Askep DHF KLP 14
Askep DHF KLP 14
A12-A Keperawatan
OLEH KELOMPOK 14 :
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan Ridho-Nya
penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Anak
Dengan DHF”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun
dengan bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca sebelumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari orang dewasa.
Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan
definisi yang berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak
sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child
mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and
Adolescent Health and Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara
bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama
lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-
sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini
kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan
yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas
baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan rantai penularan
dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan
memberantas sarang perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di permukaan
tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan program 3M ( menutup, menguras,
mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama tiga tahun terakhir, secara
signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun
terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan
di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat signifikan hanya
menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian DHF.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi DHF.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi DHF.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik.
7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.
8. Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF
9. Mahasiswa dapat memahmi dalam melakukan asuhan keperawatan DHF
1.3 Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan dengan tujuan
mendapatkan gambaran secara tepat tentang asuhan keperawatan anak pada DHF, untuk memperoleh
data, penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang terkait
dengan asuhan keperawatan Anak DHF.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(Nursalam, dkk. 2008)
2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF
sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006)
3. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)
4. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suryady,2001,hal 57)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam.
2.2 Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus) dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada
suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dimana virus tersebut
akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus masuk ke dalam aliran darah).
Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi
akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau
terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan factor koagulasi
merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran
plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga
organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis jaringan yang akan
mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan
gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi ,
hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus
masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja hepar,
dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena hati terserang virus
dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga
menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan
abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi
sistem koplemen atau melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan
IV. (Nursalam, 2008
PATHWAY
Virus Dengue
Ketidakseimbangan
nutrisi
Kematian Hospitalisasi
Cemas
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain.
3. Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan darah
menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah. Jenis minuman yang
diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat
dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat
dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%.
Bila terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin dalam waktu 1-2 jam dan pada
jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk
menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol
dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk
menenangkan pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg
BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam mencegah infeksi seperti
Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada
penderita yang mempunyai keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel
darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15
sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.
3. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut ( Hidayat Alimul , 2008)
diantaranya:
a. Ensepalopati
b. Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan kemungkinan dapat
disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
c. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok hipovolemik.
d. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien akan
mengalami distress pernafasan.
e. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
BAB III
TINJAUAN KASUS
DO :
g. Mukosa bibir klien kering
h. Turgor kulit klien sedang
i. Konjungtiva klien anemis
j. Mata klien tampak cekung
k. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg setelah
sakit 17 kg)
l. Klien tampak terpasang
infus RA 30 tts/ menit
m. Balance cairan klien=
intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari
Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-
1980= -580
n. HT : 41% volume
2. DS : Virus Dengue Gangguan pemenuhan
a. Ibu klien mengatakan kubutuhan nutrisi kurang dari
anaknya tidak nafsu makan Reaksi antigen-antibody kebutuhan tubuh
b. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel Viremia
c. Ibu klien mengatakan
anaknya hanya Mual
menghabiskan ¼ porsi
makan Nafsu makan menurun
d. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah enam kali Intake inadekuat
isi muntahan makanan
e. Ibu klien mengatakan BB Ketidakseimbangan Nutrisi
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg dan
sesudah sakit 17 kg)
DO :
a. BB ideal anak 20 kg
b. Klien tampak lemas
c. Konjungtiva anemis
d. HB : 12,3 gr/dl
e. Trombosit 26.000
f. Albumin 3,2 gr/ml
g. LLA 13 cm
3. a. Ibu klien mengatakan Virus Dengue Resiko peningkatan suhu tubuh
anaknya panas semenjak 3 (hipertermia)
hari yang lalu Reaksi antigen – antibody
b. Ibu klien mengatakan
anaknya panas naik turun Viremia
c. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas Menngeluarkan Zat Mediator
d. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel Merangsang hipotalamus
anterior
DO :
Suhu Tubuh Meningkat
a. Klien teraba panas
b. Kulit klien tampak
Hipertermia
kemerahan
c. Suhu 37,8°C
d. Leukosit 5100 / ul
e. Trombosit 26.000
3.3. Diagnosa keperawatan
3.5. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan askep. Tujuannya
berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan, dengan
keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang memberikan mekanisme bagi
perawat yang menentukan apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal dan waktu serta
nama dan paraf perawat yang jelas.
3.2. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak.
2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon
segera ( pendokumentasian dan implementasi ).
b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus klien pada waktu
tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan ( dalam bentuk
SOAP ).
BAB VI
PENUTUP
I.1 KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering
menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam disertai gejala klinis
lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii :
derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi
: nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan
berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi
tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh akibat perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-
obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
3.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba medika
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC