Anda di halaman 1dari 5

172

ASUHAN KEPERAWATAN INTENSIF PADA PASIEN PUTUS


ZAT OPIOID
Masalah Napza (Narkotika, Psikotropika dan zat-zat aditif ) dan alkohol merupakan suatu
masalah yang kompleks, dampak yang ditimbulkan tidak hanya fisik tetapi juga terhadap mental,
perilaku, dan sosial.
Seseorang yang telah ketergantungan Napza akan menggunakan zat yang biasa digunakannya
terus menerus untuk mencegah timbulnya gejala putus zat /withdrawal. Setiap zat yang
digunakan, akan berbeda-beda withdrawal atau putus zatnya. Umumnya menimbulkan
ketergantungan secara fisik dan psikologis .Ketergantungan fisik mengakibatkan munculnya
gejala putus zat / withdrawal seperti nyeri otot, mual dan muntah, kram perut, diare dan gejala
fisik lainnya. Ketergantungan psikologis berdampak pada perubahan perilaku seperti mencederai
diri sendiri, orang lain dan merusak lingkungan.
Agar dapat membantu pasien mengontrol perilaku putus zatnya, perawat perlu memahami
penanganan pasien dengan putus zat yang membahayakan diri dan orang lain, maka pasien
dengan kondisi tersebut membutuhkan penanganan yang intensif di ruang UPIP

1. ASUHAN KEPERAWATAN INTENSIF PADA PASIEN WITHDRAWAL (PUTUS


ZAT) GOLONGAN OPIOID
B. Pengertian
Withdrawal/putus zat opioid adalah gejala yang timbul pada seseorang yang telah
ketergantungan zat ketika mengurangi jumlah zat yang dipakai atau menghentikannya.
Di bawah ini adalah tabel tanda dan gejala intoksikasi dan putus zat golongan opioid
Pengaruh napza pada saat pemakaian Putus zat
-Euphoria -Nyeri
-Relax -Lakrimasi
-Mengurangi nyeri -Menguap
-Mengantuk -Irritabilitas
-Depresi pernafasan -Gangguan tidur
-Mual -Diare
-Konstipasi -Perubahan suhu tubuh
-Gangguan konsentrasi
-Midriasis
-Mual dan muntah
173

Gejala putus zat ini berbeda-beda tergantung dari jenis zat yang digunakan, jumlah
dosis,frekuensi dan lama zat digunakan.Golongan Opioid jenis putaw mulai timbul gejala,
setelah 8-16 jam penggunaan zat dihentikan, menghebat setelah 36 jam , kemudian memuncak
pada 48-72 jam, dan berlangsung 7- 10 hari.
Penggunaan opiat dalam jangka panjang mengubah cara kerja sel-sel otak. Sel-sel tersebut
menjadi terbiasa dengan keberadaan opioid . Jika suatu saat opioid tidak tersedia, sel-sel tersebut
menjadi overactive yang menyebabkan timbulnya berbagai gejala fisik yang disebut gejala putus
zat. Ketergantungan fisik pada putus zat juga disertai ketergantungan psikologis seperti ‘drug
craving’ {keinginan yang tinggi untuk mengkomsumsi zat kembali ) dan irritabilitas ( emosi
yang labil). Jika putus zat ini dibiarkan, pasien berisiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
C. Asuhan Keperawatan pada Pasien putus zat
1. Pengkajian Putus zat di ruang PICU

Pengkajian pada pasien putus zat golongan opioid dibagi dua yaitu pengkajian tanda dan gejala putus
zat (CINA) dan pengkajian psikososial. CINA (Clinical Institute Narcotic Assesment ) mengkaji dan
memonitor tanda dan gejala fisik yang muncul pada pasien putus zat golongan opioid. Pengkajian
psikososial untuk mengkaji gejala status mental yang timbul pada pasien putus zat golongan opioid.
Pengkajian psikososial dilakukan setelah pasien tenang dan mampu mengontrol putus zat, karena
pengkajian ini adalah pengkajian pelengkap. Pengkajian dengan menggunakan Skala Respons Umum
Fungsi Adaptif (RUFA) dengan rentang skore 1 – 30, dimana pengkajian tersebut terbagi dalam 3
kelompok berdasarkan skala RUFA yaitu :
Karakteristik Intensif 1 (RUFA 01-10) Intensif 2 (RUFA 11-20) Intensif 3 (RUFA 21-30)
Tindakan Mual menetap kadang-kadang Mual ringan tanpa Tidak mual dan tidak
muntah muntah muntah atau
Mual yang hilang timbul

Goose flesh jelas pada tubuh Goose flesh jelas dan Kadang-kadang ada
dan tangan dapat diraba goose flesh tapi tidak
teraba dan tidak jelas
atau Tidak tampak goose
flesh
Berkeringat basah di muka Butir-butir keringat jelas Jarang keringat yang
dan dada di dahi jelas,telapak tangan
basah atau Keringat
tidak kelihatan
Sepanjang waktu melakukan Gelisah dan kurang Aktivitas lebih dari
pergerakan atau berpindah istirahat yang moderat, normal,gerakan kaki
atau bolak-balik sering bertukar posisi naik turun, kadang-
174

kadang berubah posisi


atau Aktifitas normal

: Air mata mengalir ke muka Mata berair, air mata di Tidak keluar air mata
sudut mata

Adanya tremor berat Adanya tremor yang Tremor tidak terlihat


walaupun lengan tidak moderat pada saat lengan atau tremor tidak
diekstensikan atau diekstensikan atau kelihatan tapi dapat
dilebarkan dilebarkan dirasakan dari ujung-
ujung jari

Pupil Midriasis Pupil Midriasis Pupil Normal


Bersin dengan konstan dan Kadang-kadang bersin Tidak ada penyumbatan
berair hidung & bersin

Sering menguap Kadang-kadang menguap Tidak menguap

Adanya rasa sakit, Adanya gelombang rasa Tidak ada rasa sakit,
abdominal cramp, sakit, abdominal cramp bowel sound normal
diare,hiperaktivitas dan
bising usus meningkat
Tidak ada perubahan suhu Adanya perubahan suhu Dilaporkan merasa
yang tidak terkontrol kedinginan,tangan
kedinginan dan
berkeringat
Adanya nyeri otot yang Nyeri otot yang ringan Adanya nyeri otot yang
berat, otot-otot kaki,lengan (nyeri sedang) berat, otot-otot
dan leher kontraksi (nyeri kaki,lengan dan leher
berat) kontraksi (nyeri ringan)

Sistolik ≥130 mmHg Sistolik ≥ 130 mmHg Sistolik ≤ 130 mmHg


Takikardi Takikardi Nadi normal
Pikiran Keinginan untuk memakai Keinginan untuk Keinginan untuk
zat sangat kuat memakai zat kuat memakai za jarang atau
tidak ada
Perasaan Putus asa Putus asa Putusasa
Iritabilitas Iritabilitas

D. Askep keperawatan intensif pada pasien putus zat


Hasil dari pengkajian akan menentukan tindakan keperawatan yang akan diberikan terhadap pasien, yang
dibagi dalam 3 kategori yaitu:
RUFA 01 – 10 mendapatkan tindakan intensif 1
RUFA 11 – 20 mendapatkan tindakan intensif 2
RUFA 21 – 30 mendapatkan tindakan intensif 3
175

1. Asuhan keperawatan intensif 1 (24 jam pertama)


a. Diagnosis
1.Gangguan rasa nyaman : nyeri akut
2.Perilaku kekerasan ( lihat modul PK )

b. Tindaan keperawatan intensif 1 (24 jam pertama )


1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1) Pasien tidak mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
2) Pasien mengontrol putus zat dengan obat
2. Tindakan keperawatan :
1.1Komunikasi terapeutik
a) Perawat sabar, empati, gunakan kemampuan mendengar aktif
b) Melakukan kontak mata
c) Berbicara dengan suara yang jelas dan tegas
d) Memanggil pasien dengan nama panggilannya
e) Menggunakan sentuhan
f) Mengadakan kontak sering dan singkat secara bertahap
1.2 Siapkan lingkungan yang aman
1) Menyiapkan lingkungan yang tenang
2) Singkirkan semua benda yang membahayakan
2. Kolaborasi
2.1.Berikan obat-obatan sesuai dengan program terapi medis:
Diazepam 10 mg IM/IV (golongan benzodiazepin) dan injeksi Haloperidol/
Serenace / Lodomer 5 mg IM (golongan butirofenon). Pemberian dapat diulang 30-
60 menit. Selain obat injeksi diberikan juga obat peroral (golongan fenotiazine)
seperti Chlorpromazine/largactile/promactile, biasanya diberikan 3 x 100 mg.
1.2. Pantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya
1.3. Observasi perilaku pasien setiap 15 menit sekali, catat adanya peningkatan atau
penurunan perilaku pasien yang berkaitan dengan respon fisik, respon kognitif,
respon perilaku dan emosi.Jika perilaku pasien semakin tidak terkontrol, terus
176

mencoba melukai dirinya sendiri atau orang lain maka pasien dilakukan pengekangan
(lihat modul PK ).

Anda mungkin juga menyukai