Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN DHF PADA ANAK

A12-A Keperawatan

OLEH KELOMPOK 14 :

1. NI LUH PUTU WIDI WULANDARI (183212843)


2. NI MADE VINA WIDYA YANTI (183212849)
3. PUTU DIAH WULANDARI (183212862)

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan Ridho-Nya
penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Anak
Dengan DHF”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun
dengan bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca sebelumnya.

Denpasar,14 Desember 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari orang dewasa.
Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan
definisi yang berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak
sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child
mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and
Adolescent Health and Development , 2006)

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara
bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama
lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-
sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.   Dalam hal ini
kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan
yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas
baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.  

Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan rantai penularan
dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan
memberantas sarang perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di permukaan
tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan program 3M ( menutup, menguras,
mengubur) (WHO 2004).

Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama tiga tahun terakhir, secara
signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun
terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan
di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat signifikan hanya
menyisakan 18.835 kasus.  Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF

B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian DHF.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi DHF.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi DHF.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik.
7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.
8. Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF
9. Mahasiswa dapat memahmi dalam melakukan asuhan keperawatan DHF
1.3 Metode penulisan

Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan dengan tujuan
mendapatkan gambaran secara tepat tentang asuhan keperawatan anak pada DHF, untuk memperoleh
data, penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang terkait
dengan asuhan keperawatan Anak DHF.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR DHF


A. Pengertian

1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(Nursalam, dkk. 2008)

2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF
sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006)

3. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)

4. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suryady,2001,hal 57)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam.

2.2 Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus) dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada
suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :

1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih


2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak mandi,
tempayan vas bunga.
2.3 Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dimana virus tersebut
akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus masuk ke dalam aliran darah).
Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi
akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau
terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan factor koagulasi
merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran
plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga
organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.

Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis jaringan yang akan
mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan
gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi ,
hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus
masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.

Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja hepar,
dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena hati terserang virus
dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga
menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan
abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi
sistem koplemen atau melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan
IV. (Nursalam, 2008
PATHWAY

Virus Dengue

Reaksi antigen – antibody Viremia

Mengeluarkan zat mediator


vasodilatasi Mengeluarkan mual Merangsang saraf
pembuluh darah zat mediator simpatis
Peningkatan permeabilitas otak
dinding pembuluh darah
Merangsang
Sakit kepala hipotalamus Diteruskan ke
kebocoran
plasma anterior ujung saraf
bebas
hematokrit darah berpindah ke Nafsu makan
Trombositopenia ektravaskuler Suhu menurun
tubuh
Nyeri
otot
Hemokonsentrasi Kekurangan
Risiko perdarahan Intake
volume cairan
inadekuat

Hipertermi Nyeri akut


Risiko Syok hipovolemik

Ketidakseimbangan
nutrisi
Kematian Hospitalisasi

Cemas
2.4 Klasifikasi

Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:

1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.

2. Derajat II :

Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain.

3. Derajat III :

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan darah
menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.

4. Derajat IV :

Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.

2.5 Manifestasi klinis

Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari


2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

2.6 Pemeriksaan diagnostik

1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia


(100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura
2.7 Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008)
1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh
manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia diberikan obat
anti piretik dan kompres air biasa.Jika terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya.
Luminal diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1
tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg
BB. Anak diatas satu tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada pasien tanpa ranjatan apabila
pasien terus menerus muntah , tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi dan hematocrit yang cenderung meningkat.
Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai pengganti cairan
yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika
pemberian cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau plasma akspander,
banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara membuka klem infus tetapi
biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan,
maka untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit dimasukkan cairan
sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan

Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah. Jenis minuman yang
diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat
dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat
dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%.
Bila terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat.

Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin dalam waktu 1-2 jam dan pada
jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk
menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol
dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk
menenangkan pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg
BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam mencegah infeksi seperti
Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis yang ditemukan.

Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada
penderita yang mempunyai keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel
darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15
sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.
3. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut ( Hidayat Alimul , 2008)
diantaranya:

a. Ensepalopati
b. Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan kemungkinan dapat
disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
c. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok hipovolemik.
d. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien akan
mengalami distress pernafasan.
e. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun)
, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang
tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit adalah panas
tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare
atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola
mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV) , melena
atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami serangan ulangan
DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya koplikasi
dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk
dapat beresiko , apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih ( seperti
air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan berkurang dan
menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami diare atau
konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menajga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan andi
elmah.
b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan
ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tekanan darah tidak
teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl keringat dingin, dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy).
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga
(pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak terdapat cairan
yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya
terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) dan asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
3.2. ANALISA DATA

No Data Interpetasi Masalah


(Sesuai dengan Patofisiologi)
1. DS: Virus Dengue Kekurangan volume cairan
a. Ibu klien mengatakan
anaknya minum kurang Reaksi antigen-antibody
lebih 150 cc/24 jam
b. Ibu klien mengatakan Mengeluarkan zat mediator
anaknya BAK 5x/hari
c. Ibu klien mengatakan Peningkatan permeabilitas
anaknya BAB sudah 2 kali dinding pembuluh darah
dengan konsistensi encer
berwarna kuning kecoklatan Kebocoran Plasma
d. Ibu klien mengatakan perut
anaknya kembung Darah berpindah ke
e. Ibu klien mengatakan ekstravaskuler
anaknya muntah 6 kali per
hari dengan konsistensi Kekurangan Volume Cairan
muntahan sesuai dengan
makanan
f. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas

DO :
g. Mukosa bibir klien kering
h. Turgor kulit klien sedang
i. Konjungtiva klien anemis
j. Mata klien tampak cekung
k. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg setelah
sakit 17 kg)
l. Klien tampak terpasang
infus RA 30 tts/ menit
m. Balance cairan klien=
intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari

Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-
1980= -580
n. HT : 41% volume
2. DS : Virus Dengue Gangguan pemenuhan
a. Ibu klien mengatakan kubutuhan nutrisi kurang dari
anaknya tidak nafsu makan Reaksi antigen-antibody kebutuhan tubuh
b. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel Viremia
c. Ibu klien mengatakan
anaknya hanya Mual
menghabiskan ¼ porsi
makan Nafsu makan menurun
d. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah enam kali Intake inadekuat
isi muntahan makanan
e. Ibu klien mengatakan BB Ketidakseimbangan Nutrisi
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg dan
sesudah sakit 17 kg)
DO :
a. BB ideal anak 20 kg
b. Klien tampak lemas
c. Konjungtiva anemis
d. HB : 12,3 gr/dl
e. Trombosit 26.000
f. Albumin 3,2 gr/ml
g. LLA 13 cm
3. a. Ibu klien mengatakan Virus Dengue Resiko peningkatan suhu tubuh
anaknya panas semenjak 3 (hipertermia)
hari yang lalu Reaksi antigen – antibody
b. Ibu klien mengatakan
anaknya panas naik turun Viremia
c. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas Menngeluarkan Zat Mediator
d. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel Merangsang hipotalamus
anterior

DO :
Suhu Tubuh Meningkat
a. Klien teraba panas
b. Kulit klien tampak
Hipertermia
kemerahan
c. Suhu 37,8°C
d. Leukosit 5100 / ul
e. Trombosit 26.000
3.3. Diagnosa keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf


ditemukan teratasi
1. Gangguan volume cairan kurang 14 Desember
dari kebutuhan tubuh berhubungan 2020
dengan peningkatan permeabilitas
kapiler,muntah dan demam.
2. Gangguan pemenuhan kubutuhan 14 Desember
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2020
berhubungan dengan anoreksia
3. Resiko peningkatan suhu tubuh 14 Desember
(hipertermia) berhubungan dengan 2020
proses penyakit (virus dalam
darah/viremia).

3.4. Intervensi keperawatan

Rencana Perawatan Ttd


Hari/ No
Tujuan dan Kriteria
Tgl Dx Intervensi Rasional
Hasil

1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji Tanda-tanda Vital 1.mengetahui atau


Selasa, 14 1 asuhan keperawatan 3x24 memantau keadaan
Desember jam diharapkan gangguan umum klien
2020 volume cairan tubuh dapat 2. Monitor tanda-tanda 2. untuk mengetahui
teratasi dengan kriteria meningkatnya kekurangan tingkat dehidrasi dan
hasil: cairan: turgor kulit tidak intervensi lanjut
1. Pasien tidak muntah lagi
elastis, ubun-ubun cekung ,
2. mukosa bibir normal
produksi urine menurun

3. Monitor tanda syok


3. memulihkan dan
hipovolemik, baringkan
membantu peredaran
pasien terlentang tanpa
darah dalam tubuh
bantal
supaya lancar
sehingga mengurangi
syok yang terjadi
4. Pasang infus dan berikan 4. membantu proses
cairan intravena jika terjadi perbaikan tubuh
perdarahan

Selasa, 14 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji mual, sakit menelan,


1. untuk menetapkan
Desember asuhan keperawatan 3x24 dan muntah yang dialami oleh cara mengatasinya
2020 Jam diharapkan nutrisi pasien
pasien terpenuhi dengan 2. Berikan makanan yang
kriteria hasil: 2. Membantu
mudah ditelan seperti bubur,
1. Berat badan stabil dalam mengurangi
tim, dan hidangkan saat masih
batas normal kelelahan pasien dan
hangat
2. Tidak ada mual muntah meningkatkan asupan
makanan karena mudah
ditelan

3. Catat jumlah/porsi makan


3. Untuk mengetahui
yang dihabiskan oleh klien
pemenuhan nutrisi
setiap hari
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Membantu proses
dalam pemberian diit yang
penyembuhan klien
tepat.

3.5. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan askep. Tujuannya
berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan, dengan
keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang memberikan mekanisme bagi
perawat yang menentukan apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.

2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal dan waktu serta
nama dan paraf perawat yang jelas.

3.2. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak.

2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon
segera ( pendokumentasian dan implementasi ).

b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus klien pada waktu
tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan ( dalam bentuk
SOAP ).
BAB VI

PENUTUP

I.1 KESIMPULAN

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering
menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam disertai gejala klinis
lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii :
derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi
: nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan
berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi
tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh akibat perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-
obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Untuk perawat anak


Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih lengkap sesuai dengan
keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan di takutkan adanya
Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada klien.Hendaknya
penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna meningkatkan
pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2. Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan melaksanakan
program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan
program 3M, menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas,
membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta

Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika

Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC

Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba medika

Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC

Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC

Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.

Anda mungkin juga menyukai