Anda di halaman 1dari 3

REFEENSI BUKU PRAKTIKUM GENETIKA MODERN

Teori peluang
Teori Peluang merupakan alat bantu untuk mempelajari genetika. Teori peluang memungkinkan kita
untuk memprediksi seberapa sering suatu kejadian atau kondisi terjadi. Peluang dari suatu kejadian
dihitung dengan membagi banyaknya peristiwa terjadi dibagi keseluruhan peristiwa yang mungin
terjadi. Sebagai contoh, uang koin memiliki 2 sisi yaitu angka dan gambar. Jika uang koin kita lempar
ke udara maka ada kemungkinan dua kejadian yang mungkin terjadi yaitu sisi angka menghadap ke
atas atau sisi gambar yang menghadap keatas. Peluang munculnya angka menghadap keatas ketika
uang koin di lemparkan keatas adalah ½. Contoh lainya adalah muncul satu sisi mata dadu. Dadu
memiliki enam sisi sehingga jika dadu dilemparkan ke udara maka ada enam kemungkinan terjadi.
Peluang salah satu sisi dadu menghadap keatas adalah 1/6.
Made, I. B., dan Safitri, W. D. 2018. Dasar-Dasar Genetika Mendel dan Pengembangannya.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Teori Peluang digunakan sebagai dasar untuk menentukan perbandingan yang kita harapkan dari
suatu penyilangan/perkawinan, misalnya untuk memperkirakan kelainan genetik pada manusia,
tumbuhan ataupun hewan. Seringkali bukan hanya jumlah kemungkinan suatu hasil
persilangan/perkawinan yang kita perhitungkan, tetapi juga untuk suatu kombinasi tertentu, misalnya
kita dapat menghitung kemungkinan dari suatu keluarga beranak 2 orang apakah kedua anaknya laki-
laki ataukah keduanya perempuan ataupun 1 laki-laki & 1 perempuan, dll.
Thomy, Zony. 2016. Buku Ajar Dasar-Dasar Sains Genetika. Banda Aceh: Syiah Kuala University
Press.
Metode Chi Kuadrat untuk melihat besarnya nilai perbandingan data percobaan yang diperoleh dari
persilangan yang telah dilakukan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis.
Oktarisna, F. A., Soegianto A., dan Sugiharto, A. N. 2013. The Inheritance Pattern Of Pods Colors On
Cross-Plants Between Common Beans (Phaseolus Vulgaris L.) Introduction Varietis And Local
Varieties. Jurnal Produksi Tanaman, Vol. 1 No., ISSN: 2338-3976.
https://media.neliti.com/media/publications/126017-ID-pola-pewarisan-sifat-warna-polong-pada-h.pdf
http://journal.ustjogja.ac.id/download/Science%20Tech%20%20Vol.2%20No.2%20Agustus%202016.pdf
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Dasar_Dasar_Sains_Genetika/cI_PDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=genetika+modern&printsec=frontcover
https://repository.uai.ac.id/wp-content/uploads/2020/09/Isi-Genetika-Dasar.pdf (monohibrid dan dihibrid)

Monohibrid
Perkawinan monohibrid adalah suatu perkawinan yang hanya memperhatikan satu beda sifat
saja, misalnya hanya memperhatikan warna biji saja, atau warna kulit saja. Perkawinan
monohibrid adalah bentuk pewarisan sifat yang sederhana, dan merupakan dasar dalam
memahami mekanisme pewarisan sifat. Orang yang pertama berhasil menjelaskan
mekanisme pewarisan sifat adalah Johann Mendel (Irawan, 2010).
Mendel mulai dengan mempelajari persilangan monohibrid – persilangan antara orantua yang
berbeda dalam satu karakteristik. Dalam satu percobaan, Mendel menyilangkan tanaman
kacang polong yang murni (homozigot) untuk biji bundar dengan yang berbiak murni untuk
benih keriput (Effendi, 2020) .
Effendi, Yusuf. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Jawa Tengah: Pustaka Rumah C1nta.
Irawan, Bambang. 2010. Genetika Penjelasan Mekanisme Pewarisan Sifat. Surabaya:
Airlangga University Press.
Dihibrid
Selain melakukan percobaan perkawinan monohibrid Mendel juga menyusun percobaan
perkawinan dengan memperhatikan dua sifat sekaligus, perkawinan ini disebut perkawinan
dihibrid. Mendel menyilangkan tanaman menyilangkan tanaman berbiji kuning serta halus,
dengan tanaman berbiji hijau serta keriput. Lambang-lambang untuk alelnya adalah sebagai
berikut (sudah diadopsi): B: alel untuk biji bulat; b: untuk alel biji keriput; K: alel untuk
warna biji kuning; dan k: alel untuk warna biji hijau (Irawan, 2010).
Irawan, Bambang. 2010. Genetika Penjelasan Mekanisme Pewarisan Sifat. Surabaya:
Airlangga University Press.
Variabilitas Genetik

Variabilitas atau keragaman sebagai parameter genetik dalam proses seleksi merupakan
salah satu langkah awal untuk melakukan perakitan varietas baru. Tanaman yang variabilitas
genetiknya sempit kurang baik untuk dijadikan sebagai tetua dalam pengembangan varietas,
sedangkan tanaman yang variabilitas genetiknya luas berpeluang untuk dikembangkan menjadi
varietas baru sesuai yang diinginkan. Variabilitas yang tinggi juga dapat meningkatkan respon seleksi
karena respon seleksi berbanding lurus dengan variabilitas

Seleksi merupakan dasar dari seluruh perbaikan tanaman untuk mendapatkan varietas baru.
Dalam upaya perbaikan genetik untuk perakitan varietas unggul, variabilitas genetik memegang
peranan yang sangat penting karena semakin tinggi keragaman genetik semakin tinggi pula peluang
untuk mendapatkan sumber gen bagi karakter yang akan diperbaiki dalam kegiatan seleksi.

Sugianto, Nurbaiti dan Deviona. 2015. VARIABILITAS GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER
AGRONOMIS BEBERAPA GENOTIPE SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L. Moench) KOLEKSI BATAN.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau Jom Faperta Vol. 2 No.1 Februari 2015

Variasi Manusia

Variasi adalah keanekaragaman dalam satu spesies. Manusia tergolong dalam satu spesies
yaitu homo spesies. Tidak ada dua menusia yang tepat sama. Individu satu dengan lainya
mempunyai persamaan dan perbedaan yang menurun baik kualitatif maupun kuantitatif.
Perbedaan yang ada diantara individu satu dengan lainya ditentukan oleh faktor genetik dan
faktor lingkungan. Akibat adanya pengaruh lingkungan maka inidividu yang bergenotip
sama, kemungkinan akan mempunyai fenotip yang berbeda. Adanya pewarisan sifat
monogenik dan poligenik dan juga karena adanya berbagai pola pewarisan dalam populasi
dapat dilihat adanya sifat yang bervariasi. Berbagai sifat yang diwariskan secara poligonik
variasanya sangat besar misalnya warna kulit, tinggi badan, kecerdasan, sidik jari, refraksi
mata dan lain-lain. Sedangkan pada manusia tersebar dengan penyebaran yang khas untuk
populasi tertentu. (Widianti, 2014)
Adanya keanekaragaman genetik merupakan hasil seleksi alam dari suatu spesies terhadap
lingkungannya. Manusia memperlihatkan variasi ada beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat
dengan mudah melalui fenotipnya. Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat
adaptasi atau penyesuaian diri suatu individu dengan lingkungannya. Faktor lingkungan juga
mempengaruhi sifat yang tampak (fenotoip) suatu individu selain ditentukan oleh faktor
genetik (genotip). Fenotip dapat dikatakan sebagai karakteristik atau ciri-ciri yang dapat
diukur atau sifat yang nyata dimiliki oleh organisme. Ciri itu tampak oleh mata, seperti warna
kulit atau tekstur rambut (Stansfield, 1983). Genotip adalah seluruh gen yang dimiliki oleh
suatu individu. Genotip yang terekspresikan menampakkan fenotip pada suatu individu.
Genotip yang homozigot dapat dihasilkan dari galur murni. Perpaduan heterozigot dihasilkan
dari alel yang berbeda.
Menurut tolak ukurnya variasi dibagi atas:
1. Variasi yang bersifat kuantitatif seperti: tinggi, berat, jumlah. Kuantitatif bersifat
kontinum (urut bersambung) menurut deret matematis).
2. Variasi yang bersifat kualitatif seperti: golongan darah, warna kulit, warna bunga,
bentuk permukaan biji
Penyebab timbulnya keanekaragaman variaasi antara lain yaitu:
1. Variasi genetik yaitu variasi yang dihasilkan oleh faktor keturunan (gen) yang bersifat
kekal dan diwariskan secara turun temurun dari satu sel ke sel lainnya.
2. Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu yang ditentukan oleh faktor
lingkungan seperti intensitas cahaya, kelembapan, PH, temperature. Variasi
lingkungan tidak diwariskan ke keturunannya (Ayala, 1984).
Daftar Pustaka:
Stansfield, W, D. 1983. Genetika, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Ayala, F J. and Liger, J,A. 1984. Modern Genetics. Second Edition. Callifornia: The
Benyamin/ Cumings Publishing Company, inc.
Widianti, T dan Noor Aini. H. 2015. Pentunjuk Praktikum Genetika. Semarang: Jurusan
biologi FMIPA UNNES.

Anda mungkin juga menyukai