Screenshot 2021-11-15 at 5.53.46 AM
Screenshot 2021-11-15 at 5.53.46 AM
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Penulis:
dr. Seto Priyambodo,.M.Sc
dr. Bayu Tirta Dirja,.Ph.D
dr. Rifana Cholidah,.M.Sc
dr. Yunita Sabrina,.M.Sc,Ph.D
dr. I Gede Yasa Asmara, MD, M.Med, FINASIM
dr. Muthia Cenderadewi,.MPH
Edisi 1
TAHUN 2019
Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Daftar Isi
Pendahuluan
Assalammu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji hanya bagi Allah SWT, pemilik dan penguasa alam semesta,
yang memungkinkan semua cita-cita baik dan kerja keras menjadi kenya-
taan. Selawat teriring salam dikirimkan kepada Rasulullah SAW, pendidik
dan tauladan segala sisi kehidupan.
Beranjak dari kebutuhan dan kesadaran diperlukannya buku panduan kete-
rampilan medik yang sederhana, informatif, praktis, updated dan handy,
kami mengadakan revisi mayor untuk seluruh buku panduan keterampilan
medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Buku ini tampil dengan
wajah baru, less text dan lebih padat berisikan detil langkah-langkah pelak-
sanaan yang lebih sistematik disertai dengan ilustrasi dan foto terbaru yang
dibuat sendiri oleh tim laboratorium keterampilan medik Fakultas Ke-
dokteran Universitas Mataram. Kemajuan ilmu pengetahuan yang dinamis
kami akomodir dengan memberikan saran bacaan yang relevan sehingga
mahasiswa mengetahui variasi teknik pemeriksaan yang mungkin dipakai di
senter pendidikan lain.
Kami menyadari bahwa keterampilan medis merupakan core competency
yang harus dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mata-
ram sehingga diharapkan buku panduan keterampilan medik ini dapat digu-
nakan dari level akademik sampai tahap profesi sebagai pendamping text
book yang sudah ada.
Kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terlibat.
Kepada para kontributor yang telah turut bekerja keras menyumbangkan
keahlian dan pemikirannya dalam penyusunan buku ini. Kepada tim editor
atas kreativitas dan ketekunannya dan kepada tim laboratorium tramed Fa-
kultas Kedokteran Universitas Mataram atas kerjasama dan kekompakann-
ya.
Semoga buku ini bermanfaat.
Wassalammu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Mataram, 30 Oktober 2019
Ketua Lab. Keterampilan Medik
Tujuan Pembelajaran
TARGET KOMPETENSI
Mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip penanganan pertama pada
kecelakaan yaitu pembidaian dan pembalutan pada patah tulang
ekstremitas, tersedak, luka bakar, pingsan, kejang, perdarahan (bebat
tekan).
KATEGORI KOMPETENSI
Keterampilan penanganan pertama pada kecelakaan masuk dalam Standar
Kompetensi Dokter Indonesia 2012 sebagai bagian dari kompetensi yang
termasuk dalam level kompetensi 4A kategori keterampilan klinis dokter
berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012 .
3
Laboratorium Keterampilan Medik PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Mampu
melakukan
secara
mandiri
Tingkat
Keterampi- Mampu melakukan di
lan Klinis bawah supervisi
Melakukan
pada pasien
Penyelesai Work-
Objective
an kasus based
Structured
secara ter- Asessment
Metode Clinical
Ujian Tulis tulis seperti
Penilaian Examina-
dan/atau mini
tion
lisan (oral CEX ,
( OSCE)
test) portofolio,
4
Laboratorium Keterampilan Medik PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
logbook,
dsb
5
Laboratorium Keterampilan Medik PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Piramida Pembelajaran
! INGATLAH!
6
Laboratorium Keterampilan Medik PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Alokasi Waktu
7
Laboratorium Keterampilan Medik PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
8
Laboratorium Keterampilan Medik PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Tata Tertib
9
Laboratorium Keterampilan Medik PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
13. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercantum dalam tata tertib ini akan
diatur kemudian.
14. Bila peserta melanggar tata tertib ini akan dikenai sanksi.
10
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
DASAR TEORI
CEDERA MUSKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS
KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur tulang dapat diklasifikasikan menurut:
1. Garis Patah : incomplete (tidak mengenai kedua korteks tulang dan
lapisan periosteum salah satu sisi) dan complete (hubungan kedua
korteks terputus).
2. Lokasinya: intraarticular (melibatkan persendian) dan
extraarticular (tidak melibatkan sendi).
3. Hubungan dengan dunia luar: open (selalu disertai luka, kulit pecah
dan tulang terbuka sehingga dapat terkena infeksi) dan close (kulit
disekitar tulang yang patah tetap utuh, sering tampak memar dan
bengkak).
4. Jenis garis patah (transversal, oblique dan spiral).
1
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Diskolorisasi terlihat sebagai warna kemerahan pada kulit yang
akan berubah menjadi memar hitam atau biru (hematom) dalam
beberapa jam.
PEMBALUTAN
Tujuan pembalutan pada penanganan fraktur:
1. menutup luka
2. melakukan tekanan
3. Mengurangi/mencegah pembengkakan
4. membatasi pergerakan
5. mengikat bidai
2
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembalutan, yaitu:
1. Perhatikan wajah korban pada saat pembalutan
2. Jaga balutan agar tidak mengendor dan tergeser
3. jangan membalut terlalu erat karena dapat mengganggu sirkulasi
darah ke distal
4. Sedapat mungkin lakukan pembalutan pada saat korban berbaring
atau dalam keadaan rileks.
5. Jangan sentuh luka atau mengeluarkan sesuatu dari luka kecuali
kontaminan kecil yang dapat dikeluarkan
6. Dalam usaha untuk mencegah pergesekan dan ketidaknyamanan
pada kulit, gunakan bantalan lunak sebelum melakukan balutan
7. Apabila dalam melakukan melakukan pembalutan harus melepas
pakaian korban, maka:
a. dahulukan melepas pakaian korban pada bagian tubuh yabg
sehat dilanjutkan pakaian yang sakit
b. Apabila sulit dilakukan, buka jahitan pakaian atau gunting
pakaian korban.
c. Berhati-hatilah jika harus melepas sepatu korban dan
jangan ditarik jika diperkirakan terjadi patah tulang karena
sepatu juga dapat berfungsi sebagai pembidai.
Macam-macam pembalut:
1. Pembalut cepat, yaitu kain kasa steril dan pembalut gulung. Pembalut
dapat dipasang secepat mungkin pada luka untuk menghindari infeksi
2. Pembalut segitiga berupa segitiga sama kaki dengan alas 125 cm dan
tinggi 50 cm. Pembalut ini dapat dilipat sesuai kebutuhan, misal dilipat
2 kah, 3 kali atau setangan leher. Dalam perkembangannya, pembalut
segitiga mengalami modifikasi menjadi platenga dan funda. Platenga,
pembalut segitiga dengan guntingan dari sudut atas hingga titik pusat,
sedangkan funda memiliki guntingan dari sudut antara kaki segitiga
dengan alas segitiga dengan sudut sama besar dan panjang 20-30 cm
3. Pembalut gulung atau pita, terdiri atas beberapa ukuran sesuai tempat
luka.
3
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
JENIS PEMBALUT DAN KEGUNAANNYAMitella
Bahan pembalut terbuat dari kain yangberbentuk segitiga sama kaki
dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm, terbuat dari kain
mori. Pembalut ini dipergunakan pada bagian tubuh yang terbentuk bulat
atau untuk menggantung bagian anggota yang cedera. Pembalut ini biasa
dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul,
telapak kaki dan untuk menggantung lengan3.
Dasi
Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu segitiga
agar beberapa lapis dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung-
ujungnya lancip dan lebarnya 5-10 cm, biasa dipergunakan untuk membalut
mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, pa-
ha, lutut, betis dan kaki terkilir3.
Pita (gulung)
Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kasa, flannel atau ba-
han elastis. Yang paling sering adalah dari kasa, hal ini karena kasa mudah
menyerap air, darah dan tidak mudah bergeser (kendor)3.
Macam-macam ukuran pembalut dan penggunaannya
Lebar 2,5 cm : biasa untuk jari-jari
Lebar 5 cm : biasa untuk leher dan pergelangan tangan
Lebar 7,5 cm : biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis
dan kaki
Lebar 10 cm : biasa untuk paha dan sendi panggul
Lebar > 10-15 cm : biasa untuk dada, perut dan punggung
Plester
Pembalut ini merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang
terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Khusus untuk me-
nutup luka, biasanya dilengkapi dengan obat antiseptik3.
4
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Pembalut spesifik
Snelverband
Pembalut pita yang sudah ditambah dengan kasa penutup luka dan
steril, batu dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka-
luka lebar yang terdapat pada badan.
Sofratulla
Kasa steril yang telah direndam denga obat pembunuh kuman, biasa
dipergunakan pada luka-luka kecil.
Kasa steril
Kasa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil
yang sudah diberi obat-obatan (antibiotik dan antiplagestik). Setelah ditutup
kasa itu kemudian dibalut3.
Tabel. 1.1 Ringkasan Pembalutan
5
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
PEMBIDAIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat, atau bahan lain
yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar
bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberiksan
istirahat dan mengurangi rasa sakit.
6
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Tujuan Pembidaian adalah:
Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah
Memberikan istirahat bagi anggota tubuh yang patah
Mengurangi rasa sakit
Mempercepat penyembuhan
Bidai rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, aluminium atau
bahan lain yang keras. Sebelum dipakai, bidai harus dilapisi dulu
Bidai soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau
bahan yang lunak lainnya.
Bidai traksi adalah bidai yang digunakan untuk imobilisasi ujung tulang
yang patah dari fraktur femur sehingga dapat terhindari kerusakan yang
lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk
menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkan
atau menggerakkan tulang yang patah hingga ujung-ujung tulang yang
patah menyatu.
7
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
3. Ikatan tidak boleh terlalu keras dan tidak boleh terlalu kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut terlebih dahulu sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari distal ke proksimal
6. Buat simpul ikatan pada sisi lateral agar mudah dibuka kembali
Gambar 1.2. Membuat simpul dimulai dari arah distal pada sisi lateral
7. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah
pembidaian dan perhatikan warna kulit distalnya
8. Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut
tidak terlalu kencang.
8
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Beberapa patah tulang yang memerlukan pertolongan dengan pem-
bidaian antara lain:
1. Patah tulang paha
Pembidaian pada patah tulang paha perlu dipersiapkan:
1 (satu) bidai yang panjangnya dari tumit sebelah luar sampai lipat
paha
1 (satu) bidai yang panjangnya dari tumit sebelah dalam sampai
pangkal paha
5 pembalut dasi lipatan 2 kali untuk mengikat
2 pembalut dasi lipatan 1 kali untuk mengikat
1 pembalut dasi lipatan tiga untuk mengikat
2. Patah tulang tungkai bawah
Pembidaian pada patah tulang tungkai bawah perlu dipersiapkan:
2 bidai yang panjangnya dari paha sampai tumit
4 pembalut dasi lipatan 2 kali untuk mengikat
9
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
10
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
PEMBIDAIAN
ALAT-ALAT YANG DIBUTUHKAN
Bidai atau spalk dengan konsistensi padat, lurus dan rata
11
c. Adakah perubahan pada denyut nadi? Apakah PENANGANAN
pasien syok? PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
2. Lakukan penilaian terhadap cidera yang dialami secara inspeksi, palpasi
dan penilaian gerakan.
a. Tentukan jenis cidera yang terjadi, fraktur terbuka atau tertutup
b. Tentukan pada bagian dari tubuh yang mana.
c. Adakah perdarahan, pembengkakan dan diskolorisasi?
d. Apakah terjadi kehilangan fungsi atau keterbatasan gerak?
e. Adakah tenderness dan nyeri?
f. Adakah deformitas atau gerakan abnormal?
g. Adakah krepitasi?
h. Pulpasi distal fraktur? Adakah hilangnya sensasi?
3. Lakukan tindakan pre pembalutan bilamana perlu: perawatan luka atau
reposisi graktur atau dislokasi
4. Tentukan bidai yang digunakan sesuai dengan lokasi dan keadaan
cidera
5. Pasang bidai melewati 2 sendi.
6. Ikat bidai minimal pada 2 tempat, ikatan tidak kendor, tidak terlalu
keras.
12
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
13
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
14
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
15
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
SKENARIO LATIHAN
Seorang laki-laki usia 21 tahun terjatuh dari sepeda motor saat melintas di
Jalan Majapahit karena sepeda motornya bertabrakan dengan kendaraan
lain. Korban masih sadar, terlihat kesakitan dengan frekuensi nadi
120x/menit, frekuensi nafas 28x/menit. Pada tungkai kanan bawah (betis
kanan) dijumpai bengkak berwarna merah kebiruan yang sangat nyeri, ter-
lihat bengkok dibagian tengah denga krepitasi (+) dan pergelangan kaki
kanan tidak bisa digerakkkan sehingga dicurigai terdapat patah tulang
tungkai kanan bawah
CHECKLIST
16
PENANGANAN PERTAMA
an/hematom, deformitas,
PADA KECELAKAAN (P3K)
krepitasi dan lokasi frak-
tur/dislokasi)
3 Memberi penjelasan kpd
penderita mengenai
keadaan cidera dan tinda
tempat pelayanan
kesehatan terdekat
10 Melepas sarung tangan
dan melakukan cuci tan-
gan rutin sesuai teknik
aseptik dengan benar
FEEDBACK
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
SARAN
18
PENANGANAN PERTAMA
Observer: PADA KECELAKAAN (P3K)
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
SARAN
Observer:
Nama : Topik:
19
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
SARAN
Observer:
20
DASAR TEORI PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Tersedak
Manajemen jalan napas merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh
para dokter dan petugas kesehatan lainnya utamanya yang bekerja di ruang
emergensi. Manajemen jalan napas memerlukan penilaian, mempertahan-
kan dan melindungi jalan napas dengan memberikan oksigenasi dan venti-
lasi yang efektif. Manajemen jalan napas adalah tindakan yang dikerjakan
untuk melapangkan atau membebaskan jalan napas dengan tetap memper-
hatikan control servikal, yang bertujuan untuk membebaskan saluran napas
untuk menjamin keluar masuknya udara ke paru secara normal sehingga
menjamin kecukupan oksigen dalam tubuh. Waktu juga merupakan hal
penting dalam melakukan dukungan jalan napas. Tubuh memiliki simpanan
oksigen yang terbatas dan cepat habis dalam satu kali berhenti napas. Orang
sehat memiliki saturasi oksigen maksimal 100% dan akan mulai menurun
dan terjadi kerusakan otak dalam lima menit. Pada orang sakit yang berna-
pas pada ruangan biasa akan mengalami penurunanan saturasi segera
setelah henti napas.
Oksigenasi dan ventilasi merupakan tujuan esensial dari mana-
jemen jalan napas. Ventilasi yang tidak adekuat dapat disebabkan oleh be-
berapa hal. Pasien dengan napas spontan dapat terjadi obstruksi oleh jarin-
gan sekitarnya akibat berkurangnya tonus faringeal. Pasien yang sadar
dengan obstruksi saluran napas akan tampak distress napas yang lebih jelas,
hal ini mungkin obstruksi akibat benda asing, pembengkakan jaringan aki-
bat infeksi, edema laring, tumor ataupun spame laring. Pada pasien yang
tidak sadar meskipun pernapasan spontan tetap berisiko terjadi aspirasi
cairan/bahan dari lambung. Pasien tidak sadar harus dijamin jalan napas
tetap lapang dan terjaga bila perlu dengan pemasangan ventilator mekanik.
Indikasi Manajemen Jalan Napas
Keputusan untuk melakukan manajemen jalan napas harus dengan
cepat dan sering tanpa adanya hasil laboratorium, radiologi atau fungsi pa-
ru. Keputusan untuk melakukan dukunngan jalan napas dalam keadaan
darurat didasarkan pada pertimbangan klinis dari tanda dan keluhan adanya
oksigenasi dan ventilasi yang tidak adekuat. Tanda dari ancaman gagal na
21
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
pas adalah napas cepat, sesak, sianosis, agitasi dan penggunaan otot bantu
napas. Pada kasus dengan sumbatan jalan napas parsial, pasien akan
kelihatan sangat cemas, terdengar wesing, stridor, pada kondisi ini harus
segera bertindak untuk menghilangkan sumbatan. Bila sumbatan total
kemungkinan tidak akan terdengar suara napas secara menyeluruh. Bila
waktu memungkinkan evaluasi indicator respirasi lainya dapat dilakukan.
Tanda terakhir yang mengindikasikan perlunya bantuan jalan napas adalah
hipoksia dan hiperkarbia. Penyebab utama dibutuhkannya dukungan jalan
napas adalah henti kardiopulmoner, overdosis obat, reaksi keracunan, sum-
batan jalan napas (makanan, muntahan, benda asing). Ancaman gagal venti-
lasi akibat gagal jantung kongestif, asma berat, pneumonia juga merupakan
indikasi manajemen jalan napas termasuk intubasi endotrakeal.
22
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
pasien sadar merupakkan tanda buruk, pasien yang membutuhkan napas
pendek untuk bicara menandakkan telah terjadi gagal napas. Auskultasi
didapatkan suara napas yang jernih dan sama. Hilangnya suara napas dapat
disebabkan oleh pneumotoraks,hemotorkas dan efusi pleura. Sesak dan
mengi menandakkan adanya obstruksi jalan napas.
Rasakan: Rasakan adanya aliran udara pernapasan dengan menggunakkan
pipi penolong. Buka mulut dan lihat jalan napas atas. Hati-hati jangan sam-
pai leher terlalu ekstensi dan memutar. Lihat dan keluarkan benda yang ada
dalam mulut. Kenali apakah ada pembengkakan lidah atau uvula, sumber
pendarahan atau kelainan lain di orofaring. Penggunaan tongue blade akan
sangat menolong. Kemampuan pasien untuk secara spontan mengeluarkan
sekresi manandakan bahwa mekanisme proteksi jalan napas masih baik.
Pada pasien tidak sadar hilangnya gag reflex sering kali berkaitan dengan
hilangnya reflex proteksi jalan napas.
23
akukan manuver Heimlich. Manuver Heimlich merupakan PENANGANAN metode PERTAMA
yang
PADA KECELAKAAN (P3K)
paling efektif untuk mengatasi obstruksi saluran napas atas akibat makanan
atau benda asing yang terperangkap dalam faring posterior atau epiglottis.
Manuver ini dapat dilakukan dengan posisi penolong berdiri atau berbaring
(Gambar 1).
Apabila korban adalah ibu hamil, penekanan dilakukan di dada
korban. Coba hentakkan ke belakang dengan hati hati (Gambar 2.2). Un-
tuk mengatasi tersedak sendiri tanpa bantuan orang lain yaitu paksakan diri
untuk batuk, jika tidak berhasil, mendorong perut sendiri seperti teknik me-
nolong orang lain tersedak. Jika cara sebelumnya tidak berhasil mengatasi
kondisi tersedak, maka ulangi lagi langkah mendorong perut dengan
kepalan tangan, tapi kali ini lakukan sambal bertumpu di sebuah kursi.
Dengan bersandar di kursi, tekanan yang diberikan semakin besar dan udara
pun lebih mudah keluar ke arah atas atau tenggorokan (Gambar 2.3).
24
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
25
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Gambar 2.3. Langkah mengatasi tersedak sendiri tanpa bantuan orang lain
26
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
LATIHAN
Anda seorang mahasiswa kedokteran yang sedang makan di suatu restau-
rant. Seorang tamu berteriak meminta tolong karena melihat temanya
tersedak saat sedang makan sambil tertawa. Peragakan manuver heimlich
yang harus anda lakukan dalam situasi ini!
27
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
CHECKLIST
Manuver Heimlich
1 Menanyakan apakah
korban tersedak
3 Mengepalkan salah
satu tangan
4 Meletakan kepalan
tangan dengan arah
ibu jari menempel ke
dinding perut korban,
posisikan kepalan
tangan anda 2 jari
diatas pusat
5 Mengencangkan
kepalan tangan
dengan tangan
satunya sehingga
kedua lengan mel-
ingkar di perut
korban
o Melakukan
6
penekanan ke arah
28
PENANGANAN PERTAMA
belakang dan atas
PADA KECELAKAAN (P3K)
sampai benda asing
keluar
29
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
FEEDBACK
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
SARAN
Observer:
30
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Nama : Topik :
No Mahasiswa : Pertemuan ke - :
SARAN
Observer:
Nama : Topik:
SARAN
Observer:
31
DASAR TEORI PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Luka Bakar
32
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
33
bisa berwarna putih, coklat, atau hangus PENANGANAN PERTAMA
dan terasa kencang
PADA KECELAKAAN (P3K)
dan kasar untuk palpasi tanpa memucat. Ini terjadi karena nyala
api, cairan panas, atau gas super panas..
34
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
2. Bebaskan luka dari pakaian atau peralatan lain ( jam tangan, perhiasan
dan asesoris lainnya )
3. Tentukan ada tidaknya kegawat daruratan yang harus di rujuk segera
Latihan
Anda sedang makan di kantin , tiba-tiba terdengar teriakan dari dapur.
Ternyata petugas dapur terkenaluka bakar akibat minyak panas yang
tumpah ke lengannya. Lakukan penanganan pertama pada kasus di atas !
36
Check List PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
37
PENANGANAN PERTAMA
mencegah perkembangan
PADA KECELAKAAN (P3K)
pembakaran dan mengu-
rangi rasa sakit. ( Jangan
menggunakan es , pasta
gigi atau krim yang
mengandung parfum )
6 Lakukan Pembersihan -
Sabun ringan dan air atau
pencuci antibakteri rin-
gan.Lepuh kecil dan lepuh
yang melibatkan telapak
tangan atau kaki dibiarkan
utuh
8 Kenyamanan - Obat
penghilang rasa sakit bebas
resep atau obat penghilang
rasa sakit bila diperlukan
38
Dasar Teori PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Pingsan
Pingsan atau sinkop (didapat dari bahasa Yunani yang berarti dengan
dan yang berarti terpotong) adalah suatu gejala, yang didefinisikan
sebagai kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang secara spontan dapat
pulih kembali. Awitan kejadian sinkop biasanya cepat dan diikuti oleh
pulihnya kesadaran secara spontan, utuh dan segera. Dasar mekanisme
semua jenis sinkop berhubungan dengan penurunan atau terhentinya perfusi
darah ke otak secara tiba-tiba.1 Pingsan adalah hilangnya kesadaran semen-
tara yang terjadi secara tiba-tiba dan sering menyebabkan orang terjatuh.
Kondisi ini termasuk umum terjadi dan cenderung dialami oleh orang-orang
berusia 40 tahun ke bawah. Pemeriksaan oleh dokter perlu dilakukan apabi-
la seseorang mengalami pingsan setelah berusia 40 tahun, karena hal terse-
but bisa mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang serius.
Klasifikasi Pingsan
Sinkop dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
1. Sinkop yang diperantarai oleh saraf, merupakan reflex respon tubuh
yang bila dipicu akan menimbulkan vasodilatasi dan atau bradikardia.
2. Hipotensi ortostatik yaitu penurunan tekanan darah yang dipengaruhi
oleh posisi tubuh. Biasanya tekanan darah turun mendadak akibat pe-
rubahan posisi dari tidur terlentang atau duduk ke berdiri tegak.
3. Aritmia jantung sebagai penyebab utama
4. Gangguan struktur jantung atau penyakit jantung paru
5. Serebrovaskular
39
tersebut memakan waktu terlalu lama, seseorang dapat PENANGANAN PERTAMA
mengalami pingsan.
PADA KECELAKAAN (P3K)
Penyebab di balik penurunan aliran darah ke otak bisa beragam. Beberapa
di antaranya meliputi:
Malfungsi yang bersifat sementara pada sistem saraf otonom, yaitu sis-
tem saraf yang berfungsi otomatis, misalnya untuk mengatur detak jan-
tung dan tekanan darah. Malfungsi pada sistem saraf ini merupakan
penyebab di balik sebagian besar kasus pingsan. Gangguan fungsi terse-
but dapat dipicu oleh stres, rasa sakit yang terjadi tiba-tiba, berdiri terla-
lu lama, tertawa, atau bahkan bersin.
Tekanan darah yang mendadak turun, misalnya karena terlalu cepat
berdiri dari posisi duduk atau tidur, diabetes, dehidrasi, gangguan saraf,
atau karena obat-obatan, misalnya obat antihipertensi dan antikejang.
Gangguan jantung. Kondisi ini bisa mengganggu kelancaran aliran darah
ke otak.
Gejala Pingsan
Pingsan dapat terjadi saat seseorang duduk, berdiri, atau karena terlalu ce-
pat bangkit berdiri. Orang yang mengalami kondisi ini cenderung tidak me-
rasakan gejala apa pun sebelum kehilangan kesadaran. Apabila terdapat
gejala awal, biasanya berupa:
Berkeringat dingin.
Menguap.
Mual.
Linglung.
Tubuh yang limbung
Pandangan kabur.
Telinga berdenging.
Kesadaran penderita akan kembali dalam waktu singkat, yaitu umumnya
dalam beberapa detik. Setelah tersadar, biasanya orang yang baru saja ping-
san akan merasa kebingungan disertai lemas selama kurang lebih 30 menit.
Selain itu, juga terkadang tidak bisa mengingat apa yang dilakukannya
sebelum pingsan terjadi.
40
Diagnosis Pingsan/Sinkop PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Evaluasi sinkop dimulai dengan anamnesis teliti dan pemeriksaan fisik ter-
masuk pengukuran tekanan darah ortostatik. Pada kebanyakan pasien usia
muda, diagnosis sinkop yang diperantarai oleh saraf dapat dengan mudah
ditegakkan tanpa adanya pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan EKG 12 lead
biasanya merupakan pemeriksaan dasar pada pasien sinkop.
Pada anamnesis dapat digali informasi sebagai berikut:
1. Pertanyaan tentang kejadian sebelum serangan sinkop
- Posisi (saat terlentang, duduk, berdiri)
- Aktivitas (saat beristirahat, perubahan posisi, selama atau setelah
aktivitas, selama atau segera setelah berkemih, batuk atau mene-
lan)
- Faktor predisposisi (tempat ramai atau panas, berdiri lama, peri-
ode postprandial)
- Faktor pencetus (ketakutan, nyeri, pergerakan leher)
2. Pertanyaan saat awitan serangan: disertai mual, muntah, nyeri perut,
berkeringat, aura, nyeri leher atau bahu, pandangan kabur, pusing
3. Pertanyaan seputar kejadian (pada saksi mata): cara jatuh, warna kulit,
lama hilangnya kesadaran, pola pernafasan, pergerakan dan durasinya,
awitan gerakan yang berhubungan dengan jatuh, lidah tergigit
4. Pertanyaan mengenai saat berakhirnya kejadian: mual, muntah,
berkeringat, dingin, bingung, nyeri otot, warna kulit, trauma, nyeri da-
da, palpitasi, inkontinensia urin atau alvi
5. Pertanyaan mengenai latar belakang penyakit: riwayat keluarga, ri-
wayat jantung sebelumnya.
41
- PENANGANAN PERTAMA
Berdiri dalam jangka waktu lama, tempat panas
PADA KECELAKAAN (P3K)
- Mual dan muntah yang berhubungan dengan sinkop
- Selama makan atau dalam durasi penyerapan makanan setelah makan
- Dengan rotasi kepala, tekanan pada sinus karotis (tumor, bercukur,
kerah baju yang ketat)
Sinkop kardiak
- Adanya kelainan jantung struktural
- Selama beraktivitas atau dalam posisi terlentang
- Didahului dengan palpitasi
- Riwayat keluarga meninggal mendadak
Sinkop serebrovaskular
- Timbul saat latihan menggunakan tangan
- Adanya perubahan tekanan darah atau nadi pada 2 lengan
Sebagian besar orang yang pernah pingsan belum pasti menderita masalah
kesehatan tertentu. Pingsan juga umumnya tidak membutuhkan penanganan
khusus. Meski demikian, orang yang mengalami pingsan sebaiknya tetap
memeriksakan diri ke dokter. Pingsan juga bisa menjadi indikasi dari pen-
yakit serius, terutama bila penderita:2
- Tidak sadarkan diri selama lebih dari 1-2 menit.
- Tidak pernah pingsan sebelumnya.
- Berulang kali pingsan.
- Sedang hamil.
42
Mengidap diabetes. PENANGANAN PERTAMA
-
PADA KECELAKAAN (P3K)
- Pernah mengidap penyakit jantung.
- Memiliki riwayat cedera akibat pingsan sebelumnya.
- Mengalami sakit dada.
- Mengalami aritmia.
- Tidak bisa mengendalikan fungsi saluran pencernaan atau kemih.
- Kesulitan berbicara.
- Mengalami gangguan pada penglihatan.
- Tidak bisa menggerakkan tangan atau kaki.
Tatalaksana Pingsan/Sinkop
43
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Berikut ini adalah langkah-langkah yang tepat untuk menolong orang yang
pingsan
- Pindahkan orang yang pingsan ke lokasi yang aman dan nyaman. Misal-
nya jika pingsan di jalan, coba pindahkan orang tersebut ke tepi jalan.
Jika pingsan disebabkan oleh hawa panas, pindahkan orang tersebut ke
tempat yang lebih teduh dan pastikan dia mendapatkan udara segar.
- Minta bantuan orang lain untuk menghubungi ambulans atau rumah sa-
kit terdekat.
- Periksa kondisi orang yang pingsan, panggil orang tersebut dan lihat
apakah ia dapat memberi respon atau menjawab panggilan. Selain itu,
perhatikan juga apakah orang tersebut dapat bernapas dan terdapat
denyut nadi di lehernya.
- Posisikan secara terlentang dan naikkan kakinya lebih tinggi sekitar 30
cm dari dada. Tindakan ini bertujuan untuk mengembalikan aliran darah
kembali ke otak. Orang yang pingsan di tempat duduk pun dianjurkan
untuk dibaringkan di lantai atau permukaan yang datar.
- Jangan lupa untuk melonggarkan pakaiannya, agar dia dapat lebih mu-
dah dan nyaman untuk bernapas.
- Ketika sadar, berikan dia minuman manis, seperti teh manis. Minuman
manis dapat meningkatkan gula darah dan mengembalikan energi yang
diperlukan tubuhnya.
- Jika dia muntah, miringkan kepalanya agar tidak tersedak dan munta-
hannya tidak mengenai dirinya.
- Jika orang tersebut tetap tidak sadarkan diri hingga beberapa menit
lamanya, tidak bernapas, atau denyut nadinya tidak terdeteksi, maka
Anda perlu memberikan bantuan hidup dasar (BHD) sambil menunggu
ambulans datang.Orang yang telah sadar dari pingsan disarankan untuk
tidak terlalu cepat berdiri. Dia perlu didudukkan atau beristirahat setid-
aknya selama 15 20 menit, agar pingsan tidak terulang kembali. Tan-
yakan apakah dia masih mengalami gejala, seperti sesak napas, sakit
44
PENANGANAN PERTAMA
- kepala, lemas, atau sulit menggerakkan bagian tubuh tertentu. Jangan
PADA KECELAKAAN (P3K)
tunda untuk segera membawanya ke UGD rumah sakit terdekat, jika
orang yang pingsan tersebut mengeluhkan beberapa gejala di atas, se-
dang hamil, mengalami cedera kepala, atau menunjukkan gejala lain,
seperti linglung, penglihatan buram, sulit bicara, demam, atau kejang.
Apabila Anda melihat secara langsung ada orang yang tidak sadarkan
diri, berikanlah pertolongan pertama pada orang pingsan dengan cara-
cara di atas, sambil menunggu bantuan medis datang.
45
Pencegahan Pingsan PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Sebagai langkah pencegahan, orang yang rentan pingsan juga bisa
melakukan sejumlah hal untuk meminimalkan risiko terulangnya kondisi
ini. Langkah-langkah tersebut bisa berupa:
- Menghindari faktor yang mungkin menjadi pemicu pingsan, seperti stres
atau cuaca panas.
- Mengenali gejala tertentu yang muncul sebelum pingsan, misalnya pus-
ing atau berkeringat dingin.
- Segera berbaring atau duduk jika merasakan tanda-tanda akan pingsan
Check list
1 Melakukan penilaian
umum pasien: kegawat-
daruratan (kesadaran,
jalan napas, sirkulasi),
ada tidaknya bagian tubuh
yang cedera
Pindahkan orang yang
pingsan ke lokasi yang
aman dan nyaman
46
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
orang tersebut dan lihat
apakah ia dapat memberi
respon atau menjawab
panggilan. Selain itu, per-
hatikan juga apakah orang
tersebut dapat bernapas
dan terdapat denyut nadi
di lehernya
47
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
9 Ketika sadar, jelaskan
kepada pasien bahwa ia
pingsan dan penanganan
yang telah dan akan anda
lakukan
Catatan:
48
Dasar Teori PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan: Penanganan Kejang
49
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
lanjut dari tenaga medis, yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat ke-
matian akibat kejang epileptic .
Penyebab kejang
50
Tanda dan gejala kejang PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Beberapa gejala kejang yang bersifat ringan mungkin akan sulit diamati
secara kasat mata. Berikut adalah beberapa tanda dan gejala kejang:
Blackout atau kehilangan kesadaran, diikuti dengan periode
perasaan bingung dam kehilangan ingatan sementara mengenai
kejadian kejang yang baru saja dialami
Perubahan dalam perilaku, misalnya picking motions (mencubit-
cubit diri sendiri)
Mulut berbusa dan mengeluarkan liur
Rapid eye movements (mata mengedip-kedip dengan cepat)
Lip smacking (mengecapkan bibir berkali-kali)
Tiba-tiba jatuh dan mengorok
Kehilangan kendali terhadap bladder control or bowel control
(mengompol atau tidak mampu mengendalikan buang air besar)
Perubahan mood yang terjadi secara mendadak, seperti amarah
yang timbul secara tiba-tiba, panik dan ketakutan tanpa penyebab
yang jelas.
Gemetar di seluruh tubuh
Tiba-tiba jatuh dari posisi berdiri
Menggertakkan gigi dan mengunci rahang
Berhenti nafas sementara
Spasme otot yang tidak terkendali dengan Gerakan menghentak
pada ekstremitas.
51
PENANGANAN PERTAMA
Gejala visual, seperti sensasi adanya cahaya terang atau cahaya
PADA KECELAKAAN (P3K)
bergelombang pada penglihatan.
Tatalaksana utama
52
Selama mendampingi pasien, informasikan beberapa PENANGANAN PERTAMA
hal berikut terhadap
PADA KECELAKAAN (P3K)
keluarga atau masyarakat sekitar yang mungkin mencoba menolong:
53
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
54
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Skenario
Latihan 1
Latihan 2
55
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Checklist pertolongan pertama terhadap kejang
56
PENANGANAN PERTAMA
pertolongan ( kriteria gaat
PADA KECELAKAAN (P3K)
darurat )
8. Mendampingi korban hing-
ga kejang selesai dan hingga
tenaga medis tiba
57
DASAR TEORI PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Perdarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah. Perdarahan
dibagi menjadi perdarahan eksternal dan internal. Perdarahan eksternal ada-
lah perdarahan yang dapat dilihat berasal dari luka terbuka. Istilah perdara-
han (hemorrhage) menunjukkan jumlah perdarahan yang banyak dalam
waktu singkat.
Tiga jenis perdarahan yang berhubungan dengan jenis pembuluh darah
yang rusak: kapiler, vena, atau arteri3.
Perdarahan kapiler berasal dari luka yang terus-menerus tetapi lam-
bat.
Perdarahan ini paling wring terjadi dan paling mudah dikontrol.
Perdarahan vena mengalir terus-menerus. Karena tekanan rendah,
perdarahan vena tidak menyembur dan lebih mudah dikontrol
Perdarahan arteri menyembur bersamaan dengan denyut jantung.
Tekanan yang menyebabkan darah menyembur juga menyebabkan jenis
perdarahan ini sulit dikontrol. Perdarahan arteri merupakan jenis
perdarahan yang paling serius karena banyak darah yang dapat hilang
dalam waktu sangat singkat
58
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
3. Menempatkan pembalut, seperti kassa steril atau kain bersih pada
luka dan tekan langsung dengan tangan penolong
59
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
PERDARAHAN INTERNAL
Luka tertutup terjadi bila benda tumpul tidak merobek kulit, tetapi jaringan
dan pembuluh darah di bawah permukaan kulit menjadi hancur, yang me-
nyebabkan perdarahan internal. Pada beberapa kasus, mudah untuk
60
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
mendeteksi luka tertutup dari memar yang sering terjadi. Pada kasus lain,
luka tertutup dapat sulit dideteksi tetapi masih dapat mengancam nyawa.
61
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
E : Elevasi, elevasikan bagian yang cidera sehingga akan men-
gurangi aliran darah ke bagian yang cidera.
LANGKAH PROSEDUR
Kontrol Perdarahan (Direct Pressure)
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
1. Gunakan sarung tangan untuk melindungi diri
2. Buka area luka dengan melepaskan atau memotong pakaian untuk
menemukan sumber perdarahan
3. Tempatkan pembalut, seperti kassa steril atau kain bersih pada luka
dan tekan langsung dengan tangan penolong bila masih terjadi
perdarahan tekan dengan kedua tangan
4. Tinggikan area yang cedera di atas tinggi jantung
5. Jika darah merembes, jangan mengangkat pembalut tapi menggunakan
pembalut tambahan di atas yang lama
6. Gunakan perban tekan (menggulung atau membungkus) untuk
menahan pembalut atau kassa.
7. Memberikan tekanan pada titik tekanan, jika perdarahan masih tidak
dapat dikontrol. Titik tekanan adalah titik dimana arteri yang dekat
62
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
8. permukaan kulit berjalan dekat tulang. Sebagian besar titik tekanan
adalah tekanan brakial dan tekanan femoral
9. Cek sirkulasi pada daerah yang terkena dan bandingkan dengan daerah
yang sehat. Bila dengan diberikan perban sirkulasi memburuk, long-
garkan perban untuk memperbaiki sirkulasi.
63
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
CHECKLIST
Tidak Dil- Dil-
dil- akukan akukan
No Tahapan
aku- kurang dengan
kan lengkap lengkap
1 Melakukan penilaian umum pasien:
kegawatdaruratan (kesadaran, jalan
napas, sirkuasi); ada tidaknya bagi-
an tubuh yang cedera
2 Melakukan penilaian terhadap ba-
gian yang cidera :
Keadaan luka (lokasi, jenis, uku-
ran dan kemungkinan kontaminasi
pada luka, perdarahan)
Tanda dan gejala trauma
ekstremitas / Fraktur (nyeri,
bengkak, kebiruan/hematom,
deformitas, krepitasi dan lokasi
fraktur/ dislokasi)
3 Memberi penjelasan kepada pen-
derita mengenai keadaan cidera dan
tindakan yang akan dilakukan
4 Mempersiapkan alat : perban/mitela
yang sesuai, antiseptik bila ada
5 Melakukan cuci tangan rutin sesuai
teknik aseptik dengan benar
6 Memakai sarung tangan steril
dengan cara yang benar (bila
memungkinkan )
64
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
7 Membuka area luka dengan
melepaskan atau memotong paka-
ian untuk menemukan sumber
perdarahan
8 Menempatkan pembalut, seperti
kassa steril atau kain bersih pada
luka dan tekan langsung dengan
tangan penolong bila masih terjadi
perdarahan tekan dengan kedua
tangan
9 Meninggikan area yang cedera di
atas tinggi jantung
10 Jika darah merembes, jangan
mengangkat pembalut tapi
menggunakan pembalut tambahan
di atas yang lama
11 Menggunakan perban tekan
(menggulung atau membungkus)
untuk menahan pembalut atau kas-
sa
12 Memberikan tekanan pada titik
tekanan, jika perdarahan masih tid-
ak dapat dikontrol. Titik tekanan
adalah titik dimana arteri yang dek-
at permukaan kulit berjalan dekat
tulang. Sebagian besar titik tekanan
adalah tekanan brakial dan tekanan
femoral
65
13 Menilai sirkulasi pada daerah yang PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
terkena dengan membandingkan
dengan daerah yang sehat. Bila
sirkulasi memburuk, longgarkan
perban untuk memperbaiki sir-
kulasi.
14 Mengaktifkan EMS dan menghub-
ungi 118 atau mengevakuasi
korban ke tempat pelayanan
kesehatan terdekat
15 Melepas sarung tangan dan
melakukan cuci tangan rutin sesuai
tehnik aseptic dengan benar
Catatan:
66
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
Daftar Pustaka
1. Goel S, Singh N, Lal V, Singh A. Knowledge, attitude and
practices of students about first aid epilepsy seizures management
in a Northern Indian City. Annals of Indian Academy of Neurology.
2013;16(4):538.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3841596/.
2. O'Hara KA. First aid for seizures: the importance of education and
appropriate response. J Child Neurol. 2007;22(5_suppl):30S-37S.
3. World Health Organization. Epilepsy. World Health Organization
website. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/epilepsy. Published 2019. Updated 20 June 2019.
4. Marks JW, Garcia PJAfp. Management of seizures and epilepsy.
1998;57(7):1589-1600, 1603-1584.
5. US National Library of Medicine (Medline Plus). Epilepsy -
Overview. US National Library of Medicine (Medline Plus)
website. https://medlineplus.gov/ency/article/003200.htm.
Published 2019. Updated 2 October 2019. Accessed 29 October
2019.
6. US National Library of Medicine (Medline Plus). Seizures. US
National Library of Medicine (Medline Plus) website.
https://medlineplus.gov/ency/article/003200.htm. Published 2019.
Updated 2 October 2019. Accessed 29 October 2019.
7. Owolabi LF, Shehu NM, Owolabi SD. Epilepsy and education in
developing countries: a survey of school teachers' knowledge about
epilepsy and their attitude towards students with epilepsy in
Northwestern Nigeria. The Pan African medical journal.
2014;18:255-255. doi: 10.11604/pamj.2014.18.255.3607.
67
PENANGANAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
9. Russo CJ, Kassutto Z. Basic Airway Management in Reichman EF,
editors. Emergency Medicine Procedures 2nd ed. New York: Mc
Graw Hill education medicine; 2013. P.40-47
10. Hamlin MP, Tsai MH. Airway Management in Parsons PE, Heffner
JE, editors Pulmonary Respiratory Therapy 3rd ed. Philadelphia:
Mosby Elsevier; 2009. P. 473-483
11. Hirshon JM. Basic Cardiopulmonary Resuscitation in Adults. In
Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS, editors. Emergency Medi-
cine A Comprehensive Study guide 6 th ed. American college of
Emergency Physician. New York: McGraw-Hill; 2006. P. 66-71
12. Prasenohadi. Manajemen jalan napas. In Swidarmoko B, Dwi San-
toso A, Editors Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Napas.
Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUI;2010. P.270-329
13. Boyko R, Jain T, Metcalfe B. First Aid Reference Guide Fourth
Edition. St. Jhon Ambulance;2019. P. 92-102
14. Siti Setiati, Lima puluh masalah kesehatan di bidang ilmu penyakit
dalam, Interna Publishing, buku kedua, 2011
15. Marianti, Alodokter, 18 Agustus 2017
16. Kevin Adrian, Alodokter, 2 Oktober 2019
17. Ilham. Infografis: Penanganan Pingsan. Diakses dari
http://www.dokterilham.com/2016/05/infografis-penanganan-
pingsan.html pada tanggal 30 Oktober 2019
68