kerajinan ke luar daerah. Namun kelompok ini menjadi salah satu perusahaan yang secara fokus
tidak bisa bertahan lama dan akhirnya bubar, membantu pengembangan industri kerajinan
faktor rendahnya daya beli dan minat masyarakat bambu di Desa Brajan. Salah satu programnya
terhadap kerajinan bambu serta tidak adanya adalah UKM digital melalui bantuan berupa
regenerasi dari anak muda merupakan alasan jaringan internet dan hotspot sehingga para UKM
kelompok ini tidak bisa bertahan. Bambu Brajan dapat terdigitalisasi sehingga
Desa Brajan terletak di Sendangagung, mampu merambah pasar mancanegara. (Sg,
daerah Minggir, kabupaten Sleman, Daerah 2017, Desa Wisata Brajan, kerajinan bambu yang
Istimewa Yogyakarta. Sebuah lokasi yang berada mendunia https://www.indotelko.com/liputan-
di ujung barat dari pusat kota Yogyakarta. Nama khusus/rumah-kreatif-bumn/read/1483413008/
desa Brajan diambil dari nama Kyai Brojo desa-wisata-brajan-kerajinan-bambu-yang-
Setiko yang merupakan cikal bakal penduduk mendunia, diakses tanggal 6 Oktober 2019).
yang pertama kali menetap disana. Meskipun Kehadiran wisatawan lokal maupun
Desa Brajan merupakan sebuah desa yang kecil, asing yang datang karena tertarik dengan produk
namun memiliki daya tarik melalui produk kerajinan bambu Brajan tidak sedikit, bahkan
kerajinan bambu yang dihasilkan dan bahkan pihak pengelola desa mengaku sedikit kewalahan
telah menembus pasar internasional. (Mehmed dengan jumlah permintaan produk yang masuk
Farouqi, 2013, Desa Wisata Brajan, “Sentra sehingga secara swadaya memberikan pelatihan
Kerajinan Bambu” https://www.kompasiana. menganyam bambu kepada warga agar dapat
com/cyberboypower/5529409a6ea834e41f8b4 mampu memnuhi permintaan konsumen.
5c4/desa-wisata-brajan-sentra-kerajinan-bambu, Para pengrajin hasil didikan kemudian akan
diakses tanggal 6 Oktober 2019). memproduksi barang kerajinan yang akan
Mayoritas masyarakat Desa Brajan dipasarkan di salah satu galeri yang ada untuk
awal mulanya memiliki mata pencaharian bisa dinikmati maupun dibeli sebagai buah
sebagai petani. Saat kelompok prinxmas mulai tangan oleh wisatawan yang berkunjung ke Desa
menjalankan usaha kerajinan bambu, saat itu Wisata Brajan.
tidak banyak masyarakat yang tertarik untuk
ikut bergabung. Namun seiring perkembangan
teknologi dan maraknya penggunaan media
sosial saat ini menjadi salah satu proses penting
awal mula meningkatnya permintaan terhadap
kerajinan bambu dari desa Brajan. Melalui
penggunaan media sosial, kerajinan bambu
Gambar 4. Pintu asuk (kiri) dan suasana kawasan
Brajan semakin banyak dikenal bahkan hingga ke Taman Brajan
mancanegara. (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2019)
Proses terjadinya perubahan Desa Brajan
dari semula sebagai desa biasa menjadi desa
wisata dimulai sekitar tahun 2006. Melalui
Dinas Perindustrian Kabupaten Sleman, Desa
Brajan mulai dicanangkan sebagai Desa Wisata
dengan konsep Desa Wisata Cinderamata berupa
kerajinan anyaman bambu. Meski sempat vakum
Gambar 3. Proses Pembangunan Pusat Kegiatan dalam beberapa tahun, namun masyarakat
Kawasan Taman Brajan
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2019) mulai kembali mengelola dan melakukan
pengembangan kembali hingga sekarang. Dengan
Perusahaan BUMN Telkom menjadi bantuan mitra binaan dari UII dan PT. Jasa
perusahaan yang sangat berkontribusi terhadap Raharja Desa Brajan mulai berkembang. Dengan
titik balik desa Brajan menjadi desa wisata. kondisi tersebut masyarakat Desa Brajan mulai
Telkom dengan koneksi internet broadbandnya menekuni kerajinan anyaman bambu hingga
ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 1 Januari - Maret 2020 53
menjadikan pekerjaan tersebut menjadi pekerjaan karena pada saat proses pengiriman ke negara
tetap (pokok) mereka. Bahkan beberapa dari tujuan membutuhkan waktu yang tidak singkat,
mereka sudah mampu mendirikan showroom di oleh karena itu perlu finishing yang mampu
rumah mereka. menjaga kualitas produk mereka. Kualitas produk
yang dihasilkan juga akan melalui tahap quality
control oleh eksportir untuk mengetes kualitas
produk. Pada tahapan ini masyarakat Desa
Wisata Brajan hanya berperan sebagai produsen,
sementara proses packaging hingga pengiriman
dilakukan oleh eksportir yang telah melakukan
kerjasama sebelumnya.
Gambar 5. Showroom milik warga beserta beberapa
hasil produk kera inannya.
(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2019) Tabel 1. Contoh hasil inovasi produk export di
Desa Wisata Kerajinan Bambu Brajan
Peresmian desa wisata Brajan diikuti
dengan pendirian gapura masuk desa yang NO GAMBAR KETERANGAN PRODUKSI
merupakan bantuan resmi dari Universitas Islam 1 Hasil olahan
berupa hiasan
Indonesia dan PT. Jasa Raharja. Gapura tersebut dinding dengan
diresmikan oleh Bupati Sleman dan disaksikan motif (ornamen)
oleh Dinas terkait. 2 Hasil olahan
berupa box
multifungsi
Analisis Problem dan Potensi Bambu di Sentra dengan motif Hasil produksi
Industri Kerajinan Desa Wisata Bambu Brajan anyaman untuk ekspor
truntum ke luar negeri
Berdasarkan hasil pengalaman mengamati (Dubai),
3 Hasil olahan
sentra industri bambu di Desa Wisata Brajan, berupa kap permintaan
pasar luar
sebanyak 75% penduduk Desa Wisata Brajan lampu dengan
negeri lebih
motif anyaman
berprofesi sebagai pengrajin bambu, namun truntum mengedepankan
hasil akhir
hanya terdapat 7 sentra kerajinan bambu yang (finishing).
berperan sebagai sentra utama, dan 2 diantaranya Untuk model &
4 Hasil olahan motif mereka
telah mendirikan showroom yang letaknya berupa wadah lebih menyukai
disekitar Taman Brajan. Warga desa hanya buah dengan motif anyaman
anyaman warna truntum
membuat produk sederhana, beberapa kerajinan kombinasi dengan
kombinasi
pasar dan hanya dipasarkan di pasar tradisional. warna-warna
Pada awalnya, warga desa Brajan hanya membuat cerah
produk sederhana. Namun sejak adanya 5 Hasil olahan
berupa box
kerjasama antara pengelola desa dengan PT. Jasa multifungsi
dengan motif
Raharja dan perusahaan exportir, warga desa anyaman
Brajan mulai mampu memasarkan produknya truntum
keluar kota, hingga keluar negeri. Peneliti melihat
adanya kemajuan desain dari produk kerajinan
yang dihasilkan, terlihat semakin bervariasi. no asi Produk era inan Bambu ntuk Pasar kspor
(Sumber : Dokumen Peneliti, 2019)
Peneliti melihat bahwa dari hasil inovasi
tersebut masyarakat Brajan mampu menghasilkan
berbagai produk fungsional hingga produk home Pada pasar lokal masyarakat Desa Wisata
décor. Produk yang dihasilkan oleh masyarakat Brajan memasarkan produk mereka di berbagai
Desa Wisata Brajan dibagi menjadi 2 fokus pasar sentra kerajinan. Jangkauan pemasaran
pemasaran. Untuk pasar ekspor, masyarakat Desa mereka di beberapa kota besar di Indonesia seperti
Wisata Brajan melakukan treatment (perawatan) Bandung, Banten, Yogyakarta, hingga Bali.
khusus pada tahapan finishing. Hal ini dilakukan
54 Yayu Rubiyanti, Bamboo House, Desain Interior Berkelanjutan...
Tabel 2. Hasil inovasi produk untuk pasar lokal Jenis bambu yang digunakan untuk produk
di Desa Wisata Kerajinan Bambu Brajan kerajinan di Desa Wisata Brajan adalah bambu
apus, karena memiliki sifat yang kuat lentur dan
NO GAMBAR KETERANGAN PRODUKSI bentuknya yang cenderung lebih lurus. Bambu
1 Hasil olahan Apus (Gigantochloa Apus) adalah jenis bamboo
berupa box yang tersedia melimpah dan akrab dengan
multifungsi
dengan motif keahlian masyarakat Indonesia karena ringan dan
anyaman silang berukuran lebih kecil. Sedangkan bambu yang
2 Hasil olahan paling kuat adalah bambu Petung (Dendrocalamus
berbentuk Asper), biasanya digunakan untuk konstruksi
seperti mangkuk
dengan motif Hasil produksi bangunan karena tersedia melimpah di seluruh
anyaman untuk pasar Indonesia.
silang yang lokal, biasanya
dikombinasi berupa produk Melihat fenomena yang ada, masyarakat
3 Hasil olahan
fungsional yang tinggal di sentra industri bambu Desa
dengan motif
berbentuk anyaman yang Wisata Brajan yang lekat dengan keahlian
pincuk sederhana dan tukang (craftsmanship) yang turun temurun
kombinasi
warna yang tidak diimbangi dengan pengelolaan bambu
4 Hasil olahan monokrom sebagai bahan baku utama sekaligus identitas
berupa wadah (tidak banyak
aksesoris dengan warna)
dari Desa Wisata Brajan. Kurangnya pemahaman
motif anyaman masyarakat Desa Brajan tentang cara penanganan
berlubang
bambu, mulai dari pembibitan atau tata cara
pembudidayaan hingga cara panen bambu yang
5 Hasil olahan
baik menjadikan tanaman bambu di daerah
berupa wadah Brajan tidak bertahan lama.
aksesoris dengan Desa Brajan kewalahan dengan pesanan
motif anyaman
berlubang konsumen yang melimpah terhadap produk
dengan kerajinan bambu, pada saat itu warga tidak mampu
kombinasi motif
silang mengendalikan pengambilan bahan baku dari
alam, panen bambu dilakukan secara berlebihan
no asi Produk era inan Bambu ntuk Pasar kspor dan tidak diimbangi dengan pembudidayaan
(Sumber : Dokumen Peneliti, 2019)
yang benar. Sehingga dalam waktu yang singkat,
Brajan yang awalnya memiliki kebun bambu
Melihat problem utama dari sentra yang cukup rindang hingga kini berakhir harus
kerajinan bambu di Desa Wisata Bambu Brajan, mendatangkan bambu dari kota lain. Lahan yang
hal yang paling krusial adalah ketersediaan bambu semula menjadi tempat tumbuhnya bambu mulai
sebagai bahan baku kerajinan produk bambu. berubah menjadi rumah warga, sehingga kondisi
Sebagai langkah untuk memenuhi kebutuhan ini menyebabkan semakin berkurangnya lahan
bahan baku berupa bambu, masyarakat Desa untuk menumbuhkan kembali tanaman bambu
Brajan mendatangkan pasokan bambu dari di Desa Brajan.
daerah Nanggulan dan Sentolo Kulonporgo. Para Pemahaman bambu sebagai material
pengrajin mendapatkan bahan baku tersebut terbaharukan perlu disosialisasikan kembali
langsung dari petani bambu sehingga mereka kepada sebagian besar masyarakat, sehingga
memperoleh harga yang lebih murah. potensi material bisa dimaksimalkan Namun
Seperti dikutip dari penelitian Setya Budi meskipun demikian, eksploitasi besar-besaran
Astanto (2016) bahwa bambu adalah rumput tanpa adanya strategi berkelanjutan dari sebuah
raksasa yang merupakan material terbarukan konsumsi bahan baku juga tidak akan berjalan
karena bisa dipanen setiap empat tahun dengan maksimal bahkan hasilnya akan cenderung
panjang maksimal 18 meter. Berdasarkan nihil. Kearifan lokal sejalan dengan konsep
ukuran batang, bambu dapat dikelompokkan berkelanjutan yang akhir-akhir ini mulai kembali
menjadi 3 golongan yaitu bambu kecil, sedang, dimunculkan, padahal ini sudah dilakukan oleh
dan besar. Contoh jenis bambu dari kelompok nenek moyang sejak lama.
tersebut adalah Bambu Apus (kecil), Bambu Masyarakat Jawa percaya dengan pranata
Legi (sedang), dan Bambu Petung (besar). mangsa, sehingga zaman dahulu nenek moyang
ARS: Jurnal Seni Rupa dan Desain - Volume 23, Nomor 1 Januari - Maret 2020 55
kita ketika akan melakukan hal yang menyangkut Penebangan bambu dilakukan pada
dengan pertanian pasti selalu memeriksa mangsa kasanga, hal tersebut dilakukan karena
kalender. Begitu juga dengan waktu terbaik bamboo yang dihasilkan memiliki kandungan
dalam memanen bambu (secara penebangan glukosa paling rendah sehingga tidak mudah
tradisional) tidak bisa sembarang waktu, namun dimakan serangga dan memiliki tingkat kelenturan
harus dilakukan pada musim tertentu. Pranata paling tinggi. Dalam proses pemanenan bambu,
mangsa memiliki 12 musim (mangsa). Musim dapat terlihat bahwa bambu yang tua dan siap
terbaik untuk melakukan pemanenan adalah untuk dipanen biasanya berada ditengah rumpun
pada mangsa tuwa, yaitu mangsa kasanga (ke-9), dan dikelilingi oleh anak-anak bamboo (tunas).
kasadasa (ke-10), dan dhesta. Sehingga diharapkan ketika bamboo tersebut
Musim kasanga terjadi pada tanggal akan dipanen maka tunas yang ada kemudian
1 – 25 Maret dengan ciri-ciri : padi berbunga, dipindahkan ke lahan yang baru untuk ditanam.
jangkrik mulai muncul, tonggeret dan gangsir
mulai bersuara. Musim kasadasa (ke-10) sekitar Analisis Problem Hunian Desa Wisata
akhir bulan Maret hingga pertengahan April, dan Kerajinan Bambu Brajan
memiliki ciri-ciri padi mulai menguning, telur Bentuk hunian di Desa Wisata Kerajinan
burung kecil mulai menetas. Mangsa Dhesta (ke- Bambu Brajan beragam, mulai dari bangunan batu
11) sekitar pertengahan April hingga pertengahan bata berbentuk sederhana, hingga tipe bangunan
Mei dengan ciri musim : burung memberi makan baru. Tidak terdapat ciri khas tertentu seperti
anaknya, buah randu mekar, dan sebagainya. menerapkan referensi arsitektural tertentu yang
(Tommy Apriando, 2015, Brubuh, Kearifan membedakan bangunan hunian di Desa Wisata
Masyarakat Jawa Menjaga Hutan, https://www. Brajan dengan desa lainnya. Beberapa warga
mongabay.co.id/2015/02/12/brubuh-kearifan- memberikan area tambahan di bangunan rumah
masyarakat-jawa-menjaga-hutan/, diakses pada tinggal mereka untuk mengakomodasi kebutuhan
tanggal 7 Oktober 2019). akan kegiatan produksi kerajinan bambu mereka.
Peneliti mengamati dua hunian sekaligus kegiatan produksi berfokus pada proses
showroom milik warga desa. pengolahan bahan bamboo sebelum akhirnya
(1) Hunian Bapak Triyanto, pemilik showroom dilakukan penganyaman.
Setia Karya Craft. Selain sebagai tempat (2) Hunian Bapak Wahyu, terdapat showroom
tinggal, kegiatan produksi kerajinan yang letaknya menjadi satu dengan area
bambu dilakukan pada area teras (bagian hunian, menempel dengan area privasi
depan rumah tinggal) dan dengan dibatasi dinding dengan pintu dan jendela.
melakukan penambahan bangunan baru Sedangkan untuk produksi dilakukan di area
yang berada disebelah hunian. Area teras depan rumah (teras) yang telah diberi atap
rumah difokuskan untuk proses kegiatan tambahan, sisanya dapat dilakukan juga di
penganyaman, finishing, serta sebagai area dalam showroom.
pajang. Sedangkan area bangunan baru,
Peneliti mengamati bahwa hunian di Desa mempekerjakan warga atau tetangga lain sesama
Brajan cenderung dihuni oleh keluarga dengan pengrajin dan juga dapat bekerja sama dengan
jumlah anggota yang cukup banyak dikarenakan UKM lain. Beberapa warga menjalankan kegiatan
hunian-hunian tersebut diwariskan secara turun produksinya sendiri yang lebih kecil dibanding
temurun sehingga memungkinkan adanya lebih dengan produksi showroom.
dari satu generasi dalam satu hunian. Pola perubahan perilaku yang dihasilkan dari
Dengan adanya area produksi yang hunian masyarakat Desa Brajan yang awalnya berupa
menjadi satu dengan hunian menyebabkan hunian tinggal biasa dan kemudian mendapat fungsi
bangunan hunian memiliki fungsi tambahan tambahan sebagai tempat produksi serta showroom
untuk mendukung kegiatan produksi kerajinan kerajinan kemudian mengkondisikan mereka
tersebut, seperti fungsi untuk produksi, fungsi menjadi sangat terbiasa dengan kondisi tersebut
sebagai ruang penyimpanan bahan dan material meskipun sangat tidak ideal.
produksi. Setia Karya Craft merupakan contoh
hunian yang sekaligus membuka showroom Penerapan konsep biomimikri pada hunian
untuk memajang karya-karya kerajinan yang Desa Wisata Kerajinan Bambu Brajan.
diproduksinya. Diluar itu, bangunan hunian Dalam buku berjudul “Environmentally
yang mencakup area produksi dan showroom juga Responsible Design: Green and Sustainable Design
perlu mendukung kegiatan-kegiatan desa wisata for Interior Designer” karya Louise Jones telah
pada umumnya seperti workshop, pelatihan, dan dijelaskan bahwa prinsip desain berkelanjutan
kunjungan wisata, dan sebagai homestay. memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan
binaan yang mendukung keseimbangan serta
kelestarian lingkungan. Melalui prinsip tersebut,
diharapkan masyarakat terutama para perancang
mampu menciptakan desain lingkungan yang
mampu menjaga keseimbangan ekosistem masa
sekarang maupun masa yang akan datang. Prinsip
biomimicry merupakan prinsip pertama diantara
enam prinsip desain berkelanjutan.
Prinsip biomimicry mengajarkan manusia
untuk menghormati alam semesta, dijelaskan pula
dalam prinsip ini bahwa manusia dituntut untuk
menghormati alam. Sesuai dengan kata biomimicry
yang artinya meniru atau mengikuti alam, seperti
yang dikatakan oleh Janine Benyus, prinsip ini
Gambar . rea ktif egiatan isata dan Produksi juga memberikan panduan dalam merancang
era inan Bambu di Desa isata Bra an sebuah karya desain sesuai dengan kaidah desain
(Sumber : Google ap, 2019)
Keterangan : berkelanjutan.
Area aktif produksi
Showroom
Kegiatan wisata dan produksi kerajinan
bambu berpusat pada satu area, yaitu area di
sekitar Taman Wisata Desa Brajan. Terdapat
dapat 4 showroom pribadi (Prink Mas, Supriyo,
Suyatno, Setia Karya Craft) milik warga dan
1 showroom milik desa (Pring Gedhe). Semua
showroom pribadi letaknya menjadi satu dengan
area hunian pemilik, sedangkan untuk showroom
dibangun tidak menyatu dengan rumah warga,
letaknya berada di sebelah taman wisata. Gambar 9. he Green School menerapkan prinsip
Setiap produksi di dalam satu showroom biomimicry
dikerjakan oleh penghuni (anggota keluarga) (Sumber : h ps: www.archdaily.com 1 the-green-
school-pt-bambu 012b12f2 ba0d147d0004 a-the-
rumah dimana showroom itu berada atau green-school-pt-bambu-photo. 10 9 2019 12.09 P )
58 Yayu Rubiyanti, Bamboo House, Desain Interior Berkelanjutan...
Konferensi Internasional mengenai Pariwisata biomimicry terhadap homestay yang ada maupun
Budaya (1993), peneliti sepakat bahwa daya tarik melakukan pembangunan baru di Desa Wisata
sebuah Desa Wisata Kerajinan Bambu Brajan bisa Brajan.
dilakukan dengan melaksanakan pembangunan Selain ecolodge yang menyangkut homestay
fasilitas dan kegiatan. dan guesthouse, bangunan lainnya yang bisa dibangun
Peneliti melihat kesenjangan antara adalah hunian yang diperuntukan bagi komunal
apa yang terlihat dilapangan dengan apa yang sebuah Desa Wisata seperti balai pertemuan
secara ideal harus dihadirkan di Desa Wisata desa, untuk mengakomodir pertemuan dengan
Bambu Brajan. Pendekatan pembangunan yang wisatawan, toilet umum, dan galeri (showroom) yang
dilakukan adalah melalui peningkatan kualitas dapat memamerkan hasil produksi dari Desa Wisata
homestay dan guesthouse yang ada di Desa Kerajinan Bambu Brajan.
Wisata Brajan melalui pendekatan eco-lodge. Hal
tersebut bisa dilakukan dengan cara melakukan Hasil Rekayasa Biomimicry terhadap hunian
pengembangan desain yang menerapkan prinsip bambu