Anda di halaman 1dari 35

Komunikasi Terapeutik

Antara Perawat Dan Pasien

Oleh :

Dian Astrid Madika (C1814201114)

Kristovorus Gepot (C1814201076)

Yohanis W. Ekpit (C1814201156)

SEKOLAH ILMI TINGGI KESEHATAN STIK STELLA MARIS TAHUN 2020-


2021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera bagi kita semua Pertama-tama kami


panjatkan Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan kasih sayangNya sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan. Makalah dengan judul “Manajemen Nyeri” dibuat dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Paliatif di semester ganjil (VI) .
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
proses 
pembuatan makalah ini baik secara moril maupun materil.
Besar harapan kami makalah ini dapat memberi kontribusi dalam
mengembangan
ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat bagi pembaca
dan masyarakat 
luas nantinya.
Sebagai penyusun, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan 
makalah ini.Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan. 
Terima kasih
 
 
 
MAKASSAR 22 JULI  2021
DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR................................................................... i

DAFTAR ISI ...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN...................................................:............................9

3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik.........................................................10

3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik................................................................11

3.3 Proses Komunikasi Terapeutik ...............................................................13

3.4 Tahap Interaksi Pada Komunikasi Terape..............................................14

BAB IV PENUTUP………………………………………..................................19
DAFTARPUSTAKA.......................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi.
Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian
ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan
timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang
dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian
pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi
profesional dalam program- program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal
balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian


integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-
harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama
teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah
penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat
melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan


anggota tim kesehatan lainnya. Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien
selalu menuntut pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita
bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama
mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh proses
adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari.
Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih
dan berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan
demikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung
gelisah atau takut.

Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud


mencari perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bisa berupa
teriak-teriak, gelisah, mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat
disekitarnya. Disinilah peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat
besar, dengan menunjukkan perhatian yang sepenuhnya, sikap ramah
bertutur kata yang lembut.

Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap
melakukan komunikasi dengan pasien. Diharapkan seorang perawat mampu
bekerja sama dengan pasien dalam memberikan asuhan keperawatan
misalnya dengan bertanya “ada yang bisa saya bantu ?” atau “bagaimana
tidurnya semalam pak ?” tentunya sambil meraba bagian tubuh pasien yang
sakit. Tutur kata yang lembut dan sikap yang bersahaja tidak dibuat-buat dari
seorang perawat dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan
penyakitnya.

Sebagai contoh keluarga Pak ahmat bila ada salah seorang keluarganya
yang sakit selalu berobat ke Rumah Sakit Boromieus daripada rumah sakit
yang lain, meskipun fasilitas yang ditawarkan lebih baik. Setelah ditanyakan
kira-kira penyebabnya apa sehingga keluarga Pak ahmat lebih memilih
Rumah Sakit Boromieus sebagai rumah sakit favorit keluarganya, ternyata
alasannya lebih banyak perhatian dan lebih cepat swembuh, karena
pelayanan perawatan yang diberikan lebih manusiawi.

Dari contoh keluarga Pak ahmat ini saya kita bisa memperoleh pelajaran
dan manfaat yang sangat besar, karena komunikasi yang baik dari seorang

perawat mampu memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini perlu
ditekankan bahwa kesan lahiriyah perawat mampu berbicara banyak.
Maksudnya mulai dari profil tubuh/wajah terutama senyum yang tulus dari
perawat, kerapian berbusana, sikap yang familiar, dan yang lebih penting lagi
adalah cara berbicara (komunikasi) sehingga terkesan low profile atau
bertempramen bijak kesemuanya ini mencirikan seorang perawat yang
berkepribadian.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana Komunikasi terapeutik antara
perawat dengan pasien “

1.2 Rumusan Masalah
 
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan komunikasi terapeutik dalam bidang
keperawatan ?
2. Apa saja tahapan-tahapan komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimana komunikasi terapeutik dalam keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan
 
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui komunikasi
terapeutik dalam bidang keperawatan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.
 
1.4 Manfaat Penulisan
 
1.4.1  Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui mengenai definisi, prinsip,  tujuan,
tahapan dan manfaat dari komunikasi terapeutik. Serta dapat
menerapkannya di dalam dunia keperawatan.

 
1.4.2 Bagi Perawat
Perawat dapat menerapkan komunukasi di setiap melakukan
pekerjaannya bahkan menghadali pasien yang steres dan bahagia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,
dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat
therapi bagi proses penyembuhan  pasien. Oleh karenanya seorang
perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat
dipenuhi. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa
komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara  perawat
dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman
belajar  bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik
adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.

2.2 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

a.    Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,


memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
b.   Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya,
dan   saling menghargai.
c.     Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
d.    Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik
maupun mental.
e.    Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya
sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi.
f.     Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun masalah.
g.    Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
h.    Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
i.      Kejujuran dan komunikasi terbuka.
j.     Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan
menyakinkan orang lain tentang kesehatan.
k.    Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara
manusiawi
l.      Bertanggung jawab

Teknik Komunikasi Terapeutik


a.    Mendengarkan ( Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa
apa yang dikatakannya adalah penting.
b.      Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic
yang akan dibicarakan.
 c.         Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi
indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
d.        Penerimaan (Acceptance)
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan
ketertarikan dan tidak menilai.
e.         Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak
mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba
memahami situasi yang digambarkan klien.
f.         Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang
didengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan
klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima
perasaannya.
g.        Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak
orang lain.
h.      Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik,
lebih jelas, dan  berfokus pada realitas.
i.          Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan
dan difikirkan.
j.          Identifikasi “tema”
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan
berguan untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang
penting.
k.        Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi,
menunjukan bahwa perawat bersedia menunggu respon.
l.          Informing
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut.
 m.      Humor
Teknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa
sakit yang disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Teknik yang
bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah.

 
2.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalahUntuk mengembangkan


pribadi klien ke arah lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien sebagai berikut:

1. Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.


2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dan saling bergantung dengan orang lain.

3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan


serta mencapai tujuan yang realistis.

4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.

1. Menyampaikan berita buruk kepada pasien dan keluarganya secara


benar.

2. Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarganya


dengan benar.

Yang dimaksud dengan BERITA BURUK adalah suatu situasi di mana


tidak ada harapan

lagi, adanya ancaman terhadap kesejahteraan fisik dan mental


seseorang, sesuatu yang menuntut perubahan gaya hidup yang sudah
menjadi kebiasaan, sesuatu yang membuat

seseorang memiliki lebih sedikit pilihan dalam hidupnya Atau dapat pula
dikatakan bahwa BERITA BURUK adalah setiap “informasi negatif”

tentang masa depan seseorang.

BERITA BURUK ini sering sekali diasosiasikan dengan penyakit-


penyakit terminal yang

sudah tidak mungkin lagi disembuhkan, seperti kanker.

Namun sebenarnya bukan itu saja. Ada beberapa situasi yang juga
dikategorikan sebagai berita buruk :

1. Diagnosis penyakit kronis (contoh : diabetes melitus).

2. Cacat atau hilangnya suatu fungsi (contoh : impotensi, hemiplegia,


kebutaan, dll).

3. Adanya kebutuhan perawatan atau pengobatan yang memberatkan/


menyakitkan/
mahal.

2.4 Manfaat Komunikasi Terapeutik

Dengan profesi sebagai perawat, maka menjadi terapeutik adalah


suatu hal wajib dilakukan dan diharapkan akan akan memberikan
kontribusi dalam melakukan pelayanan kesehatan/keperawatan kepada
masyarakat. Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat sebagai
sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini perawat
menggunakan komunikasi terapeutik sebagai sarananya

Fungsi Komunikasi Terapeutik.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan
pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan
mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam
perawatan (Purwanto, 1994).
Didalam sumber yang lain dikatakan bahwa manfaat atau fungsi
komunikasi terapeutik adalah:
• Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien
• Mengidentivikasi,atau mengungkap perasan dan mengkaji masalah
serta mengevaluasi tindakan yg di lakukan perawat.
• Memberikan pengertian tingkalaku pasien dan membantu pasien
mengatasi masalah yang di hadapi.
• Mencegah tindakan yang negative terhadap pertahanan diri pasien

2.5 Karakteristik
Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika seseorang
melakukan komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu
hubungan diantara keduanya, selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan
berkelanjutan. 
Hal inilah yang pada akhirnya membentuk suatu hubungan ‘helping
relationship’. Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua
(atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan dan
menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
sepanjang kehidupan.
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik
seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan
yang terapeutik, yaitu:
1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa
terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya
pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-
buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang
terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya
dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan
kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat
yang berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan
sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan
kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan
lewat komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan
saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama
klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian
dan penghargaan terhadap klien.
4. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena
dengan sikap ini perawat akan  mampu merasakan dan memikirkan
permasalahan  klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien
(Brammer,1993 dalam Suryani,2005).
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi
pada klien (Taylor, Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus
mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut
pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus memahami
dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.
6. Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima
klien apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa
aman dalam menjalin hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai
Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh
perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini
terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat
menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan
bersikap sensitive terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari
berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun perasaan
klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat
sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai
individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula
terhadap dirinya sendiri.

2.6 Unsur-Unsur Komunikasi.


Unsur-unsur dalam komunikasi terapeutik adalah terdiri dari
komunikator, komunikan, pesan yang disampaikan dan lingkungan waktu
komunikasi berlangsung.
Komunikasi terapeutik dapat berjalan secara efektif apabila terdapat
unsur-unsur sebagai berikut:
1. Adanya referen atau stimulus yang memotivasi seseorang untuk
berkomunikasi dengan orang lain berupa objek, pengalaman, emosi,
ide, atau tindakan.
2. Terdapat pesan sebagai informasi yang dikirimkan atau
diekspresikan oleh pengirim.
3. Adanya pengirim (encoder) dan penerima (decoder) sebagai objek
dari media komunikasi.
4. Pesan dikirimkan melalui saluran komunikasi yang dimaksudkan
untuk membawa pesan, seperti melalui sarana visual, pendengaran,
dan taktil.
5. Adanya respons terbuka di dalam komunikasi yang dapat membantu
untuk mengungkapkan apakah makna dari pesan tersebut
tersampaikan
6.  Adanya dukungan lingkungan yang tepat pada saat melakukan
komunikasi terapeutik untuk menjaga privasi klien.
 
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik.
Menurut (Purwanto, Heri, 1994) :
1. Kemampuan pemahaman yang berbeda.
2. Pengamatan/penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa
lalu.
3. Komunikasi satu arah.
4. Kepentingan yang berbeda.
5. Memberikan jaminan yang tidak mungkin.
6. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada penderita.
7. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi.
8. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai
tindakannya.
9. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita.
10. Menghentikan/mengalihkan topik pembicaraan.
11. Terlalu banyak bicara yang seharusnya mendengarkan.
 
2.8 Hambatan Komunikasi Terapeutik.
Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan
perawat-klien terdiri dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan
kontertransferens (Hamid, 1998). Perawat harus segera mengatasinya. Oleh
karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat
maupun bagi klien. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas satu-persatu
mengenai hambatan komunikasi terapeutik itu.
1. Resisten.
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek
penyebab ansietas yang dialaminya.Resisten merupakan keengganan
alamiah atau penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami
peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang.
2. Transferens.
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami
perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan
tokoh dalam kehidupannya di masa lalu.
3. Kontertransferens.
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh
klien. Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh
perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks
hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi.
2.9 Teknik Komunikasi Terapeutik.
Dua persyaratan dasar agar komunikasi menjadi efektif (Stuart dan
Sundeen, 1998) :
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi
dan penerima pesan
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan
lebih dahulu sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.
Teknik komunikasi berikut ini, yang dikutip dari artikel Purba, J.M. (2008)
terdiri atas beberapa komponen berikut ini :
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Dalam hal ini perawat berusaha memahami klien
dengan cara mendengarkan masalah yang disampaikan klien.
2. Menunjukkan Penerimaan
Arti menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengan
dengan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan dan tidak menilai.
Berikut ini sikap perawat yang menunjukkan rasa percaya :
1.) Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
2.) Membarikan umpan balik verbal kepada klien dengan cara yang
baik.
3.) Memastikan bahwa isyarat non-verbal sesuai dengan komunikasi
verbal.
4.) Menghindari perdebatan, mengekspresikan keraguan, atau
mencoba untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat
menganggukkan kepalanya atau berkata,”Ya” atau, “Saya
mengikuti apa yang Anda ucapkan”.
5.) Penerimaan juga digunakan untuk membangun rasa percaya dan
mengembangkan empati ( Boyt & Nirhat, 1998)
Misalnya:Klien : 
“Saya telah melakukan beberapa kesalahan
”Ners : “ Saya ingin mendengar itu, tidak apa jika anda ingin
mendiskusikan hal itu dengan saya”
6.) Menanyakan Pertanyaan yang BerkaitanMenanyakan pertanyaan
yang berkaitan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai klien.
7.) Mengulang Ucapan Klien dengan Menggunakan kata-Kata Sendiri
Dengan mengulang kembali ucapan klien berarti perawat membarikan
umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti
dan mengharapkan komunikasi berlanjut.Sebagai contoh, seorang klien
mengatakan, “ Saya tidak dapat tidur, semalam saya terjaga”,
lalu perawat menjawab, “Anda mengalami kesulitan untuk tidur tadi
malam...”.
8.) Memberi Kesempatan kepada Klien memulai Pembicaraan
Perawat sebaiknya memberikan kesempatan kepada klienuntuk
berinisiatif dan mmemilih temapembicaraan. . Misalnya “Adakah
sesuatu yang ingin Anda sampaikan?” atau “Apakah yang sedang Anda
pikirkan?”.
9.) Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisasikan pikiran masing-masing. Msalnya:
Klien : “ Saya marah”
Ners : (Diam)
Klien : “orang tua saya tidak perhatian lagi sama saya”
10.) Klarifikasi
Jika terjadi kesalahpahaman sebaiknya perawat menghentikan
pembicaraan sejenak untuk mengklarifikasi dan menyamakan
pemahaman,Contoh:
Klien : “Saya kurang yakin apakah bisa mengikuti apa yang
Anda sampaikan.”
Perawat : “Apa yang Anda katakan tadi adalah.....”
11.) Memfokuskan
Teknik ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Misalnya, “Hal ini sangat penting,
nanti kita bicarakan lebih lanjut.”
12.) Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan respons kepada klien dengan menyatakan
hasil pengamatannya.
Contoh:
“ Anda kelihatan tegang...”
“ Apakah Anda merasa cemas apabila Anda...”
 
13.) Menawarkan Infornasi
Pemberian tambahan informasi dapat dijadikan sebagai pendidikan
kesehatan bagi klien dan juga bisa menambah rasa percaya klien
terhadap perawat.
14.) Meringkas
Meriingkas adalah mengulang ide utama yang telah dikomunikasikan
secara singkat. Misalnya, “Selama kurang lebih 2 jam, Anda dan saya
telah membicarakan tentang...”
15.) Memberikan Penghargaan
Memberikan penghargaan terhadap klien dapat dilakukan
dengan cara seperti menyambutnya dengan salam dan menyebutkan
namanya.
Misalnya :
” Selamat siang, Bapak Jaya”, “Assalamualaikum” atau “Selamat datang
Ibu, Ibu sangat tepat waktu sesuai janji.”
16.) Menawarkan Diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain. Sering kali perawat hanya menawarkan kehadirannya dan
ketertarikannya tenpa mempertimbangkan kondisi klien.
Misalnya, “Saya mengharapkan Anda merasa tenang dan nyaman.”
17.) Mempersilakan Untuk Meneruskan Pembicaraan
Teknik ini mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang
sedang dibicarakan dan selanjutnya respek dengan apa yang akan
dibicarakan.
Misalnya, “...lanjutkan...!”, “... dan terus...?”,atau “Ceritakan kepaa
saya...”.
18.) Menganjurkan Klien untuk Menjelaskan Persepsinya
Jika perawat ingin mengerti klien lebih jauh, maka perawat tersebut
harus melihat klien dengan sesungguhnya dari segala perspektif.Klien
harus merasa bebas untuk menguraikan atau menjelaskan persepsinya.
Misalnya, “Ceritakan kepada saya bagaimana perasaan Anda ketika
akan dilakukan pemasangan infus”, “Atau apa yang sedang Anda lihat.”
19.) Refleksi
Refleksi adalah suatu teknik yang menganjurkan klien
untukmengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai
bagian dari dirinya sendiri.
Misalnya,”Apakah menurut Anda, saya harus menyampaikannya kepada
dokter?” atau “Apakah menurut Anda, Anda yang harus
menyampaikannya?”.
2.10 Sikap Komunikasi Terapeutik.
Berikut adalah tindakan atau sikap yang dilakukan ketika menunjukkan
kehadiran secara fisik :
1. Berhadapan dengan lawan bicara
Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (“saya siap untuk
anda”).
2. Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan)
Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk
mendukung terciptanya komunikasi.
3. Menunduk/memposisikan tubuh kearah/lebih dekat dengan lawan
bicara
Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap  untuk merespon dalam
komunikasi (berbicara-mendengar).
4. Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural
Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk
mempertahankan komunikasi.
5. Bersikap tenang
Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan
menggunakan  gerakan/bahasa tubuh yang natural.

Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih


mengembangkan kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas
sehari- hari.Menurut Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam
serangkaian komunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan
kesehatan di masyarakat. Empat keharusan tersebut yakni:

1. Pengetahuan 2. Ketulusan

3. Semangat

4. Praktek

Pengetahuan

Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan


dalam penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang
perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan
dalam melaksanakan tugasnya setiap hari.

Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan


keperawatan (nursing care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya dan
mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui
dalam proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada
perawatan yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.

Kemudahan dalam melaksanakan tugas, sangat dipengaruhi oleh faktor


pengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri.

Seorang perawat bukan sekedar menghafal nama pasien, alamat, diet


dan lain-lain akan tetapi dari cara berkomunikasi turut besar pula andilnya.
Begitu juga bila dalam memberikan penyuluhan kesehatan dimasayarakat,
pertanyaan-pertanyaan dari warga masyarakat akan dapat dijawab dengan
jelas serta memberikan tindak lanjut, daripada menganggap tugas
penyuluhan kesehatan sekedar menjalankan tugas saja oleh karena
kemampuan yang terbatas. Tepatnya perawat yang memiliki pengetahuan
yang luas akan lebih mudah berkomunikasi daripada wawasan
pengetahuannya terbatas.

Ketulusan Sekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah


cukup, tapi kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu
saja. Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang
sederhana, mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud
untuk melecehkannya atau mencemoohnya.

Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang perawat sering


berhadapan denagn pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat.
Namun dengan sikapnya yang tulus seorang perawat dapat membantu
meringankan beban pasien tanpa membedakan antara pasien yang satu
dengan pasien yang lainnya.

Semangat Dalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan


ketulusan seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang
tinggi dapat mempengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang
diderita oleh pasien lebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta
anjuran dokter ditaati sepenuhnya oleh pasien.

Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bisa pula melatih
bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi (mobilisasi) dengan kursi roda,
kruk dan sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangat yang
terus dipompakan oleh perawat keyakinan pasien untuk sembuh lebih besar
lagi. Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan pasien untuk
bekerjasama karena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan, keadaan
ini dapat disebabkan kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa
dikucilkan. Menghadapi situasi yang demikian, seorang perawat dengan
naluri keibuan haruslah bijaksana terutama dalam mengubah kekangan
perasaan pasien dengan memberikan dorongan. Jadi, selain perawat harus
bersemangat dalam bekerja juga memberikan semangat kepada pasien.

Praktek untuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup
sekedar teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek.
Pribadi yang tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang
mudah. Lingkungan menuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya, sementara kepribadian perawat juga mendapat porsi yang
sama. Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam
berbicara maka latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan
dalam rangka praktek berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan
hingga mencapai kondisi yang diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini
bisa berupa menyebutkan konsonan huruf hidup A, I, U, E, O tiap sehabis
bangun tidur. Bisa juga dengan menghitung dari 1 sampai 100 dan
kebalikannya dari seratus mundur hingga mencapai angka satu. Dengan
latihan praktek demikian ditambah lagi praktek berbicara di depan umum
akan menghilangkan rasa cemas hingga tidak kaku dan berani tampil.
Pada akhirnya bila empat keharusan tersebut dijalankan, niscaya tidak ada
kesulitan dalam berkomunikasi bagi perawat baik di rumah sakit maupun di
puskesmas khususnya pada saat penyuluhan kesehatan.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk


menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal
kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam
memenuhi kebutuhan tersebut.

Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting


memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen
penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.

Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik


tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.

Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan


dasar utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara
digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi
penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan.
Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik :

a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan

pikiran mempertahakan kekuatan egonya.

b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang

ada

c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif

dan mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.

Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala

komunikasi yaitu :

a. Tingkah laku perawat

Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan


penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat.
Bahkan sering juga surat kabar memuat berita- berita tentang perawat rumah
sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes,
jahat dan sebagainya.

b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit

• Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang

diderita klien semata, sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian.


Tujuan pelaksaan perawatan yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang
meliputi bio, psiko dan sosial.

• Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan


keturunan.

• Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah yang


ada hubungnnya dengan jiwa

• Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dari


klien di dalam masyarakat.

c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta


kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat
hubungan baik.

Saya sudah hampir 20 tahun menjadi perawat di rumah sakit ini, walaupun
gaji saya kecil tapi saya dituntut untuk bekerja keras melayani para pasien
sering kali saya mendapat cacian dari pasien karena saya terlambat
memberikan pelayanan. Hal ini sering terjadi kalau saya piket malam karena
keterbatasan jumlah perawat yang piket kemudian permintaan pelayanan dari
pasien banyak sehingga kami kewalahan melayaninya dan berdampak pada
keterlambatan pelayanan ujar suster T

Sehingga sering kali karena terlambat kami menerima cacian dari pasien dan
takala kami menerangkan alasannya kenapa kami telat terus kami minta
pengertaian dari pasiean untuk bersabar malah pasien sering mensalah
artikan kata-kata kami sehingga kami kadang mendapat julukan suster
cerewet atau suster judes “ tambahnya

Hal inilah yang sering terjadi sehingga dapat menghambat terjalinnya


komunikasi terapeutik yang harmonis diantara perawat dan pasien

3.3 Proses Komunikasi terapeutik

Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan
komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari :
Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator
yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam
makalah ini adalah para perawat yang tugas utamanya ialah membantu
pasien dalam mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan memberikan
pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan gawat darurat.

Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan


dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam makalah ini
ialah pasien. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas
daya tarik dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dan menentukan keberhasilan dalam melakukan komunikasi ( TAN,
1981:104).

Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan


salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa
kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil
bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima
komunikan.

Moore dalam Rakhmat (1993:297) mengemukakan bahwa keberhasilan


komunikasi sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy (2000:41)
mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan
memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Pesan harus direncanakan

2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak

3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima


4. Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difahami

5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.

Prinsip komunikasi terapeutik

Komunikasi interpersonal yang terapeutik mempunyai beberapa prinsip yang


sama dengan komunikasi interpersonal De Vito yaitu keterbukaan,empati,
sifat mendukung sikap positif dan kesetaraan.

3.4 Tahap interaksi pada komunikasi terapeutik

Wood mengatakan pada umumnya hubungan antar pribadi berkembang


melalui tahap-tahap yaitu :

1. Tahap awal atau tahap orientasi pada tahap ini antara petugas dan pasien
terjadi kontak dan pada tahap iini penampilan fisik begitu penting karena
dimensi fisik paling terbuka untuk diamati. Kualitas-kualitas lain seperti sifat
bersahabat kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terungkap. Yang
dapat dialkukan pada terapi ini menurut purwanto ialah pengenalan,
mengidentifikasi masalah dan mengukur tingkat kecemasan diri pasien.

2. Tahap lanjutan adalah tahap pengenalan lebih jauh, menurut purwanto


(1994: 25) dialkukan untuk meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain
untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan evaluasi nmasalah
yang ada, menurut De Vito (1997:24) komunikasi pada tahap ini mengikatkan
pada diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mngungkapkan diri
kita. Pada tahap ini termasuk pada tahap persahabatan yang menghendaki
agar kedua pihak harus merasa mempunyai kedudukan yang sama, dalam
artian ada keseimbangan dan kesejajaran kedudukan.

Argyle dan Henderson dalam Liliweri (1997:55) mengemukakan,


persahabatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. membagi pengalaman agar kedua pihak merasa sama-sama puas dan


sukses

2. menunjukan hubungan emosional

3. membuat pihak lain menjadi senang

4. membantu sesama kalau dia berhalangan untuk suatu urusan

Purwanto (1994:26) mengatakan pada tahap komunikasi terapeutik ini harus

(1) melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada (2) meningkatkan
komunikasi (3) mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil
tindakan berdasarkan masalah yang ada. Secara psikologis komunikasi yang
bersifat terapeutik akan membuat pasien lebih tenang, dan tidak gelisah.

3. Tahapan terminasi menurut purwanto (1994:26) pada tahap ini terjadi


pengikatan antar pribadi yang lebih jauh, merupakan fase persiapan mental
untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat
dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur antara
lain mengantisipasi masalah yang akan timbul karena pada tahap ini
merupakan tahap persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan
peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan pasien pada
petugas. Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas
dengan klien.

Menurut Uripni (1993: 61) bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari setiap
pertemuan, pada terminasi ini klien akan bertemu kembali pada
waktu yang telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien
selesai menjalani pengobatan.

Penjelasan Perawat-Klien Baru datang

Yang perlu dijelaskan oleh perawat kepada klien yang baru datang adalah
meliputi :

1. Peaturan-peraturan rumah sakit

2. peraturan jam berkunjung

3. peraturan makan sehari 3 kali

4. makanan yang perlu dimakan (dietnya) atau bila ada keluarga yang

membawa makanan sendiri

5. bel dimeja bila keperluan memanggil perawat

6. jam kunjungan dokter

7. bagi klien yang bisa jalan, perlu diberitahu tempat kamar mandi, WC dan

sebagainya.

8. waktu jam mandi

9. Memperkenalkan teman klien sekamar (klien di bed sebelahnya).

Budi Pekerti Dalam Keperawatan

Budi pekerti keperawatan merupakan salah satu pendorong kekuatan


(stimulus) bagi perawat dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Karena
dari budi pekertilah yang menentukan martabat/derajat tinggi rendahnya sifat
manusia itu sendiri.

Kejujuran Untuk keberhasilan suatu pekerjaan tergantung pada manusia


yang jujur dalam menjalankannya. Lebih-lebih pekerjaan di rumah sakit, di
mana hidup dan mati sering tergantung pada hal-hal yang remeh saja. Orang
yang jujur dapat menjamin kekekalan persahabatan, keberesan pekerjaan
dan kehormatan. Mempertebal kejujuran itu bukan suatu usaha yang mudah.
Hal ini memerlukan latihan intensif dari athun ke tahun yang sabar. Jujur serta
bertanggung jawab dalam mengurus klien setiap hari. Dalam dunia
keperawatan kejujuran itu mempunyai arti yang luas sekali. Jujur dalam
kelakuan dan tindakan serta pembicaraan adalah penting untuk klien dan
lingkungannya.

Kejujuran dalam keperawatan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) :

1. Jujur terhadap pekerjaan misalnya mengenai pengobatan, laporan-laporan

yang berhubungan dengan keadaan pasien.

2. jujur terhadap lingkungan. Hal ini penting karena perawat dalam

melaksanakan pekerjaannya setiap hari selalu berhubungan dengan orang


banyak. Hendaknay jangan sekali-kali memiliki atau menggunakan barang
orang lain secara tidak sah tanpa ijin pemiliknya. Kejujuran ini penting bagi
perawat itu sendiri maupun bagi rumah sakit dan masyarakat umum.

3. Jujur dalam perkataan. Tidak membohong, melaporkan hal sebenarnya


tentang keadaan klien kepada atasan secara benar. Tidak menceritakan
kejengkelan orang lain ataupun mengadu domba.

Kejujuran dalam menunaikan tugas bagi perawat sangat penting karena


bertalian dengan keselamatan jiwa pasien. Mengisi status atau daftar
mengenai pasien harus tepat dan yakin akan ketepatannya.
Menuliskan suhu klien tidak bisa dikira-kira begitu saja karena
mengacaukan diagnosis nantinya tindakan demikian tidak jujur namanya. Jika
menemukan kesalahan dalam mengambil tindakan atau dalam pelaksanaan
tugas, hendaknya segera lapor kepada atasan atau kepala ruangan.
Sehingga kesalahan itu dapat segera dibetulkan/diperbaiki atau sekurang-
kurangnya bisa disederhanakan. Bila menemukan perawat tidak jujur dalam
arti kata memalsukan laporan atau membuat laporan tidak betul sehingga
fatal bagi pasien seharusnya tidak diberi tanggung jawab atau diskors sama
sekali dari tugas-tugasnya. Karena menjadi perawat tidak boleh sembrono
dalam bertindak.

Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan

Merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara perawat dan


pasien, dan tenaga kesehatan lainnya, dalam memberikan asuhan
keperawatan komunikasi terapeutik memegang peranan penting untuk
membantu pasien dalam memecahkan masalah. Kemampuan komunikasi
tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku seseorang yang melibatkan
aktivitas fisik, mental disamping itu juga dipengaruhi latar belakang sosial,
pengalaman, usia, pendidikan dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam era
kemajuan seperti ini peranan komunikasi dari perawat sebagai orang yang
terdekat dengan pasien menjadi lebih penting baik secara verbal maupun
non verbal dalam membantu penyembuhan pasien.
3.4 Penggunaan Komunikasi Terapeutik

Kegunaan komunikasi terapeutik untuk mendorong dan menganjurkan


kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan
pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan
mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam
keperawatan. 

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
            Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna
terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu
klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
            Kesadaran diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
memahami dirinya sendiri, baik perilaku, perasaan dan pikirannya sendiri.
            klarifikasi nilai adalah metode dimana seseorang menemukan nilai-
nilainya sendiri dengan mengkaji, mengeksplorasi, dan menentukan nilai –
nilai pribadi dan bagaimanan nilai tersebut digunakan sebagai acuan dalam
mengambil keputusan.
            Eksplorasi diri adalah keterbukaan dan kesadaran terhadap perasaan
perawat dan dapat mengontrol agar perawat dapat menggunakan dirinya
secara terapeutik.
 
3.2 Saran.
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang
perawat. Komunikasi terapeutik bukanlah hanya salah satu upaya yang
dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan
kepada klien. Untuk dapat melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan
latihan dan pengasahan keterampilan berkomunikasi sehingga efek terapeutik
yang menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai. 
            Ketika seorang perawat berusaha untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang ia miliki untuk melakukan komunikasi terapeutik, ia pada
akhirnya akan menyadari bahwa komunikasi terapeutik yang ia lakukan tidak
hanya memberikan khasiat terapeutik bagi pasiennya tetapi juga bagi dirinya
sendiri.
 

DAFTAR PUSTAKA
Devito,Joseph. 1997. Komunikasi Antar manusia. Jakarta : Professional Book.

Djuarsa, sasa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka

Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :


PT.Rosdakarya

Fisher Aubrey. 1997. Teori-teori Komunikasi. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.

Farouk.2004. Praktik Ilmu Komunikasi. Teraju

Foster & Anderson.1986. Antropologi Kesehatan.Jakarta Penerbit UI

Kariyoso.1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat.Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

LittleJohn. 1999. Theories of Human Communication. United States of


America : Wadsworth Publishing Company.

Mulyana, Deddy.2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung :


PT.Remaja Rosdakarya

Purwanto ,Heri. 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai