Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA MENGHADAPI BERBAGAI

BENTUK TANTANGAN
Mata Kuliah Pancasila

Dosen Pengampu : Rahmatullah, S.IP., M.Si.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

Andi Husnul Awalia R011211011


Nur Maindah R011211025
Rezky Ameliah R011211039
Syahvira Nur Ramadhan R011211053
Zarah Annisah Rahmat R011211067
Ekha Susiana Maretdayanti A R011211081
Hasdila Rahmadani R011211095
Iin Febrianti R011211109
Ni Wayan Krisna Yanti R011211123
Putri Alfi Ayu R011211137

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Menghadapi Berbegai Bentuk Tantangan" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Pelajaran Pancasila. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan kita tentang demokrasi Pancasila di Indonesia bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Rahmatullah Jafar selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Pancasila. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses diselesaikannya makalah ini. Penulis juga menyadari makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 12 Oktober 2021

Kelompok Penyusun
DAFTAR ISI

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA MENGHADAPI BERBAGAI BENTUK


TANTANGAN...........................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4

1.3 Tujuan...............................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................6

A. Konsep Ideologi Besar Dunia (Atheis, Individualis, Kapitalis) dan Globalisasi............6

B. Realita Dari Ideologi Besar Dunia (Ateis, Individualis, Kapitalis) Dan Globalisasi
Terhadap Pancasila.................................................................................................................6

C. Masalah Atau Dampak Negatif Dari Ideologi Besar Dunia ( Atheisme,


Individualisme, dan Kapitalisme) dan Globalisasi terhadap Pancasila..................................8

D. Solusi Dari Dampak Globalisasi dan Pengaruh Ideologi Besar Dunia Terhadap
Pancasila...............................................................................................................................12

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................14

Kesimpulan...........................................................................................................................14

Saran.....................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara kesatuan republik
Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia yang
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya ( cultural bond) yang berkembangan secara
alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah
sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah
ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya
tahan dari ideologi itu.

Arti Pancasila sebagai ideologi negara secara lebih luas adalah visi atau arah
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Visi tersebut adalah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Pancasila sebagai Ideologi negara berarti Pancasila dijadikan pedoman oleh
masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya. Nilai-nilai yang terkandung dalam
kelima asas Pancasila menjadi landasan masyarakat dalam bersosialisasi, kehidupan
beragama, hak asasi manusia, dan bekerja sama. Ideologi negara sebagai penuntun warga
negara, artinya setiap perilaku warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral.

Akan tetapi, hal tersebut tidak luput dari berbagai tantangan. Pancasila sebagai
Ideologi negara mendapat tantangan di masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk
menghadapi berbagai bentuk tantangan tersebut, guna membangun ideologi negara yang
lebih kokoh.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah yaitu :

1. Bagaimana konsep Ideologi besar dunia (ateis, individualis, kapitalis) dan globalisasi?
2. Bagaimana realita dari Ideologi besar dunia (ateis, individualis, kapitalis) dan
globalisasi terhadap Pancasila?
3. Apa saja masalah/dampak negatif dari Ideologi besar dunia (ateis, individualis,
kapitalis) dan globalisasi terhadap Pancasila?
4. Bagaimana solusi dari dampak globalisasi dan pengaruh ideologi besar dunia terhadap
Pancasila?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan perumusan dan pembatasan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang
ingin dicapai adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui konsep Ideologi besar dunia (ateis, individualis, kapitalis) dan globalisasi
2. Mengetahui realita dari Ideologi besar dunia (ateis, individualis, kapitalis) dan
globalisasi terhadap Pancasila
3. Mengetahui masalah/dampak negatif dari Ideologi besar dunia (ateis, individualis,
kapitalis) dan globalisasi terhadap Pancasila
4. Mengetahui solusi dari dampak globalisasi dan pengaruh ideologi besar dunia
terhadap Pancasila
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Konsep Ideologi Besar Dunia (Atheis, Individualis, Kapitalis) dan Globalisasi


Atheisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan
dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Dalam pengertian yang paling luas, ia
adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan Dewa atau Tuhan.

Individualisme adalah satu paham yang menerangkan bahwa seseorang yang


mementingkan hak pribadinya tanpa memperhatikan hak orang lain. Individualisme ini juga
menjelaskan bagaimana seseorang hidup tanpa adanya sosialisasi dengan orang lain. Dalam
pandangan ideologi individualisme, kepentingan individu harus di tempatkan pada tujuan
hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran hidup sebanyak- banyaknya.
Ideologi individualisme berkaitan erat dengan ideologi liberalisme karena kedua ideologi ini
menekankan pada kebebasan hidup setiap individu.

Sistem kapitalis adalah kebalikan dari sistem sosialisme, di mana negara banyak
menguasai alat produksi, harga barang atau jasa hingga upah pekerja banyak ditentukan oleh
negara. Ciri paling menonjol dalam ekonomi kapitalis adalah minimnya intervensi negara.
Semua ditentukan berdasarkan kehendak pasar. Kapitalisme layak disebut sebagai ideologi
paling kuat dan berjaya dalam beberapa abad terakhir. Kejayaan ideologi ini tidak hanya
dapat diukur secara kuantitatif berdasarkan jangkauannya pada wilayah dan berbagai bidang
kehidupan, tetapi juga secara kualitatif berdasarkan ketahanannya dalam kontestasi ideologi
dunia. Sistem kapitalisme bukan hanya dipahami sebagai sistem ekonomi semata, melainkan
merupakan sistem sosial yang menyeluruh yang memengaruhi kehidupan individu dan
masyarakat.

Ideologi Globalisasi merupakan kerangka pikiran, pandangan dan gagasan yang


menentukan sifat dari kebenaran dalam suatu masyarakat tertentu.

B. Realita Dari Ideologi Besar Dunia (Ateis, Individualis, Kapitalis) Dan Globalisasi
Terhadap Pancasila
Globalisasi sebagai sebuah realitas tidak dapat dihindari. Globalisasi membentuk
hubungan lintas negara dan lalu lintas tersebut memperlihatkan adanya ketergantungan satu
dengan yang lain serta untuk saling membutuhkan dan melengkapi. Pada satu sisi,
perkembangan telah memberi dampak positif dan negara dapat merasakan manfaatnya.
Dengan perkembangan sistem teknologi, informasi, komunikasi, dan transportasi, negara
diberikan kemudahan dalam melakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi pelaksanaan pembangunan. Berbagai hal yang menjadi
prioritas pemerintah baik pusat maupun daerah dapat dicermati masyarakat. Melaui media
dengan mudah dapat dilihat serta diketahui hal-hal yang menjadi program pemerintah, baik
dalam jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek. Dengan fasilitas sistem
transportasi, pejabat pemerintah pusat misalnya dapat dengan mudah dan cepat melakukan
peninjauan ke daerah. Hal-hal yang telah dilaporkan sebelumnya dapat dicek langsung di
lapangan. Kemudahan yang sama dapat dilakukan, misalnya saja ketika suatu konflik meletus
pada suatu wilayah, pemerintah dapat dengan segera mengirimkan tambahan pasukan
pengamanan dari wilayah tertentu ke wilayah terjadinya konflik tersebut.

Realitanya globalisasi tidak hanya menawarkan dinamika dampak positif seperti


gambaran di atas. Tidak dapat dinafikan berbagai permasalahan juga harus ditanggung negara
terkait spektrum globalisasi tersebut yang dalam konteks ini dilihat sebagai tantangan.
Berbagai nilai dengan identitas paham baik yang sudah lazim dikenal maupun yang
mengambil bentuk baru, berseliweran menyertai tata pergaulan dan interaksi di tengah arus
globalisasi. Setidaknya berbagai nilai dapat dilihat masyarakat dengan hubungannya dengan
dunia maya serta akses terhadap informasi yang difasilitasi secara luas melalui internet.

Teknologi internet membawa perubahan pada kehidupan manusia (Sanjaya, 2018).


Dalam konteks politik misalnya, individu yang tertarik secara sosial dan politik sering
menggunakan Internet untuk memfasilitasi dan meningkatkan partisipasi sipil dan politik
mereka (Kim et al., 2011). Kondisi demikian dapat mempengaruhi corak berpikir baik
masyarakat maupun penyelenggara negara. Hal ini sejalan dengan uraian yang menyebutkan
bahwa di era globalisasi, rentan sekali masuknya nilai-nilai, norma, bahkan ideologi baru
(Pratiwi et al., 2018).

Ideologi Pancasila dari berbagai terjangan ideologi dunia dan kebudayaan global dalam
tantangan menghadapi atheisme, Individualisme, dan kapitalisme. Pancasila menghadapi
tantangan dalam sikap prilaku kehidupan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat
umum, tantangan terbesar dalam pada masa sekarang ini adalah tantangan narkoba dan
terorisme (Direktorat Jendral Pembelajaran dan kemahasiswaan Kemenristek dikti, 2016:
125-126). Magnis Suseno menegaskan bahwa pelaksanaan ideologi Pancasila bagi
penyelenggara Negara merupakan suatu orientasi kehidupan kounstitusional. Artinya
ideologi Pancasila dijabarkan kedalam berbagai peraturan perundangundangan. Ada unsur
penting kedudukan Pancasila sebagai orientasi kehidupan kosntitusional, yaitu :

a. Kesediaan untuk saling menghargai dalam kekhasan masing-masing, Pluralisme


merupakan nilai dasar Pancasila untuk mewujudkan Bhineka Tunggal Ika. Hal ini Pancasila
diletakan kedalam ideologi terbuka.

b. aktualisasi lima sila Pancasila artinya sila-sila dilaksanakan dalam kehidupan bernegara.
(Suseno, 2011: 118-121).

Proses terjadinya Pancasila adalah melalui suatu proses kualitas. Artinya, sebelum
disahkan menjadi dasar negara, baik sebagai pandangan hidup maupun filsafat hidup bangsa
Indonesia. Fungsinya adalah sebagai motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam
mencapai tujuan. Pancasila merupakan prinsip dasar dan nilai dasar yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia, yang mempribadi dalam masyarakat dan
merupakan sesuatu living reality. Pancasila ini sekaligus merupakan jati diri bangsa
Indonesia. Pancasila juga dapat menuntun segala tindak tanduk yang dilakukan manusia
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak melanggar hukum dan juga tidak merampas
hak-hak sebagai manusia

C. Masalah Atau Dampak Negatif Dari Ideologi Besar Dunia ( Atheisme,


Individualisme, dan Kapitalisme) dan Globalisasi terhadap Pancasila
Tantangan yang dihadapi negara dalam konteks aktualisasi nilai-nilai ideologi sejauh
ini adalah berkembangnya berbagai paham yang kurang sesuai dengan nilai-nilai ideologi
Pancasila. Kondisi seperti itu menghasilkan adanya dialektik dan terjadinya tarik-menarik
nilai di dalam diri warga negara. Warga negara di dalam memfilter berbagai nilai tersebut
dipengaruhi oleh faktor yang ada di dalam dirinya, meliputi pemahaman dan kesadaran
terhadap nilai-nilai bersama serta kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan meliputi seputar
masyarakat tempatnya berinteraksi maupun hasil koneksi dengan dunia maya. Berbagai
tendensi yang diperlihatkan sebagian anak bangsa dalam bentuk pola pikir, sikap, dan
perilaku yang kurang selaras dengan nilai-nilai kebersamaan seperti diamanatkan dalam
ideologi negara, selanjutnya akan diuraikan dan dirinci berdasarkan urutan nilai yang termuat
di dalam sila-sila Pancasila.

 Tantangan dan implikasi aktualisasi nilai sila pertama Pancasila pada diri anak
bangsa, antara lain dapat dicermati atas hasil interaksi nilai spiritualitas Ketuhanan
yang Maha Esa versus nilai komunisme/sosialisme, sekularisme, teokrasi, dan
liberalisme. Spiritualitas sila Ketuhanan yang Maha Esa antara lain mengandung nilai
dasar cita-cita kenegaraan dan nilai kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan,
manusia, dan negara dan dalam hal itu setiap warga negara memiliki kebebasan dalam
memeluk agama sesuai keimanan dan ketakwaan masing-masing .
Tantangan aktualisasi nilai spiritualitas tersebut terkait adanya perspektif
sebagian anak bangsa yang melihat alternatif ideologi agama bagi negara. Hal itu
misalnya terlihat dari adanya pemikiran untuk membentuk negara khilafah dari
sebagian kelompok masyarakat. Seiring dengan itu terdapat pula upaya pembatasan
kelompok agama lain untuk membangun sarana rumah ibadah yang digunakan
sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan agama. Budiyono (2017) mencatat kasus
Ahmadiyah, konflik GKI Taman Yasmin, penutupan sejumlah gereja, dan pelarangan
ibadah di beberapa wilayah. Sebaliknya terdapat pemikiran sebagai anggota
masyarakat yang ingin melepaskan peran negara atas agama dalam konteks pemikiran
bahwa agama menjadi ranah pribadi/privat setiap orang. Untuk yang terakhir ini,
setidaknya peran negara di dalam urusan agama didorong untuk menjadi berkurang
sehingga kemudian masyarakat dan individu yang menentukan soal-soal
keagamaannya.

Tantangan terhadap nilai sila pertama Pancasila juga dapat dicermati dari
dinamika agama KTP yang diperlihatkan sebagian anak bangsa. Secara identitas,
mereka adalah beragama namun dari sikap dan perilaku keseharian memperlihatkan
aktualisasi nilai yang bertentangan dengan seseorang yang beriman kepada Tuhan
YME. Memang betul bahwa kualitas keimanan seseorang adalah lebih bersifat
batiniah dan merupakan sesuatu yang dapat dinilai oleh hubungan personal antara diri
seseorang dengan Tuhan yang diimaninya itu. Namun secara kasat mata, sebenarnya
dapat dilihat pula aktualisasi dari nilai keberagamaan dari kemauan untuk mengikuti
ritual/ibadah keagamaan dan toleran terhadap keberagaman dari keberagamaan.

Selain itu, terlihat juga praktik keimanan sebagian anggota masyarakat yang
mengartikan kehidupan beragama berada di ruang hampa. Pemahaman ini diartikan
bahwa seakan tidak ada kelompok lain yang berada di ruang tersebut dan pemaknaan
kebenaran agama secara hitam putih. Dengan begitu interaksi keberagamaan dimaknai
dalam hubungan yang intens antara dirinya dengan Tuhan yang diyakininya. Selain
itu, pemaknaan kebenaran secara hitam putih dalam pelaksanaannya menilai
kebenaran hanya ada pada kelompoknya dan kelompok lain adalah sebagai musuh
yang harus dilawan dan bahkan dihancurkan. Untuk pemahaman yang terakhir ini
kemudian ditandai dengan eksistensi paham radikal dengan kegiatan modus bom
bunuh diri atau pengeboman dengan sasaran kelompok yang dinilai sebagai
kelompok hitam.

 Tantangan aktualisasi nilai sila kedua adalah pengakuan atas hak-hak asasi manusia.
Hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk mendapatkan penghormatan atas
martabat diri, dan juga hak untuk beribadah sesuai keimanan seseorang termasuk nilai
yang seharusnya dijamin. Era keterbukaan informasi sekarang ini dimaknai secara
bebas tanpa batas, sehingga tercatat beberapa hasil dari perilaku perundungan,
persekusi, dan menghujat orang.

Tantangan pelaksanaan sila kedua ini juga terlihat dari pandangan nilai
kemanusiaan sebagian dari anggota masyarakat adalah dari perspektif kelompok
sehingga terkesan menjadi terkotak. Ketika melihat seseorang atau kelompok
mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari perlakuan harga diri dan kemanusiaan,
maka penilaian dilakukan atas dasar apakah yang mendapatkan perlakuan tidak adil
itu termasuk dalam kelompok sendiri atau bukan. Jika sudah begitu, praktik yang
dilakukan pasti tidak jauh dari itu, yaitu pemberian penghargaan harkat dan martabat
kepada orang lain yang didasarkan pada apakah orang tersebut sama dengan
kelompoknya. Padahal harkat dan martabat kemanusiaan itu bersifat universal.

Tantangan yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah terdapatnya


sebagian anggota masyarakat yang kurang menjaga martabat dirinya. Plagiarisme
nantinya terkait pula pada soal nilai sila kelima, namun dalam konteks ini kegiatan
plagiarisme di lingkungan pendidikan menjadi aktualisasi dari kurangnya rasa harga
diri antara lain misalnya menjiplak karya orang lain atau sekadar menyisipkan nama
untuk diikutkan dalam proses publikasi padahal yang bersangkutan secara jelas-jelas
tidak terlibat di dalam penyusunan naskah.
 Tantangan aktualisasi nilai sila ketiga terlihat dari orientasi persatuan sebagian
anggota masyarakat dari perspektif kepentingan kelompok. Selain itu, aktualisasi
orientasi etnisitas juga menjadi bagian bentuk perilaku yang perlu mendapatkan
perhatian. Bukti dari corak berpikir seperti itu misalnya dari kegiatan yang dilakukan
sebagian dari masyarakat yang lebih mementingkan kelompoknya daripada
keindonesiaan secara umum. Kemudian ada pandangan bahwa masyarakat dari negara
lain malah dirasa lebih memiliki kedekatan emosional daripada masyarakat yang ada
di negara sendiri. Hal ini menjadi perwujudan dari corak globalisasi dengan ciri
internasionalisasi, batas-batas negara lebih ke pengertian politis sementara paham
masyarakat melampau batas-batas negara.

Tantangan lainnya dari Sila Ketiga bahkan dalam orientasi yang lebih ekstrem
lagi, yaitu menganalogikan negara sebagai agama dalam perspektif baru. Individu
atau kelompok yang memiliki konsep berpikir analogi seperti itu, sudah terdoktrin
hanya bisa menerima aturan-aturan atau ketentuan yang ada kesesuaiannya dengan
ajaran agama. Jika sudah begitu, ketika kelompok ini dihadapkan dengan otoritas
negara yang mengatur tata hidup masyarakat, maka negara diidentikkan sebagai
agama.

 Tantangan dan implikasi aktualisasi nilai sila keempat dari Pancasila pada diri anak
bangsa, antara lain dapat dicermati atas hasil interaksi nilai kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan versus nilai liberalism
dan hegemoni sektarianisme. Sila keempat ini mengandung nilai penghormatan
terhadap demokrasi disertai tanggung jawab kepada Tuhan yang Maha Esa,
menjunjung dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta tujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan dalam hidup bersama.

Tantangan aktualisasi nilai sila keempat juga dapat diliat dari praktik politik
identitas, politik irasional, dan politik uang. Politik uang merupakan bentuk praksis
yang ditunjukkan sebagian anak bangsa yang biasanya maju untuk dipilih dalam ajang
pemilihan anggota legislative atau eksekutif. Dalam rangka agar terpilih dalam
kontestasi, mereka mengucurkan dana untuk diberikan kepada konstituen yang
menjadi sasaran dan diharapkan memilih calon pemberi dana. Politik uang dilakukan
dalam versi pemberian uang secara langsung dengan nominal tertentu dan atau dalam
acara kegiatan tertentu seperti memberikan sumbangan penyediaan sarana prasarana
yang dinilai berguna bagi masyarakat. Beberapa dari antaranya, melakukan proses
“investasi” pemberian bantuan tersebut bahkan dilakukan jauh-jauh sebelumnya.

 Tantangan dan implikasi aktualisasi nilai sila kelima dari Pancasila pada diri anak
bangsa, antara lain dapat dicermati atas hasil interaksi nilai Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia versus nilai kapitalisme, hedonisme, dan individualism.
Tantangan aktualisasi nilai sila kelima, terlihat dari pola peran kaum pemilik modal
dalam menguasai pasar sehinga masyarakat kelas bawah dengan nota bene bermodal
kecil semakin terpinggirkan. Tantangan terhadap nilai ini juga ditunjukkan melalui
perilaku hedonis sebagian masyarakat. Perilaku hedonis dan terjerat dengan pola
konsumerisme Ini erat kaitannya dengan tayangan vulgar perilaku gaya hidup di era
global sekarang ini yang kemudian ditiru oleh sebagian masyarakat.

Selanjutnya, terdapat juga bentuk perilaku yang kurang memperlihatkan


penghargaan terhadap fasilitas umum yang seharusnya menjadi milik bersama dan
juga kurangnya etos kerja. Aksi corat-coret di jembatan, di dinding gedung, atau
tempat-tempat umum sering ditemukan di seputar kehidupan masyarakat. Membuang
sampah di sembarang tempat, merokok sembarangan, dan kurangnya kepedulian
menjaga fasilitas umum adalah gambaran lainnya. Lalu plagiarisme atau membajak
karya orang lain juga menjadi bagian contoh dari sikap dan perilaku anak bangsa yang
tidak sesuai dengan nilai menghormati hak cipta orang lain. Rendahnya etos kerja
termasuk dalam bagian ini, terkesan pekerja harus diawasi baru berkinerja tinggi.
Padahal praktik demikian jelas jauh dari nilai-nilai suka bekerja keras dan juga
mengurangi inovasi serta kreativitas diri. Pada era global sangat jelas tuntutannya
yaitu daya saing yang hanya dapat dipenuhi melalui prasyarat adanya etos kerja,
inovasi, dan kreativitas.

D. Solusi Dari Dampak Globalisasi dan Pengaruh Ideologi Besar Dunia Terhadap
Pancasila
Solusi dari dampak globalisasi dan pengaruh ideologi besar dunia terhadap pancasila
yaitu sebagai berikut :
Pendidikan dapat dijadikan motor penggerak, untuk dapat mengelaborasi semua komponen
yang ada, dengan melakukan peningkatan kualitas pembelajaran, hal ini sesuai dengan
pendapat Trisiana (2017) : to improve the quality and relevance of education,it is essential to
put much effort thoroughly on the development of the entire dimensions of Indonesian human
resources, namely the aspects of moral, ethics, manners, knowledge, skills, health, arts and
culture. The development of those aspects leads to the improvement and development of life
skills which are actualized through the achievement of students’ competence to survive, adapt
and succeed in life.

Solusi yang paling tepat adalah dengan kembali pada dasar negara kita, Pancasila sebagai
Ideologi Negara berarti sebagai sumber hukum negara yang mengikat lembaga negara,
seluruh warga negara tanpa terkecuali. Pancasila sebagai pandangan hidup (way of life).
Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia sebagai landasan
alasan agar tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia di era globalisasi dan
sebagai pedoman nilai-nilai luhur hidup bermasyarakat.

Tahap awal yang dapat kita lakukan adalah meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa serta menegaska bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber- Tuhan dan tidak
atheisme. Dengan landasan agama yang kuat maka dapat terhindar dari periaku menyimpang
khususnya krisis moral.

Tahap selanjutnya adalah menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang tumbuh
subur dalam taman sarinya pergaulan bangsa-bangsa di dunia serta menjujung tinggi HAM
dannilai keadilan.

Tahap individu adalah menempatkan diri kita sebagai bagian NKRI yang satu bernafaskan
semangat kebangsaan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
sehingga kita tetap terjaga dan tidak mudah terpecah belah.

Menyelesaikan permasalahan budidayakan dengan musyawarah sehingga dapat dicapai hasil


mufakat agar masyarakat tetap adil dan makmur Apabila eksistensi nilai-nilai dari butir
pancasila ini dapat diimplementasikan dengan baik, maka secara otomatis kita dapat
memfilter pengaruh globalisasi yang terus berkembang. Karena pada dasarnya solusi etis
mengatasi globalisasi adalah Pancasila.
BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA

Silitonga, Tata Bonar, (2020). Tatanan Globalisasi, Peran Negara, dan Implikasinya Terhadap
Aktualisasi Nilai-nilai Ideologi Negara. Jurnal Civics : Media Kewarganegaaan. 17(1). (hal
15-28)

PENGUATAN PANCASILA DALAM PERBUATAN (ALTERNATIF TINDAKAN


KURATIF DI ERA GLOBALISASI Felisia Mega Sri Ayui, Anita Trisiana. 1). Mahasiswa
PPKn Universitas Slamet Riyadi 2).Dosen PPKn Universitas Slamet Riyadi.

Silitonga, 2020, Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, "Tantangan globalisasi,


peran negara, dan implikasinya terhadap aktualisasi nilai-nilai ideologi negara", Vol. 17
No.1, Universitas Pertahanan, Bogor, Indonesia

“Pengertian Atheisme” dari https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertianatheisme.html?m=1


diakses pada Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 20.05 WITA.

“Ideologi & Individualisme” dari http://gendutporeper.blogspot.com/2014/03/ideologi-


individualisme.html?m=1 diakses pada Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 20.25 WITA.

“Arti Kapitais dan Kapitalisme” https://money.kompas.com/read/2021/07/23/095251026/arti-


kapitalis-dan-kapitalisme-definisi-sistem-ekonomi-dan-contoh?page=all diakses pada Selasa,
12 Oktober 2021 pukul 20.35 WITA.

“Ideologi”dari http://lib.unnes.ac.id/41841/1/Pertarungan%20Ideologi%20Pancasila%20di
%20Tengah%20Kepungan%20Ideologi-Ideologi%20Dominan.pdf diakses pada Selasa, 12
Oktober 2021 pukul 21.16 WITA.

“Ideologi & Individualisme” dari http://gendutporeper.blogspot.com/2014/03/ideologi-


individualisme.html?m=1 diakses pada Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 21.44 WITA.

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1018912&val=15521&title=Dampak%20Globalisasi%20Pada%20Politik
%20Ekonomi%20Cara%20Berfikir%20Dan%20Ideologi%20Serta%20Tantangan
%20Dakwahnya diakses pada Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 21.46 WITA.

Anda mungkin juga menyukai