. Lalu
ditambahkan air dihomogenkan dan ditambahkan 1ml indicator pati. Lalu ditirasi
dengan larutan natrium tiosulfat 0,0100N hingga warna biru hilang. Hasil dinyatakan
dalam milliquavilen per 1000gr minyak dengan rumus sebagai berikut.
AxN
Bilangan periksoda= X 100
GX
Keterangan:
A= Volume natriu tiosulfat (mL)
N= Normalitas natrium tiosulfat
G= Berat sampel (gr)

III.6.6 Bilangan Iod (Meida, dkk, 2012)


Bilangan iod pada VCO dilakukan dengan Langkah awal yaitu VCO ditimbang
sejumlah 1gr dalam erlenmayer secara tertutup lalu ditambahkan larutan kloroform
sejumlah 20ml dan 25ml larutan wijs dan biarkan ditempat gelap selama 30 menit
dengan kadang-kadang digojog. Lalu ditambahkan larutan air yang telah mendidih
sejumlah 10% atau 25ml lalu ditirasi dengan natrium thiosulfat 0,1N hingga larutan
berwarna kuning pucat lalu ditambahkan larutan amilum 2ml titrasi hingga warna biru
hilang. Bilangan iod dapat dihitung menggunakan rumus :
Titrasi ( B−S ) X N X 12,69
Bilangan Iod =
w
III.6.7 Bilangan Penyabunan (AOAC, 1999 dalam Nasir, 2014)
Sampel minyak ditimbang sebanyak 1,5-5 gram menggunakan timbangan
analitik dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Sampel kemudian ditambahkan 50 ml
larutan KOH yang dibuat menggunakan 40 g KOH dalam 1 liter alkohol. Selanjutnya,
sampel ditutup dalam pendingin balik dan dipanaskan selama 30 menit. Sampel yang
telah dipanaskan, selanjutnya didinginkan dan ditambahkan indicator pp (phenopthalin),
kemudian dilakukan titrasi menggunakan larutan KOH dengan larutan standar 0,5 N
HCL. Bilangan dapat dihitung menggunakan rumus :
28,05 x (t .blanko – t .contoh)
Berat sampel
III.6.8 Tingkat Kejernihan (Laga dkk, 2019)
Tinglat Kejernihan VCO diukur dengan menggunakan sprektrofotometer (Badan
Standar Nasional, 1998). Minyak VCO yang telah disiapkan dimasukkan kedalam kuvet
kemudian trnasmisidijkur dengan panjang gelombang 395 nm. Adapun blanko gang
digunakan gaitu air demineralisaai, selanjutnya hasil absorbansi yang diperoleh dihitung
menggunakan rukus (A= 2-log Transmittance) untuk menghasilkan tingkat kejernihan

XDAFTAR PUSTAKA

Abulkhair Abdullah. (2014). Mencit (Mus Musculus) Sebagai Hewan Uji Coba.Makalah
Farmasi FIS Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.
Abichandani, S., dan Ramesh N., 2012. Cross Contamination in dentistry: A
Comprehensive overview. Journal of Education and Ethics in Dentistry vol. 2.
Adrianto. 2014. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta.
Aditiya, R., Rusmarilin, H., & Limbong, L. N. (2014). Optimasi Pembuatan Virgin
Coconut Oil (Vco) Dengan Penambahan Ragi Roti (Saccharomyces Cerevisiae)
Dan Lama Fermentasi Dengan Vco Pancingan. Jurnal Rekayasa Pangan Dan
Pertanian, 2(2), 51-57.
Ahmad Dkk., (2013), Kualitas Virgin Coconut Oil Yang Dibuat Pada Metode
Pemanasan. Jurnal Fakultas MIPA, Universitas Sam Ratulangi.
Amri, S., & Utomo, M. P. (2017). Preparasi Dan Karakterisasi Komposit Zno-Zeolit
Untuk Fotodegradasi Zat Warna Congo Red. Jurnal Kimia Dasar, 6(2), 29-36.
Anwar, C., & Salima, R. (2016). Perubahan Rendemen Dan Mutu Virgin Coconut Oil
(VCO) Pada Berbagai Kecepatan Putar Dan Lama Waktu Sentrifugasi (Yield
Changes And Virgin Coconut Oil (VCO) Quality In Various Rotational Speed And
Centrifugal Time). Jurnal Teknotan, 10(2), 52.
Arnelda Meida, dkk, 2012. Optimalisasi Penggunaan Enzim Bromelin dari Sari
Bonggol Nanas dalam Pembuatan Minuak Kelapa. Indonesian Journal of
Chemical Science. Indo. J. Chem. Sci. 1 (1) (2012). ISSN NO 2252-6951.
Augustyn H. G. 2012. Pengaruh Penambahan Ekstrak Buah Pepaya (Carica Papaya L.)
Terhadap Mutu Minyak Kelapa Murni.
Boedi, Soelistijono. dan Devi Tiara. 2013. “Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Model Altman
Revisi”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 14, No. 1, pp. 63-65.
Department of Agriculture PHILIPPINE COCONUT AUTHORITY Elliptical Road,
Diliman, Quezon City, 2014
Doni Adi Nugroho. 2016. Analisis Kelayakan Ekonomi Pada Industri Virgin Coconut
Oil (VCO) Di Sukorejo Kecamatan Sumber Sari Kabupaten Jember. Skripsi.
Ghani, N. A. A., Channip, A. A., Chok Hwee Hwa, P., Ja'afar, F., Yasin, H. M., &
Usman, A. (2018). Physicochemical Properties, Antioxidant Capacities, And
Metal Contents Of Virgin Coconut Oil Produced By Wet And Dry Processes.
Food Science & Nutrition, 6(5), 1298-1306.
Hutapea, E. M., Iwantono, R. F., & Saktioto, A. 2017. Pembuatan Dan Karakterisasi
Karbon Aktif Dari Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) Dengan Aktivasi KOH
Berbantuan Gelombang Mikro. Jurnal Komunitas Fisika Indonesia, 14(02).
Irvantino, B. (2013). Preparasi Katalis Ni/Zeolit Alam Dengan Metode Sonokimia
Untuk Perengkahan Katalitik Polipropilen Dan Polietilen (Doctoral Dissertation,
Universitas Negeri Semarang).
Jahan-Parwar, et al. 2011. Lips and Perioral Region Anatomy. Dilihat dari
http://emedicine.medscape.com/article/835209-overview#al
Jumiati, E., Darwanto, D. H., & Hartono, S. (2013). Analisis Saluran Pemasaran Dan
Marjin Pemasaran Kelapa Dalam Di Daerah Perbatasan Kalimantan
Timur. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian Dan Kehutanan, 12(1), 1-10.
Khater, H.F., 2012. Prospect Of Botanical Biopesticides In Insect Post Management.
UK: Science Reuters, 3 (12): 641-656.
Laga, M. Dkk. 2019. Variation of filter media type and thickness combination for
coconut oil filtration. ICROEST. 343. 1-6.
Lempang, M. (2014). Pembuatan Dan Kegunaan Arang Aktif. Buletin Eboni, 11(2), 65-
80.
Liang B.J. Lehman, D. S. (2011). Pengaruh Biochar dari Limbah Sagu Terhadap
Pelindian Nitrogen di Lahan Kering Masam. Vol. 11, No. 2.
Lubis, A.A. (2016). Penetapan Kadar Air pada Minyak Kelapa Sawit (CPO) Hasil
Produksi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina.Tugas
Akhir. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
Marlina, M., Wijayanti, D., Yudiastari, I. P., & Safitri, L. (2018). Pembuatan Virgin
Coconut Oil Dari Kelapa Hibrida Menggunakan Metode Penggaraman Dengan
Nacl Dan Garam Dapur. Jurnal Chemurgy, 1(2), 7-12.
Muharun, M., & Apriyanto, M. 2014. Pengolahan Minyak Kelapa Murni (Vco) Dengan
Metode Fermentasi Menggunakan Ragi Tape Merk Nkl. Jurnal Teknologi
Pertanian, 3(2), 9-14.
Mujdalipah, S. (2016). Pengaruh Ragi Tradisional Indonesia Dalam Proses Fermentasi
Santan Terhadap Karakteristik Rendemen, Kadar Air, Dan Kadar Asam Lemak
Bebas Virgin Coconut Oil (VCO). Edufortech, 1(1).
Nurhayati, N. D., & Utomo, S. B. (2016). Modifikasi Zeolit Alam Sebagai Katalis
Melalui Pengembangan Logam Tembaga. In Seminar Nasional Kimia Dan
Pendidikan Kimia (Vol. 8, Pp. 222-226).
O’Brien RD. 2004. Fats And Oils; Formulating And Processing For Applications.
Second Ed. London: CRC Press LLC.
Pontoh, J., Surbakti, M. B., & Papilaya, M. (2019). Kualitas Virgin Coconut Oil Dari
Beberapa Metode Pembuatan. Chemistry Progress, 1(1), 60-65.
R. P. Schouwstra, E. D. Kinloch And C. A. Lee. 2008. A Short Geological Review Of
The Bushveld Complex
Reddy LR, Saimadhavi N, Refdy SR, Ramesh T, Reddy PM & Saikiran CH. 2014. Oral
Hygiene Practice and Habits Among Dental Students and Staff in a dental college,
India.Cumhuriyet Dental Journal. Vol 17, pp, 7-13.
Rukmana, R., & Yudirachman, H. H. (2016). Untung Berlipat Dari Budi Daya Kelapa
Tanaman Multi Manfaat. ANDI, Yogyakarta.
Salamah, S. (2008). Pembuatan Karbon Aktif Dari Kulit Buah Mahoni Dengan
Perlakuan Perendaman Dalam Larutan KOH. In Prosiding Seminar Nasional
Teknoin.
Sangi, M. (2019). Kualitas Pemurnian Virgin Coconut Oil (Vco) Menggunakan
Beberapa Adsorben. Chemistry Progress, 3(2).
Setyaningsih, D., Apriyantono, A., & Sari, M. P. (2014). Analisis Sensori Untuk
Industri Pangan Dan Argo. PT Penerbit IPB Press.
Sitorus, O, D. (2014). Peningkatan Potensi Campuran Serat Sabut Kelapa Dan Serbuk
Kayu Gergaji Terkativasi H2SO4 Sebagai Media Adsorben Zat Warna Terhadap
Limbah Kain Songket (Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
Sutarmi, Dan Hartin Rozalina. 2005. Taklukkan Penyakit Dengan VCO, Jakarta:
Penebar Swadaya.
Tauhidayatul Hidayat, Herliana Rosika, 2020. The Effect of the Fermentation Starter on
the VCO Making. SIJ, Volume 3, Nomor 1, May 2020, Hal. 41-48
Togar, Y. M. (2012). Preparasi Katalis Praseodimium Oksida/Zeolit Klinoptilotit Aktif
Untuk Meningkatkan Bilangan Oktana Pada Gasolin. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok.
Ummah, I. L. (2012). Sintesis Silika Gel Menggunakan Metode Sol-Gel Dan
Aplikasinya Terhadap Absorpsi Kelembaban Udara. 0-216.
Yunanda, R. dkk., 2013, Penggunaan Pasir Kuarsa Sebagai Bahan Pengganti Semen
Tipe I Pada Disain Beton K- 250 Dan K-300, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang, Padang.
LAMPIRAN

1. Diagram Alir Preparasi Pasir Silika


Pasir silika

Dicuci hingga bersih

Dimasak (t= 1 Jam, T=


100oC)

Disaring

Dikeringkan menggunakan
Oven blower T = 60oC

Pasir akhir

2. Diagram Alir Penambahan Arang Aktif pada VCO


Zeolit

Dicuci

Ditiriskan

Dikeringkan
(t= 75, T=125 oC)

Disimpan didalam desikator

Ditimbang dengan
perlakuan
P1= 0,5 %
P2= 1 %
P3= 1,5%

Dihomogenkan
menggunakan sentrifugasi

Dimasukkan dalam
kromatografi

Ditambahkan lapisan zeolit


dan pasir silika dengan
perlakuan
P1= 5 cm
P2= 10 cm
P3= 15 cm

Anda mungkin juga menyukai