Makalah Komunikasi Terapeutik Terhadap Pasien
Makalah Komunikasi Terapeutik Terhadap Pasien
Oleh :
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
BAB IV PENUTUP………………………………………..................................19
DAFTARPUSTAKA.......................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi.
Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian
ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan
timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang
dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian
pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi
profesional dalam program- program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal
balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap
melakukan komunikasi dengan pasien. Diharapkan seorang perawat mampu
bekerja sama dengan pasien dalam memberikan asuhan keperawatan
misalnya dengan bertanya “ada yang bisa saya bantu ?” atau “bagaimana
tidurnya semalam pak ?” tentunya sambil meraba bagian tubuh pasien yang
sakit. Tutur kata yang lembut dan sikap yang bersahaja tidak dibuat-buat dari
seorang perawat dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan
penyakitnya.
Sebagai contoh keluarga Pak ahmat bila ada salah seorang keluarganya
yang sakit selalu berobat ke Rumah Sakit Boromieus daripada rumah sakit
yang lain, meskipun fasilitas yang ditawarkan lebih baik. Setelah ditanyakan
kira-kira penyebabnya apa sehingga keluarga Pak ahmat lebih memilih
Rumah Sakit Boromieus sebagai rumah sakit favorit keluarganya, ternyata
alasannya lebih banyak perhatian dan lebih cepat swembuh, karena
pelayanan perawatan yang diberikan lebih manusiawi.
Dari contoh keluarga Pak ahmat ini saya kita bisa memperoleh pelajaran
dan manfaat yang sangat besar, karena komunikasi yang baik dari seorang
perawat mampu memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini perlu
ditekankan bahwa kesan lahiriyah perawat mampu berbicara banyak.
Maksudnya mulai dari profil tubuh/wajah terutama senyum yang tulus dari
perawat, kerapian berbusana, sikap yang familiar, dan yang lebih penting lagi
adalah cara berbicara (komunikasi) sehingga terkesan low profile atau
bertempramen bijak kesemuanya ini mencirikan seorang perawat yang
berkepribadian.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan komunikasi terapeutik dalam bidang
keperawatan ?
2. Apa saja tahapan-tahapan komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimana komunikasi terapeutik dalam keperawatan ?
1.3 Tujuan Penulisan
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui komunikasi
terapeutik dalam bidang keperawatan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui mengenai definisi, prinsip, tujuan,
tahapan dan manfaat dari komunikasi terapeutik. Serta dapat
menerapkannya di dalam dunia keperawatan.
1.4.2 Bagi Perawat
Perawat dapat menerapkan komunukasi di setiap melakukan
pekerjaannya bahkan menghadali pasien yang steres dan bahagia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,
dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat
therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang
perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat
dipenuhi. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa
komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat
dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman
belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik
adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
2.2 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
2.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik
seseorang memiliki lebih sedikit pilihan dalam hidupnya Atau dapat pula
dikatakan bahwa BERITA BURUK adalah setiap “informasi negatif”
Namun sebenarnya bukan itu saja. Ada beberapa situasi yang juga
dikategorikan sebagai berita buruk :
2.4 Manfaat Komunikasi Terapeutik
Fungsi Komunikasi Terapeutik.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan
pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan
mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam
perawatan (Purwanto, 1994).
Didalam sumber yang lain dikatakan bahwa manfaat atau fungsi
komunikasi terapeutik adalah:
• Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien
• Mengidentivikasi,atau mengungkap perasan dan mengkaji masalah
serta mengevaluasi tindakan yg di lakukan perawat.
• Memberikan pengertian tingkalaku pasien dan membantu pasien
mengatasi masalah yang di hadapi.
• Mencegah tindakan yang negative terhadap pertahanan diri pasien
2.5 Karakteristik
Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika seseorang
melakukan komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu
hubungan diantara keduanya, selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan
berkelanjutan.
Hal inilah yang pada akhirnya membentuk suatu hubungan ‘helping
relationship’. Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua
(atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan dan
menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
sepanjang kehidupan.
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik
seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan
yang terapeutik, yaitu:
1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa
terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya
pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-
buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang
terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya
dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan
kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat
yang berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan
sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan
kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan
lewat komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan
saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama
klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian
dan penghargaan terhadap klien.
4. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena
dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan
permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien
(Brammer,1993 dalam Suryani,2005).
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi
pada klien (Taylor, Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus
mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut
pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus memahami
dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.
6. Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima
klien apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa
aman dalam menjalin hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai
Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh
perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini
terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat
menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan
bersikap sensitive terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari
berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun perasaan
klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat
sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai
individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula
terhadap dirinya sendiri.
1. Pengetahuan 2. Ketulusan
3. Semangat
4. Praktek
Pengetahuan
Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bisa pula melatih
bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi (mobilisasi) dengan kursi roda,
kruk dan sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangat yang
terus dipompakan oleh perawat keyakinan pasien untuk sembuh lebih besar
lagi. Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan pasien untuk
bekerjasama karena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan, keadaan
ini dapat disebabkan kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa
dikucilkan. Menghadapi situasi yang demikian, seorang perawat dengan
naluri keibuan haruslah bijaksana terutama dalam mengubah kekangan
perasaan pasien dengan memberikan dorongan. Jadi, selain perawat harus
bersemangat dalam bekerja juga memberikan semangat kepada pasien.
Praktek untuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup
sekedar teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek.
Pribadi yang tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang
mudah. Lingkungan menuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya, sementara kepribadian perawat juga mendapat porsi yang
sama. Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam
berbicara maka latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan
dalam rangka praktek berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan
hingga mencapai kondisi yang diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini
bisa berupa menyebutkan konsonan huruf hidup A, I, U, E, O tiap sehabis
bangun tidur. Bisa juga dengan menghitung dari 1 sampai 100 dan
kebalikannya dari seratus mundur hingga mencapai angka satu. Dengan
latihan praktek demikian ditambah lagi praktek berbicara di depan umum
akan menghilangkan rasa cemas hingga tidak kaku dan berani tampil.
Pada akhirnya bila empat keharusan tersebut dijalankan, niscaya tidak ada
kesulitan dalam berkomunikasi bagi perawat baik di rumah sakit maupun di
puskesmas khususnya pada saat penyuluhan kesehatan.
BAB III
PEMBAHASAN
ada
komunikasi yaitu :
Saya sudah hampir 20 tahun menjadi perawat di rumah sakit ini, walaupun
gaji saya kecil tapi saya dituntut untuk bekerja keras melayani para pasien
sering kali saya mendapat cacian dari pasien karena saya terlambat
memberikan pelayanan. Hal ini sering terjadi kalau saya piket malam karena
keterbatasan jumlah perawat yang piket kemudian permintaan pelayanan dari
pasien banyak sehingga kami kewalahan melayaninya dan berdampak pada
keterlambatan pelayanan ujar suster T
Sehingga sering kali karena terlambat kami menerima cacian dari pasien dan
takala kami menerangkan alasannya kenapa kami telat terus kami minta
pengertaian dari pasiean untuk bersabar malah pasien sering mensalah
artikan kata-kata kami sehingga kami kadang mendapat julukan suster
cerewet atau suster judes “ tambahnya
Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan
komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari :
Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator
yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam
makalah ini adalah para perawat yang tugas utamanya ialah membantu
pasien dalam mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan memberikan
pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan gawat darurat.
1. Tahap awal atau tahap orientasi pada tahap ini antara petugas dan pasien
terjadi kontak dan pada tahap iini penampilan fisik begitu penting karena
dimensi fisik paling terbuka untuk diamati. Kualitas-kualitas lain seperti sifat
bersahabat kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terungkap. Yang
dapat dialkukan pada terapi ini menurut purwanto ialah pengenalan,
mengidentifikasi masalah dan mengukur tingkat kecemasan diri pasien.
(1) melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada (2) meningkatkan
komunikasi (3) mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil
tindakan berdasarkan masalah yang ada. Secara psikologis komunikasi yang
bersifat terapeutik akan membuat pasien lebih tenang, dan tidak gelisah.
Menurut Uripni (1993: 61) bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari setiap
pertemuan, pada terminasi ini klien akan bertemu kembali pada
waktu yang telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien
selesai menjalani pengobatan.
Yang perlu dijelaskan oleh perawat kepada klien yang baru datang adalah
meliputi :
4. makanan yang perlu dimakan (dietnya) atau bila ada keluarga yang
7. bagi klien yang bisa jalan, perlu diberitahu tempat kamar mandi, WC dan
sebagainya.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna
terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu
klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
Kesadaran diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
memahami dirinya sendiri, baik perilaku, perasaan dan pikirannya sendiri.
klarifikasi nilai adalah metode dimana seseorang menemukan nilai-
nilainya sendiri dengan mengkaji, mengeksplorasi, dan menentukan nilai –
nilai pribadi dan bagaimanan nilai tersebut digunakan sebagai acuan dalam
mengambil keputusan.
Eksplorasi diri adalah keterbukaan dan kesadaran terhadap perasaan
perawat dan dapat mengontrol agar perawat dapat menggunakan dirinya
secara terapeutik.
3.2 Saran.
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang
perawat. Komunikasi terapeutik bukanlah hanya salah satu upaya yang
dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan
kepada klien. Untuk dapat melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan
latihan dan pengasahan keterampilan berkomunikasi sehingga efek terapeutik
yang menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai.
Ketika seorang perawat berusaha untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang ia miliki untuk melakukan komunikasi terapeutik, ia pada
akhirnya akan menyadari bahwa komunikasi terapeutik yang ia lakukan tidak
hanya memberikan khasiat terapeutik bagi pasiennya tetapi juga bagi dirinya
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Devito,Joseph. 1997. Komunikasi Antar manusia. Jakarta : Professional Book.