Anda di halaman 1dari 3

Nama : Indriani Maitulung

NIM : 201832003
Mata Kuliah : Interaksi Obat

INTERAKSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS


Kasus tuberkulosis (TB) dapat digolongkan berdasarkan tempat infeksi, beratnya penyakit,
hasil pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan sebelumnya.
 OAT dan Rifampisin
Rifampisin merupakan komponen kunci dalam setiap regimen pengobatan. Sebagaimana
halnya INH, rifampisin juga sebaiknya selalu diikutkan kecuali bila ada kontraindikasi. Pada
dua bulan pertama pengobatan dengan rifampisin, sering terjadi gangguan sementara pada
fungsi hati (peningkatan transaminase serum), tetapi biasanya tidak memerlukan penghentian
pengobatan. Kadang-kadang terjadi gangguan fungsi hati yang serius yang mengharuskan
penggantian obat terutama pada pasien dengan riwayat penyakit hati. Selama fase intermiten
(fase lanjutan) dilaporkan adanya 6 gejala toks is itas: influenza, sakit perut, gejala
pernafasan, syok, gagal ginjal, purpura trombositopenia, dialami oleh 20-30% pasien.
Rifampisin menginduksi enzim-enzim hati sehingga mempercepat metabolisme obat lain
seperti estrogen, kortikosteroid, fenitoin, sulfonilurea dan antikoagulan.
Interaksi obat: peggunaan dengan antasida, opiat, antikolinergik dan ketokonazol,
berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal, obat antiretroviral (non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitors dan protease inhibitors). Interaksi laboratorium: positif palsu dengan
metode KIMS (Kinetic Interaction of Microparticles in Solution).

 OAT dan Fenitoin


Interaksi Obat: Penggunaan fenitoin bersama beberapa obat tertentu dapat meningkatkan
kadar obat, menurunkan kadar obat, atau mengganggu fungsi obat. Selain itu, terdapat juga
interaksi obat yang tidak bisa diprediksi, seperti pada penggunaan
bersama phenobarbital atau asam valproat.

 OAT dan Obat Tiroid


- Levothyroxine
Interaksi Obat: Levothyroxine dengan Obat Lain: Penggunaan levothyroxine bersama obat
lain dapat menyebabkan beberapa efek interaksi obat, seperti:
1. Penurunan penyerapan levothyroxine jika digunakan dengan zat besi, antasida, asam
empedu, cholestyramine, simeticone, kalsium karbonat, atau sukralfat
2. Penurunan kadar hormon tri-iodothyronine (T3) dalam darah jika digunakan
dengan amiodarone atau propranolol
3. Penurunan kadar levothyroxine dalam darah jika digunakan dengan carbamazepine,
phenytoin, phenobarbital, rifampicin, lithium, estrogen, hormon androgen,
atau sertraline.
4. Pengaruh terhadap efektivitas obat antidiabetes
5. Peningkatan risiko terjadinya hipertensi atau takikardia jika digunakan
dengan ketamine
6. Peningkatan risiko terjadinya efek samping, seperti tekanan darah tinggi, jantung
berdebar, atau nyeri dada jika digunakan dengan epinephrine 
7. Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan warfarin  

 OAT dan Pil Pelangsing


- Levonorgestrel/ Etinil Estradiol
Interaksi obat: di antaranya dengan obat yang menginduksi CYP3A4, seperti phenytoin,
lamotrigine, dan griseofulvin.
 OAT dan Diuretika
- Hydrochlorothiazide

Interaksi Hydrochlorothiazide dengan Obat Lain: Menggunakan hydrochlorothiazide


bersamaan dengan obat lain dapat menimbulkan efek interaksi, antara lain:
1. Peningkatan risiko terjadinya sunburn jika digunakan bersama asam aminolevulinik
2. Peningkatan risiko terjadinya denyut jantung tidak teratur jika digunakan
bersama amiodarone, dolasetron, cisapride, atau pimozide
3. Peningkatan efektivitas dari lithium
4. Peningkatan risiko terjadinya hipokalemia jika digunakan bersama obat salbutamol
5. Penurunan penyerapan hydrochlorothiazide jika digunakan bersama cholestyramine
6. Peningkatan risiko terjadinya hipotensi ortostatik jika digunakan bersama
phenobarbital atau morfin
7. Penurunan efektivitas obat hydrocholorothiazide jika digunakan dengan nonsteroidal
anti-inflammatory drugs (NSAIDs)
8. Peningkatan efektivitas obat neuromuscular blocking drugs (NMBDs) atau pelemas
otot nondepolarisasi, sepert tubocurarine

 OAT dan Kostikosteroid


Interaksi obat: Ritonavir: penggunaan bersama flutikason intranasal harus dihindari
karena menimbulkan efek sistemik kortikosteroid seperti sindroma Cushing dan
menekan fungsi ginjal. Ketokonazol: meningkatkan paparan sistemik terhadap
flutikason propionat.

INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES

 Obat Diabetes dan Metilfenidat (Ritalin)


Interaksi Methylphenidate dengan Obat Lain:
Beberapa efek interaksi antarobat yang dapat terjadi jika methylphenidate digunakan dengan
obat-obatan tertentu adalah:
1. Peningkatan risiko terjadinya krisis hipertensi yang bisa berakibat fatal jika digunakan
bersama obat golongan monoamine oxidase inhibitors (MAOI), seperti isocaboxazid
atau selegiline
2. Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari obat clonidine
3. Peningkatan kadar obat phenytoin dan obat antidepresan trisiklik dalam darah
4. Penurunan efektivitas obat antihipertensi

 Obat Diabetes (Oral) – Fenitoin (Dilantin)


Efek obat diabetes dilawan. Akibatnya : kadar gula darah dapat tetap terlalu tinggi. Gejala
hiperglikemia yang dilaporkan : haus berlebihan, pengeluaran urin banyak, kehilangan berat
badan, lapar, letargi, mengantuk, kehilangan koordinasi. Fenitoin digunakan untuk
mengendalikan serangan pada kelainan seperti ayan. Obat sejenis fenitoin yang berinteraksi
adalah : mesantoin (mefenitoin), dan Peganone (etotoin)
 Obat Diabetes (oral) – Rifampicin (Rifadin, Rimactane)
Efek obat diabetes berkurang. Akibatnya : kadar gula darah tetap terlalu tinggi. Gejala
hiperglikemia yang dilaporkan : haus berlebihan, pengeluaran urin banyak, kehilangan berat
badan, lapar, letergi, mengantuk, kehilangan koordinasi. Rifampicin digunakan untuk
mengobati tuberculosis dan dapat diberikan pada orang yang diduga pengidap meningitis.
 Obat Diabetes (oral dan insulin) – Obat Tiroid
Efek obat diabetes berkurang. Akibatnya : kadar gula darah dapat tetap terlalu tinggi. Gejala
hiperglikemia yang dilaporkan : haus berlebihan, pengeluaran urin banyak, kehilangan berat
badan, lapar, letargi, mengantuk, kehilangan koordinasi. Hormon tiroid digunakan sebagai
terapi pengganti tiroid pada hipotiroidisme atau gondok (pembesaran kelenjar tiroid).
Nama paten obat tiroid (nama generic kelenjar ):
Armour tyroid (tiroid)
Cytomel (liotironim)
Euthroid (liotriks)
Levothroid (Levotiroksin)
Proloid (Tiroglobulin)

Anda mungkin juga menyukai