Anda di halaman 1dari 9

8.

Rekonstruksionisme
8.A. Latar Belakang Rekontruksionisme

Rekonstrusionisme di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun
1930 yang ingin membangun masyarakat baru, masyrakat yang pantas dan adil.

Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan ini


lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan
diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Selain itu, mazhab ini juga berpandangan bahwa pendidikan hendaknya memelopori
melakukan pembaharuan kembali atau merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi
lebih baik.karena itu pendidikan harus mengembangkan ideology kemasyarakatan yang
demokratis.
Alasan mengapa rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresif
hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada
saat sekarang ini.Dalam aliran rekonstruksionisme berusaha menciptakan kurikulum baru
dengan memperbaharui kurikulum lama.
Progresivisme pendidikan didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus
terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang studi.ini berkelanjutan
pada pendidikan rekonstruksionisme yaitu guru harus menyadarkan sipendidik terhadap
masalah-masalah yang dihadapi manusia untuk diselesaikan, sehingga anak didik memiliki
kemampuan memecahkan masalah tersebut.

8.B.Pengertian Aliran Rekonstruksionisme

Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstructyang berarti


menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan,aliran
rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.

Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme,


yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam, kedua aliran
tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai
kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran ini tidaklah sama dengan
prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang
berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang
serasi dalam kehidupan. Aliran perenialisme memilih cara tersendiri, yakni dengan kembali
ke alam kebudayaan lama (regressive road culture) yang mereka anggap paling ideal.
Sementara itu, aliran rekonstruksionisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina
suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan
umat manusia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan


antar sesama manusia atau agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan
dan seluruh lingkungannya.Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan
rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang baru. Untuk tujuan tersebut diperlukan kerja sama antarumat manusia.

Aliran rekonstuksionisme bercita-cita uutuk  mewujudkan dan melaksanakan


sinthesa atau perpaduan ajaran Kristen dan demokrasi modern dengan teknologi modern dan
seni modern didalam suatu kebudayaan yang dibina bersama oleh seluruh kedaulatan bangsa-
bangsa sedunia. Rekonstruksinalisme mencita-citakan terwujudnya sutu dunia baru, dengan
kebudayaan baru dibawah suatu kedaulatan dunia, dalam control mayoritas umat
manusia.Dengan  kata lain perkataan aliran rekonstruksionalisme adalah aliran yang
menghendaki  agar anak didiknya dapat dibandingkan kemampuaannya untuk secara
kontruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan perkembangan masyarakat sebagai
akibat adanya  pengaruh dari ilmu pengetahuaan dan teknologi. Dengan penyesuaian seperti
anak didik akan tetap berada dalam suasana aman dan bebas.

Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa aliran rekonstruksionisme bercita-cita


untuk mewujudkan suatu dunia dimana kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau
subordinate dari kedaulatan dan otoritas internasional.
8.C. Tokoh-tokoh Aliran Rekonstruksionisme

Aliran filsafat Rekonstruksionisme dipelopori oleh Goerge Count dan Harold Rugg
pada 1930. Mereka bermaksud membangun masyarakat baru, masyarakat yang dipandang
pantas dan adil.Ide gagasan mereka secara meluas dipengaruhi oleh pemikiran progresif
Dewey; dan ini menjelaskan mengapa aliran Rekonstruksionisme memiliki landasan filsafat
pragmatism. Meskipun mereka banyak terinspirasi pemikiran Theodore Brameld, khususnya
dengan beberapa karya filsafat pendidikannya, mulai dari ‘Pattern of Educational Philosophy
(1950), Toward recunstucted Philosophy of Education (1956), dan Education of power
(1965).

George Count Harold Rugg Theodore Brameld

8.D.Prinsip-Prinsip Aliran Rekonstruksionisme

1.      Masyarakat dunia sedang dalam kondisi  Krisis, jika praktik- praktik yang


ada  sekarang  tidak dibalik,maka peradaban yang kita kenal ini akan mengalami kehancuran.

Persoalan-persoalan tentang kependudukan, sumber daya alam yang terbatas,


kesenjangan global dalam distribusi (penyebaran) kekayaan, poliferasi nuklir, rasisme,
nasionalisme sempit, dan penggunaan teknologi yang ‘sembrono’  dan tidak bertanggung
jawab telah mengancam dunia kita sekarang dan akan memusnahkannya jika tidak dikoreksi
segera mungkin. Persoalan-persoalan tersebut menurut kalangan rekonstruksionisme, berjalan
seiring dengan tantangan totalitarisme modern, yakni hilangnya nilai-nilai kemanusiaan
dalam masyarakat luas dan meningkatnya kedunguan fungsional penduduk dunia.
Singkatnya, dunia sedang menghadapi persoalan-persoalan sosial, militer dan ekonomi pada
skala yang terbayangkan. Persoalan-persoalan yang dihadapi tersebut sudah sedemikian
beratnya sehingga tidak dapat lagi diabaikan.

2.Solusi efektif satu-satunya bagi pesoalan- pesoalan dunia kita  adalah penciptaan social yang
menjagat.
Kerjasama dari semua bangsa adalah satu-satunya harapan bagi penduduk dunia
yang berkembang terus yang menghuni dunia dengan segala keterbatasan sumber daya
alamnya. Era teknologi telah memunculkan saling ketergantungan dunia, di samping juga
kemajuan-kemajuan di bidang sains. Di sisi lain, kita sedang didera kesenjangan budaya
dalam beradaptasi dengan tatanan dunia baru. Kita sedang berupaya hidup di ruang angkasa
dengan sebuah sistem nilai dan mentalitas politik yang dianut di era kuda dan
andong.Menurut rekonstruksionisme, umat manusia sekarang hidup dalam masyarakat dunia
yang mana kemampuan teknologinya dapat membinasakan kebutuhan-kebutuhan material
semua orang. Dalam masyrakat ini, sangat mungkin muncul penghayal karena komunitas
internasional secara bersama-sama bergelut dari kesibukan menghasilkan dan mengupayakan
kekayaan material menuju ke tingkat dimana kebutuhan dan kepentingan manusia dianggap
paling penting. Dunia semasa itu, orang-orang berkonsentrasi untuk menjadi manusia yang
lebih baik (secara material) sebagai tujuan akhir.

3.      Pendidikan formal dapat menjadi agen utama dalam rekonstruksi  tatanan sosial.


Sekolah-sekolah yang merefleksikan nilai-nilai sosial dominan, menurut
rekonstruksionisme hanya akan mengalihkan penyakit-penyakit politik, sosial, dan ekonomi
yang sekarang ini mendera umat manusia. Sekolah dapat dan harus mengubah secara
mendasar peran tradisionalnya dan menjadi sumber inovasi baru. Tugas mengubah peran
pendidikan amatlah urgen, karena kenyataan bahwa manusia sekarang mempunyai
kemampuan memusnahkan diri.Kalangan rekontruksionis di satu sisi tidak memandang
sekolah sebagai memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan sosial seorang diri. Di sisi
lain, mereka melihat sekolah sebagai agen kekuatan utama yang menyentuh kehidupan
seluruh masyarakat, karena ia menyantuni anak-anak didik selama usia mereka yang paling
peka. Dengan demikian, ia dapat menjadi penggerak utama pencerahan problem-problem
sosial dan agitator utama perubahan sosial.
4.      Metode-metode pengajaran  harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis  yang
bertumpu pada kecerdasan ‘asali’  jumlah mayoritas  untuk merenungkan  dan menewarkan
solusi  yang paling valid  bagi persoalan –persoalan umat manusia.
Dalam pandangan kalangan rekonstruksionisme, demokrasi adalah sistem politik
yang terbaik karena sebuah keharusan bahwa prosedur-prosedur demokratis perlu digunakan
di ruangan kelas setelah para peserta didik diarahkan kepada kesempatan-kesempatan untuk
memilih di antara keragaman pilihan-pilihan ekonomi, politik, dan sosial.
Brameld menggunakan istilah pemihakan defensif untuk mengungkapkan posisi
(pendapat) guru dalam hubungannya dengan item-item kurikuler yang kontroversial. Dalam
menyikapi ini, guru membolehkan uji pembuktian terbuka yang setuju dan yang tidak setuju
dengan pendapatnya, dan ia menghadirkan pendapat-pendapat alternatif sejujur mungkin. Di
sisi lain, guru jangan menyembunyikan pendirian-pendiriannya. Ia harus mengungkapkan dan
mempertahankan pemihakannya secara publik. Di luar ini, guru harus berupaya agar
pendirian-pendiriannya diterima dalam skala seluas mungkin. Tampaknya telah diasumsikan
oleh kalangan rekonstruksionis bahwa persoalan-persoalan itu sedemikian clear-cut (jelas-
tegas) sehingga sebagian besar akan setuju terhadap persoalan-persoalan dan solusi-solusi
jika dialog bebas dan demokratis diizinkan.
5.      Jika pendidkan formal adalah   bagian yang tak terpisahkan dari  solusi social  dalam
krisis dunia sekarang , maka ia harus  secara  aktif mengerjakan perubahan social.

8.E. Pandangan Rekonstruksionisme

Pandangan aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme terhadap pendidikan yaitu


pertama kita harus mengetahui pengertian dari filsafat.Yang mana filsafat merupakan induk
dari segala ilmu yang mencakup ilmu-ilmu khusus.Menurut pendapat Runes (1971:235),
bahwa filsafat adalah keterangan rasional tentang sesuatu yang merupakan prinsip umum
yang kenyataannya dapat dijelaskan dengan membedakan pengetahuan rasional dan
pengetahuan empiris (sains).
Filsafat bagi pendidikan adalah teori umum sehingga dapat menjadi pilar bagi
bangunan dunia pendidikan yang berusaha memberdayakan setiap pribadi warga negara
untuk mengisi format kebudayaan bangsa yang didinginkan dan diwariskan.Aliran
rekonstruksionisme adalah sepaham dengan aliran perenialisme dalam tindakan mengatasi
kririsis kehidupan modern. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas
penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya
pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia
melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang
dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan
umat manusia.
Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan
suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang
dikuasai oleh golongan tertentu. Sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi
mesti menjadi kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi
teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta
keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama
(kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme memandang alam metafisika merujuk
dualisme, aliran ini berpendirian bahwa alam nyata ini mengandung dua macam hakikat
sebagai asal sumber yakni hakikat materi dan hakikat rohani.Kedua macam hakikat itu
memiliki ciri yang bebas dan berdiri sendiri, sarna dengan azali dan abadi, dan hubungan
keduanya menciptakan suatu kehidupan dalam alam. Descartes, seorang tokohnya pernah
menyatakan bahwa umumnya manusia tidak sulit menerima atas prinsip dualisme ini, yang
menunjukkan bahwa kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera manusia,
sementara itu kenyataan bathin segera diakui dengan adanya akal dan petasaan hidup. Di
balik gerak realita sesungguhnya terdapatlah kausalitas sebagai pendorongnya dan
merupakan penyebab utama atas kausa prima. Kausa prima, dalam konteks ini, ialah Tuhan
sebagai penggerak sesuatu tanpa gerak, Tuhan adalah aktualitas murni yang sama sekalisunyi
dan subtansi.
Alam pikiran yang demikian bertolak hukum-hukum dalam filsafat itu sendiri tanpa
bergantung padii ilmt pengetahuan.Namun demikian, meskipun filsafat dan ilmu berkembang
ke arah yang lebih sempurna, tetap disetujui bahwa kedudukan filsafal lebih tinggi
dibandingkan ilmu pendidikan. Yang mana pendidikan sebagai alat untuk memproses dan
merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi yang edukatif yang pada
akhirnya akan dapat memberikan warna dan corak dari output (keluaran) yang dihasilkan
sehingga keluaran yang dihasilkan (anak didik).
1. Pandangan Rekonstruksionisme Dan Penerapannya Di Bidang Pendidikan

Pandangan aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme terhadap pendidikan


adalah kita harus mengetahui pengertian filsafat. Yangmana filsafat merupakan induk dari
segala ilmu yang mencakup ilmu-ilmu khusus. Filsafat bagi pendidikan adalah teori umum
sehingga dapat menjadi pilar bagi bangunan dunia pendidikan yang berusaha
memberdayakan setiap pribadi warga Negara untuk mengisi format kebudayaan bangsa yang
diinginkan dan diwariskan. Aliran rekonstruksionisme adalah sepaham dengan aliran
perenialisme dalam tindakan mengatasi krisis kehidupan modern.

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia


merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Kemudian aliran ini memiliki persepsi
bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat
secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleg golongan tertentu.

1. Pandangan Tentang Aliran Rekonstruksionisme Secara Epistomologis

Aliran ini berpijak pada pola pemikiran bahwa untuk memahami realita alam nyata
memerlukan suatu azaz tahu, dalam arti bahwa tidak mungkin memahami realita ini tanpa
melalui proses pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih dahulu melalui penemuan
suatu pintu gerbang ilmu pengetahuan. Karenanya baik indra maupun rasio sama-sama
berfungsi membentuk pengetahuan, dan akal di bawa oleh panca indra menjadi pengetahuan
dalam yang sesungguhnya.

2. Pandangan Tentang Aliran Rekonstruksionisme Secara Teologis

Aliran rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas super


natural yakni menerima nilai natural yang universal, yang abadi berdasarkan prinsip nilai
teologis. Hakikat manusia adalah pancaran yang potensial yang berasal dari dan dipimpin
oleh Tuhan dan atas dasar inilah tinjauan tentang kebenaran dan keburukan dapat diketahui.
3. Pandangan Tentang Aliran Rekonstruksionisme Secara Ontologis

Dengan ontologis,dapat diterangkan tentang bagaimana hakikat dari segala sesuatu.


Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang mana realita
itu ada di mana dan sama di setiap tempat.

8.F. Implikasi Bagi Pendidikan

1.      Tujuan Pendidikan
a.       Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk
melakukan   perubahan sosial,ekonomi dan politik dalam masyarakat.
b.      Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur”
sosial,warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah
masyarakat masa kini.
c.       Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta
didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala
global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
mengatasi masalah tersebut.

2.      Metode pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan
programatik untuk perbaikan.Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah,
analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.

3.      Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat masa depan.
Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang
dihadapi umat manusi, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta
didik sendiri; dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi
kolektif.
Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-
proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
      Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun
masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang
diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
      Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi
umat manusia, mambatu mereka merasa mengenali masalah-masalah tersebut sehingga
mereka merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan
perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara untuk
menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
Menurut Brameld (Kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu:
1)   Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata
sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang
mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.
2)   Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan
lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.
3)   Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.
4)   Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana
dengan   cara memperhatikan prosedur yang demokratis
5)   Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan
untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk menemukan
nilali-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
6)   Meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur
administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.

Anda mungkin juga menyukai