Anda di halaman 1dari 87

Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep.

, Ns., M.ARS.

ROSA DWI SAHATI


17 NOVEMBER
2016
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Pokok Bahasan

• Kerangka Hukum KPRS


• Definisi
• Enam sasaran keselamatan pasien
• Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien RS
• Sharing implementasi KPRS RKZ Surabaya
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

1. Undang Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/ MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 251/ MENKES/SK/VII/2012
tentang Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

UU NO. 44 Th 2009 tentang Rumah


Sakit
(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
(2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
(3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan
oleh Menteri.
(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibuat secara anonim dan ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam
rangka meningkatkan keselamatan pasien.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Permenkes 1691 / VIII / 2011


Tentang KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

 RS melaksanakan program KPRS, dgn mengacu pada kebijakan


nasional Komite Nasional KPRS.
 RS wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien RS
 RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
 RS wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien
 RS melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS
 Pelaporan IKP : Internal  TKPRS dan Eksternal  KKPRS
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih


aman yang meliputi :
1. Asesmen risiko,
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien,
3. Pelaporan dan analisis insiden,
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. (Depkes, 2011)
(Penjelasan UU 44/2009 ttg RS pasal 43)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Insiden Keselamatan Pasien


(IKP)

Setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang


mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera
yang dapat dicegah pada pasien.
Insiden terdiri dari :
1. KTD
2. KNC
3. KTC
4. KPC
(KARS, 2008; Depkes, 2011).
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Definisi
1. KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) – Adverse event :
Insiden yang mengakibatkan pasien cedera
2. Kejadian sentinel - Sentinel Event :
KTD yg mengakibatkan kematian atau cedera serius
3. KNC (Kejadian Nyaris Cedera ) – Near miss, Close call :
Terjadinya insiden yg belum sampai terpapar ke pasien
(pasien tidak cedera)

Persi/KARS Juni 2010 Permenkes 2011


Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

4. KTC (Kejadian Tidak Cedera) – No harm incident :


Insiden sudah terpapar ke pasien, tetapi pasien tidak timbul
cedera
5. KPC (Kondisi Potensial Cedera) = Reportable circumstance
kondisi/ situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Contoh : alat defibrilator standby di IGD, tetapi tidak berfungsi !!
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Pasien
tidak terpapar Near Miss
(KNC)
- Error, diket, dibatalkan (prevention)

Proses of Care
Error
• Kesalahan proses Tidak No Harm Event
• Dapat dicegah cedera
• Pelaks Plan action tdk komplit (KTC)
• Pakai Plan action yg salah Pasien - Dpt obat “c.i.”, tdk timbul (chance)
• Krn berbuat : - Dpt obat “c.i.”, diket, beri anti-nya
terpapar (mitigation)
commission
• Krn tidak berbuat :
omission Pasien
Adverse Event
cedera
(KTD)
(Preventable) Kejadian Sentinel
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Significant Tidak Reportable


potential for harm cedera circumstance
situation
KPC
Kondisi Potensial Cedera

Proses of Care
Non Error

Pasien Pasien Adverse Event


terpapar cedera
KTD
(Unpreventable)
• Tidak Dpt dicegah
• Unpreventable
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

IF YOU PUT GOOD PERSON IN BAD SYSTEM, YOU WILL GET A bAD RESULT
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Masalah human error dapat dilihat dari :

1. Pendekatan individu
 fokus pada tindakan tidak aman (pelanggaran
prosedur, lupa, kurang perhatian, motivasi yg buruk)
2. Pendekatan Sistem
 fokus pada kondisi dimana individu bekerja dan
mencoba membangun pertahanan untuk mencegah
atau mengurangi kesalahan.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Jika suatu organisasi mengadopsi patient safety culture sebagai


nilai keselamatan  setiap individu bertanggung jawab
dalam memberikan pelayanan secara aman;
Setiap individu dapat bertindak sebagai barier dalam pelayanan;
(IOM) tiga unsur :
1. Kepercayaan, meskipun proses pelayanan kesehatan berisiko tinggi,
dapat didesain untuk mencegah kegagalan;
2. Komitmen pada tingkat organisasi untuk mendeteksi dan belajar
dari kesalahan;
3. Lingkungan yang aman dan kondusif
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Siklus Kegiatan Keselamatan Pasien


Patient •Risk Grading Matrix
Involvement/ Pelaporan •Risk Analysis : RCA,
FMEA
Communication Insiden

Implementasi Analisis/Belajar
&“Measurement” Riset

Yan RS
yang lebih
aman Pengembangan
Seminar
Solusi

Panduan
Pelatihan Pedoman
Standar
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

TINGKAT PENDEKATAN DALAM PENINGKATAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN


MATURITAS
PATOLOGIS Belum memiliki sistem yang mendukung kultur keselamatan pasien, lingkungan
kerja masih bersifat menyalahkan

REAKTIF Sistem bersifat fragmentasi, dikembangkan hanya sekedar menjawab akreditasi


organisasi dan reaktif terhadap cedera medis yang terjadi

KALKULATIF Sistem tertata baik namun implementasi masih bersifat segmental

PROAKTIF Sistem bersifat komprehensif, berskala luas, dan melibatkan stakeholder,


pendekatan yang berbasis pada bukti (evidence based) sudah diterapkan
dalam kegiatan organisasi
GENERATIF Budaya keselamatan pasien menjadi misi sentral dalam organisasi, organisasi
selalu mengevaluasi efektifitas intervensi dan selalu belajar dari kegagalan dan
kesuksesan (Fleming, M., 2008)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;


2. Pimpin dan dukung staf;
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4. Kembangkan sistem pelaporan;
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien; dan
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien.
LAMPIRAN
PERMENKES NO. 1691/MENKES/PER/VIII/2011
TENTANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN

1. Ketepatan identifikasi pasien


2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high
alert)
4. Kepastian tepat–lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
(KARS/KEMENKES 2011)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

1. Nama pasien dlm e KTP


2. Tanggal lahir
3. Nomer Rekam Medis

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk


memperbaiki / meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

IDENTIFIKASI Pengambilan darah


dan spesimen lain
• Pemberian obat untuk pemeriksaan
• Sebelum memberikan pengobatan klinis

Sebelum memberikan pemberian darah


tindakan / produk darah
WRONG IDENTIFICATION  WRONG PERSON
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

OPERATION
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Situation Dr DPJP
apa yg terjadi pada pasien,
keluhan, tanda klinis untuk
dilaporkan
Background.
latar belakang klinis yg LAPORAN KONDISI PASIEN TERKINI
menyebabkan keluhan Memberikan perintah
pasien pengobatan/tindakan
Assessment
fokus pada problem pasien
yg bisa menyebabkan kondisi TULIS
pasien lebih memburuk. BACA
KONFIRMASI
Recommendation
Rekomendasi yang perlu
diberikan saat itu. Dr Jaga/Prwt

KOMUNIKASI YG SERING SALAH DAN MEMBAHAYAKAN PASIEN:


LISAN/LEWAT TELEPON
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Most Common Root Causes of Medical Errors


1. Communication problems (65%)
2. Inadequate information flow (55%)
3. Patient-related issues (40%)
4. Human problems (21%)
5. Technical failures (20%)
6. Inadequate policies and procedures (19%)
7. Staffing patterns/work flow (12%)
8. Organizational transfer of knowledge (9%)

(AHRQ Publication No. 04-RG005, December 2003.)


-Agency for Healthcare Research and Quality-
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PEMBERI PELAYANAN


DI DALAM RS

1. Melakukan “read back” terhadap instruksi yang diterima


secara lisan maupun melalui telpon atau melaporkan
hasil pemeriksaan kritis
2. Buat standar : singkatan, akronim, simbol yang berlaku
di RS dan singkatan yang dilarang
3. Buat standar komunikasi pada saat operan / hand overs
communication (SBAR)
4. Ketepatan membuat laporan
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Hand Over Patient

√ X
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

• Obat yang persentasinya tinggi


Rumah sakit dalam menyebabkan terjadi
mengembangkan kesalahan/error dan/atau kejadian
suatu pendekatan sentinel (sentinel event)
untuk memperbaiki • Obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak
keamanan obat-obat diinginkan (adverse outcome)
yang perlu diwaspadai • Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa
(high-alert) dan Ucapan Mirip/NORUM, atau
Look-Alike Sound-Alike / LASA)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

ELEKTROLIT KONSENTRAT
1. kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml
2. kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml HIGH
3. natrium/sodium klorida > 0.9% ALERT
4. magnesium sulfat => 50% atau lebih pekat !
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Linda wasn't doing well in her first trimester. The nausea and
vomiting left her severely dehydrated and with a low
potassium level. In the emergency department, her nurse
made a mathematical error and administered too much
intravenous potassium. Within an hour, Linda was dead.
In the 1980s and 1990s, patient safety groups, including
JCAHO, drew attention to the need for removal of
concentrated potassium chloride vials from patient care
areas. Now, almost all US hospitals have removed the drug
from floor stock on patient care units. Potassium is now
added to IVs by the manufacturer and is labeled.
The tragic errors that gave rise to this system change were
caused by deficits in knowledge about the dangers of rapid
intravenous administration of concentrated potassium or,
more often, mental slips or selection errors when grabbing a
vial of medication. Limiting access to this drug has reduced
fatal errors.
Additional safety strategies include using premixed solutions,
segregating potassium from other drugs and using warning
labels, prohibiting the dispensing of vials for individual
patients, and performing double-checks with a pharmacist.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Cairan ini bisa mengakibatkan KTD/ sentinel


event bila tak disiapkan dan dikelola dengan baik
Terpenting :
◦ Ketersediaan
◦ Akses
◦ Resep
◦ Pemesanan
◦ Persiapan
◦ Distribusi
◦ Label
◦ Verifikasi
◦ Administrasi & pemantauan
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

AMA
BAT
UPA
CAPAN
IRIP

OOK - LIKE,

OUND - LIKE

LOOK-ALIKE
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Dimetane Dimetapp
Atarax Marax
Citracal Citrucel
Diphenatol Diphenidol
Cytotec Cytoxan
Oracin Orasone
Docusate Doxinate
Lopid Slo-bid
Voltaren Vontrol
Pralidoxime Pyridoxine
Phos-Flur Phoslo
Auralgan Ophthalgan
Dipyridamole Disopyramide
Chlor-Trimeton Chloromycetin
SOUND - ALIKE
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Transcribing error sebagian besar disebabkan oleh poor handwriting


Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

As a young child, Betty had been given penicillin, turned blue,


and was rushed to the hospital. She was 15 when she got
strep throat, was given penicillin, and died. No one had
asked her about medication allergies.
Medical questionnaire forms have always included a space
for allergies, although this became much more prominent
after the Institute of Medicine report on patient safety in 1999.
In 2008, the Pennsylvania Patient Safety Advisory cited more
than 3800 cases in which patients received medications to
which they had documented allergies. Breakdowns in
communication of allergy information include "documentation
of patients' allergies on paper but not entered into the
organization's computerized order-entry systems, and
allergies arising during episodes of care but not documented
in the medical record or communicated to appropriate staff."
Strategies to address the problem include adding visible
prompts in consistent and prominent locations listing patient
allergies, eliminating the practice of writing drug allergens on
allergy arm bracelets, and making the allergy reaction
selection a mandatory entry in the organization's order-entry
systems.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

THE NEW CHAIN DRUG SERVICES TO AVOID MEDICATION ERROR

IDENTIFIKASI

RESEP: • Telaah Resep


Pastikan minimal 5R (5 Right):
• Tulisan jelas dan terbaca • Obat disiapkan asisten
1. Person
• Pastikan 3 kondisi: • Telaah obat
2. Drug
1. Alergi obat Label obat Ranap: 3. Dose
2. Kontra indikasi 5 info: Identitas, nama 4. Route
3. Interaksi obat obat, dosis, rute , waktu 5. Time
High alert drug : double check
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Rumah sakit mengembangkan suatu


pendekatan untuk memastikan
tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan
tepat- pasien.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

PENYEBAB SALAH-LOKASI, SALAH-PROSEDUR, SALAH PASIEN


PADA OPERASI
1. Komunikasi yang tidak efektif/ tidak adekuat antara anggota tim
bedah
2. Kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site
marking)
3. Tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi
4. Asesmen pasien yang tidak adekuat
5. Penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat
6. Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota
tim bedah
7. Tulisan perintah/resep yang tidak terbaca (illegible handwriting)
8. Pemakaian singkatan
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Right – Wrong Side

Time Out

Marking
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

REGINA TURNER (52)


“LEFT SIDED CRANIOTOMY BYPASS”
DIOPERASI SISI KANAN, KARENA TIM
OPERASI TAK MELAKUKAN TIME OUT
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Bill had a seizure and crashed his car into a tree, crushing
both legs. Arteriography revealed that his right leg was
salvageable but his left leg was not. Unfortunately, the x-ray
technician mislabeled the films, mixing left for right, and
the orthopedic surgeon first amputated Bill's right leg.
Preventing wrong-site surgery became one of the main safety
goals of the Joint Commission for Accreditation of Healthcare
Organizations (JCAHO). Establishing protocols became an
accreditation requirement for hospitals, ambulatory surgery
centers, and office-based surgery sites.
JCAHO mandates standardization of preoperative
procedures to verify that the correct surgery is
performed on the correct patient and at the correct site.
Guidelines include marking the surgical site, involving the
patient in the marking process, and having all members of
the surgical team double-check information in the operating
room.
Despite these efforts, wrong-site surgery occurs about 40
times a week nationwide, a JCAHO survey found. The
biggest pitfall is inadequate information about the patient.
The solution is a carefully standardized method of collecting
information.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

TIME OUT
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Clean Your Hands


Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety PERMUKAAN YG BIASA TERKONTAMINASI MRSA
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera


pasien rawat inap.
Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.

Evaluasi :
◦ riwayat jatuh,
◦ obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol
◦ gaya jalan dan keseimbangan
◦ serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

PATIENT FALLS
There are three types of patient falls
1. an accidental fall: is prevented by ensuring a safe environment.
2. a physiological anticipated fall: Anticipated physiological falls are
prevented by first identifying who is likely to fall using the MFS.
3. an unanticipated physiological fall: The first unanticipated
physiological fall cannot be predicted and, therefore, cannot be
prevented, because the staff and the patient may not realize that
the patient has the condition that precipitates the unexpected

Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing
Company, New York. 2009.
Intrinsik (berhubungan dengan kondisi Ekstrinsik (berhubungan dengan
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

pasien) lingkungan)
Dapat di antisipasi • Riwayat jatuh sebelumnya • Lantai basah/silau, ruang berantakan,
(Physiological • Inkontinensia pencahayaan kurang, kabel
antisipated fall) • Gangguan kognitif/psikologis longgar/lepas
• Gangguan keseimbangan/mobilitas • Alas kaki tidak pas
• Usia > 65 tahun • Dudukan toilet yang rendah
• Osteoporosis • Kursi atau tempat tidur beroda
• Status kesehatan yang buruk • Rawat inap berkepanjangan
• Peralatan yang tidak aman
• Peralatan rusak
• Tempat tidur ditinggalkan dalam posisi
tinggi
Tidak dapat dii • Kejang • Reaksi individu terhadap obat-obatan
antisipasi • Aritmia jantung
(an unanticipated • Stroke atau Serangan Iskemik
physiological fall) Sementara (Transient Ischaemic
Attack-TIA)
• Pingsan
• ‘Serangan jatuh’ (Drop Attack)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Lillian was 68 years old and weighed 250 lb when she underwent
surgery to remove her gallbladder. The second day after surgery,
she needed help to walk to the bathroom. Lillian's nurse, Millie,
wasn't strong enough to support her and they both fell,
breaking Millie's right arm and Lillian's left leg.
Historically, schools of nursing have taught students to manually
lift patients using proper body mechanics, such as lifting with the
legs and using correct posture. However, body mechanics are
not sufficient to protect nurses from heavy weights, awkward
postures, and the repetition involved in manually lifting patients,
according to a position paper from the American Nurses
Association (ANA).
The ANA supports policies that eliminate manual patient lifting.
Safe patient-handling techniques involve the use of such
equipment as full-body slings, stand-assist lifts, lateral transfer
devices, and friction-reducing devices.
There is no federal legislation or regulation on safe patient
handling, although several states have enacted such legislation,
ANA says.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Pediatric Patient Falls Scale


Scale Characteristics
General Risk Assessment of Humpty-Dumpty Scale- CHAMPS Pediatric Fall Pediatric Fall Risk
Pediatric Inpatient Falls Inpatient Risk Assessment Tool Assessment Scale
(GRAF-PIF) (PFRA)
Used at NCH
Physical & physiological falls All types of falls except when All types of falls All types of falls
(not developmental) child is “dropped”

5 items 7 items 4 items 10 items

Scale 0 to 5+ Scale 7 to 23 Scale 0 to 4 Scale 0 to 30

Cut-off score = 2 Cut-off score = 12 Cut-off score = 1 Cut-off score = 5


Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Reporting & Learning


 Learning from failures
 Individuals who report incidents must not be punished
1
Evaluasi Incident
6
Report

Monitoring 2

Corrective and
Preventive
Action 4
3 RCA
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

PELAPORAN INSIDEN
• Mengapa pelaporan insiden penting?
Karena pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran
untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali

• Bagaimana memulainya ?
Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi
kebijakan, alur, formulir dan prosedur pelaporan yang harus
disosialisasikan pada seluruh karyawan.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

• Apa yang harus dilaporkan ?


Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi,
potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi.

• Siapa yang membuat Laporan Insiden (Incident Report) ?


Siapa saja atau semua staf RS yang pertama menemukan
kejadian/insiden
Siapa saja atau semua staf yang terlibat dalam kejadian/insiden
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

• Bagaimana cara membuat Laporan Insiden?


Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden
mulai dari maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan,
bagaimana cara mengisi formulir laporan insiden, kapan harus
melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem
pelaporan dan cara menganalisa laporan.
• Masalah yang sering menghambat dalam Laporan Insiden
o Laporan dipersepsikan sebagai pekerjaan perawat
o Laporan sering disembunyikan / underreport, karena takut disalahkan.
o Laporan sering terlambat
o Bentuk laporan miskin data karena adanya budaya menyalahkan
(blame culture)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. : Patient Safety 2030.


London, UK: NIHR Imperial Patient Safety Translational Research Centre, 2016.)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. : Patient Safety 2030.


London, UK: NIHR Imperial Patient Safety Translational Research Centre, 2016.)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

BEBERAPA ASPEK YANG MENUNJANG KEBERHASILAN


PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

1. Kepemimpinan dan budaya yang generatif, terbuka dan adil, disertai komitmen
dan fokus yang kuat untuk keselamatan pasien
2. Diperlukan paradigma yang baru: belajar dari KTD. Pembelajaran ini hanya
dapat dilaksanakan melalui penerapan sistem pelaporan insiden keselamatan
pasien yang aman
3. Diperlukan penggerak (champion) yang terlatih dalam bidang keselamatan
pasien dan risiko medis
4. Rumah sakit yang aman adalah rumah sakit yang terbuka, dalam hal ini
khususnya dalam pemberdayaan dan pengembangan komunikasi dengan
pasien dan keluarganya
5. “Multi sistem team work” yang kuat (dokter, perawat, apoteker, analis,
radiografer dan PPA lainnya).
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

HIPOCRATES 400 BC :
PRIMUM NON NOCERE
WHO 2004 :
Global alliance for patient safety
PERSI (JUNI 2005) : KKPRS
MENKES : 21-08-2005 ,
PENCANANGAN GERAKAN KPRS

HIPPOCRATES 400 BC
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

2007 – 2010 :
Program Pelatihan “INCIDENT REPORT” dan
RCA (ROOT CAUSE ANALYSIS)
2011- 2013 :
Program lanjutan + FMEA, RCA Tools dll.
2015 : Program Ronde Keselamatan Pasien

HYPOCRITES 2007
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

PRINSIP KKPRS RKZ SBY


NO BLAME :
tidak mencari kesalahan orang lain
NO SHAME :
tidak mempermalukan orang lain,
tidak malu mengakui kesalahan diri sendiri
NO FAME :
tidak untuk mencari ketenaran
NO NAME :
Tidak menyebut nama pelaku
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Kegiatan Komite Keselamatan Pasien


Rapat Rutin .
Rapat rutin setiap bulan pada hari Selasa minggu ke 3.
Dalam rapat rutin dibicarakan permasalahan yang terjadi
dalam KKP , rencana kegiatan dan incident report yang
terjadi selama periode yang ditentukan ( l bulan ) .

Rapat Khusus
Rapat Khusus dilaksanakan bila ada sesuatu hal yang
dianggap penting untuk dibicarakan , kegitan tersebut
tidak terjadwal , disesuaikan dengan kebutuhan.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Sosialisasi KKPRS
merupakan salah satu bentuk penerapan tujuh langkah
menuju Keselamatan pasien RS, sosialisasi diikuti oleh
seluruh Karyawan juga bagi karyawan baru di RKZ
Materi Sosialisasi :
Pemahaman tentang KPRS dan Sistem dan alur Pelaporan
KKPRS

Lomba KPRS antar unit kerja


Sebagai upaya memotivasi dan meningkatkan pemahaman
seluruh karyawan tentang KPRS
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Pembahasan RCA
Pembahasan RCA dilaksanakan oleh tim khusus KKP
melalui SK Direksi. Keanggotaan tim tersebut terdiri dari :
Petugas Piket KKP, Bagian/Unit yang terlibat dan Dokter
atau Tenaga Ahli dibidangnya sebagai narasumber.

Pembahasan FMEA (Failure Mode and Effects Analysis)


Adalah metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan
mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi. Hal tsb didesain
untuk meningkatkan keselamatan pasien
Adalah proses proaktif, dimana kesalahan dapat dicegah dan
diprediksi. Mengantisipasi kesalahan akan meminimalkan
dampak buruk.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Menyusun atau revisi Pedoman/ Program/ SPO

• Program Kerja Tahunan • SPO pola operasional DPJP


• Buku Pedoman KPRS RKZ • SPO rencana pelayanan
medis
• Buku Pedoman Pelaporan • SPO DPJP mendidik pasien
• Pedoman /Juknis Monev • SPO pelaporan
• Buku Saku Edisi 2 perawat/bidan ke dokter
• RCA Tools melalui telepon
• Panduan Penyusunan SPO • SPO pelaporan
perawat/bidan ke dokter
melalui sms
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
ALUR KOORDINASI PELAYANAN DAN
TRANSFER INFORMASI ANTAR PROFESI
(Unit ke Unit)

59
20, 61

Laboratorium/
CATH.LAB 60
BDRS
58, 59

56 47, 61, 62
16
55

ALUR 44
Kantor
34, 61, 62 ICU 12

KOORDINASI
58, 59 1, 2, 3 61
Terima NICU 62
UDC

PELAYANAN &
26
29, 43
61
1, 2, 3 8 62

TRANSFER
41, 55

INFORMASI
Poliklinik 16 Pavilliun 29
Paviliun 8 UGD 52
61
62 24

ANTAR PROFESI
45
19 11
17 30 32 24, 31 10, 13

(UNIT KE UNIT) 57 51
39 29, 51
65
Kamar
Radiologi Rehabilitasi Medik
Bedah
18
10 a

Farmasi 53 HD
64 49
63
9

Pasien
Obat
Spesimen
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

4 Penerimaan pasien di 1.Dokter Jaga UGD Pelaksanaan Triage RM UGD


UGD (sistem triage) 2.Perawat senior
UGD

5 Pemesanan kamar dari Dokter Jaga UGD Memilih Kamar Form Data Pasien R
UGD ke Kantor terima Perawatan awat Inap

6 Timbang terima 1.Perawat UGD (1) Timbang Terima RM UGD

ALUR
perawat antar shift di 2.Perawat UGD (2) Antar Shift
UGD

KOORDINASI 7 Timbang terima dokter


antar shift di UGD
1.Dokter UGD (1)
2.Dokter UGD (2)
Timbang Terima
Antar Shift
1.Buku Serah
Terima Dokter

PELAYANAN &
(Posedur A) Antar Shift,
2.RM UGD

TRANSFER UGD

INFORMASI 8 Timbang terima pasien


dari UGD ke Paviliun/
1.Perawat UGD
2.Perawat Paviliun
Pasien Pindah
Antar Paviliun /
1.R.M. 3 C
2.R.M.3.G

ANTAR PROFESI Unit Unit


Prosedur J)
(

(UNIT KE UNIT) 9 Timbang terima pasien Perawat UGD Pasien Pindah Form Permohonan
dari UGD ke Radiologi Antar Paviliun / Pemeriksaan
Unit (Prosedur M) Radiologi

10 Timbang terima pasien 1.Perawat UGD Pasien Pindah R.M..3.G


dari UGD ke Kamar 2.Perawat Kamar Antar Paviliun /
Bedah Bedah Unit (Prosedur D)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Alur Kerja KKP RSK. St. Vincentius a Paulo Surabaya

LAPORAN KEJADIAN

Terkait dengan Tidak terkait dengan


KELUAR
Perawatan Pasien Perawatan Pasien
K
K
P
Karena Bukan karena R
Penyakit Dasar Penyakit Dasar S
K

KELUAR IDENTIFIKASI

GRADING MATRIX

KKPRSK Bukan KKPRSK

REKOMENDASI

DIREKSI DIREKSI

EVALUASI KOM IT E LAIN


Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.
Unit /Bagian KKPRS DIREKSI

Ka. Bag/Unit

Laporan
Insiden Kejadian
KTD/KNC 2X 24 jam

Atasan
langsung

Segera Grading
Ditangani

Biru Merah
Hijau Kuning

Investigasi
sederhana

Laporan
Rekomendasi investigasi

Analisa
regrading

RCA

Umpan
Balik Pembelajaran/ Laporan
Ke Bag. Rekomendasi

ALUR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

ALUR PELAPORAN INSIDEN KE KKPRS


Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi & analisa yang
akan dilakukan sebagai berikut :
Grade Investigasi
Biru Investigasi sederhana oleh Atasan langsung,
Waktu maksimal 1 minggu.
Hijau Investigasi sederhana oleh Atasan langsung .
Waktu maksimal 2 minggu.
Kuning Investigasi Komprehensif/ Analisis akar masalah /RCA oleh
Tim ad hoc KKPRS , waktu maksimal 45 hari.
Merah Investigasi Komprehensif/ Analisis akar masalah / RCA oleh Tim
ad hoc KKPRS , waktu maksimal 45 hari
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

CARA MENCEGAH KTD AGAR


TIDAK MENJADI MASALAH
MEDIKO LEGAL
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

 Perawat Penanggung Jawab Pelayanan / PPJP selalu


menjelaskan dan menuliskan rencana perawatan yang
diberikan kepada pasien dan atau keluarganya di lembar
perawatan
 Setiap tindakan keperawatan (suntik, ambil darah dll),
didahului komunikasi dengan pasien sesuai SPO
 DPJP selalu menjelaskan dan menuliskan rencana pelayanan
medis yang diberikan kepada pasien dan atau keluarganya di
berkas rekam medis
 Dokter tidak menjanjikan hasil pelayanan yang terlalu
optimistik di luar literatur atau pengetahuan berbasis bukti
(evidence based)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

• Memberi keleluasaan kepada pasien untuk ikut menentukan


pelayanan yang diberikan sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuan finansial pasien, hal ini dilakukan saat DPJP
mendidik pasien / keluarga pasien tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien, dan dituliskan
dalam berkas rekam medis
• Dalam menjelaskan rencana pelayanan selalu diungkapkan
kemungkinan terjadinya Kejadian Tak Diharapkan (KTD), baik
yang dapat dicegah (medical error), maupun yang tidak dapat
dicegah (mis. efek samping obat, ketidak berhasilan pengobatan
dll.)
• Bila pasien dirawat lebih dari satu dokter, diusahakan pelayanan
bersifat tim, tidak sendiri-sendiri dan penjelasan masing-masing
profesi ditulis dilembar rencana pelayanan agar dapat dimengerti
oleh DPJP utama (dokter primer menurut istilah lama)
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

BILA ADA INSIDEN


Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

• Apabila terjadi insiden, petugas yang pertama mengetahui


harus bersikap tenang dan tidak memprovokasi kepanikan
pasien/ keluarganya, serta tidak mengeluarkan komentar
yang tidak perlu
• Bila pasien/keluarganya diduga berpotensi banyak tuntutan/
komplain, semua rencana perawatan harus dimintakan
persetujuan tertulis dari pihak pasien, termasuk bila pasien/
keluarganya menolak rencana pelayanan yang diberikan.
• Selalu mengingatkan DPJP agar mendidik pasien tentang
kewajibannya terhadap rumah sakit
Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Bila Keselamatan Pasien tidak dijadikan


“SAHABAT” Rumah Sakit,
cepat atau lambat dia akan berbalik
menjadi “MUSUH” Rumah Sakit.

(Nico A.Lumenta, 2008)


Materi Kuliah Tamu oleh Alumni Program Studi S2 AKK tanggal 17 November 2016 - Rosa Dwi Sahati, S.Kep., Ns., M.ARS.

Anda mungkin juga menyukai