Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengertian Berpikir Kefilsafatan

Secara singkatnya berpikir kefilsafatan yaitu berpikir untuk memahami hakikat dari kenyataan
dalam rangka menemukan kebenaran sejati.

2.  ciri-ciri Berpikir Filsafat

Karakteristik/ciri-ciri berfikir filsafat yang dikemukakan oleh Nasution (2016: 30-31), yaitu
sebagai berikut :

1. Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akar persoalan.


2. Universal, yaitu berpikir secara menyeluruh. Tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi
mencakup keseluruhan aspek yang konkret dan abstrak atau yang fisik dan metafisik.
3. Konseptual, merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia.
4. Koheren dan konsisten yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Sedangkan konsisten adalah
tidak mengandung kontradiksi.
5. Sistematik, yaitu berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah (step by step) penuh
kesadaran, berurutan dan penuh rasa tanggung jawab.
6. Komprehensif. Mencakup atau menyeluruh
7. Bebas. Pemikiran filsafat boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari
prasangka-prasangka social, historis, kultural bahkan religious.
8. Bertanggungjawab. Seseorang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab
terhadap hasil pemikirannya paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri
3. Pengertian sistem dan unsur-unsur "Sistem".
 Pengertian sistem
pengertian sistem adalah suatu kesatuan, baik obyek nyata atau abstrak yang terdiri dari
berbagai komponen atau unsur yang saling berkaitan, saling tergantung, saling mendukung, dan
secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan
efisien.
 Unsur-unsur “Sistem”
1. Obyek, di dalam sistem terdapat sekumpulan obyek (fisik/ abstrak) dalam bentuk elemen,
bagian, atau variabel.
2. Atribut, sesuatu yang menentukan mutu atau sifat kepemilikan suatu sistem dan obyeknya.
3. Hubungan internal, setiap elemen saling terikat menjadi satu kesatuan.
4. Lingkungan, tempat atau wilayah dimana sistem berada.

4. Pendekatan studi Pancasila dilihat dari sudut pandang Filsafat


Pendekatan Studi Pancasila Dari Sudut Pandang Filsafat Pendekatan Ontologi, Ontologi adalah cabang
filsafat yang membahas tentang “ada”. Yang “ada” dibedakan menjadi tiga yaitu: ada dalam realitas kenyataan,
ada dalam kemungkinan dan ada dalam pikiran/angan-angan. Dalam konteks ontology, Pancasila ada dalam
realitas/kenyataan, sebab adanya Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat dan Adil, yang menjadi landasan sila- sila Pancasila
itu ada dalam realitas/kenyataan. Nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam adat istiadat, budaya dan religi, ada
pada bangsa Indonesia sejak dahulu kala, dan masih tetap ada sampai sekarang
5. Kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu Sistem Filsafat
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif
(cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Mengapa pancasila dikatakan sebagai filsafat? Hal itu
dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para
pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu xiii sistem yang tepat. Menurut Notonagoro,
Filsafat Pancasila ini memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila.
6. Hierarki Sila-sila Pancasila.
Hal yang dimaksud dengan pancasila bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal adalah dalam
pancasila ini berarti memiliki hubungan antara kelompok sila yang ada dalam pancasila dan bersifat erat.
Hirarkis sendiri memiliki arti yaitu pengelompokan / penggolongan.
Pancasila yang terdiri dari 5 sila itu saling berkaitan yang tak dapat dipisahkan:
1. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai isi sila 2, 3, 4, dan 5, artinya dalam
segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus dijiwai
nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang dijiwai sila ke-1 dan isinya meliputi sila
3, 4, dan 5, dalam sila ini terkandung makna bahwa sangat menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk tuhan yang beradab, maka segala hal yang berkaitan
dengan kehidupan berbangsa dan bernegara harus mencerminkan bahwa negara ini
mempunyai peraturan yang menjunung tinggi harkat dan martabat manusia.
3. Sila ketiga Persatuan Indonesia yang dijiwai sila 1, 2 dan menjiwai isi dari sila 4, dan 5, sila
ini mempunyai makna manusia sebagai makhluk sosial wajib mengutamakan persatuan
negara Indonesia yang disetiap daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan maupun
beragama yang berbeda.
4. Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dijiwai sila 1, 2, 3 dan menjiwai isi dari sila ke-5. Sila ini
menjelaskan bahwa negara Indonesia ini ada karena rakyat maka dari itu rakyat berhak
mengatur kemana jalannya negara ini.
5. Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu dijiwai oleh isi dari sila 1, 2, 3,
dan 4. Sila ini mengandung makna yang harus mengutamakan keadilan bersosialisasi bagi
rakyat Indonesia ini sendiri tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada.
Bibliography
(n.d.). Retrieved from https://belajarbarenghelma.blogspot.com/2018/01/pancasila-bersifat-hierarkis-
dan.html

(n.d.). Retrieved from file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Relasi-Ilmu-Filsafat-dan-Pendidikan.pdf

(n.d.). Retrieved from file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Relasi-Ilmu-Filsafat-dan-Pendidikan.pdf

(n.d.). Retrieved from https://www.slideshare.net/yudikrismen1/bab-vii-pancasila-sebagai-sistem-


filsafat-bangsa-indonesia

(n.d.). Retrieved from


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5c7448e8e62a1a07a1c34653047716a
2.pdf

(n.d.). Retrieved from https://belajarbarenghelma.blogspot.com/2018/01/pancasila-bersifat-hierarkis-


dan.html

Anda mungkin juga menyukai