Anda di halaman 1dari 2

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Pendidikan menurut KHD:

“Menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak, agar ia dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi – tingginya baik sebagai seorang manusia maupun anggota masyarakat.”

Berbeda dengan pengajaran yang hanya berperan sebagai proses memberi ilmu untuk kecakapan hidup
anak, Pendidikan lebih menekankan proses memanusiakan manusia. Dimana upaya – upaya dilakukan
sebagai persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup anak baik di masyarakat maupun
hidup berbudaya dalam arti yang seluas – luasnya dengan berdasar kepada nilai – nilai kemanusiaan.

Sistem Pendidikan KHD adalah system Among dengan 2 sendi utama yaitu kodrat alam dan
kemerdekaan.

Siswa sebagai subjek sekaligus objek dari pendidikan itu sendiri karena mereka telah memiliki bakat
sejak lahir.

Tujuan system among:


Memerdekakan jiwa sang anak secara lahir, batin, dan tenaga.

Budi pekerti merupakan perpaduan dari cipta(kognitif/pikiran), karsa (perasaan dan kehendak) yang
menghasilkan karya.

Budi pekerti seorang anak tidak hanya dipengaruhi oleh satu hal saja. Namun Ki Hajar Dewantara
mengatakan ada

Trisentra Pendidikan:

Yaitu Keluarga, Sekolah, dan masyarakat

Semua hal tersebut harus dialami anak secara wajar agar terwujud pendidikan holistik bagi siswa yakni
pendidikan yang mengembangkan semua dimensi manusia tidak hanya kemampuan akademik tetapi
juga fisik emosional spiritual kreativitas dan aspek kecerdasan majemuk lainnya secara holistik dan
seimbang.
Sebelum mempelajari modul 1.1, pembelajaran yang saya terapkan di kelas masih sangat berorientasi
pada nilai, meskipun saya sendiri tahu bahwa tiap siswa itu special dan memiliki bakat dalam diri mereka
masing – masing.
Saya masih sering mengukur kemampuan mereka dari berhasil atau tidaknya mereka dalam
menyelesaikan tugas yang saya berikan. Saya juga masih sering mengungkit tentang tambahan nilai
untuk memotivasi mereka.

Selain itu, pembelajaran yang saya lakukan di kelas juga terlalu focus pada kemampuan kognitif siswa
dan kurang menitikberatkan pendidikan karakter atau softskillnya.

Setelah mempelajari modul 1.1, saya lebih sadar bahwa seharusnya seorang pendidik itu menuntun,
bukan menuntut. Serta tidak melupakan hal yang disukai anak sesuai dengan kodratnya yaitu tentang
“dolanan”.

Penilaian kognitif tetap ada, tetapi kini saya lebih menghargai usaha seorang siswa sesuai dengan
kemampuannya. Berusaha mengenal lebih dekat terhadap siswa yang saya ajar, agar dapat mengetahui
potensi yang mereka miliki, serta dapat memberikan motivasi yang sesuai.

Dengan menjadi lebih dekat, saya juga berusaha menyisipkan penguatan pendidikan karakter kepada
siswa secara berterima.

Saya juga menjadi lebih paham bahwa hukuman dan paksaan bukanlah cara yang tepat untuk
menumbuhkan potensi anak. Bahkan dapat menghambat jiwa merdeka sang anak. Sanksi kepada siswa
haruslah seimbang, netral, dan adil.

Hal yang bisa segera saya terapkan di kelas agar mencerminkan pemikiran KHD:

1. Mengadakan diskusi untuk membentuk komitmen bersama siswa tentang what to do and not to
do agar proses pembelajaran lebih nyaman.
2. Merancang pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton untuk memfasilitasi kodrat
“dolanan” anak. Serta dapat memperkuat karakter baik dalam diri siswa.
3. Memberikan feedback positif yang membangun semangat belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai