Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR AGRONOMI

(141G1133)

PEMBUATAN MIKROORGANISME LOKAL

NURTASYA AQILA SALSABILA

(G021211163)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………iii

1.2 Tujuan dan kegunaan……………………………………………………..v

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroorganisme Lokal Secara Umum ……………………………………vi

2.1.1 Pengertian Mikroorganisme Lokal………………………………………vii

2.1.2 Manfaat Mikroorganisme Lokal ………………………………………...vii

2.2 Kandungan Unsur Hara Mikroorganisme Lokal …………………………viii

2.3 Kandungan Mikroba Mikroorganisme Lokal………………………………ix

2.4 Keberhasilan Mikroorganisme Lokal………………………………………x

2.4.1 Ciri-Ciri Mikroorganisme Lokal yang berhasil………………………….x

2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan MOL……………………….xi

BAB 3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu…………………………………………………………xii

3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………………….xii

3.3 Prosedur Praktikum……………………………………………………….xii

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pupuk merupakan zat yang fungsinya untuk meningkatkan kesuburan

tanaman. Pupuk di bagi ke dalam 2 macam yaitu pupuk organic dan pupu

anorganik. Pupuk organic ialah pupuk yang di hasilkan dari sisa-sisa

mahluk hidup yang sudah mati. Sedangkan pupuk anorganik ialah pupuk

yang di buat dari buatan manusia menggunakan za-zat kimia buatan. Salah

satu pupuk organic ialah Biomol. Biomol adalah suatu zat yang fungsinya

sama seperti pupuk, namun dalam bentuk cair yang di hasilkan dari sisa-

sisa makanan. Dewasa ini pupuk merupakan salah satu kebutuhan pokok

yang harus dipenuhi untuk kebutuhan pertanian. Namun pada

kenyataannya banyak peteani-petani yang masih banyak menggunakan

pupuk-pupuk anorganik karena sifatnya yang mudah didapat dan harganya

murah namun pupuk jenis tersebut dapat berbahaya bagi lingkungan. Oleh

karena itu sebaiknya pupuk yang digunakan pupuk yang berasal dari

mahluk hidup atau pupuk organik.

Salah satu pupuk organic yang mudah di buat dan dapat

mengurangi jumlah sampah ialah mol, Karena mol dibuat dari sisa-sisa

makanan rumah tangga. Pupuk organik mempunyai kelebihan antara lain

meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta

mengandung zat pengatur tumbuh yang penting untuk pertumbuhan

tanaman. Penggunaan pupuk cair dengan memanfaatkan jenis


mikroorganisme lokal (MOL) menjadi alternatif penunjang kebutuhan

unsur hara dalam tanah. Larutan MOL (mikroorganisme lokal) adalah

larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar berbagai sumber daya yang

tersedia. Larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro, dan

mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan

organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan

penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk

hayati, dan pestisida organik.

MOL adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung

mikroorganisme hasil produksi sendiri dari bahan-bahan alami yang

tersedia disekeliling kita.  Bahan-bahan tersebut merupakan tempat yang

disukai oleh mikroorganisme sebagai media untuk hidup dan

berkembangnya mikroorganisme yang berguna dalam mempercepat

penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer) atau sebagai tambahan

nutrisi bagi tanaman. Selain itu MOL dapat juga berperan sebagai

pestisida hayati karena kemampuanya dalam mengendalikan beberapa

macam organisme pengganggu tanaman (OPT). MOL juga diindikasikan

mengandung zat perangsang tumbuh / fitohormon yang berperan dalam

memacu pertumbuhan tanaman seperti hormon Auksin, Giberelin dan

Sitokinin. 

Larutan MOL menggandung unsur hara makro dan mikro dan juga

menggandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik.

Perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit


tanaman. Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah

bahkan tanpa biaya, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di

sekitar. Berdasarkan uraian di atas  maka  perlu dilakukan  praktikum

mengenai pembuatan  Mikro Organisme Lokal yang sangat baik bagi

pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk dapat berupa pupuk organik

dan pupuk kimia. Pupuk kimia merupakan pupuk yang berasal dari bahan-

bahan kimia sehingga sangat berefek negatif pada lingkungan dan

menurunkan kuantitas dari tanaman, sedangkan pupuk organik adalah

pupuk yang berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan. Pupuk

organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam. Pupuk

organik biasanya berupa zat padat. Akan tetapi, pupuk organic juga dapat

berupa pupuk cair.

Bahan organik memiliki peranan penting sebagai sumber karbon,

dalam pengertian luas sebagai sumber pakan, dan juga sebagai sumber

energi untuk mendukung kehidupan dan berkembangbiaknya sebagai jenis

mikroba tanah. Penurunan kandungan bahan organik tanah menyebabkan

mikroba dalam tanah mengalami defisiensi karbon sebagai pakan sehingga

perkembangan populasi dan aktivitasnya terhambat. Hal ini

mengakibatkan proses mineralisasi hara menjadi unsur yang tersedia bagi

tanaman akan terhambat. Pertanian organik merupakan sistem pertanian

yang ramah lingkungan yang bersifat hukum pengembalian (lof of return)

yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua

bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah
pertanian maupun ternak yang selanjutnya bertujuan untuk memenuhi

makanan pada tanah yang mampu memperbaiki status kesuburan dan

struktur tanah.

I.2 Tujuan dan kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum pembuatan mikroorganisme atau mol

adalah untuk bagaimana mengetahui bagaimana cara pembuatan dan manfaat

mol bagi tanaman untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bahan yang

digunakan dalam pembuatan mol, agar kita dapat mengetahui cara pembuatan

mol yang benar. Kegunaan dalam praktikum ini yaitu sebagai bahan

informasi kepada praktikan maupun kepada pembaca akan pembuatan

mikroorganisme (MOl) tersebut bagi tanaman serta membantu tanaman agar

tetap tumbuh dengan subur dan selalu menyiram tanaman tersebut agar

menghasilkan atau tumbuh dengan baik.


BAB 2

TUJUAN PUSTAKA

2.1 Mikroorganisme Lokal Secara Umum

Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) terbuat dari bahan-bahan alami,

sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk

mempercepat penghancuran bahan organik. MOL dapat juga disebut sebagai

kumpulan mikroorganisme lokal dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam

setempat (Kusuma,2010).

Mikroorganisme lokal adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar

dari berbagai sumber daya lokal. Larutan MOL mengandung bakteri yang

berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, sebagai

agen pengendali hama dan penyakit tanaman, serta mengandung unsur hara

(Purwasasmita 2009).

Mikroorganisme Lokal dapat diperoleh dari bebagai macam bahan lokal,

antara lain urin sapi, batang pisang, daun gamal, buah-buahan, sampah rumah

tangga, rebung bambu, serta rumput gajah dan dapat berperan dalam proses

pengelolaan limbah ternak, baik limbah padat untuk dijadikan kompos, serta

limbah cair ternak (Sutari, 2010).


2.1.1 Pengertian Mikroorganisme Lokal

MOL (mikroorganisme lokal) merupakan kumpulan mikroorganisme

yang yang berfungsi sebagai dasar dalam pembuatan kompos. Pemanfaatan

limbah per-tanian seperti buah-buahan tidak layak konsumsi untuk diolah menjadi

MOL dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta me-ngurangi pencemaran

lingkungan (Juanda, dkk, 2011).

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat

kecil (Kusuma,2010). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan

untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami

pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Larutan

MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan

dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat baik dari tumbuhan

maupun hewan.

Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga

mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik dalam

tanah, perangsang pertumbuhan pada tanaman, dan sebagai agens pengendali

hama dan penyakit tanaman (Kusuma,2010).

2.1.2 Manfaat Mikroorganisme Lokal

Dalam bidang pertanian, mikroorganisme dapat digunakan untuk

peningkatan kesuburan tanah. Salah satunya dapat dimanfaatkan untuk pembuatan

kompos. Mikroorganisme ini dapat berinteraksi membantu proses pelapukan


bahan- bahan organic seperti dedaunan, rumput, jerami, buah-buahan yang telah

sangat matang, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan dan lainnya (Juanda,

dkk, 2011).

Petani menggunakan Mikroorganisme Lokal (MOL) dalam penerapan

kompos organik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi serta untuk

mengatasi masalah hama dan penyakit tanaman padi. Adapun kelangsungan hidup

mikroorganisme tersebut diukung oleh keadaan lingkungan yang basah dan

lembab (Sutari, 2010).

Sama seperti penggunaan pupuk kompos, MOL juga memiliki fungsi seabagai

penyubur tanah dan sumber nutrisi bagi tanaman sebagai sumber nutrisi tanaman,

cara pengaplikasiannya cukup dengan cara menyiramkan cairan MOL dekat

tanaman seiap satu sampai dua kali seminggu (Sutari, 2010).

2.2 Kandungan Unsur Hara Mikroorganisme Lokal

Bahan organik memiliki peranan penting sebagai sumber karbon,

dalam pengertian luas sebagai sumber pakan, dan juga sebagai sumber

energi untuk mendukung kehidupan dan berkembangbiaknya berbagai jenis mik

roorganisme tanah (Kusuma,2010).

Penurunan kandungan bahan organik tanah menyebabkan

mikroorganisme dalam tanah mengalami kekurangan Larutan MOL adalah

hasil larutan fermentasi yang berbahan dasar dari sumber daya yang tersedia,

Mengandung unsur hara makro dan mikro mengandung mikroorganisme


berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan

agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan

sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik (Purwasasmita, 2009).

Larutan MOL harus mempunyai kualitas yang baik sehingga

mampu meningkatkan kesuburan tanah, dan pertumbuhan tanaman secara

berkelanjutan. Kualitas merupakan tingkat yang menunjukkan serangkaian

karakteristik yang melekat dan memenuhi ukuran tertentu. Faktor-faktor yang

menentukan kualitas larutan MOL antara lain media fermentasi, kadar bahan

baku atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam

proses fermentasi, pH, temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N dalam bahan

(Juanda, dkk, 2011).

2.3 Kandungan Mikroba Mikroorganisme Lokal

Mikroorganusme lokal memiliki kandungan mikroba yang sebagai salah

satu unsur dalam proses pembuatan mikroorganisme local sebagai perombak

bahan organik yang dapat berfungsi sebagai dekomposer,pupuk hayati, dan

pestisida.

Kandungan yang berada dalam mikroorganisme lokal merupakan cairan

yang terbuat dari bahan alami untuk mempercepat proses peleburan bahan organik

yang nantinya akan digunakan sebagai dekomposer (Riau,2018).

Mikroba dalam mikroorganisme lokal selain akan berguna sebagai

dekomposer, juga akan berguna sebagai pemberi nutrisi pada tanaman dan

meningkatkan populasi tanah dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh subur
serta terhindar dari hama yang akan menghambat proses pertumbuhan tanaman itu

sendiri (Riau,2018).

2.4 Keberhasilan Mikroorganisme Lokal

MOL adalah cairan hasil rendaman potongan kecil bahan organik berupa

tumbuhan dan kotoran hewan peliharaan yang dalam pembuatannya sering

ditambahkan gula merah atau molase dan didiamkan selama dua minggu. MOL

dibuat dengan menggunakan bahan organik yang tersedia di lokasi, namun dalam

pembuatannya selain bahannya sangat beragam (Kusuma,2010).

MOL juga dibuat tidak secara kuantitatif serta tidak ada tambahan

inokulan mikroorganisme berguna. Dengan demikian, dapat dipahami kualitas

MOL sangat berbeda satu dengan yang lainnya sehingga pengaruhnya terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman padi serta kemampuan melindungi tanaman

dari serangan hama penyakit juga akan sangat berbeda (Sutari,2010).

Dalam bidang pertanian, mikroorganisme dapat digunakan untuk

peningkatan kesuburan tanah melalui fiksasi N2, siklus nutrient, dan peternakan

hewan. Salah satunya dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos.

Mikroorganisme (bakteri pembusuk) ini dapat berinteraksi membantu proses

pelapukan bahan- bahan organic seperti dedaunan, rumput, jerami, buah-buahan

yang telah sangat matang, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan dan lainnya

(Purwasasmita, 2009).
2.4.1 Ciri-Ciri Mikroorganisme Lokal yang berhasil

Mikroorganisme Lokal atau MOL dikatakan berhasil jika telah memenuhi

ciri-ciri seperti Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat MOL hancur

terdekomposisi oleh mikroba, Pada awal pembuatan MOL berbau sangat

menyengat/ berbau tidak sedap. Namun saat MOL matang baunya tidak lagi

menyengat tapi berbau masam/berbau fermentasi, tidak terdapat belatung

didalamnya, MOL nya tidak sekeruh saat pertama kali di buat (Sutari,2010).

Waktu fermentasi MOL berbeda-beda antara satu jenis bahan MOL

dengan yang lainnya. Waktu fermentasi ini berhubungan dengan ketersediaan

makanan yang digunakan sebagai sumber energi dan metabolisme dari

mikroorganisme. Waktu fermentasi MOL bonggol pisang yang paling optimal

pada fermentasi hari ke-7 sampai ke-14 (Purwasasmita, 2009).

Mikroorganisme pada MOL cenderung menurun setelah hari ke-14. Hal

ini berhubungan dengan ketersediaan makanan dalam MOL. Proses fermentasi

yang lama menyebabkan cadangan makanan akan berkurang karena dimanfaatkan

oleh mikrobia di dalamnya (Purwasasmita, 2009).

2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan MOL

Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi

lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka


dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat

organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme

tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan

kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan

keberhasilan proses pengomposan itu sendiri (Purwasasmita, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan seperti ukuran

partikel, Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara

mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran

partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk

menentukan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel

bahan tersebut (Sutari,2010).

Keberhasilan MOL juga dipengaruhi oleh kelembaban, kelembaban

memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan

secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikroorganisme dapat

memanfaatkan bahan organic apabila bahan organic tersebut larut di dalam air.

Temperatur/suhu : Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan

langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi

temperature akan semakin banyak konsumsi oksigen akan semakin cepat pula

proses dekomposisi (Kusuma,2010).


BAB 3 METODOLOGI

3.1. Tempat Dan Waktu

Praktikum pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) dilaksanakan di

Teaching Farm Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Praktikum ini

berlangsung selama 14 hari.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ember ukuran 20 L,

corong, saringan, parang, botol ukuran 1,5 L dan selang aquarium 1,5 M.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah limbah

sayuran/buah (2 kg), Bonggol pisang (2 kg), air cucian beras (10 L), larutan gula

merah(1 L) dan lakban hitam.

3.3 Prosedur Praktikum

3.3.1 Prosedur Pembuatan MOL

Prosedur pembuatan MOL adalah :


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Menghaluskan bonggol pisang dan limbah sayur/buah dengan

menggunakan pisau atau parang.

3. Memasukkan seluruh bahan yang telah di cacah kedalam ember,

menambahkan air cucian beras dan larutan gula merah.

4. Menutup rapat ember, kemudian merekatkan lakban hitam agar udara

tidak masuk.

3.3.2 Prosedur Pengadukan MOL

Prosedur pengadukan MOL adalah :

1. Melepaskan perekat pada penutup ember.

2. Membuka tutup ember.

3. Mengaduk MOL dengan menggunakan kayu.

4. Menutup ember kembali dan merekatkan kembali dengan lakban.

3.3.3 Prosedur Pemanenan MOL

Prosedur pemanenan MOL adalah :

1. Melepaskan perekat dan membuka penutup ember.


2. Mencium aroma MOL, apabila beraroma busuk maka MOL dinyatakan

gagal, namun jika tercium aroma fermentasi, maka MOL dinyatakan

berhasil.

3. Mengambil MOL dengan gayung lalu memasukkanya kedalam botol

dengan menggunakan corong dan saringan.

3.4 Parameter Pengamatan

1. Warna Warna MOL yang baik adalah berwarna kecoklatan seperti

minyak goreng yang telah digunakan sebanyak 4 kali.

2. Aroma

Aroma pada MOL yang baik mirip dengan bau tape atau fermentasi

lainnya, karena pada pembuatan MOL menggunakan respirasi anaerob.


DAFTAR PUSTAKA

Juanda, Irfan, Nurdiana. 2011. Pengaruh metode dan lama fermentasi terhadap

mutu MOL. J Floratek. 6(1): 140 – 143.

Kusuma, P.W. 2010. Seputar Pupuk Hayati.

Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme lokal sebagai pemicu siklus kehidupan

dalam bioreaktor tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia

Indnesia. 19 – 20 Oktober 2009. Bandung (ID): SNTKI.

Riau, U.s. 2018. Mikroorganisme lokal pertanian. Repository.uin.suska.ac.id,10.

Sutari, N. W. S. 2010. Uji Berbagai Jenis Pupuk Cair Biourine terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.). Agritrop :

Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal On Agricultural Sciences) edisi desember

2010. Vol.29.

Anda mungkin juga menyukai