Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EKONOMI DAN LEMBAGA ISLAM

Pilihan Konsumen

Dosen Pengampu Abdul Wahid Alfarizi, M.M

Disusun oleh :

1. Adis Alia ( 200448 )


2. Desi Megawati ( 200086 )
3. Salsabila ( 200613 )
4. Yuli Setiawati ( 200508 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PRIMAGRAHA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya kami
dapat menyelessaikan makalah pada mata kuliah Ekonomi dan Lembaga Islam ini dengan
tepat waktu. Dan kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Wahid Alfarizi, M.M,
yang telah membimbing dan memberikan tugas ini. Selain sebagai tugas, makalah ini dibuat
untuk menambah pengetahuan dan ilmu kita tentang Pilihan Konsumen.

Banyak sekali hambatan dalam penyusunan makalah ini baik itu masalah waktu,
sarana dan lain – lainya. Oleh sebab itu, selesainya makalah ini bukan semata – mata karena
kemampuan kami, Banyak pihak yang mendukung dan membantu kami. Dalam kesempatan
ini, penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak pihak yang telah membantu.

Kami harapkan makalah ini nantinya akan berguna bagi para pembaca, jika ada
kesalahan dalam makalh ini kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
dapat lebih baik.

Serang, 27 Oktober 2021

Penulis

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Pilihan Konsumen 2


2.2 Pendekatan ISO 2
2.3 Maslahah 3
2.4 Efek Subtitusi Dan Efek Pendapatan dari perubahan harga 4
2.5 Analisis elastisitas permintaan 9

BAB III PENUTUP 12

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Consumer choice theory atau teori pilihan konsumen adalah teori ekonomi mikro
yang menghubungkan kurva permintaan konsumen dengan preferensi konsumen. Teori
tersebut berusaha memahami sumber permintaan konsumen melalui teori konsumen. Teori
ini memandang bahwa konsumen sepenuhnya memahami apa yang mereka pilih. Konsumen
membuat pilihan karena mereka tidak dapat memiliki semua yang mereka inginkan. Ini
adalah ide dasar ilmu ekonomi.

Keinginan kita tidak terbatas, sementara sumber daya kita terbatas. Misalnya, ketika
berbelanja, kita ingin membeli semua barang yang kita inginkan. Namun, kita tahu itu tidak
mungkin karena kita tidak punya cukup uang (sumber daya). Karena itu, kita harus memilih.
Semua pilihan melibatkan biaya peluang. Jika kita memilih sesuatu, itu berarti kita juga
menyerah dan tidak menerima alternatif terbaik berikutnya.

Pilihan ekonomi membutuhkan perbandingan antara sumber daya dan utilitas. Sebagai
konsumen, anggaran mewakili sumber daya yang kita miliki, dan kepuasan mewakili utilitas
konsumsi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang mempengaruhi pilihan konsumen?


2. Bagaimana proses pendekatan ISO?
3. Apa saja efek perubahan harga?
4. Ap aitu elastisitas permintaan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang pilihan konsumen


2. Mengetahui proses pendekatan menggunakan standarisasi ISO
3. Mengetahui apa saja efek yang ditimbulkan oleh perubahan harga
4. Menganalisis elasstisitas permintaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pilihan Konsumen

Islam mengajarkan dalam mengkonsumsi suatu barang/jasa harus memperhatikan


etika konsumsi yang mana yang dibenarkan dan mana yang tidak dibenarkan. Dalam
ekonomi konvensional, manusia disebut rasional secara ekonomi jika mereka selalu
memaksimumkan kepentingan sendiri, yaitu utility untuk konsumen dan keuntungan untuk
produsen. Sementara itu dalam ekonomi Islam pelaku ekonomi, produsen atau konsumen,
akan berusaha untuk memaksimalkan maslahat. 19 Konsep utility oleh konsumen diukur dari
kepuasan yang diperoleh dan keuntungan maksimal bagi produsen dan distributor sehingga
berbeda tujuan yang akan dicapai dengan konsep maslahah.

2.2 Pendekatan ISO

ISO adalah kependekan dari The International Organization for Standardization. Ini
adalah badan non-pemerintah yang terdiri dari lebih dari 160 negara. Mereka bertanggung
jawab untuk mengembangkan standar untuk berbagai industri yang mempromosikan kualitas,
keamanan, dan efisiensi. Meskipun tidak ada perusahaan yang dipaksa untuk mematuhi
standar ISO, memilih pemasok yang terdaftar ISO memastikan bahwa pemasok Anda
mengelola bisnis mereka dengan standar yang konsisten yang mendorong pemborosan dan
biaya dan mendorong kualitas produk dan pengiriman.

Dengan adanya organisasi ini akan membuat ISO memberikan spesifikasi untuk kelas
dunia dalam berbagai macam hal. Perusahaan yang telah terverifikasi oleh ISO akan
berpeluang dalam memenangkan persaingan pasar global tersebut karena memberikan
jaminan kualitas produk agar konsumen lebih percaya terhadap produk tersebut.

1. Meningkatkan Kredibilitas Perusahaan

Menggunakan ISO dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan, hal ini penting terutama jika
Anda ingin bersaing pada market global. Calon konsumen atau konsumen pada bisnis Anda
memiliki tingkat kepercayaan brand yang lebih tinggi jika produk atau layanan yang mereka
gunakan sudah sesuai standar yang berlaku.
2. Mengoptimalkan Kinerja Karyawan

Sebuah perusahaan yang telah memiliki visi misi dan peraturan yang bermutu sesuai standar
dapat membuat isi perusahaan menjadi optimal dan efisien. Karyawan yang bekerja pada
perusahaan tersebut akan meningkatkan kualitas dirinya agar sesuai dengan standar
perusahaan yang telah ditetapkan.

3. Meningkatkan Good Will Perusahaan

Good will dalam bisnis adalah citra yang baik sehingga perusahaan akan dipandang oleh
perusahaan mana saja. Menggunakan sertifikat ISO yang telah didapatkan perusahaan akan
membuat nilai perusahaan tersebut menjadi lebih positif. Dengan cara ini akan membawa
keuntungan bagi perusahaan sehingga banyak mitra usaha yang akan mengajak kerja sama.

4. Mencegah Pemborosan

Ketika perusahaan yang sedang berjalan memiliki masalah dalam sebuah produk ataupun
layanannya, tentunya Anda harus memiliki langkah antisipasi.

Dengan memiliki ISO tentu akan memudahkan Anda mengetahui sebuah masalah dan
juga menemukan solusi. Menggunakan sebuah “standar” adalah antisipasi atau cara untuk
mencegah masalah pada produk maupun pelayanan yang diberikan pada konsumen.

2.3 Maslahah

Dalam Al-Quran kata maslahah banyak disebut dengan istilah manfaat atau manafi’,
yang berarti kebaikan yang berkaitan dengan material fisik, dan psikologis. Dengan kata lain
maslahah mengandung pengertian kemanfaatan duniai dan akhirat. Konsep maslahah pada
konsumen muslim sangatlah diperlukan. Dalam pengertian umum maslahah adalah setiap
segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, baik dalam arti menarik seperti menghasilkan
keuntungan (kesenangan), atau dalam arti menolak atau menghindarkan seperi menolak
kerusakan. Seorang muslim melakukan tindakan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan
dengan harapan memperoleh kemanfaatan yang stinggi-tingginya bagi kehidupannya dengan
tanpa melanggar aturan syariat Islam.
Kebutuhan antara seseorang dengan seseorang lainnya ada kalanya berbeda yang
dapat disebebkan oleh usia, kedudukan dan aspek eksternal lainnya. Kebutuhan (need)
merupakan konsep yang lebih bernilai dari sekedar keinginan (want). Want ditetapkan
berdasarkan konsep utility yang cenderung lebih condong terhadap nafsu yang dapat
menyesatkan kepada hal-hal yang dilarang syariat, need didasarkan atas konsep maslahah
selagi itu baik dan mendatangkan mafaat maka itu diperbolehkan. Tujuan syariah adalah
mensejahterahkan manusia (maslahah al ‘ibad). 23 Oleh karena itu setiap barang dan jasa
yang memberikan maslahah bagi penggunanya di sebut dengan kebutuhan manusia yang
secara tidak langsung memang harus di penuhi. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka
seseorang tersebut akan mengalami kesusahan.
Konsep maslahah digunakan dalam ekonomi Islam dikarenakan penggunaan asumsi
manusia yang bertujuan untuk mencari kepuasan (utility) maksimum tidak dapat menjelaskan
apakah barang yang dikonsumsinya memberikan manfaat dan kegunaan yang memberikan
keberkahan bagi penggunanya. Dalam hal ini seseorang hanya dibatasi oleh dana/anggaran
yang dimilikinya bukan karena aturan dan prinsip syariat Islam.
Formulasi dalam maslahah adalah unsur manfaat dan berkah, atau bisa ditulis sebagai
berikut: M = F+B .......... (4.8)
Dimana: M = maslahah
F = Manfaat
B = Berkah
Sementara berkah merupakan interaksi antara manfaat dan pahala, sehingga :
B = (F) (P) .............. (4.9)
Dimana: P = Pahala total
Adapun pahala total, P adalah:
P = βiρ .............. (4.10)
Dimana βi adalah frekuensi kegiatan dan ρ adalah pahala per unit kegiatan. Dengan
mensubtitusikan persamaan diatas, maka
B = F βiρ............. (4.11)
Selanjutnya diatas dapat ditulis menjadi:
M = F (1 + F βiρ) ................... (4.13)

Dari formulasi diatas dapat ditunjukkan bahwa ketika pahala suatu kegiatan tidak ada
misalnya, ketika mengkonsumsi barang yang haram, maka maslahah yang diperoleh
konsumen dengan melakukan subtitusi maka diperoleh:
M = F + F βiρ ................ (4.12)
Persamaan adalah hanya sebatas manfaat yang dirasakan di dunia (F). Demikian pula
sebaliknya, jika suatu kegiatan yang sudah tidak memberikan manfaat (di dunia), maka nilai
keberkahannya juga tidak ada sehingga maslahah dari kegiatan tersebut juga tidak ada.
Besarnya keberkahan akan mengkonsumsi suatu barang dan jasa tergantung dengan
frekuensi kegiatan konsumsi yang yang dilakukan. Semakin tinggi frekuensi kegiatan yang
memberikan unsur maslahah maka akan besar pula keberkahan yang akan di dapat. Preferensi
konsumsi dan pemenuhan kebutuhan manusia memiliki pola berikut26 pertama,
Mengutamakan Akhirat daripada Dunia.

2.4 Efek Subtitusi Dan Efek Pendapatan dari perubahan harga

Efek substitusi dimaksudkan untuk mewakili perubahan dalam pola konsumsi ekonomi
makro yang muncul karena perubahan harga relatif barang. Konsumen memiliki
kecenderungan untuk mengganti barang-barang mewah dengan alternatif yang lebih murah
ketika pendapatan menurun atau harga meningkat. Oleh karena itu, efek ini selalu berjalan
berlawanan arah dengan perubahan harga. Ketika harga barang turun, efek substitusi
mengakibatkan peningkatan kuantitas yang diminta. 

Misalnya, ketika harga daging sapi naik di atas harga ayam, konsumen lebih cenderung
untuk mengganti konsumsi daging sapi dengan konsumsi ayam. Permintaan daging sapi
kemudian menurun, dan permintaan untuk ayam meningkat. Dalam hal ini, ayam adalah
pengganti yang baik.

Perbedaan antara efek pendapatan dan substitusi

Perubahan harga memiliki dua konsekuensi berbeda:

1. Efek pendapatan

Efek pendapatan adalah perubahan permintaan untuk barang atau jasa yang disebabkan
olehPerubahan pendapatan yang mencerminkan daya beli konsumen. Pendapatan riil dapat
berubah karna perubahan nominal pendapatan atau harga barang atau jasa. Salah satu sumber
utama pendapatan nominal adalah upah atau gaji.

2. Efek substitusi

Kombinasi keduanya dikenal sebagai efek harga. Efek pendapatan menggambarkan


perubahan harga barang pada daya beli konsumen. Ini mengaitkan perubahan kuantitas yang
diminta dengan perubahan harga suatu produk. Sementara itu, efek substitusi menjelaskan
bagaimana perubahan harga relatif mempengaruhi pilihan konsumen. Ketika memilih suatu
produk, konsumen akan mempertimbangkan harganya serta harga produk alternatif. Konsep
ini berasal dari elastisitas permintaan lintas-harga. Misalnya, ketika harga Pepsi naik, daya beli
uang Anda turun. Efek pendapatan menyatakan bahwa Anda akan mengurangi konsumsi Pepsi
Anda. Apakah Anda akan beralih ke Coca-Cola?

Jawabannya, belum tentu. Efek substitusi menjawab pertanyaan ini. Misalnya, ketika


harga Coca-Cola konstan, Anda dapat beralih. Namun, jika pada saat bersamaan, harganya
juga naik dan lebih tinggi dari kenaikan Pepsi. Tentu saja, Anda tidak boleh berpaling karena
biaya Pepsi lebih rendah dari sebelumnya, relatif terhadap harga Coca Kasus barang normal.

Barang normal adalah jenis barang yang permintaannya akan turun ketika pendapatan
konsumen turun dan permintaannya akan naik ketika pendapatan konsumen naik Penurunan
harga barang normal akan meningkatkan pendapatan riil konsumen, sehingga kuantitas
permintaan naik. Hasilnya, efek pendapatannya adalah positif. Perubahan dalam kuantitas
yang diminta akan signifikan karena efek pendapatan positif diperkuat oleh efek substitusi
positif dari penurunan harga. 

 Kasus barang inferior


Barang inferior adalah barang yang memiliki elastisitas pendapatan permintaan
negatif. Ketika pendapatan meningkat permintaan untuk barang-barang ini jatuh,
begitu juga sebaliknya, ketika pendapatan turun, permintaan untuk barang ini akan
meningkat.  Penurunan harga barang inferior meningkatkan pendapatan riil konsumen,
sehingga kuantitas permintaan menurun. Sehingga, efek pendapatannya negatif.
Tetapi perubahan dalam kuantitas yang diminta tidak terlalu signifikan karena efek
pendapatan negatif sebagian mengimbangi efek substitusi positif dari penurunan harga.
Oleh karena itu, permintaan akan barang inferior kurang elastis daripada jika kedua
efek tersebut saling memperkuat satu sama lain.
 Kasus barang giffen
Barang Giffen adalah kasus khusus dari barang inferior di mana efek pendapatan
negatif dari penurunan harga barang sangat kuat sehingga melebihi efek substitusi
positif. Oleh karena itu, untuk barang Giffen, kuantitas yang diminta benar-benar turun
ketika ada penurunan harga, yang membuat kurva permintaan miring ke atas. Efek
substitusi adalah perubahan dalam pola konsumsi karena perubahan harga relatif
barang dan jasa. Konsumen mengganti produk yang lebih mahal dengan yang lebih
murah. Jadi, jika harga suatu produk naik, konsumen beralih dan
meningkatkan permintaan

Ancaman menjadi serius jika produk alternatifnya adalah substitusi sempurna atau,
setidaknya substitusi dekat. Peningkatan kecil dalam harga produk akan memiliki penurunan
tajam dalam permintaannya karena lebih banyak konsumen beralih ke substitusi. Karena
alasan ini, banyak perusahaan mencoba untuk membedakan produk mereka. Diferensiasi
meningkatkan biaya switching yang ditanggung konsumen. Ini juga memungkinkan konsumen
menjadi lebih loyal. Perusahaan dapat menggabungkan branding, iklan, atau elemen lain dari
bauran pemasaran. Dengan begitu, perusahaan mengurangi tekanan dari ancaman substitusi,
yang memungkinkan mereka beroperasi lebih menguntungkan.

Elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan


variabel lainnya. Tingkat elastisitas disini adalah tingkat terpengaruhnya jumlah barang yang
diminta maupun yang ditawarkan Karena adanya perubahan harga. Jika yang berubah harga
barang lain yang mempunyai hubungan komplemen atau subtitusi, maka disebut elastisitas
silang (cross elasticity) dimana perubahan jumlah barang X yang diminta disebabkan oleh
perubahan barang lainnya (Y). Jika yang berubah pendapat maka disebut elastisitas pendapat
(income elasticity) dimana perubahan permintaan akan suatu barang yang diakibatkan oleh
adanya perubahan pendapatan (income) riil konsumen.Jika yang berubah iklan dari barang
itu, maka disebut elastisitas iklan ( advertising elasticity). Jika dengan adanya perubahan
harga, jumah barang yang diminta atau yang ditawarkan relative besar tingkat pengaruhnya
maka permintaan dan penawaran ini dikatakan permintaan dan penawaran yang elastis
(bersifat sangat sensitif atau responsif, peka). Artinya, apabila adanya perubahan harga yang
sedikit(kecil) saja aan berakibat perubahan yang besar terhadap jumlah barang, maka ini
dinamakan sangat elasis. Sebaliknya, jika perubahan harga ini relative besar, tetapi tidak
banyak berdampak terhadap perubahan jumlah barang, maka ini dikatakan tidak elastis (tidak
respon/tidak peka/inelastis).

Penggunaan paling umum dari konsep elastisitas ini adalah untuk meramalkan apa
yang akan terjadi jika barang atau jasa dinaikkan. Bagi produsen, pengetahuan ini digunakan
sebagai pedoman seberapa besar ia harus mengubah harga produknya. Contoh : biaya
produksi sebuah barang meningkat sehingga seorang produsen terpaksa menaikan harga jual
produknya. Menurut hukum permintaa, tindakan menaikan harga ini jelas akan menurunkan
permintaan. Jika permintaan hanya menurunkan dalam jumlah yang kecil, kenaikan harga
akan menutupi biaya produksi sehingga produsen masih dapat keuntungan Jika peningkatan
harga ini ternyata menurunkan permintaan demikian besar ,maka bukan keuntungan yang ia
peroleh.

Faktor-faktor yang Menentukan Permintaan yaitu :

1) Harga Barang itu Sendiri Bila mana keadaan suatu barang jika barang tersebut lebih
murah, maka permintaan pada barang tersebut akan naik atau bertambah. Dan
sebaliknya bila barang itu sendiri memiliki harga yang lebih mahal, maka permintaan
terhadap barang tersebut akan turun atau rendah.
2) Harga Barang Lain atau Barang Subtitusi Harga barang barang lain juga memiliki
pengaruh terhadap permintaan suatu barang. Akan tetapi, kedua macam barang
tersebut memiliki keterkaitan. Dan kaitan dari kedua barang tersebuat yaitu bersifat
subtitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap atau pelengkap). Bila mana
suatu barang menjadi barang subtitusi dari barang lain, yaitu jika terpenuhinya paling
tidak salah satu syarat dari dua syarat yang mempunyai fungsi atau kandungan yang
sama. Misalnya, barang subtitusi minyak tanah adalah mentega. Dan jika harga dari
menteg miningkat atau mahal, otomatis harga relatif minyak tanah akan turun atau
lebih murah, sehingga permintaan pada minyak tanah akan meningkat. Lalu, jika
harga komplemen minyak tanah (misalnya wajan) turun atu rendah, maka permintaan
terhadap wajan meningkat. Sehingga permintaan pada minyak tanah kemungkinan
juga dapat meningkat.
3) Pendapatan Masyarakat Pendapatan masyarakat bisa dapat mempengaruhi daya beli
suatu barang. Oleh karena itu, jika makin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, maka
makin tinggi atau meningkat pula daya beli barang tersebut. Sehingga permintaan
terhadap suatu barang meningkat.
4) Distribusi Pendapatan dalam Masyarakat Dalam sebuah kelompok masyarakat,
tingkat pendapatan dalam kelompok itu penting. Tingkat pendapatan dapat
memberikan sebuah kesimpulan yang salah jika distribusi pendapatan buruk. Karena,
pada sebagian kelompok masyarakat dapat menguasai begitu besar perekonomian.
Oleh karena itu, bila distribusi pendapatan buruk, maka daya beli suatu barang akan
melemah. Sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.
5) Cita Rasa, Selera atau Kebiasaan Masyarakat Beragam cita rasa, selera atau kebiasaan
masyarkat yang diminitai oleh warga yang ada. Dan cita rasa, selera dan kebiasaan
masyarakat bisa memepengaruhi permintaan sutu barang, misalnya saja beras.
Meskipun dari segi harga yang yang hampir sama setiap tahunnya, permintaan beras
pada Provinsi Maluku lebih rendah karena, orang-orang Maluku lebih seing
mengkonsumsi sagu daripada besar. Dan sebaliknya, di Sumatera Utara permintaan
terhadap beras sangat tinggi dan juga mempunyai adat tersendiri yang membutuhkan
adanya beras itu sendiri.
6) Jumlah Penduduk Pada kasus ini, makin banyak jumlah penduduk makin tinggi
permintaan yang dibutuhkan pada suatu barang, misalnya beras. Beras merupakan
makanan pook yang sangat dibutuhkan oleh penduduk Indonesia, maka permintaan
terhadap beras yang ada di Indonesia sangat berhubungan secara khusus dengan
jumlah penduduk.
7) Kondisi Mengenai Keadaan Di Masa yang Akan Datang Jika perkiraan terhadap suatu
harga akan naik di masa yang akan datang, maka akan lebih baik jika membeli suatu
barang atau kebutuhan itu sekarang. dengan mendorong seseorang untuk lebih
memperoleh atau membeli barang lebih banyak saat ini untuk menghemat belanja
kebutuhan di masa yang aan datang. 8) Usaha-usaha Produsen Meningatkan
Penjualan Pada perekonomian, banyak sekali penawaran-penawaran dari para penjual
agar membeli barang yang ditawarkan dan bernilai besar peranannya dalam
mempengaruhi keinginan masyarakat. Disamping itu, pengiklanan juga sangat penting
bagi penjual yang memungkinkan masyarakat bisa mengenal barang- 6 barang yang
ditawarkan atau dijual dapat menimbulkan permintaan terhadap berang tersebut. Dan
banyak sekali usaha-usaha promosi yang bisa dilakukan oleh penjual seperti,
pemberian potongan harga saat launching produk atau barang, dan juga pemberian
hadiah untuk para pembeli. Permintaan terhadap suatu barang akan berubah jika cita
rasa, pendapatan, atau harga barang- barang lain mengalami perubahan. (Sukirno
2013).

2.5 Analisis elastisitas permintaan


Elastisitas Permintaan adalah sebuah ukuran seberapa besar derajat kepekaan
permintaan terhadap perubahan harga. Perhitungan Koefisien Elastisitas Permintaan Untuk
melihat derajat kepekaan permintaan barang terhadap perubahan harga dapat
diidentifikasikan melalui perhitungan koefisien elastisitas permintaan. Koefesien elastisitas
permintaan diukur dari presentase perubahan kuantitas yang diminta dibagi presentase
perubahan harga. Dan dapat dirumuskan dengan :

Koefisien Elastisitas Permintaan = Atau dirumuskan dengan simbol : = ∆ ∆ × → = %∆ %∆


Atau : = ×

Pada perhitungan koefisien elastisitas, angka yang diambil dari hasil perhitungan
tersebut adalah angka mutlak. Tanda negative pada waktu menghitung perhitungan diabaikan.
Dan berdasarkan derajat kepekaan (koefisien elastisitas) permintaan terhadap perubahan
harga elastisitas permintaaan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu permintaan
elastisitas, permintaan inelastis, permintaan elastis uniter, permintaan elastis sempurna, dan
permintaan inelastis sempurna.

Jenis-jenis Elastisitas Permintaan

1. Permintaan Elastis Nilai koefisien elastis lebih dari satu. Artinya, dimana besarnya
jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya harga. kurva
permintaan elastis adalah landau.
2. Permintaan Inelastis Nilai koefisien elastis kurang dari satu. Yang berarti, pengaruh
besar – kecilnya harga terhadap jumlah permintaan tidak terlalu besar. Meskipun
harga naik atau turun masyarakat akan tetap membelinya. Kurva permintaan inelastic
adalah curam atau tajam.
3. Permintaan Elastis Uniter Nilai koefisien sama dengan satu. Artinya, perubahan harga
sebesar 1% menyebabkan terjadinya perubahan jumlah barang yang diminta sebesar
1%. Kurva permintaan elastis uniter adalah tidak landau dan tidak curam.
4. Permintaan Elastis Sempurna Nilai koefisien sama dengan tak terhingga. Artinya, jia
pada harga tertentu jumlah yang diminta konsumen mencapai tidak
terhingga/berapapun persediaan barang/jasa yang akan habis diminta oleh konsumen.
Kurva permintaan Elastis sempurna adalah horizontal.
5. Permintaan Inelastis Sempurna Nilai koefisien adalah nol. Berapapun, perubahan
harga tidak akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Kurva inelastic
sempurna adalah vertikal.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Islam mengajarkan dalam mengkonsumsi suatu barang/jasa harus memperhatikan etika


konsumsi yang mana yang dibenarkan dan mana yang tidak dibenarkan. 19 Konsep utility
oleh konsumen diukur dari kepuasan yang diperoleh dan keuntungan maksimal bagi produsen
dan distributor sehingga berbeda tujuan yang akan dicapai dengan konsep maslahah.
Efek pendapatan menggambarkan perubahan harga barang pada daya beli konsumen. Ini
mengaitkan perubahan kuantitas yang diminta dengan perubahan harga suatu produk. Tentu
saja, Anda tidak boleh berpaling karena biaya Pepsi lebih rendah dari sebelumnya, relatif
terhadap harga Coca Kasus barang normal. Barang normal adalah jenis barang yang
permintaannya akan turun ketika pendapatan konsumen turun dan permintaannya akan naik
ketika pendapatan konsumen naik Penurunan harga barang normal akan meningkatkan
pendapatan riil konsumen, sehingga kuantitas permintaan naik.
Perubahan dalam kuantitas yang diminta akan signifikan karena efek pendapatan positif
diperkuat oleh efek substitusi positif dari penurunan harga.
Oleh karena itu, untuk barang Giffen, kuantitas yang diminta benar-benar turun ketika ada
penurunan harga, yang membuat kurva permintaan miring ke atas. Konsumen mengganti
produk yang lebih mahal dengan yang lebih murah. Diferensiasi meningkatkan biaya
switching yang ditanggung konsumen. Dengan begitu, perusahaan mengurangi tekanan dari
ancaman substitusi, yang memungkinkan mereka beroperasi lebih menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai