Anda di halaman 1dari 8

CATATAN HOLISTIK DAN KOMPREHENSIF

UROLOGI

Edisi Pertama

Dr.dr.Zuhirman,SpU(K)
PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran (Medicine) merupakan ilmu (science) dan seni (art) yang mempelajari
kebijaksanaan (wisdom) tubuh dan pertahanan alamiah (homeostasis) tubuh terhadap suatu
cidera (injury). Urology yang berasal dari kata uro (= urin) dan logos (= ilmu) merupakan
ilmu kedokteran dan salah satu cabang (subspesialisasi) dari ilmu bedah. Urologi
mempelajari tentang penyakit (disease) dan kelainan (disorder) pada saluran kencing
(=kemih) pada laki-laki dan perempuan serta saluran kelamin (genitalia) laki-laki dan
kelainan kelenjar adrenal (anak ginjal) yang memerlukan pembedahan. (Smith urology)

GEJALA DAN PEMERIKSAAN FISIK UROLOGI

GEJALA PENYAKIT DAN KELAINAN UROLOGI


1. Gejala (Symptom) Penyakit dan Kelainan Urologi :
2. Nyeri Pinggang
3. Hematuria
4. Keluar Darah dari Meatus Urethra Eksterna
5. Disuria
6. Frekuensi
7. Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS)
8. Retensio Urin
9. Inkontinensia Urin
10. Benjolan di Pinggang
11. Benjolan di Perut
12. Letak Meatus Urethra Eksterna Abnormal
13. Penis Bengkok
14. Penis Bengkak
15. Skrotum Bengkak
16. Testis Bengkak
17. Sakit/Nyeri Testis
18. Rasa Tidak Nyaman di Skrotum
19. Panggul Sakit
20. Sesak Nafas
21. Badan Panas
22. Urin Keruh
23. Disfungsi Ereksi (DE)
24. Penis Berdiri Terus
25. Ejakulasi Dini (ED)
26. Sperma Berdarah (Hematospermia)
27. Infertilitas Pria
Untuk menatalaksana pasien urologi dengan tepat dan benar yang paling penting adalah
menegakkan diagnosis penyakit dan kelainannya, bukan langsung memberikan obat-obat
tertentu ataupun tindakan tertentu tanpa adanya diagnosis penyakit dan kelainan dengan
benar dan tepat. Yang penting sekali sebelum menatalaksana pasien adalah menentukan
diagnosis, diagnosis dan diagnosis, baru kemudian menatalaksananya.

Diagnosis penyakit ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang tertentu. Anamnesis yang baik dapat mendukung sekitar 50% diagnosis, dan
apabila ditambah dengan pemeriksaan fisik yang tepat dan benar, hampir 80% diagnosis kerja
dapat ditegakkan. Diagnosis banding dapat disingkirkan dengan pemeriksaan penunjang
tertentu yaitu pemeriksaan laboratorium urin (urinalisis), pemeriksaan darah (darah rutin,
kimia darah, marker/petanda), pemeriksaan spesifik urologi, pemeriksaan radiologi,
pemeriksaan nuklir, pemeriksaan histopatologi, pemeriksaan immunohistokimia, Polymerase
Chain Reaction (PCR) dan lain-lain sehingga didapatkan diagnosis pasti.

PEMERIKSAAN FISIK UROLOGI


Sebelum melakukan pemeriksaan fisik (status urologi) perlu dilakukan pemeriksaan fisik
umum (status generalisata) karena pemeriksaan status urologi merupakan bagian status
generalisata dan keadaan status urologi menentukan penampilan status generalisata atau
sebaliknya. Penyakit batu ginjal bilateral dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal mulai
dari gangguan fungsi ginjal yang ringan (kidney insufficiency) sampai gagal ginjal stadium
akhir (end state kidney failure) yang dapat terlihat pada pemeriksaan fisik umum.

Pada prinsipnya pemeriksaan fisik pasien dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dan dilakukan penekanan atau pendalaman sesuai dengan kemungkinan arah diagnosis
melalui pemeriksaan fisik urologi. Pada pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan urologi
bisa ditemukan hasil pemeriksaan positif yang bermakna positif atau hasil pemeriksaan
negatif tetapi mempunyai makna positif. Untuk itu perlu dikuasai gejala-gejala suatu
penyakit, baik gejala klasik maupun gejala komplikasi.

Pemeriksaan fisik umum dimulai dari kesadaran : dengan berbagai tingkatnya; sadar penuh
(alert, komposmentis kooperatif), penurunan sampai koma. Untuk kasus trauma (cidera)
penilaian kesadaran memakai Glasgow Coma Scale (GCS). Pada kasus non trauma,
gangguan kesadaran dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya syok hipovolemik karena
perdarahan maupun non perdarahan, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan cairan,
urosepsis, keganasan urologi stadium lanjut dan gangguan fungsi ginjal. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
nafas dan suhu tubuh. Harus diketahui nilai standar normal yang telah diakui pada tanda-
tanda vital itu. Tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg. Tekanan darah yang lebih
rendah dari normal dapat disebabkan oleh syok karena perdarahan atau non perdarahan yang
harus diperbaiki atau dikoreksi. Tekanan darah yang lebih tinggi dari normal sebagian besar
merupakan hipertensi esensial yang tidak diketahui pasti penyebabnya kecuali adanya faktor
keturunan yang sekarang dengan perkembangan ilmu biologi molekuler sudah mulai
diketahui faktor-faktor tertentu yang berperanan.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada konjungtiva untuk menilai
adanya anemia karena penyebab akut seperti perdarahan karena keganasan urologi, gangguan
fungsi ginjal atau trauma saluran kencing. Keadaan kulit muka khususnya dan kulit tubuh
secara keseluruhan yang pucat atau kekuningan mungkin bisa merupakan tanda gangguan
fungsi ginjal terutama pada ureum yang tinggi dari normal (uremic skin). Pada leher perlu
diperhatikan adanya kelainan pada kelanjar paratiroid terutama pada penyakit BSK apalagi
pada BSK bilateral dan berulang (reccurrent urinary stones). Kelainan pada kelenjar
paratiroid biasanya berkaitan dengan kelainan metabolisme kalsium berupa penyerapan
kalsium dari tulang-tulang tertentu sehingga kadar kalsium menjadi lebih tinggi dalam darah,
yang selanjutnya diekskresikan oleh ginjal dan terjadi supersaturasi urin karena kalsium tidak
larut lagi dalam urin sehingga kalsium mengendap dan menjadi BSK. Pemeriksaan pada
supraklavikula kiri dilakukan untuk menentukan adanya pembesaran kelenjar limfe/getah
bening (KGB) pada regio supraklavikula yang merupakan salah satu station (tempat berhenti)
penjalaran dari penyebaran kaganasan testis.

Pemeriksaan thorak dilakukan untuk menilai adanya tanda-tanda trauma tumpul atau trauma
tajam dan terutama tanda-tanda fraktur iga 11-12 yang dapat menyebabkan trauma tumpul
ginjal. Adanya gangguan nafas dapat ditentukan salah satu penyebabnya karena udem paru
akibat timbunan cairan pada paru sebagai rongga ke tiga yang dapat disebabkan oleh
gangguan keseimbangan cairan (water imbalance) pada gangguan fungsi ginjal yang pada
pemeriksaan auskultasi dapat ditemukan ronchi basah pada basal paru. Pada pemeriksaan
abdomen dapat ditemukan adanya cairan di abdomen akibat udem anasarka karena gangguan
keseimbangan cairan karena gangguan fungsi ginjal atau karena hipoalbuminemia karena
gangguan fungsi ginjal atau penyebab-penyebab lainnya. Adanya massa yang besar di
abdomen berupa hidronefrosis atau kista ginjal yang besar atau tumor ginjal dapat ditemukan
pada pemeriksaan abdomen. Perlu diingat bahwa khusus pada anak bila ditemukan massa di
abdomen, yang pertama difikirkan adalah suatu tumor ginjal. Adanya massa tumor di
abdomen selain merupakan tumor saluran pencernaan juga bisa tumor testis di abdomen atau
KGB yang membesar yang merupakan metastasis tumor testis. Jadi perlu diperhatikan untuk
melakukan pemeriksaan fisik testis apabila ditemukan massa di abdomen.

Pemeriksaan fisik urologi dikenal sebagai Status urologi.

Status Urologi :

I.Daerah Lumbal (Flank/Loin/Waist Area) kanan dan kiri

Inspeksi :

• tanda trauma tumpul/tajam (jejas, laserasi, hematom)


• tanda radang (merah, bengkak, fistula, cairan, sikatriks)
• massa (tumor, kista, hidronefrosis)
Tidak semua data di atas yang ditulis tetapi sesuai dengan kasusnya.

Palpasi : - ballotement

Yaitu dengan pemeriksaan palpasi bimanual (bimanual palpation) pada posisi pasien
telentang dengan cara perabaan secara simultan (bersamaan) pada daerah Sudut
Costovertebre (Costo Vertebrae Angle = CVA) dengan bagian plantar tangan
kiri dan pada lumbal anterior dengan bagian plantar tangan kanan. Bila
ditemukan ballotement (+) berarti biasanya ginjal teraba dan sebaliknya bila
ballotement (-) berarti ginjal tidak teraba. Khusus pada anak bila ditemukan
ballotement (+) ringan adalah normal karena (a) ukuran ginjal anak relatif lebih
besar pada luas permukaan tubuhnya dibandingkan dengan dewasa (b) tulang
iga 11-12 anak masih berupa tulang rawan dan belum berupa tulang yang
kompak dan (c) lemak perinefrik dan fasia gerota belum terbentuk dengan
sempurna. Ketiga keadaan ini menyebabkan ginjal anak lebih mudah cidera
pada trauma tumpul dibandingkan dengan ginjal dewasa.

Sudut Costovertebre (Costo Vertebrae Angle =CVA) adalah sudut yang dibentuk oleh
pertemuan garis khayal pada pinggir bawah iga 12 dengan garis khayal yang
dibentuk oleh prosesus transversus spinosus L 1 – 5. Apabila titik-titik kedua
ujung garis tersebut dihubungkan maka daerah segitiga akan terbentuk dan pada
daerah segitiga itulah dilakukan pemeriksaan penekanan dan pengetokan.

Nyeri Tekan CVA :

Penekanan pada regio CVA dilakukan pada posisi pasien duduk dengan cara perabaan
dengan bagian plantar tangan kiri.

Nyeri tekan CVA (+) dapat ditemukan pada pyelonefritis akut hidronefrosis,
pyohidronefrosis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, kista ginjal >
5 cm, tumor atau ginjal. Bila nyeri tekan (+) pasti nyeri ketok pasti (+)
sedangkan bila nyeri tekan (-), nyeri ketok bisa (-) atau (+). Nyeri tekan CVA
(+) dapat menunjukkan fungsi ginjal masih baik atau ada pus di ginjalnya.
Nyeri tekan CVA (- ) bisa ditemukan pada kolik dengan fase relaksasi,
pemberian obat antisakit atau anti spasmodik, penyebab sumbatan (misalnya
batu ureter) telah lolos spontan atau fungsi ginjal pada sisi itu telah hilang.

Perkusi : -Nyeri Ketok CVA

Pemeriksaan untuk menilai nyeri ketok CVA dilakukan pada posisi pasien duduk dan
pemeriksa pada pasisi berdiri di kanan pasien dengan dengan mengepal dimana
CVA kanan mengetok dengan kepalan tangan kanan dengan kekuatan ringan
dan tanpa alas tangan pada CVA kanan, begitu pula CVA kiri mengetok dengan
kepalan tangan kiri dengan kekuatan ringan dan tanpa alas tangan pada CVA
kiri.
II.Suprapubis

Inspeksi :

- tanda trauma tumpul/tajam, fraktur pelvis (jejas, laserasi, hematom)


- tanda radang (merah, bengkak, fistula, cairan, sikatriks)
- massa : kistik(retensi urin), padat (tumor buli yang mengisi penuh buli-buli atau batu
buli)

Palpasi :

- buli teraba atau tidak teraba

Harus dipastikan buli teraba atau tidak teraba, tidak ada hasil pemeriksaan palpasi “ada
teraba tapi sedikit”, melainkan teraba atau tidak teraba. Buli tidak teraba
apabila supra pubis mencekung ketika ditekan tanpa terasa sakit. Buli teraba
apabila buli teraba mencembung dan biasanya terasa sakit.

Tidak semua data di atas yang ditulis tetapi sesuai dengan kasusnya. Tujuan pemeriksaan fisik
pada suprapubis terutama untuk menilai apakah buli-buli teraba atau tidak.

III.Genitalia Eksterna

(a) Penis :

Inspeksi :

- ukuran (makro penis, mikro penis, terkubur, autoamputasi)


- posisi (lurus, bengkok ke kiri atau kanan)
- preputium (disirkumsisi atau tidak, fimosis, parafimosis)
- tanda trauma tumpul/tajam (jejas, laserasi, hematom)
- tanda radang (merah, bengkak, fistula, cairan, sikatriks)
- massa (tumor, parafinoma, kista)
- Meatus Urethra Eksterna (MUE) : sempit (Meatal Stenosis), terlihat batu urethra, duh
tubuh
Tidak semua data di atas yang ditulis tetapi sesuai dengan kasusnya.
Palpasi :
- indurasi (massa keras : fibrosis/ striktur urethra, batu urethra)

(b) Skrotum

Inspeksi :

- tanda trauma tumpul/tajam (jejas, laserasi, hematom, testis terlihat)


- tanda radang (merah, bengkak, fistula, cairan)
- massa (tumor, kista, parafinoma)
Skrotum bengkak dapat disebabkan oleh :

I.Kelainan pada lapisan skrotum

1. Selulitis
2. Fasitis Nekrotikan (Gangren Fournier)
3. Parfinoma Skrotum

II.Kelainan pada ruang paratestis

1. Abses paratestis
2. Tumor paratestis
3. Varikokel
4. Vas Deferens tidak terbentuk (Congenital Absent of Vas Deferens = CAV)
5. Hernia Inguinalis (yang masuk ke ruang paratestis)

III.Kelainan pada testis dan aksesoris

1. Orkitis Akut
2. Epididimitis Akut atau Kronis
3. Kista Epididimis
4. Orkidoepidimitis Akut
5. Hidrokel
6. Spermatokel
7. Tumor Testis
8. Hernia Inguinalis (yang masuk ke ruang paratestis)
9. Palpasi : Sakit/Nyeri Testis

Nyeri pada testis dapat disebabkan oleh :


1. Orkitis Akut
2. Epididimitis Akut
3. Epididimoorkitis Akut
4. Orkidoepidimitis Akut
5. Torsio Testis
6. Abses Testis
7. Trauma Testis

Tidak semua data di atas yang ditulis tetapi sesuai dengan kasusnya.

IV.Rectal Toucher (RT) / Colok Dubur (Digital Rectal Examination = DRE)

Indikasi RT :
1. Laki-laki usia > 42 tahun
2. Keluhan berkemih atau LUTS
3. Trauma Saluran Kemih Bagian Bawah
4. Gangguan Saluran Cerna (Bowel Habit)
5. Trauma urethra posterior
Tujuan RT :
1. Terutama untuk menilai keberadaan keganasan prostat (nodul yang keras)
2. Menilai ukuran pembesaran prostat
3. Menilai kelainan lain pada prostat (prostatitis akut, abses prostat)
4. Menilai adanya kelainan supravesika pada sumbatan berkemih (Refleks
Bulbokavernosus pada laki-laki dan Refleks bulbovestibularis pada
perempuan)

Cara melakukan pemeriksaan RT :

Harus minta izin persetujuan kepada pasien dan menjelaskan tujuan pemeriksaan. Peralatan
dipersiapan seperti sepasang sarung tangan yang sesuai ukuran pemeriksa dan pelicin (jelly)
secukupnya. Pasien tidur telentang dengan kedua lutut ditekuk sedangkan pemeriksa yang
telah memakai sarung tangan berdiri di sebelah kanan pasien. Dilakukan inspeksi pada daerah
anus dan perianal untuk menilai keadaan patologi di daerah itu. Dengan posisi ventral manus
ke arah kaput jari telunjuk diletakkan pada sfingter ani dan dinilai tonus sfingter ani tersebut
(baik, hipotoni atau hipertoni).

Apabila pasien memakai kateter urethra maka dapat dilakukan pemeriksaan Refleks
Bulbokavernosus pada laki-laki atau Refleks Bulbovestibularis pada perempuan. Cara
memeriksa Refleks Bulbokavernosus adalah pada saat jari telunjuk diletakkan pada sfingter
ani dilakukan tarikan pada keteter urethra dengan kekuatan sedang ke arah kaudal atau
dengan menggores ringan pada glans penis atau paha bagian medial sehingga akan
didapatkan tonus yang baik pada sfingter ani yang berarti Refleks Bulbokavernosus (+) yang
berarti kelainan supravesika bisa disingkirkan. Selanjutnya jari di dorong ke proksimal untuk
menilai keadaan kelenjar prostat apakah kelenjar prostat membesar atau berukuran normal
dengan menilai sulkus interlobaris prostat yang terletak dipertengahan antara kedua lobus kiri
dan lobus kanan prostat. Sulkus interlobaris akan menghilang apabila prostat membesar
dibandingkan normalnya. Konsistensinya kenyal (firm) seperti perabaan daerah tenar pada
manus. Setelah itu dinilai simetrisasi prostat: apakah kedua lobus lateral yang membesar
simetris kiri dan kanan meskipun perbedaannya biasanya tidak bermakna secara klinis.
Selanjutnya dinilai apakah ada nyeri tekan yang ditemuka pada prostatitis akut atau pada
abses prostat. Selanjutnya dinilai apakah kutub (pole) atas prostat terjangkau atau tidak.
Meskipun kutub atas terjangkau bila usia pasien lebih dari 42 tahun tetap saja ukuran prostat
(taksiran berat prostat = TBP) membesar dari normal yaitu antara 20 – 30 gram, sedangkan
apabila kutub atas prostat tidak terjangkau berarti ukuran prostat lebih besar lagi bahkan
kemungkinannya lebih besar dari 40 gram. Pembesaran prostat pada lobus medius tentu saja
tidak bisa dinilai dengan pemeriksaan RT ini. Yang terakhir dan tidak kalah pentingnya
adalah menentukan keberadaan nodul yang keras pada prostat (seperti meraba tonjolan tulang
pada sendi pada ruas-ruas ibu jari) yang ditemukan pada keganasan prostat atau infeksi
tuberkulosis pada prostat.

Di bawah ini dibuatkan status urologi secara umum sedangkan secara khusus akan dibuatkan
status urologi sesuai kasus-kasusnya mulai Bab 5 dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai