Anda di halaman 1dari 12

KEPEMIMPINAN KARISMATIK

SOEKARNO
JUNE 3, 2015 ARIMARDANA 1 COMMENT

Leadership: Kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan


mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian
khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok.

Presiden Soekarno adalah bapak proklamator, seorang orator ulung yang bisa
membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Beliau memiliki gaya
kepemimpinan yang sangat populis, bertempramen meledak-ledak, tidak jarang lembut dan
menyukai keindahan.

Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika
ideologi yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik,
cocok diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yang juga menonjol dan Ir. Soekarno
adalah percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif dan inovatif serta kaya akan
ide dan gagasan baru. Sehingga pada puncak kepemimpinannya, pernah menjadi panutan dan
sumber inspirasi pergerakan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta
pergerakan melepas ketergantungan dari negara-negara Barat (Amerika dan Eropa).

Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah dan
rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya. Namun
berdasarkan perjalanan sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang demikian
ternyata mengarah pada figur sentral dan kultus individu. Menjelang akhir kepemimpinannya
terjadi tindakan politik yang sangat bertentangan dengan UUD 1945, yaitu mengangkat Ketua
MPR (S) juga.

Soekarno termasuk sebagai tokoh nasionalis dan anti-kolonialisme yang pertama, baik di
dalam negeri maupun untuk lingkup Asia, meliputi negeri-negeri seperti India, Cina,
Vietnam, dan lain-lainnya. Tokoh-tokoh nasionalis anti-kolonialisme seperti inilah pencipta
Asia pasca-kolonial. Dalam perjuangannya, mereka harus memiliki visi kemasyarakatan dan
visi tentang negara merdeka. Ini khususnya ada dalam dasawarsa l920-an dan 1930-an pada
masa kolonialisme kelihatan kokoh secara alamiah dan legal di dunia. Prinsip politik
mempersatukan elite gaya Soekarno adalah “alle leden van de familie aan een eet-tafel”
(semua anggota keluarga duduk bersama di satu meja makan). Dia memperhatikan asal-usul
daerah, suku, golongan, dan juga partai.

Tindakan Soekarno Sebelum Kemerdekaan


Soekarno, dilahirkan tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Ayahnya seorang bangsawan Jawa
bernama Sukemi Sastrodihardjo dan Ibunya seorang bangsawan Bali bernama Idayu Njoman
Rai. Perpaduan darah dari kedua bangsawan ini nampaknya menumbuhkan pribadi yang
disegani, berwibawa, jiwa yang berkarakter dan watak cerdas pada diri Soekarno.

Pada masa pergerakan nasional kita telah mengenal beberapa kelompok organisasi sosial
maupun politik seperti: Boedi Utomo, Sarikat Islam, dsb, yang masing-masing berjuang
untuk tujuan yang sama yaitu melepaskan diri dari kolonialisme Belanda. Meskipun cara
yang ditempuh berbeda antara yang satu dengan yang lain. Namun hakikat gerakan tetap
merupakan suatu cerminan dari rasa cinta terhadap tanah air. Salah satu dari gerakan tersebut
adalah nasionalisme radikal (PNI) yang didirikan oleh Soekarno, dialah yang memberikan
warna pada gerakan tersebut dan dia pula yang menempatkan nasionalisme pada tempat yang
paling tinggi. Kecintaan pada bangsa dan tanah air merupakan fokus utama.

Bagi Soekarno, bangsa, kebangsaan atau nasionalisme dan tanah air merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dia memandang semuanya sebagai “Ibu Indonesia”
yang memberikan seluruh isi alamnya untuk hidup kita semua. Itu sebabnya dia mengajak
kita untuk memperhambakan diri kepadanya. Penderitaan bangsa Indonesia dibawah
kolonialisme Belanda juga memberikan pengaruh terhadap warna nasionalisme yang
diyakininya. Nasionalisme yang diyakininya adalah
berdasarkan menselijkheid.“Nasionalismeku adalah perikemanusiaan”, begitulah dia
mengambil kalimat dari Mahatma Gandhi, pemimpin pergerakan politik India.
Begitu pentingnya nasionalisme dalam perjalanan politik Soekarno membuat dia
menempatkan nasionalisme ketempat teratas dalam prinsip ideologi yang dikenal Pancasila,
yang dikemukakan pada saat perumusan dasar negara disidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Dengan kemampuannya meyakinkan orang lain membuat Pancasila ini diterima oleh seluruh
kalangan, mengalahkan paham-paham lain yang diajukan oleh rekan-rekannya seperti:
Moch.Yamin, Ki Bagus Hadi Kusumo, Mr. Soepomo, dan Lim. Dan dengan hal ini pula,
Soekarno dikenal sebagai pencipta dari Pancasila yang terdiri dari: Kebangsaan Indonesia;
Internasionalisme atau perikemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi; Kesejahteraan Sosial dan
Ketuhanan Yang Berkebudayaan; yang kemudian menjadi dasar negara Indonesia.

Tindakan Soekarno Setelah Kemerdekaan


Sehari setelah diproklamasikan kemerdekaan Indonesia, PPKI segera menunjuk Soekarno
sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. Ini semua tidak lepas atas kontribusi
yang diberikannya kepada bangsa ini, sehingga bangsa ini telah sampai kepada pintu gerbang
kemerdekaannya. Selanjutnya, Soekarno yang telah mendapat legitimasi dan wewenang
bergerak untuk memimpin jalannya roda pemerintahan Indonesia.
Menurut analisa penulis, wewenang yang ada pada diri Soekarno merupakan wewenang
kharismastik, hal ini didasarkan pada kepercayaan anggota masyarakat pada kesaktian
(kewibawaan) dan kekuatan mistik sekalipun Soekarno juga memiliki unsur wewenang
rasional-legal yang didasarkan atas kepercayaan pada tatanan hukum rasional (UUD 1945)
yang melandasi kedudukannya sebagai seorang pemimpin.

Ternyata, Indonesia yang sudah memproklamasikan kemerdekaannya belumlah sepenuhnya


merdeka. Indonesia masih mendapatkan ancaman dari serdadu Belanda yang datang
melakukan agresi militer sekaligus gencatan senjata. Walaupun didalam jiwa bangsa
Indonesia masih bergelora semangat juang “Sekali Merdeka tetap merdeka” dan “Merdeka
atau Mati”, namun akhirnya para pemimpin bangsa bersedia melakukan perundingan dengan
Belanda untuk menghindari jatuhnya korban. Terhitung terdapat tiga perjanjian antara
Indonesia dan Belanda. Setelah melalui pertumpahan darah dan perjuangan diplomatis, pada
tanggal 27 Desember 1949, Belanda mengakui Kedaulatan Republik Indonesia dengan syarat
Indonesia haruslah berbentuk serikat. NKRI yang diproklamasikan Soekarno pada tanggal 17
Agustus 1945 hanya dianggap sebagai negara bagian dari RIS. Akhirmya, pada tanggal 16
Desember 1949 diselenggarakan pemilihan presiden RIS di Yogyakarta. Soekarno terpilih
dalam pemilu tersebut dan dilantik keesokan harinya, sehingga untuk mengganti kekosongan
dalam jabatan Presiden Negara Republik Indonesia, diangkatlah Mr. Assat.

Bentuk negara serikat (RIS) nyatanya tidak hidup terlalu lama di bumi Indonesia. Pada
tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali menganut bentuk negara kesatuan walaupun
konstitusinya masih menggunakan konstitusi RIS (UUDS 1950) dan sistem pemerintahan
masih berbentuk parlementer dimana para menteri (kabinet) bertanggung jawab kepada
parlemen. Jabatan presiden pun diambil alih lagi oleh Soekarno tetapi jabatan ini hanya
sebagai kepala negara saja. Untuk urusan kepala pemerintahan masih dipegang oleh perdana
menteri.

Walau sudah kembali kedalam bentuk negara kesatuan, terdapat ketidakpuasan terhadap
pemerintah pusat yang terjadi di beberapa daerah sehingga menimbulkan gerakan separatis.
Kemudian sering terjadinya pergantian kabinet yang jumlahnya mencapai tujuh kali. Keadaan
tersebut semakin dirancukan oleh berbagai keaadan seperti, rancunya hubungan antara
legislatif dan eksekutif dimana menurut pihak eksekutif, konstituante sebagai pihak legislatif
pada masa itu tidak mampu menyelesaikan tugasnya dalam menghasilkan Undang-undang
yang baru.

Presiden Soekarno yang saat itu hanya menjabat sebagai presiden konstitusional dimana
kedudukannya hanya sebagai simbol pemersatu bangsa tidak puas dengan kedudukannya itu
dan ingin ikut campur dalam pemerintahan. Menurut pengataman Soekarno, demokrasi
liberal yang dipegang Indonesia saat itu tidak mendorong Indonesia mendekati tujuan
revolusi yang berupa masyarakat adil dan makmur, sehingga pada gilirannya pembangunan
ekonomi sulit dimajukan. Soekarno ingin melihat bangsa Indonesia kembali seperti pada
awal-awal kemerdekaan dulu.

Dengan dalih itu, akhirnya pada tanggal 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit yang
isinya membubarkan konstituante dan menyatakan kembali ke UUD 1945. Dengan ini pula
menandai awal berdirinya masa Demokrasi Terpimpin di Indonesia.
Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang tidak didasarkan atas paham liberalisme,
sosialisme-nasional, fasisme, dan komunisme, tetapi suatu paham demokrasi yang didasarkan
atas keinginan luhur bangsa Indonesia seperti yang dicantumkan dalam pembukaan UUD
1945, menuju pada satu tujuan yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur dengan
kebahagiaan material dan spiritual sesuai dengan cita-cita Proklamasi.

Segala bentuk ataupun tindakan Soekarno dalam memimpin Indonesia pada saat Demokrasi
Terpimpin akan sangat terasa apabila kita melihatnya melalui pendekatan perilaku
(behavioral approach). Dalam pendekatan ini, Soekarno yang diangkat oleh MPRS sebagai
Pemimpin Besar Revolusi merupakan pusat dari seluruh aspek sistem sosial politik Indonesia.
Walaupun dalam perjalanannya, terdapat dua kekuatan besar lainnya yang berada dibelakang
Soekarno dalam sistem sosial politik Indonesia pada masa itu, yaitu: PKI dan Angkatan
Darat.

Namun sangat disayangkan, pada masa ini terjadi banyak penyimpangan. Praktik dari cita-
cita Demokrasi Terpimpin yang luhur tidak pernah dilaksanakan secara konsekuen. Soekarno
diangkat sebagai presiden seumur hidup melalui TAP MPRS No.III Tahun 1963. Hal ini telah
menyalahi UUD 1945 mengenai pembatasan waktu jabatan presiden selama lima tahun.
Soekarno pun membubarkan konstituante (DPR) hasil dari pemilu pertama dan digantikan
oleh DPR-GR. DPR-GR ditonjolkan peranannya dalam membantu pemerintah tetapi fungsi
kontrolnya ditiadakan. Selanjutnya pimpinan DPR-GR diangkat sebagai menteri. Dengan
demikian, DPR-GR ditekankan fungsinya sebagai pembantu presiden disamping fungsi
utamanya sebagai wakil rakyat. Kemudian konsep trias politica seolah hilang. Misal,
presiden diberikan wewenang untuk ikut campur dalam bidang yudikatif berdasarkan UU No.
19 Tahun 1964 dan dibidang legislatif berdasarkan Peraturan Tata Tertib Peraturan Presiden
No. 14 Tahun 1960 ketika DPR-GR tidak mencapai kata mufakat. Hal ini menjadikan
kaburnya batas-batas wewenang antara eksekutif dan legislatif, keduanya dirangkap oleh
Presiden.
 

Definisi Pemimpin Karismatik


Karisma berasal dari bahasa Yunani yang berarti “anugrah”. Kekuatan yang tidak bisa
dijelaskan secara logika disebut kekuatan karismatik. Karisma dianggap sebagai kombinasi
dari pesona dan daya tarik pribadi yang berkontribusi terhadap kemampuan luar biasa untuk
membuat orang lain mendukung visi dan juga mempromosikannya dengan bersemangat
(Truskie, 2002).

Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang mewujudkan atmosfir motivasi atas dasar
komitmen dan identitas emosional pada visi, filosofi, dan gaya mereka dalam diri
bawahannya (Ivancevich, dkk, 2007:209). Pemimpin karismatik mampu memainkan peran
penting dalam menciptakan perubahan. Individu yang menyandang kualitas-kualitas
pahlawan memiliki karisma. Sebagian yang lain memandang pemimpin karismatik adalah
pahlawan. House (1977) mengusulkan sebuah teori untuk menjelaskan kepemimpinan
karismatik dalam hal sekumpulan usulan yang dapat diuji melibatkan proses yang dapat
diamati. Teori itu mengenai bagaimana para pemimpin karismatik berperilaku, ciri, dan
keterampilan mereka, dan kondisi dimana mereka paling mungkin muncul. Sebuah
keterbatasan teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Shamir, dkk (1993) telah
merevisi dan memperluas teori itu dengan menggabungkan perkembangan abru dalam
pemikiran tenyang motivasi manusia dan gambaran yang lebih rinci tentang pengaruh
pemimpin terhadap pengikut (dalam Yukl, 2005:294).

 
Indikator Karisma
Bukti dari kepemimpinan karisma diberikan oleh hubungan pemimpin-pengikut. Seperti
dalam teori awal oleh House (1977), seorang pemimpin yang memiliki karisma memiliki
pengaruh yang dalam dan tidak biasa pada pengikut. Para pengikut merasa mereka bahwa
keyakinan pemimpin adalah benar, mereka bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan
kasih saying terhadap pemimpin, secara emosional mereka terlibat dalam misi kelompok atau
organisasi, mereka memiliki sasaran kinerja yang tinggi, dan mereka yakin bahwa mereka
dapat berkontribusi terhadap keberhasilan dari misi itu (Yukl, 2005).

Ciri dan Perilaku


Ciri dan perilaku merupakan penentu penting dari kepemimpinan karismatik. Para pemimpin
karismatik akan lebih besar kemungkinannya memiliki kebutuhan yang kuat akan kekuasaan,
keyakinan diri yang tinnggi dan pendirian yang kuat dalam keyakinan dan idealism mereka
sendiri. Perilaku kepemimpinan dan perilaku dari pengikut antara lain (Yukl, 2005:294):

1. Menyampaikan sebuah visi yang menarik


2. Menggunakan bentuk komunikasi yang kuat dan ekspresif saat mencapai visi itu
3. Mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu
4. Menyampaikan harapan yangt tinggi
5. Memperlihatkan keyakian akan pengikut
6. Pembuatan model peran dari perilaku yang konsisten dari visi tersebut
7. Mengelola kesan pengikut akan pemimpin
8. Membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi
9. Memberikan kewenangan kepada pengikut.
 

Tipe Pemimpin Karismatik


Pemimpin karismatik dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu karismatik visioner dan
karismatik di masa krisis (Ivancevich, 2007:211). Pemimpin karismatik visioner
mengekpresikan visi bersama mengenai masa depan. Melalui kemampuan komunikasi,
pemimpin karismatik visioner mengaitkan kebutuhan dan target dari pengikutnya dengan
target atau tugas dari organisasi. Mengaitkan para pengikut dengan target dari pengikut
dengan visi, misi, dan tujuan organisasi akan lebih mudah jika mereka merasa tidak puas atau
tidak tertantang dengan keadaan pada saat ini. Pemimpin karismatik visioner memiliki
kemampuan untuk melihat sebuah gambar besar dan peluang yang ada para gambar besar
tersebut (Barbara Mackoff dan Wenet, 2001). Sementa tipe pemimpin karismatik di masa
krisis akan menunjukkan pengaruhnya ketika system harus menghadapi situasi dimana
pengetahuan, informasi, dan prosedur yang ada tidak mencukupi (Ian I. Mirtoff, 2004).
Pemimpin jenis ini mengkomunikasikan dengan jelas tindakan apa yang harus dilakukan dan
apa konsekuensi yang dihadapi.
Kepemimpinan Ir.Soekarno
I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang.

Pesta demokrasi dalam hal pemilihan pemimpin di tiap daerah di era reformasi saat ini sudah
sering kita temukan. Mulai dari pemilihan kepala desa, bupati, hingga gubernur terus
mewarnai pesta demokrasi bangsa ini. Banyak terbentang spanduk dan baliho sang calon
pemimpin daerah dengan janji-janji suci didalamnya. Di media massa juga sering muncul
gambar-gambar para calon pemimpin yang tidak lelah mengobral janji dan visi misi.
Walaupun dirasakan tidak efektif, namun janji-janji para calon pemimpin masih manjur di
telinga rakyat kecil seperti kita.

Masyarakat pada dasarnya merindukan sosok pemimpin yang kharismatik. Sosok yang
diharapkan bisa memimpin rakyat menuju kesejahteraan dan juga perubahan.  Ibarat pepatah
kuno yang menyebutkan bahwa Pemimpin pada hakekatnya “ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mbangun karso, tut wuri handayani”. Konsep yang telah diterapkan oleh pemimpin
kharismatik seperti Nabi Muhammad, Mahatma Gandhi, Ir.Soekarno.

2.      Tujuan
Tujuan Dari penulisan ini adalah terutama untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah
Teori Organisai Umum 1 serta untuk mengetahui pengertian dari kepemimpinan, apa sajakah
tipe-tipe dari teori kepemimpinan itu, serta gaya apa saja yang ada dalam seorang pemimpi.

II
PEMBAHASAN
1.      Di setiap komunitas selalu ada pemimpinnya. Peran pemimpin beraneka ragam, di
antaranya adalah sebagai penggerak, motivator, inspirator, penunjuk arah, menyatukan,
pelindung, pengayom, penolong, pembagi kasih sayang, mencukupi serta mensejahterakan,
dan seterusnya. Tugas pemimpin, dengan demikian memang banyak dan berat. Semua
peran itu akan dipertanggung-jawabkan, baik di hadapan manusia yang dipimpinnya
maupun di hadapan Tuhan kelak.

Sebagai penggerak dan motivator, maka pemimpin harus menjadikan semua orang yang
dipimpinnya hidup. Jiwa, pikiran, dan semangat dari semua orang yang dipimpin menjadi
hidup dan berkembang. Mereka yang sebelumnya berputus asa, tidak percaya diri, dan
bahkan juga apaptis terhadap nasip dan masa depannya berubah mewnjadi percaya diri,
optimis, memiliki harapan dan percaya bahwa nasip mereka akan bisa berubah menjadi
lebih baik. Untuk menggerakkan bagi semua yang dipimpinnya, seorang pemimpin
membutuhkan kemampuan berkomunikasi untuk menyampaikan ide dan atau gagasannya.
Pemimpin harus bertabligh kepada seluruh yang dipimpinnya. Berbeda dengan dulu, tugas
ini sulit dilakukan, maka pada saat sekarang sangat mudah. Sarana berkomunikasi sudah
sedemikian banyak dan canggih. Asalkan memiliki ide dan gagasan dan juga kemauan, pada
setiap saat pemimpin bisa berkomunikasi dengan semua yang dipimpinnya.

2.      Tipe Pemimpin Karismatik


Teori kepemimpinan karismatik saat ini sangatlah dipengaruhi oleh ide-ide ahli sosial yang
bernama Max Weber. Karisma adalah kata dalam bahasa Yunani yang berarti “berkat yang
terinspirasi secara agung”, seperti kemampuan ntuk melakukan keajaiban atau
memprediksikan peristiwa masa depan. Weber (1947) menggunakan istilah itu untuk
menjelaskan sebuah bentuk pengaruh yang bukan didasarkan pada tradisi atau otoritas formal
tetapi lebih atas persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkati dengan kualitas yang luar biasa.
Menurut Weber, karisma terjadi saat terdapat sebuah krisis sosial, seorang pemimpin muncul
dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin
menarik pengikut yang percaya pada visi itu, mereka mengalami beberapa keberhasilan yang
membuat visi itu terlihat dapat dicapai, dan para pengikut dapat mempercayai bahwa
pemimpin itu sebagai orang yang luar biasa.
 
Max Weber mendefinisikan kepemimpinan kharismatik sebagai pengabdian diri terhadap
kesucian, kepahlawanan tertentu, atau sifat yang patut dicontoh dari seseorang, dan dari corak
tata tertib yang diperlihatkan olehnya. Dari pengertian tersebut diinginkan seorang pemimpin
yang bisa menjunjung tinggi kejujuran, sikap kepahlawanan, yang diaplikasikan dari
kebijakan yang diterapkan. Pemimpin yang kharismatik adalah pemimpin yang dalam
kepemimpinanya dipercaya secara penuh oleh masyarakat. Ia mendapat tempat yang
istimewa di hadapan masyarakat. Ia dipuja, dicintai, dihormati, dihargai, dan sebagainya.
Dalam melaksanakan perintah ia dapat dengan mudah melakukannya karena rakyat telah
percaya padanya.

Dalam penafsiran yang lain mengatakan bahwa kepemimpinan kharismatik adalah


kepemimpinan yang hanya bersumber dari kharisma. Dimana kharisma diartikan dengan
orang yang memiliki keahlian tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain seperti hal hal
gaib dan sebagainya. Memang itu sebagai kelemahan dari kepemimpinan kharismatik.
Bahkan kadangkala rakyat yang fanatik akan mengikuti pemimpinnya yang kharismatik
walaupun kebijakan yang dibuatnya salah.

2.1         Konsep dari Kepemimpin Karismatik

House (1977) mengusulkan sebuah teori untuk menjelaskan kepemimpinan karismatik dalam
hal sekumpulan usulan yang dapat yang melibatkan proses yang dapat diamati bukannya
cerita rakyat dan mistik. Teori itu mengenali bagaimana para pemimpin karismatik
berperilaku, ciri dan keterampilan mereka, dan kondisi dimana mereka paling mungkin
muncul. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh.
Shamir et al. (1993) telah merevisi dan memperluas teori itu dengan menggabungkan
perkembangan baru dalam pemikiran tentang motivasi manusia dan gambaran yang lebih
rinci tentang pengaruh pemimpin pada pengikut. Asumsi berikut telah dilakukan mengenai
motivasi manusia:

1)      perilaku adalah ekspresi dan perasaan seseorang, nilai dan konsep diri dan juga berorientasi
sasaran dan pragmatis
2)      konsep diri seseorang terdiri dari hierarki identitas dan nilai sosial
3)      orang secara intrinsik termotivasi untuk memperkuat dan mempertahankan kepercayaan diri
dan nilai diri mereka, dan
4)      orang secara intrinsik termotivasi untuk memelihara konsistensi di antara berbagai
komponen dari mereka dan antara konsep diri mereka dengan perilaku.

2.2          Atribusi dari Kepemimpinan Karismatik


Conger & Kanungo (1987) mengusulkan sebuah teori tentang kepemimpinan karismatik
berdasarkan pada asumsi bahwa karisma merupakan sebuah fenomena yang berhubungan
(atribusional). Berikutnya, sebuah versi yang dimurnikan dari teori itu disajikan oleh Conger
(1989) dan oleh Conger dan Kanungo (1998). Menurut teori itu, atribusi pengikut dari
kualitas karismatik bagi seorang pemimpin bersama-sama ditentukan oleh perilaku,
keterampilan pemimpinnya dan aspek situasi.

2.3         Karismatik Positif dan Karismatik Negatif


Bagaimana caranya membedakan antara pemimpin karismatik yang positif dan negatif telah
menjadi masalah bagi teori kepemimpinan.tidak selalu jelas apakah seorang pemimpin
tertentu harus digolongkan sebagai karismatik positif atau negatif. Satu pendekatan adalh
dengan menguji konsekuensi bagi pengikut. Namun, kebanyakan pemimpin karismatik
memiliki pengaruh positif dan negatif pada pengikut, dan mungkin terjadi perselisihan
tentang relatif pentingnya. Terkadang bahkan ada ketidaksesuaian mengenai apakah hasil
tertentu menguntungkan atau mengganggu.
Sebuah pendekatan yang lebih baik untuk membedakan antara karismatik positif dan negatif
adalah dalam hal nilai dan kepribadian mereka (House & Howell, 1992; Howell, 1988;
Musser, 1987). Karismatik negatif memiliki orientasi kekuasaan secara pribadi. Mereka
menekanka identifikasi prbadi daripada internalisasi. Secara sengaja mereka berusaha untuk
lebih menanamkan kesetiaan kepada diri mereka sendiri daripada idealisme.
Mereka dapat menggunakan daya tarik ideologis, tetapi hanya sebagai cara untuk
memperoleh kekuasaan, dimana setelahnya ideologi itu diabaikan atau diubah secara
sembarangan sesuai dengan sasaran pribadi pemimpin itu. Mereka beusaha untuk
mendominasi dan menaklukkan pengikut dengan membuat mereka tetap lemah dan
bergantung pada pemimpin. Otoritas untuk membuat keputusan penting dipusatkan pada
pemimpin, penghargaan dan hukuman digunakan untuk memelihara sebuah citra pemimpin
yang tidak dapat brbuat kesalahan atau untuk membesar-besarkan ancaman eksternal kepada
organisasi.
Keputuasan dari para pemimpin ini mencermnkan perhatian yang lebih besar akan pemujaan
diri dan memelihara kekuasaan daripada bagi kesejahteraan pengikut.
Sebaliknya, karismatik positif memiliki orientasi kekuasaan sosial. Para pemimpin ini
menekankan internalisasi dari nilai-nilai bukannya identifikasi pribadi. Mereka berusaha
untuk menanamkan kesetiaan kepada diri mereka sendiri. Otoritas didelegasikan hingga batas
yang cukup besar, informasi dibagikan secara terbuka, didorongnya partisipasi dalam
keputusan, dan penghargaan digunakan untuk menguatkan perilaku yang konsisten dengan
misi dan sasaran dari organisasi.

Hasilnya adalah kepemimpinan mereka akan makin menguntungkan bagi pengikut walaupun
konsekuensinya yang mendukung tidak dapat dihindari jika strategi yang didorong oleh
pemimpin tidak tepat.

Konsekuensi negatif yang mungkin terjadi dalam organisasi dipimpin oleh karismatik adalah:
         Keinginan akan penerimaan oleh pemimpin menghambat kecaman dari pengikut
         Pemujaan oleh pengikut menciptakan khayalan akan tidak dapat berbuat kesalahan
         Keyakinan dan optimisme berlebihan membutakan pemimpin dari bahaya nyata
         Penolakan akan masalah dan kegagalan mengurangi pembelajaran organisasi
         Proyek berisiko yang terlalu besar akan besar kemungkinannya untuk gagal
         Mengambil pujian sepenuhnya atas keberhasilan akan mengasingkan beberapa pengikut
yang penting
         Perilaku impulsif yang tidak tradisional menciptakan musuh dan juga orang-orang yang
percaya
         Ketergantungan pada pemimpin akan menghambat perkembangan penerus yang kompeten
         Kegagalan untuk mengembangkan penerus menciptakan krisis kepemimpinan pada
akhirnya Dua kumpulan konsekuensi yang saling terkait berkomposisi untuk meningkatkan
kemungkinan bahwa karier pemimpin akan terpotong singkat.
Para pemimpin karismatik cenderung untuk membuat keputusan yang berisiko yang dapat
mengakibatkan kegagalan serius, dan mereka cenderung untuk membuat musuh yang lebih
kuat yang akan menggunakan kegagalan demikian sebagai kesempatan untuk memindahkan
pemimpin dari kantornya.

Para pengikut akan jauh lebih baik bila bersama dengan pemimpin yang karismatik positif
daripada dengan pemimpin karismatik negatif. Mereka lebih besar kemungkinannya akan
mengalami pertumbuhan psikologis dan perkembangan kemampuan mereka dan organisasi
akan lebig dapat beradaptasi terhadap sebuah lingkungan yang dinamis, bermusuhan dan
kompetitif. Pemimpin yang karismatik positif biasanya menciptakan sebuah budaya yang “
berorientasi keberhasilan” (Harrison, 1987), “ sistem kinerja tinggi” (Vaill, 1987), atau
organisasi yang “dipicu oleh nilai secara langsung” (Peters & Waterman, 1982).
Organisasi jelas telah memahami misi yang telah mewujudkan nilai-nlai sosial bukan hanya
keuntungan atau pertumbuhan, para anggota dari semua tingkatan diberikan kewenangan
untuk membuat keputusan penting tentang bagaimana menerapkan strategis dan
melakukan pekerjaan mereka, komunikasinya terbuka dan informasi dibagikan, dan
struktur dan sistem organisasi mendukung misinya. 

Jika diperpanjang sebagai mode operasi normal, budaya keberhasilan tunggal akan
menciptakan tekanan yang berlebihan, dan para anggota yang tidak mampu menoleransi
tekanan ini akan mengalami penyimpangan psikologis. Sebuah budaya keberhasilan dalam
satu subunit dari organisasi yang besar dapat mengakibatkan sifat elite, isolasi, dan
kurangnya kerja sama yang dibutuhkan dengan subunit lainnya. Harrison menyimpulkan
bahwa kondisi yang tidak terlalu menuntut, budaya itu harus memiliki keseimbangan yang
lebih baik antara masalah tugas dan masalah manusia. Saat ini bangsa Indonesia memang
sangat membutuhkan pemimpin yang kharismatik, dan diakui itu amat sulit ditemukan di
tanah air yang luas ini. Padahal di era kemerdekaan, dunia pun mengakui bahwa bangsa
Indonesia memiliki sosok pemimpin yang berkharisma seperti Ir. Soekarno.
Dr.Ir. Soekarno  lahir di Surabaya Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21
Juni 1970 pada umur 69 tahun .Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat
pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia
(bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno
adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.
Pembawaan yang tenang dari beliau dicerminkan dalam gaya bahasa, tutur kata, dan tutur
retorika. Kebijakan dan pemikiran-pemikiran beliau menunjukkan bahwa presiden pertama
Indonesia ini memiliki intelektualitas yang tinggi, berwibawa, dan memiliki fatsun politik. 

Beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia)
pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke
penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru
disidangkan.
Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan
Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu. Pembelaannya itu membuat Belanda makin
marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931,
Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau
kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian
dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal
1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya
Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945
Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar
(ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara.
Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin
dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi
Gerakan Non Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan
MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat
Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal
dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim
di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai
"Pahlawan Proklamasi"
Dalam kancah politik, Soekarno bersama Sutan Sjahrir, Moh. Hatta, atau kawan lainnya tetap
menunjukkan etika yang baik, walaupun dalam berdiskusi mengenai politik tak dipungkiri
selalu ada perdebatan karena perbedaan ideologi. Terhadap rekan-rekan dalam Dewan Pers,
beliau juga tidak menunjukkan sikap dan perilaku kekuasaan atau atasan, namun sikapnya
lebih mencerminkan kerekanan.
Oleh karena itu, Soekarno adalah pribadi yang termasuk paling mempunyai otoritas baik
dalam wawasan maupun dalam gudang pengalaman. 
Bung Karno sebagai Icon Nasionalis tidak perlu diragukan lagi, dari barat hingga ke timur
negeri ini seolah meng-amini namun sisi lain bung karno sebagai sosok guru bangsa yang
juga memiliki sisi - sisi islamis tentu tak banyak orang yang mengetahuinya terlebih di masa
kepemimpinannya diwarnai dengan benturan – benturan politik dengan kalangan islamis dan
polemik yang menajam seputar dasar negara dengan tokoh paling terkemuka kalangan Islam
saat itu, Mr. Mohammad Natsir.
Nama Bung Karno yang dikenal sebagai Putra Sang Fajar tidak bisa dilepaskan dari tokoh –
tokoh Pergerakan Islam yang Istiqomah berjuang demi cita – cita besar Kemerdekaan
Indonesia. Para pakar sumber daya manusia menemukan bahwa motivasi dan kepuasaan kerja
para karyawan terkait secara langsung dengan hubungan dengan dengan pengawas mereka.
Popularitas dan disertai integritas akan cenderung memudahkan pemimpin dalam hal
pendelegasian tugas. Hal ini pun ditemukan pada sosok Bung Karno, dimana kharisma beliau
mampu menjadi senjata ampuh dan menjadikannya popular dimata pengikutnya.
Setiap kebijakannya dilaksanakan oleh para bawahan dengan memegang kepercayaan dari
atasannya yang tentu memilik integritas dan mampu menjalin hubungan yang baik. Bukti dari
kepemimpinan karismatik diberikan oleh hubungan antara pemimpin dengan pengikut.
Seperti dalam teori awal oleh House (1977), seorang pemimpin yang karismatik memiliki
pengaruh yang dalam dan tidak biasa pada pengikut. Para pengikut merasa bahwa keyakinan
pemimpin adalah benar, mereka bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan kasih
sayang terhadap pemimpin, secara emosional mereka terlibat dalam misi kelompok atau
organisasi, mereka memiliki sasaran kinerja yang tiggi, dan mereka yakin bahwa mereka
dapat berkontribusi terhadap keberhasilan dari misi itu.
Atribusi dari kemampuan yang luar biasa kepada pemimpin amatlah mungkin, tetapi
sebaliknya dari teori oleh Conger dan Kanungo (1987), hal ini tidak dianggap sebagai sebuah
kondisi yang diperlukan untuk kepemimpinan karismatik.
3.      Gaya Kepemimpinan Pemersatu

Ir.Soekarno Adalah bapak proklamator, seorang orator ulung yang bisa membangkitkan
semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Beliau memiliki gaya kepemimpinan yang sangat
populis, bertempramen meledak-ledak, tidak jarang lembut dan menyukai keindahan.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika
ideologi yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik,
cocok diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yang juga menonjol dan Ir. Soekarno
adalah percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif dan inovatif serta kaya akan
ide dan gagasan baru. Sehingga pada puncak kepemimpinannya, pernah menjadi panutan dan
sumber inspirasi pergerakan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta
pergerakan melepas ketergantungan dari negara-negara Barat (Amerika dan Eropa). 

Berbagai gejolak di tanah air terjadi selama kepemimpinan Presiden Soekarno, akibat dari
adanya kebhinekaan dan pluralitas masyarakat Indonesia serta ketidakpuasan memunculkan
gerakan-gerakan yang mengarah kepada disintegrasi bangsa melalui pemberontakan-
pemberontakan yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), antara lain DI/TII, Permesta dan yang belum terselesaikan sampai dengan saat ini
adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Gerakan Papua Merdeka (GPM). Ir. Soekarno
adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah dan rela berkorban
demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya. Namun berdasarkan perjalanan
sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang demikian ternyata mengarah pada figur
sentral dan kultus individu. Menjelang akhir kepemimpinannya terjadi tindakan politik yang
sangat bertentangan dengan UUD 1945, yaitu mengangkat Ketua MPR (S) juga.

Soekarno termasuk sebagai tokoh nasionalis dan anti-kolonialisme yang pertama, baik di
dalam negeri maupun untuk lingkup Asia, meliputi negeri-negeri seperti India, Cina,
Vietnam, dan lain-lainnya. Tokoh-tokoh nasionalis anti-kolonialisme seperti inilah pencipta
Asia pasca-kolonial. Dalam perjuangannya, mereka harus memiliki visi kemasyarakatan dan
visi tentang negara merdeka. Ini khususnya ada dalam dasawarsa l920-an dan 1930-an pada
masa kolonialisme kelihatan kokoh secara alamiah dan legal di dunia. Prinsip politik
mempersatukan elite gaya Soekarno adalah "alle leden van de familie aan een eet-tafel"
(semua anggota keluarga duduk bersama di satu meja makan). Dia memperhatikan asal-usul
daerah, suku, golongan, dan juga partai.

4.      Teori Kepemimpinan Ir.Soekarno


Untuk menggerakkan dan memotivasi orang, pemimpin harus memiliki visi dan misi yang 
jelas. Visi dan misi itu harus dirumuskan menjadi tema-tema yang jelas, jargon, semboyan,
dan bahkan kalau perlu lagu atau nyanyian. Kita ingat, dulu Presiden Ir.Soekarno pintar
sekali membuat kata, kalimat, atau semboyan-semboyan, hingga menjadikan jiwa rakyatnya
hidup. Kalimat-kalimat yang keluar dari presiden pertama bangsa ini mampu
menghidupkan dan juga menggerakkan hati rakyat. Misalnya, ia mengatakan bahwa bangsa
Indonesia bukan bangsa tempe, tidak perlu bantuan PBB. Semboyan yang berbunyi rawe-
rawe rantas, malang-malang putung, mampu menghidupkan dan menggerakkan semangat,
apalagi terhadap anak-anak muda.

Kita pernah memiliki pemimpin yang mampu menggerakkan jiwa rakyatnya. Dengan cara
itu, bangsa ini sekalipun masih miskin tetapi tidak merasa miskin. Sekalipun masih kecil,
belum memiliki banyak universitas, sarana dan prasarana kehidupan masih ala kadarnya,
tetapi sudah merasa besar dan percaya diri. Sekalipun masih serba berkekurangan tetapi
merasa bangga dengan menjadi bangsa Indonesia. Rakyat merasa merdeka dan bangga
dengan kemerdekaannya itu.

III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Kepemimpinan kharismatik (charismatic leadership): Kharisma diartikan “keadaan atau bakat
yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang
untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya” atau
atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu.

Pemimpin kharismatik menampilkan ciri-ciri sebagai berikut:


(a) memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas.
(b) mengkomunikasikan visi itu secara efektif.
(c) mendemontrasikan konsistensi dan fokus
(d) mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya.
Gaya kepemimpinan karismatis dapat terlihat mirip dengan kepemimpinan transformasional,
di mana pemimpin menyuntikkan antusiasme tinggi pada tim, dan sangat enerjik dalam
mendorong untuk maju. Namun demikian, pemimpin karismatis cenderung lebih percaya
pada dirinya sendiri daripada timnya.
Di Indonesia, sosok Soekarno memiliki kharisma di mata para pengikutnya. Baik dinilai
secara positif atau negatif oleh masyarakat, namun penulis mengakui bahwa di Indonesia
masih menjadi barang yang langka untuk menemukan pemimpin dengan kemampuan seperti
beliau.

Anda mungkin juga menyukai