Laporan Resmi Uji Lemak
Laporan Resmi Uji Lemak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
1.1 Bagaimana mendeteksi keberadaan lemak dalam berbagai bahan
makanan?
2. Uji Kelarutan Lemak
2.1 Bagaimana mendeteksi kelarutan lemak dalam berbagai bahan
pelarut?
3. Mendeteksi Tingkat Kejenuhan Asam Lemak
3.1 Bagaimana cara menentukan suatu asam lemak termasuk asam lemak
jenuh atau tidak jenuh?
C. Tujuan
1. Uji Keberadaan Lemak
1.1 Dapat mendeteksi keberadaan lemak dalam berbagai bahan makanan
2. Uji Kelarutan Lemak
2.1 Dapat mendeteksi kelarutan lemak dalam berbagai bahan pelarut
3. Mendeteksi Tingkat Kejenuhan Asam Lemak
3.1 Dapat menentukan suatu asam lemak termasuk asam lemak jenuh atau
tidak jenuh
D. Manfaat
1. Uji Keberadaan Lemak
1.2 Dengan dilaksankannya praktikum uji keberadaan lemak mahasiswa
serta masyarakat dapat mengetahui dan mendeteksi keberadaan lemak
dalam berbagai bahan makanan
2. Uji Kelarutan Lemak
2.2 Dengan dilaksankannya praktikum uji kelarutan lemak mahasiswa
serta masyarakat dapat mengetahui dan mendeteksi kelarutan lemak
dalam berbagai bahan pelarut
3. Mendeteksi Tingkat Kejenuhan Asam Lemak
3.2 Dengan dilaksankannya praktikum uji deteksi tingkat kejenuhan asam
lemak mahasiswa serta masyarakat dapat mengetahui dan menentukan
suatu asam lemak termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Lemak adalah garam yang terbentuk dari penyatuan asam lemak dengan
alkohol organik yang disebut gliserol atau gliserin. Lemak yang dapat mencair
dalam temperatur biasa disebut minyak, sedangkan dalam bentuk padat disebut
lemak. Seperti halnya karbohidrat, lemak tersusun atas molekul karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O2) dengan jumlah atom lebih banyak, misalnya
stearin (C57H10O6 ). Sifat-sifat lemak antara lain mengapung pada permukaan
air, tidak larut dalam air, mencair pada suhu tertentu, dan dapat melarutkan
vitamin A, D, E, dan K. Manfaat lemak dalam tubuh adalah sebagai sumber
energi, melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus dan dapat
memperlama masa kenyang (Surbakti, 2010).
Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut
dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti
kloroform dan eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangun pada hampir
semua lipid. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai
atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan
ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid
bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger
1982).
3
materi biologis. Emulsi adalah dispersi atau suspensi mestabil suatu cairan lain
yang kedua tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil
diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent
yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan
(Sakinah, 2011).
4
dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes); (2)
lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan,
contohnya fosfolipid, serebrosida; (3) derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan
oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Di
samping itu, berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua
golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis
dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya
steroid (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
5
jenuh yang banyak terdapat di alam adalah asam lemak beratom C16. Ikatan
ganda (rangkap) kalau hanya sebuah terdapat pada atom nomor 9, bilamana
terdapat lebih dari satu, maka ikatan atom C rangkap berikutnya terjadi dengan
antara tiga buah atom C (Martoharsono, 2012).
Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi
analisis kualitatif maupun kuantitatif. Uji-uji kualitatif lipid diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Uji Kelarutan Lipid
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap
berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka
hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat
nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar
(Garjito, 1980). Uji kelarutan dapat digunakan untuk mengetahui sifat
kepolaran pelarut. Lemak atau lipid tidak dapat larut dalam pelarut yang
bersifat polar, namun lemak dapat larut dalam pelarut non-polar (Sumardjo,
2008)
2. Uji Kejenuhan Pada Lipid
Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji
apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan
pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam
lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok
6
sampai bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan
ke dalam tabung sambil dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap
campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak
jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki
ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam
lemak ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna
kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar
menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon
asam lemak. Menurut Kusnandar (2010), pereaksi iodium akan mengoksidasi
asam lemak yang memiliki ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan
tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa
asam lemak tidak jenuh telah mereduksi pereaksi iodium.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan
rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi
iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap
pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang
selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi
pereaksi iod huble (Budha,K.,1981).
3. Uji Bilangan Iod
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu
ruangan,sedangkan lemak yang barasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak
yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh,sedangkan
lemak cair atau yang basa disebut minyak mengandung asam lemak tidak
jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang
berbeda-beda. Untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang
terkandung didalamnya diukur dengan bilangan iodium. Iodium dapat bereaksi
dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan
reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan
rangkap,makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi.
Dikehidupan sehari hari kita mengenal lemak atau lipid, Lemak dan
minyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak
hewan. Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung,
7
minyak zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak berbentuk padat
dan minyak adalah cairan, keduanya mempunyai struktur dasar yang sama.
Lemak dan minyak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida.
(Hart, 1987).
4. Uji Acrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi
dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan
aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein
digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak
dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan
menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid
tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau
seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih (Ketaren, 1986).
5. Uji Ketengikan
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini,
diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang
disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan
HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol.
Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas
digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk
CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang
ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah
unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal
bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir
oksidasi akan dihasilkan peroksida (Syamsu,2007).
6. Uji Salkowski Untuk Kolesterol
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk
mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan
kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat.
Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam
sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas
8
menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning
dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh 2008).
7. Uji Lieberman Buchard
Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip
uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam
sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam
larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam
sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa
menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat
ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air
berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi
membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang
mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini
menandakan hasil yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya
perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu
dan akhirnya menjadi hijau tua (WikiAnswers, 2013).
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Hari : Senin
Tanggal : 30April 2018
Pukul : 12.00 - selesai
Tempat : Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya
C. Variabel
1. Uji keberadaan lemak
Variabel kontrol : tidak memiliki
Variabel respon :
Variabel respon :
Variabel respon :
10
1) Perubahan adanya warna
D. Alat dan Bahan
1. Alat
- Mortar dan alu
- HVS putih
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet
- Spatula
2. Bahan
- Mentega
- Minyak goreng
- Kacang tanah
- Kacang hijau
- Apel
- Wortel
- Kentang
- Mayonaise
- Minyak zaitun
- Aquades
- Etanol
- Klorofom
- Natrium karbonat
- Lugol
E. Rancangan Percobaan
1. Uji keberadaan lemak
11
Bahan makanan lunak (mentega, minyak goreng)
12
Aquadest, kloroform, etanol, dan NaCO3
13
Minyak zaitun
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 1 ml dengan kloroform
Ditambahkan 3 tetes lugol
Dihomogenkan dengan dikocok kuat-kuat
Diamati perubahan warna yang terjadi
Perubahan warna
Mayonaise
Perubahan warna
14
BAB IV
Hasil
Nama Bahan Kondisi kertas HVS setelah
Tidak
Makanan digoresi bahan makanan Berlemak
berlemak
Mentega Terdapat noda transparan (++ √
+)
Minyak goring Terdapat noda transparan (++ √
+)
Kacang tanah Terdapat noda transparan (++) √
Kacang hijau Tidak terdapat noda √
transparan
Kentang Terdapat noda transparan (+) √
Apel Tidak terdapat noda √
transparan
Wortel Tidak terdapat noda √
transparan
Keterangan : + = kurang jelas
++ = jelas
Nama Bahan Hasil penetesan pada kertas saring setelah dilarutkan dalam
Makanan Akuades Etanol Kloroform NaCO3
Minyak Terdapat noda Terdapat noda Terdapat Terdapat
zaitun transparan dan transparan (+ noda nooda
tidak terlalu ++) transparan (++ transparan
15
transparan Larut +) dan tidak
Tidak larut Larut transparan
berwarna
kuning (++).
Tidak larut
Mayonaise Terdapat noda Terdapat noda Terdapat noda Terdapat
transparan dan transparan (+ transparan (+) nooda
tidak terlalu +) Larut transparan
transparan Larut dan tidak
Tidak larut transparan
berwarna
kuning (+).
Tidak larut
Keterangan : + = kurang jelas
++ = jelas
2. Analisis
Mentega memiliki warna awal kuning dan kertas HVS yang berwarna putih.
Mentega dioleskan di kertas hvs dan ditunggu hingga cukup kering lalu diamati.
Hasilnya terdapat noda transparan (+++) sehingga berlemak.
16
Minyak goreng memiliki warna awal kuning dan kertas HVS yang berwarna
putih. Minyak goreng dioleskan di kertas hvs dan ditunggu hingga cukup kering
lalu diamati. Hasilnya terdapat noda transparan (+++) sehingga berlemak.
Kacang tanah memiliki warna awal putih kecoklatan dan kertas HVS yang
berwarna putih. Kacang tanah dioleskan di kertas hvs dan ditunggu hingga cukup
kering lalu diamati. Hasilnya terdapat noda transparan (++)sehingga berlemak.
Kacang hijau memiliki warna awal putih kehijauan dan kertas HVS yang
berwarna putih. Kacang hijau dioleskan di kertas hvs dan ditunggu hingga cukup
kering lalu diamati. Hasilnya tidak terdapat noda transparan sehingga tidak
berlemak.
Kentang memiliki warna awal coklat(+++) dan kertas HVS yang berwarna
putih. Kentang dioleskan di kertas hvs dan ditunggu hingga cukup kering lalu
diamati. Hasilnya terdapat noda transparan (+) sehingga berlemak.
Apel memiliki warna awal coklat(+++) dan kertas HVS yang berwarna
putih. Apel dioleskan di kertas hvs dan ditunggu hingga cukup kering lalu
diamati. Hasilnya tidak terdapat noda transparan sehingga tidak berlemak.
Wortel memiliki warna awal orange(+++) dan kertas HVS yang berwarna
putih. Wortel dioleskan di kertas hvs dan ditunggu hingga cukup kering lalu
diamati. Hasilnya tidak terdapat noda transparan sehingga tidak berlemak.
17
Minyak zaitun yang memiliki warna awal putih kehijauan dicampurkan
dengan kloroform yang berwarna putih kemerahan lalu dikocok dan diteteskan ke
kertas saring kemudian ditunggu hingga cukup kering dan diamati hasilnya
terdapat noda transparan (+++) sehingga minyak zaitun larut dalam kloroform.
Minyak zaitun yang memiliki warna awal putih kehijauan dicampurkan
dengan NaCO3 yang tidak berwarna lalu dikocok dan diteteskan ke kertas saring
kemudian ditunggu hingga cukup kering dan diamati hasilnya terdapat noda
transparan dan tidak transparan berwarna kuning(++) sehingga minyak zaitun
larut tidak dalam NaCO3.
Mayonaise yang memiliki warna awal putih (+++) dicampurkan dengan
akuades yang tidak berwarna lalu dikocok dan diteteskan ke kertas saring
kemudian ditunggu hingga cukup kering dan diamati hasilnya terdapat noda
transparan dan tidak terlalu transparan sehingga mayonaise tidak larut dalam
aquades.
Mayonaise yang memiliki warna awal putih (+++) dicampurkan dengan
etanol yang tidak berwarna lalu dikocok dan diteteskan ke kertas saring kemudian
ditunggu hingga cukup kering dan diamati hasilnya terdapat noda transparan (++)
sehingga mayonaise larut dalam etanol.
Mayonaise yang memiliki warna awal putih (+++) dicampurkan dengan
kloroform yang berwarna putih kemerahan lalu dikocok dan diteteskan ke kertas
saring kemudian ditunggu hingga cukup kering dan diamati hasilnya terdapat
noda transparan (+) sehingga minyak larut dalam kloroform.
Mayonaise yang memiliki warna awal putih (+++) dicampurkan dengan
NaCO3 yang tidak berwarna lalu dikocok dan diteteskan ke kertas saring
kemudian ditunggu hingga cukup kering dan diamati hasilnya terdapat noda
transparan dan tidak transparan berwarna kuning(+) sehingga mayonaise larut
tidak dalam NaCO3.
18
Mayonaise yang memiliki warna awal putih(+++) ditambahkan dengan lygol
yang berwarna coklat lalu dikocok dan diamati hasilnya berubah warna menjadi
coklat pekat.
B. Pembahasan
Uji keberadaan lemak
Pada percobaan yang kami lakukan, bahan yang menghasilkan noda pada
kertas HVS adalah mentega, minyak goreng, dan kacang tanah. Ketiga bahan
tersebut mengandung lemak karena di kertas hvs terlihat adanya noda transparan
yang sangat jelas. Sedangkan pada percobaan pada kacang hijau tidak terdapat
noda yang berarti tidak ada lemak, hal ini berbeda dengan teori yang seharusnya
kacang hijau mengandung lemak karena memiliki banyak omega 3. Kesalahan ini
dapat disebabkan karena kemungkinan kacang hijau yang terlalu kering serta
praktikan yang kurang teliti dalam praktikum. Apel dan wortel tidak terdapat noda
transparan adanya hanya noda bekas warna karena mengandung pigmen yang
berwarna, sehingga kedua bahan uji tersebut tidak mengandung lemak. Kentang
tidak menghasilkan noda. Seharusnya pada kentang terdapat noda karena bahan
tersebut juga mengandung adanya lemak yang sangat sedikit yaitu dari 100gr
19
kentang hanya 0,1gr lemak yang dimiliki, namun pada percobaan kami tidak
muncul noda. Kesalahan ini mungkin disebabkan oleh kurangnya ketelitian kami
dalam mengoleskan dan mengamati hasil bahan uji.
Pada umumnya lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut
dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform,
aseton, benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam air akan
membentuk emulsi yang tidak stabil karena bila dibiarkan, maka kedua cairan
akan memisah menjadi dua lapisan. Uji kelarutan dapat digunakan untuk
mengetahui sifat kepolaran pelarut. Lemak atau lipid tidak dapat larut dalam
pelarut yang bersifat polar, namun lemak dapat larut dalam pelarut non-polar
(Sumardjo, 2008)
Pada percobaan kami, minyak zaitun dan mayonaise muncul noda transparan
yang sangat jelas dan tidak ada noda yang tidak transparan disekitarnya ketika
dihomogenkan dengan etanol dan klorofom sehingga menunjukkan bahwa minyak
zaitun dan mayonaise larut dalam kloroform dan etanol. Sedangkan ketika
dihomogenkan dengan akuades dan NaCO3 lalu diteteskan ke kertas saring
memunculkan noda transparan dan tidak transparan. Hal ini menunjukkan bahwa
minyak zaitun dan mayonaise tidak dapat larut karena adanya noda yang tidak
terlalu transparan yang ada disekitar noda transparan dalam pengujian dengan
aquades dan NaCO3. Kloroform dapat melarutkan lemak karena termasuk dalam
pelarut organik sehingga dapat larut sempurna dan etanol dapat melarutkan lemak
karena mempunyai kelarutan yang relatif tinggi dan bersifat inert sehingga tidak
bereaksi dengan komponen lainnya. Etanol memiliki titik didih yang rendah
sehingga memudahkan pemisahan minyak dari pelarutnya dalam proses distilasi.
20
Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan
rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Trigliserida yang mengandung
asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen.
Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak
tak jenuh telah mereduksi pereaksi lugol. Ikatan karbon pada asam lemak yang tak
jenuh sangat renggang dan masih memiliki sisi kosong yang belum berikatan
sehingga saat ditetesi lugol, lugol akan memenuhi ikatan dan memeprtahankan
warnanya. Sedangkan pada asa lemak jenuh ikatan karbon sudah penuh dan lebih
rapat dan ketika ditetesi lugol tidak akan mengalami perubahan warna karena
mempertahankan warna aslinya.
Pada percobaan kami, perubahan warna terjadi pada kedua bahan yang
diuji, yaitu minyak zaitun dan mayonnaise. Pada minyak zaitun yang tidak
berwarna berubah menjadi berwarna merah bata. Hal ini mengindikasikan bahwa
minyak zaitun mengandung asam lemak tak jenuh karena mengalami perubahan
warna sesuai dengan warna lugol. Sedangkan pada mayonaise setelah ditetesi
lugol teteap mempertahankan warnanya yaitu menjadi coklat. Sehingga
mayonaise mengandung asam lemak jenuh karena tidak teteap mempertahankan
warnanya.
C. Diskusi
1. Uji keberadaan lemak
1) Bahan makanan manakah yang meninggalkan noda berminyak?
Jawab :
Mentega, minyak goreng, kacang tanah
21
Karena makanan yang mengandung lemak tidak kering atau terlarut
pada saat dipanaskan diatas kertas sehingga makanan yang
mengandung lemak tersebut tidak dapat menguap atau mengering pada
suhu kamar dan akhirnya meninggalkan bekas kuning yang
mengandung minyak yang tidak dapat diserap baik oleh kertas, lain
halnya zat makanan yang mengandung air sehingga saat dipanaskan
mampu menguap dan mampu kering dan tidak meninggalkan bekas
kuning dipanaskan di atas kertas.
2. Uji kelarutan lemak
1) Bahan makanan manakah yang meninggalkan noda berminyak?
Jawab :
Minyak zaitun yang ditetesi etanol, klorofom serta mayonnaise yang
ditetesi klorofom dan etanol.
22
1) Bahan makanan manakah yang warnanya tetap?
Jawab :
Mayonaise
BAB V
PENUTUP
- Simpulan
- Pengujian keberadaan lemak dalam bahan uji dapat dilakukan dengan cara
sederhana yaitu dengan penggoresan bahan uji ke kertas HVS atau kertas
23
buram. Noda transparan yang dihasilkan pada kertas setelah bekas goresan
mengering menunjukkan keberadaan lemak pada bahan uji.
- Pengujian kelarutan lemak dilakukan dengan cara menghomogenkan
sampel bahan uji dengan berbagai pelarut. Apabila setelah dihomogenkan
kemudian diteteskan ke kertas saring menghasilkan hanya bekas noda
transparan setelah kering, maka noda transparan tersebut menunjukkan
adanya lemak yang terlarut dalam larutan tersebut.
- Pendeteksian jenis asam lemak jenuh dan tak jenuh dilakukan dengan
pengujian sampel ditambahkan dengan lugol. Apabila terjadi perubahan
warna, maka bahan sampel termasuk asam lemak tak jenuh dan jika tidak
berubah maka termasuk asam lemak jenuh.
- Saran
- Hendaknya pada praktikum selanjutnya praktikum dapat berjalan lebih
efisien
- Praktikan hendaknya lebih fokus dan teliti dalam mengamati perubahan
warna yang terjadi serta bila memberikan data praktikum lebih lengkap
- Praktikan harus mematuhi prosedur kerja agar meminimalisir terjadinya
kesalahan
- Praktikan harus lebih berhati-hati karena berhubungan dengan zat kimia
serta mempersiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : Erlangga
24
Jakarta: EGC.
Jakarta.
LAMPIRAN
Foto Keterangan
25
Bahan yang digunakan
26
27