Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


Dosen Pengampu : Ir. MARHAENUS JOHANIS RUMONDOR M.Si

Mata Kuliah : PANCASILA

DISUSUN OLEH:

1.Saniyya Dhita Amalia Iskandar (221011050239)


2.Mylene Pricilla Melope (221011050217)
3.Virginia Anjani Karwur (221011050267)
4.Avricilya Ester Rangian (221011050171)
5.Bertran Meyfel Zefanya Sinaulan (221011050311)
6.Vika Yunifa Rhamaida Manumpil (221011050259)

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan


Jurusan Farmasi Kelas C

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Pancasila Sebagai Ideologi Negara”.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang membantu penulisan makalah ini.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh Ir.
MARHAENUS JOHANIS RUMONDOR M.Si selaku dosen mata kuliah pancasila.

Dan dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. penulis menyadari masih
banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini.

Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari tuhan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. maka dari itu penulis berharap kritik dari pembaca
sekalian dapat membantu penulis dalam menyempurnakan makalah selanjutnya.akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengembangan wawasan tentang
pancasila.

Untuk itu penyusun menyampaikan maaf dan ucapan terima kasih.

Manado, 5 September 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………

• 1.1. Latar Belakang …………………………………………..


• 1.2. Rumusan Masalah ………………………………………..
• 1.3. Tujuan ……………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………

• 2.1. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Negara


• 2.2. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dan Relevansinya Dengan Masalah
Bangsa
• 2.3. Ideologi Dan Identifikasinya

BAB III PENUTUP ……………………………………………

• 3.1. Kesimpulan ………………………………..


• 3.2. Saran ………………..….…………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….


BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia
sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara, masyarakat, dan pribadi bangsa
Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepas satu sama lain melainkan satu kesatuan yang
bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar Negara maupun sebagai falsafah
hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwa
sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain. Lantas perumusan pancasila juga
dapat dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa yang selalu berkaitan dengan kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Pancasila saat ini telah dihayati sebagai filsafat hidup bangsa dan dasar negara yang
merupakan perwujudan dari jiwa bangsa, sikap mental, budaya dan karakteristik bangsa,
hingga saat ini asal-usul dan kapan dikeluarkan atau disampaikannya Pancasila masih
dijadikan kajian yang menimbulkan banyak sekali penafsiran dan konflik yang belum selesai
hingga saat ini.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1) Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dan Relevansinya Dengan Masalah
Bangsa
2) Ideologi Dan Identifikasinya

1.3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui:
Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dan Relevansinya Dengan Masalah Bangsa
Ideologi Dan Identifikasinya
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Pengertian ideologi, yaitu keseluruhan pandangan cita-cita, nilai dan keyakinan yang ingin
diwujudkan dalam kenyataan hidup yang konkrit (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44). Dengan
demikian ideologi diyakini mampu memberikan semangat dan arahan yang positif, bagi
kehidupan masyarakat untuk berjuang melawan berbagai penderitaan, kemiskinan dan
kebodohan. Dengan pemahaman yang baik mengenai ideologi, maka seseorang dapat
menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Misalnya, dalam ideologi Pancasila nilai kekeluargaan atau kebersamaan yang diutamakan, maka
seorang yang memahami dengan baik nilai kekeluargaan akan menolak nilai individualisme
karena nilai ini melahirkan liberalisme, kapitalisme, kolonialisme, imperilaisme,
monopoli,otoriterianisme dan totaliterisme.

Dalam kaitan ini Bung Hatta dalam “Kearah Indonesia Merdeka” menyatakan bahwa
“Kedaulatan Rakyat Barat” didasarkan pada pendapat J.J.Rousseau yaitu individualisme,
sedangkan Kedaulatan Indonesia adalah “rasa bersama”, kolektiviteit. Dengan memahami
ideologi Pancasila juga dapat untuk menilai misalnya, bahwa kejujuran sesuatu yang baik karena
sesuai dengan nilai kemanusiaan dan sebaliknya berbuat curang, menipu sesuatu yang tidak baik,
karena bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Ideologi negara merupakan perkembangan dari
ideologi bangsa. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (1991:163), menyatakan Pancasila sebagai
ideologi bangsa artinya setiap warga negara Republik Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan
yang sangat mendasar yang tertuang dalam sila yang lima. Kadang-kadang kedua istilah tersebut,
disatukan menjadi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia (Kaelan, 2010: 30-
31).

Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia dimaksdukan bahwa Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau
kelompok orang sebagaimana ideologi –ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari
nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai relegius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan perkataan lain
unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asala bahan)
Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara. Sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologibangsa dan negara
Indoenesia

Pembukaan UUD 1945, menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian
Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelengaraan negara Republik
Indonesia. Dengan kata lain Pancasila merupakan Dasar Falsafah Negara atau Ideologi Negara,
karena memuat norma-norma yang paling mendasar untuk mengukur dan menentukan keabsahan
bentuk-bentuk penyelenggaraan negara serta kebijaksanaan penting yang diambil dalam proses
pemerintahan (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44).

Pancasila sebagai ideologi negara berarti Pancasila merupakan ajaran, doktrin, teori dan/atau
ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini kebenarannya, disusun secara
sistematis serta diberi petunjuk dengan pelaksanaan yang jelas.Abdurrahman Wahid (1991:163)
menyatakan Pancasila sebagai falsafah negara berstatus sebagai kerangka berpikir yang harus
diikuti dalam menyusun undang-undang dan produk hukum yang lain, dalam merumuskan
kebijakan pemerintah dan dalam mengatur hubungan formal antar lembaga-lembaga dan
perorangan yang hidup dalam kawasan negara ini.Sedangkan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia (Kaelan, 2010 :40-41) memiliki konsekuensi segala peraturan perundang-undangan
dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Dengan lain perkataan Pancasila merupakan sumber hukum
dasar Indonesia, sehingga seluruh peraturan hukum positif Indonesia diderivasikan atau
dijabarkan dari nilai-nilai pancasila.

Kemudian Pancasila sebagai dasar kehidupan kebangsaan dan kenegaraan adalah merupakan
Identitas Nasional Indonesia (Kaelan, 2010 :39). Maksudnya bahwa asal nilai (kausa materialis)
Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri. Konsekuensinya ciri khas sifat, serta karakter bangsa
Indonesia tercermin dalam sistem nilai filsafat Pancasila. Sebagai sistem nilai, maka susunan
Pancasila (1) bersifat hierarkhis dan berbentuk Piramidal, (2) bersifat saling mengisi dan saling
mengkualifikasi (Kaelan, 2010 :10-12).Susunan hierarkhis dan berbentuk piramidal, intinya
bahwa urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya,
merupakan pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya. Dalam susunan hierarkhis dan
berbentuk piramidal, maka Ketuhanan yang Maha Esa menjadi basis kemanusiaan, persatuan
Indonesia, kerakyatan dan keadilan sosial. Sebaliknya Ketuhanan yang Maha Esa adalah
Ketuhanan yang berkemanusiaan, yang membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan
Indonesia, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial, demikian selanjutnya, sehingga tiap-tiap
sila di dalamnya mengandung sila-sila yang lain. Kemudian susunan Pancasila dalam hierarkhis
pyramidal dapat dirumuskan dalam hubungannya saling mengisi dan saling mengkualifikasi.

Tiap-tiap sila mengandung empat sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila lainnya. Rumusannya
sebagai berikut:

1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan, yang berkeadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.

2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang berketuhanan
Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan, yang berkeadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.

3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia adalah persatuan yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, , yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan, yang berkeadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.

4. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusywaratan/perwakilan adalah kerakyatan berketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia yang berkeadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila kelima : Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang berketuhanan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan.

Perumusan di atas urut-urutannya merupakan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat. Jika
urutannya tidak demikian yakni terpecah-pecah dan tidak ada ada sangkut paut antara sila yang
satu dengan yang lainnya,maka sesungguhnya tidak ada Pancasila, sehingga tidak dapat
dipergunakan sebagai asas kerohanian bagi negara.

2.2. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dan Relevansinya Dengan Masalah
Bangsa

Ada kecenderungan Pancasila sebagai ideologi negara belum serius dimplementasikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dapat digambarkan dari berbagai pandangan berikut
ini.

1. Adanya kecenderungan Pancasila dicampakan oleh elit negaraYudi Latief (2011) “ Jangan
Jadikan Pancasila Mitos”, menyatakan " Pancasila sebagai pandangan hidup selama ini telah
dicampakan oleh elit negara dan tidak lagi menjadi dasar dalam mengambil kebijakan. "Ada
ketidak konsistenan, para elit selalu mengumbar kata pancasila sementara kebijakannya tidak
berdasarkan falsafah Pancasila,". Ia mencontohkan kebijakan ekonomi yang seharusnya sesuai
konstitusi dan Pancasila, namun semakin lama justru semakin melenceng. "Pelaksanaan pasal 33
yang seharusnya menjadikan sumber daya alam sebagai alat untuk mewujudkan keadilan sosial,
namun justru kini dikuasai asing,". Ia menengarai sekitar 75 kebijakan dan undang-undang yang
telah dikeluarkan pemerintah justru bertentangan dengan konstitusi. Ia menambahkan, Pancasila
sebagai falsafah bernegara, berbangsa dan bermasyarakat tidak bertentangan dengan nilai-nilai
agama. "Bahkan cocok dengan nilai-nilai agama, karena memang digali dari kehidupan
masyarakt Indonesia yang beragama,"

2.Pejabat sudah “alergi” Pancasila Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof
Syafii Maarif (2011) menilai pejabat sekarang sudah "alergi" Pancasila, padahal mereka
seharusnya menjadi teladan tentang penghayatan dan pengamalan Pancasila yang benar.
"Buktinya, pejabat sekarang jarang bicara Pancasila, karena mereka ‟alergi‟. Itu karena
Pancasila memang pernah ada selama 20 tahun, namun Pancasila dijadikan alat pembenar
kekuasaan," katanya di Surabaya, Selasa. Di sela-sela Kongres III Pancasila di Auditorium
Garunda Mukti Kantor Manajemen Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, ia menyarankan
pejabat sekarang untuk meniru Bung Hatta yang melakukan internalisasi Pancasila. "Artinya,
jangan seperti dulu, Pancasila jangan berhenti pada kognitif, apalagi diperalat, sehingga
Pancasila disalahgunakan dan akhirnya dijauhi. Pancasila harus ada dalam diri kita, lalu amalkan
dan beri contoh, jangan justru memperalat Pancasila," katanya.

3. Munculnya ideologi „tandingan‟ Pancasila Asvi Marwan Adam (2011) dalam “Mutlak, Hanya
Satu Asas Pancasila”, menyatakan munculnya gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang
memiliki ideologi berseberangan dengan Pancasila merupakan ancaman serius bagi keberadaan
Negara Indonesia. Ini harus menjadi perhatian pemerintah. Sudah menjadi harga mati dan tidak
dapat ditawar bahwa Pancasila merupakan asas tunggal yang berlaku di negara ini.Tergerusnya
pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam diri masyarakat Indonesia pun semakin
terlihat jelas. Termasuk, yang ditunjukkan oleh para pejabat negara maupun elite politik negeri
ini.Di satu sisi, dalam masa keterbukaan sekarang, sangat memungkinkan masuknya pengaruh
beragam 'ideologi baru'. Namun, nyatanya kondisi itu tidak diimbangi adanya landasan yang kuat
lewat penanaman nilai-nilai Pancasila, terutama dalam jiwa generasi muda. Ini dapat diterapkan
melalui pengajaran Pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi negara masih sangat mampu untuk mengatasi masalah bangsa dewasa
ini. Untuk itu perlu dilakukan antara lain:

1. Pengembangan politik kenegaraan untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan bangsa.Yudi


Latif ( 2011) dalam “Menghidupkan Pancasila” menyatkan bahwa Indonesia lebih merupakan
state-nation ketimbang nation-state. Bangsa Indonesia dipersatukan bukan karena kesamaan
budaya, agama, dan etnisitas, melainkan karena adanya negara persatuan, yang menampung cita-
cita politik bersama, mengatasi segala paham golongan dan perseorangan.Jika negara merupakan
faktor pemersatu bangsa, negara pula yang menjadi faktor pemecah belah bangsa. Dengan
demikian, lebih dari negara mana pun di muka bumi ini, politik kenegaraan bagi Indonesia
sangatlah vital untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan bangsa.Arsitektur politik
kenegaraan yang secara tepat guna sanggup mempertautkan kemajemukan Indonesia sebagai
nations-in-nation adalah desain negara kekeluargaan. Secara bertepatan, pendiri bangsa, dengan
keragaman garis ideologisnya, memiliki pertautan dalam idealisasi terhadap nilai kekeluargaan.
Dengan demikian, semangat gotong royong merupakan cetakan dasar (archetype) dan karakter
ideal keindonesiaan. Ia bukan saja dasar statis yang mempersatukan, melainkan juga dasar
dinamis yang menuntun ke arah mana bangsa ini harus berjalan. Dalam istilah Soekarno,
kekeluargaan adalah "meja statis" dan "leitstar dinamis" yang mempersatukan dan memandukan.
Karena kekeluargaan merupakan jantung keindonesiaan, kehilangan semangat kekeluargaan
dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan Indonesia merupakan kehilangan segala-galanya.
Kehilangan yang membuat biduk kebangsaan limbung, terombang-ambing gelombang
perubahan tanpa jangkar dan arah tujuan. Jika demokrasi Indonesia kian diragukan
kemaslahatannya, tak lain karena perkembangan demokrasi itu cenderung tercerabut dari jiwa
kekeluargaan. Peraturan daerah berbasis eksklusivisme keagamaan bersitumbuh menikam jiwa
ketuhanan yang berkebudayaan. Lembaga-lembaga finansial dan korporasi internasional
dibiarkan mengintervensi perundang-undangan dengan mengorbankan kemanusiaan yang adil
dan beradab.Tribalisme, nepotisme, dan pemujaan putra daerah yang menguat dalam pemilu
kepala daerah melemahkan persatuan kebangsaan. Anggota parlemen bergotong royong
menjarah keuangan rakyat, memperjuangkan "dana aspirasi" seraya mengabaikan aspirasi rakyat,
melupakan kegotongroyongan berdasarkan hikmah kebijaksanaan. Ekspansi neoliberalisme,
kesenjangan sosial, dan tindak korupsi melebar, menjegal keadilan sosial.Demokrasi yang
dijalankan justru memutar jarum jam ke belakang, membawa kembali rakyat pada periode
prapolitik, ketika terkungkung dalam hukum besi sejarah survival of the fittest dan idol of the
tribe. Ada jarak yang lebar antara voices dan choices, antara apa yang diargumentasikan dengan
pilihan institusi dan kebijakan yang diambil. Demokrasi yang di idealkan sebagai wahana untuk
memperjuangkan kesetaraan dan persaudaraan lewat pengorganisasian kepentingan kolektif
justru menjadi instrumen bagi kepentingan privat.Demokrasi yang dikembangkan tanpa
mempertimbangkan sistem pencernaan kebudayaan dan karakter keindonesiaan seperti biduk
yang limbung. Dalam satu dekade terakhir, kita seakan-akan telah mengalami begitu banyak
perubahan. Namun perubahan yang terjadi tidak membawa kita ke mana pun.Ibarat pohon,
sejarah perkembangan bangsa yang sehat tidak bisa tercerabut dari tanah dan akar
kesejarahannya, ekosistem sosial-budaya, sistem pemaknaan, dan pandangan dunianya tersendiri.
Pancasila dirumuskan oleh pendiri bangsa sebagai dasar dan tuntutan bernegara dengan
mempertimbangkan aspek-aspek itu, lewat usaha penggalian, penyerapan, kontekstualisasi,
rasionalisasi, dan aktualisasinya dalam rangka menopang keberlangsungan dan kejayaan bangsa.
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar ketidakmampuan kita memecahkan masalah hari ini
disebabkan ketidakmampuan kita merawat warisan terbaik dari masa lalu. Adapun warisan
termahal para pendiri bangsa yang merosot pada saat ini adalah karakter. Karena itu, marilah kita
hidupkan kembali karakter Pancasila, sebagai jalan kemaslahatan dan kemajuan Indonesia!

Dalam Konteks ini, Habibie (Mantan Presiden RI) dalam Peringatan Lahirnya Pancasila 1 Juni
1945 (Kompas 3 Juni 2011) menyatakan “Tak kalah penting adalah peran para penyelenggara
negara dan pemerintahan untuk secara cerdas dan konsekuen serta konsisten menjabarkan dan
program yang dilaksanakan. Untuk sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, implementasinya yang dilakukan, antara lain, dengan meningkatkan
kesempatan kerja bagi rakyat atau mengupayakan kebijakan yang berorientasi
pada,kesejahteraan rakyat. Pancasila itu bukan untuk disakralkan.

2. Mengembangkan muatan Pancasila dalam sistem pendidikan nasional Wakil Ketua MPR H
Lukman Hakim Saefuddin mendukung keinginan revisi UU Sisdiknas, karena Mendiknas
memang harus memberikan muatan nilai-nilai Pancasila dalam sistem pendidikan nasional.
Syafii Maarif (2011) tokoh yang dikenal sebagai "Bapak Bangsa" mendukung revisi UU 20/2003
tentang Sisdiknas karena hilangnya muatan Pancasila dalam sistem pendidikan nasional. Karena
UU Sisdiknas memang harus mengenalkan Pancasila secara benar, tapi revisi UU Sisdiknas itu
harus diiringi dengan penyiapan sumberdaya manusia atau tenaga pendidik yang Pancasilais dan
patut diteladani".
3. Pembentukan badan khusus perumusan dan pembudayaan Pancasila MPR , menurut Wakil
Ketua MPR H Lukman Hakim Saefuddin mengusulkan kepada pemerintah membentuk badan
atau komisi khusus yang tugasnya antara lain merumuskan pengenalan Pancasila secara benar di
dunia pendidikan, politik, kemasyarakatan, dan seterusnya,". Badan atau komisi khusus itu
nantinya akan merumuskan cara-cara pembudayaan Pancasila yang bukan lagi indoktrinasi,
pemaksaan, atau tafsir tunggal, namun melalui cara-cara dialogis. "Misalnya, cara teater untuk
pengenalan Pancasila kepada pelajar sekolah menengah atau cara-cara lain yang bukan seperti
penataran P4 di masa lalu, sebab bangsa Indonesia yang majemuk sangat membutuhkan
Pancasila," . Badan atau komisi khusus itu ada hingga ke tingkat desa atau kelurahan, karena
pembudayaan Pancasila memang harus sampai ke lapisan masyarakat di tingkat bawah.
"Demokrasi yang sangat liberal seperti yang kita alami sekarang harus dikembalikan kepada
Pancasila yakni demokrasi yang mengutamakan unsur musyawarah atau perwakilan dalam
permusyawaratan,".

2.3. Ideologi Dan Identifikasinya

PENGERTIAN IDEOLOGI

Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari 2 kata, idea dan logos. Idea berarti ide,
gagasan, buah pikir, atau konsep. Sedangkan logos berarti hasil pemikiran. Jadi berdasarkan
bahasa, ideologi adalah ilmu yang mencakup ilmu kajian asal mula, juga hakikat buah pikir atau
gagasan.

Ideologi juga disebut a system of ideas yang akan mengatur seluruh hasil pemikiran tentang
kehidupan, lalu melengkapinya dengan berbagai sarana juga kebijakan serta strategi, dimana
tujuan yang ingin dicapai disesuaikan dengan kenyataan nilai-nilai yang ada dalam filsafat yang
menjadi sumbernya.

Berarti, dapat disimpulkan bahwa ideologi merupakan hasil pemikiran yang isinya mencakup
nilai-nilai tertentu demi mencapai sebuah tujuan tertentu yang ingin dicapai. Ideologi disebut
juga sebagai identitas dari sebuah negara. Karena ideologi sebenarnya memiliki fungsi yang
sangat penting untuk sebuah negara, dimana ideologi digunakan sebagai sebuah hal yang
memperkuat identitas sebuah masyarakat Negara.

FUNGSI IDEOLOGI

Seperti halnya kartu identitas yang umumnya dimiliki setiap orang sebagai tanda pengenal,
ideologi juga dapat digunakan sebagai tanda pengenal dari sebuah bangsa. Selain itu, ideologi
memiliki fungsi lainnya, yaitu fungsi kognitif dan orientasi dasar.

Sebagai fungsi kognitif berarti ideologi dapat dijadikan sebuah landasan bagi suatu bangsa dalam
berkehidupan dunia. Sedangkan, fungsi orientasi dasar berarti ideologi merupakan hal yang
dapat dijadikan sumber wawasan dan makna bagi rakyat, serta dapat menjadi pembimbing bagi
rakyatnya dalam mencapai tujuan.

Ideologi memiliki kedudukan yang sentral bagi setiap bangsa. Hal tersebut disebabkan ideologi
peranannya mencakup berbagai hal dan menjadi pedoman bagi masyarakat dalam mencapai
tujuannya.

Peran lain yang dimiliki ideologi adalah sebagai alat dalam pencegahan terjadinya berbagai
konflik dalam masyarakat. Tentunya hal ini dengan tujuan agar masyarakat dapat tetap hidup
dalam rasa tentram sekaligus memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Ideologi juga memiliki
peranan sebagai pemersatu bangsa. Karena pada dasarnya tiap bangsa di dunia ini memiliki
keberagaman suku, bahasa, adat, budaya, dan agama.

Ideologi disini berperan sebagai pemersatu keberagaman yang ada agar masyarakat. Tentu saja
hal tersebut memiliki tujuan agar tercipta kehidupan bernegara yang baik. Ideologi sebagai
identitas bangsa Indonesia terlihat dari ideologi Pancasila yang dimiliki. Ideologi Pancasila
dirumuskan oleh Panitia Sembilan berdasarkan pidato oleh Ir. Soekarno.

KEDUDUKAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA

Dalam perumusan Pancasila sebagai ideologi negara merupakan proses yang panjang, berbagai
penafsiran filosofis serta ideologis dilakukan agar mencapai nilai-nilai yang kita kenal hingga
sekarang. Buku berjudul Pancasila oleh Prof. Drs. H. Achmad Fauzi DH.M.A akan membantu
Grameds memahami lebih dalam mengenai Pancasila sebagai ideologi nasional.

Pancasila sendiri memiliki beberapa kedudukan dalam kehidupan bernegara masyarakat


Indonesia, yaitu:

Sebagai jiwa bangsa Indonesia

Sebagai ciri dari pribadi bangsa Indonesia

Sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia

Sebagai dasar negara

Sebagai sumber dari dari segala hukum

Sebagai perjanjian yang luhur ketika negara Indonesia didirikan

Sebagai tujuan atau cita-cita bangsa


Kedudukan ini jelas menyatakan bahwa Pancasila merupakan pedoman bagi masyarakat
Indonesia dalam menjalankan aktivitas kehidupan bernegara. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa Pancasila adalah petunjuk dalam kehidupan bernegara bagi masyarakat. Layaknya arah
yang tidak pasti dari kapal tanpa kompas, demikian juga negara akan tanpa arah bila tidak ada
Pancasila.

Selain itu, Pancasila juga memiliki nilai sejarah karena proses pembentukannya sebagai hasil
dari perjanjian para wakil golongan ketika mendirikan negara Indonesia. Berdasarkan kedudukan
dan fungsinya yang ternyata begitu penting, maka Pancasila harus dapat dijaga keluhurannya
oleh setiap warga Negara

PERAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Peran Pancasila sebagai ideologi negara memberi bimbingan kepada masyarakat Indonesia
dalam menentukan sikap dan tingkah laku. Nilai-nilai yang terkandung dalam kelima asas
Pancasila dijadikan patokan aturan oleh bangsa ini dalam berbuat di kehidupan bermasyarakat
serta bernegara.

Kedudukan nilai-nilai yang terkandung dalam kelima asas Pancasila adalah sebagai aturan
tentang moral. Oleh karena itu, pelaksanaannya juga harus berdasarkan pada keyakinan dan
kesadaran penggunanya.

Apabila aturan Pancasila sebagai ideologi negara dilanggar, maka hukumannya adalah berupa
sanksi moral dan sosial. Mereka yang melanggar dan tidak berpedoman pada nilai-nilai Pancasila
tidak akan terkena sanksi hukum. Ada baiknya mereka merasa malu dengan segala sikap dan
tingkah lakunya yang melanggar norma Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi negara mengalami beberapa masa perkembangan. Seperti halnya
Pancasila di masa orde lama, Pancasila di masa orde baru, dan Pancasila di era reformasi.
Berbagai pihak dan para ahli sepakat apabila ideologi Pancasila merupakan kumpulan gagasan
yang disepakati bersama dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Hasil kesepakatan yang
menyatakan Pancasila sebagai ideologi negara ini yang harus dipertahankan dan dipraktikkan
dalam kehidupan bernegara yang berbeda-beda suku bangsa ini.

Dengan Pancasila sebagai ideologi negara juga berperan dalam pembentukan Undang-Undang
Dasar Negara 1945. Selain itu, Pancasila juga berperan sebagai pedoman dalam pembuatan
Undang-Undang, baik itu pada tingkat daerah atau tingkat nasional. Oleh sebab itu, dengan
adanya Pancasila, maka setiap peraturan perundang-undangan yang telah dibuat harus
berdasarkan suara dari rakyat serta cerminan dari bangsa Indonesia.
Pancasila juga digunakan agar bangsa Indonesia memiliki akar maupun dasar yang kuat serta
memiliki identitas yang jelas dan menjadi ciri khas yang membedakannya dengan bangsa lain.
Pada buku berjudul Pendidikan Pancasila dari Ahmad Asroni, S. Fil, Dkk.

FUNGSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

1. Berfungsi untuk memberikan kepada masyarakat Indonesia agar bisa mengembangkan


sekaligus memelihara identitas bangsa Indoensia.I

2. Memberikan pengawasan terhadap setiap perilaku masyarakat serta bersikap kritis terhadap
berbagai macam usaha agar cita-cita bangsa yang ada di dalam Pancasila dapat terwujud.

3. Mengarahkan seluruh bangsa Indonesia supaya bisa mencapai tujuannya terutama yang
berkaitan dengan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

4. Memelihara, memperkuat, serta menyatukan semua bangsa Indonesia agar menjadi satu
kesatuan, sehingga persatuan bangsa Indonesia tetap terus terjaga dan mengurangi terjadinya
konflik antar anggota masyarakat.

5. Berfungsi untuk dijadikan sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa
Indonesia, sehingga kehidupan bermasyarakat dapat dijalani denga harmonis.

Dari beberapa fungsi Pancasila sebagai ideologi negara di atas dapat dikatakan bahwa Pancasila
memiliki fungsi utama berupa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

MAKNA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Adapun makna Pancasila sebagai ideologi negara adalah sebagai berikut ini:

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan acuan dalam mencapai cita-cita yang
berkaitan dengan aktivitas kehidupan bernegara.

Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai yang berupa kesepakatan bersama, dan menjadi
sarana pemersatu bangsa.

Pancasila sebagai ideologi negara sekaligus menjadi tujuan atau cita-cita terwujudnya kehidupan
bernegara tertuang dalam ketetapan MPR tentang visi Indonesia di masa depan, yaitu:

Visi ideal, merupakan cita-cita luhur bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam UUD 1945.

Visi antara, merupakan visi bangsa Indonesia hingga tahun 2020.

Visi lima tahunan, seperti yang telah tercantum dalam GBHN.


Mewujudkan Pancasila sebagai cita-cita bangsa Indonesia, berarti sekaligus menciptakan bangsa
yang taat beragama, penuh kemanusiaan, demokratis, penuh persatuan, adil serta sejahtera.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Pancasila ini merupakan panduan bagi bangsa dan
negara Indonesia dalam menjaga keutuhan, persatuan, dan kesatuan Republik Indonesia.

SEJARAH PERKEMBANGAN IDEOLOGI PANCASILA DARI MASA KE MASA

1. Ideologi Pancasila Pada Zaman Orde Lama

Pada masa orde lama, Pancasila masih dalam tahap dibangun untuk dijadikan keyakinan
sekaligus ciri khas bangsa Indonesia. Presiden Soekarno yang mengusung konsep Pancasila
menyatakan meski berasal dari mitologi yang belum jelas, tetap saja dapat membimbing
masyarakat Indonesia menuju kesejahteraan.

Pada masa ini perkembangan Pancasila dipengaruhi oleh berbagai kondisi dan situasi di dunia
yang masih dilanda kekacauan. Masa orde lama merupakan masa pencarian bentuk Pancasila
terutama pengaruhnya terhadap kehidupan bernegara.

2. Ideologi Pancasila Pada Zaman Orde baru

Pada masa ini gejolak politik di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Dimulai dengan pecahnya
peristiwa G 30 S/PKI. Kemudian peristiwa dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tahun 1966. Walaupun pemerintahan orde baru berhasil mempertahankan
Pancasila sebagai ideologi negara, pelaksanaannya pada tahun-tahun berikutnya ternyata malah
keluar dari jalur. Banyak dari kebijakan pemerintah yang tidak sejalan dengan nilai-nilai dalam
Pancasila.

Pada masa orde baru terdapat beberapa tindakan pemerintah yang keluar dari nilai-nilai
Pancasila, antara lain seperti berikut ini:

Kekuasaan presiden yang dilanggengkan hingga 32 tahun lamanya.

Adanya penafsiran sepihak Pancasila lewat program p4.

Ada penindasan terhadap gagasan atau hasil pemikiran secara sepihak, hingga orang-orang takut
mengeluarkan pendapatnya.

Ada penindasan dalam bentuk fisik seperti yang terjadi di Timor Timur, Aceh, Irian Jaya, dan
lainnya.

Adanya diskriminasi terhadap masyarakat non pribumi, juga kelompok yang minoritas.
3. Ideologi Pancasila Pada Masa Reformasi

Yang dimaksud reformasi adalah sebuah kegiatan menata ulang, memformat ulang, atau menata
kembali segala hal yang dianggap keluar jalur, dan dikondisikan agar kembali pada bentuk yang
sebenarnya, sesuai dengan tujuan asalnya. Reformasi bisa juga diartikan sebagai pembaruan
untuk menuju hal yang lebih baik lagi dan sesuai dengan harapan.

Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk dapat melakukan reformasi atau pembaruan,
seperti berikut ini:

Terdapat penyimpangan.

Harus mengacu pada sebuah struktur kerangka tertentu.

Reformasi harus dapat mengembalikan sistem pada dasar negara demokrasi.

Reformasi harus berupaya dilakukan untuk hal yang lebih baik.

Reformasi harus berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menjamin persatuan
bangsa.

Adapun tujuan yang dilakukannya reformasi adalah sebagai berikut ini :

Untuk melakukan perubahan yang bertahap demi menemukan pembaruan nilai-nilai dalam
kehidupan bernegara.

Untuk melakukan penataan terhadap seluruh struktur kenegaraan termasuk hukum dan undang-
undang yang menyimpang dari tujuan.

Untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, juga pertahanan keamanan.

Meniadakan segala kegiatan dan kebiasaan dalam masyarakat yang tidak sesuai dengan
reformasi, seperti KKN, kekuasaan yang otoriter, penyimpangan dan penyelewengan lainnya.

Rekomendasi Buku Pancasila Sebagai ideologi negaraInti dari pembaruan dalam reformasi
adalah mempertahankan hal baik yang telah ada di kehidupan bernegara sebelumnya, lalu
mengoreksi kekurangan yang ada sekaligus menyusun pembaruan demi menjawab menjawab
tantangan masa depan.

Pada masa ini, Pancasila yang awalnya merupakan sumber dari nilai serta acuan kode etik bagi
negera beserta aparatnya, ternyata berubah dan dijadikan alat menghalalkan kegiatan politik di
negara ini. segala kegiatan politik mengatasnamakan Pancasila, padahal pada kenyataannya nilai-
nilainya bertentangan sama sekali.

Reformasi dilakukan di berbagai bidang dengan mengatasnamakan Pancasila. Tapi ternyata


masih tidak berpengaruh banyak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Adanya
globalisasi juga semakin menambah tantangan. Kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara
terancam tergusur. Apalagi sekarang Pancasila mengusung ideologi yang sifatnya terbuka.

Pancasila sebagai ideologi negara mengalami berbagai perkembangan. Pada masa orde lama
Pancasila masih dalam tahap dibangun untuk dijadikan keyakinan dan ciri khas bangsa
Indonesia. Padahal kenyataannya Pancasila hanya digunakan sebagai alat untuk melanggengkan
kekuasaan dengan adanya jabatan presiden seumur hidup.

Di masa orde baru, Pancasila dijadikan dasar negara beserta Undang-Undang Dasar 1945 oleh
bangsa Indonesia. Tapi ternyata Pancasila kembali hanya digunakan sebagai alat untuk
melanggengkan otorisasi kekuasaan presiden selama 32 tahun.

Era reformasi yang diharapkan membawa pengaruh baik dan baru pada masyarakat Indonesia
juga ternyata malah melenceng dari tujuannya. Masyarakat Indonesia diharapkan dapat kembali
mengamalkan nilai-nilai luhur dari Pancasila. Tapi kenyataannya di era reformasi kehidupan
bernegara masyarakat malah semakin jauh dari nilai-nilai tersebut.

Rakyat di negara ini mengalami pengikisan moral, terlebih lagi karena pengaruh globalisasi.
Korupsi juga dilakukan secara terang-terangan, seperti telah menjadi bagian dari budaya di
negara ini saja. Nilai-nilai dari Pancasila semakin jauh dari pengamalannya oleh masyarakat.

Era reformasi ini terjadi setelah berakhirnya masa kekuasaan Presiden Soeharto pada 21 Mei
1998 dan hingga saat ini belum adanya perubahan yang dijanjikan sebelumnya, bentuk KKN
masih terus berlangsung. Pada buku berjudul Reformasi & Jatuhnya Soeharto oleh Basuki Agus
Suparno ini akan memaparkan berbagai pertarungan kepentingan politik yang mengatasnamakan
reformasi.
BAB 3

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia seharusnya dijadikan
acuan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun arus globalisasi masuk ke negara ini sangat
kencang, seharusnya Pancasila bisa menjadi filternya. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
setiap sila Pancasila harus dapat menjadi penyaring bagi kebudayaan asing yang mencoba
masuk.

Pancasila sebagai pandangan negara sebenarnya adalah wujud dari nilai-nilai kebudayaan milik
bangsa Indonesia yang kebenarannya diyakini. Ideologi Pancasila berasal dari kebiasaan
masyarakat dari zaman dahulu. Nilai-nilai Pancasila ini tumbuh dan berkembang dari masa ke
masa. Itulah sebabnya bangsa Indonesia sudah seharusnya mengamalkan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya, karena Pancasila adalah cerminan kepribadian bangsa.

Pancasila sebagai ideologi negara telah melewati beberapa fase perkembangan. Walaupun
dipertahankan, Pancasila beberapa kali mengalami penyelewengan dalam praktiknya. Namun
akar nilai-nilai Pancasila terlalu kuat sehingga masih dapat bertahan hingga kini. Pancasila
sebagai pedoman hidup akan tetap menjadi acuan masyarakat Indonesia dalam menjalani
kehidupan bernegara.

3.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis memberikan saran yaitu kita
sebagai generasi penerus bangsa yang menjadi harapan di masa yang akan datang untuk lebih
meningkatkan kesadaran akan menerapkan nilai-nilai Pancasila agar sikap yang dilakukan dapat
sesuai dengan nilai nilai yang terkandung.
DAFTAR PUSAKA

Abdurahman Wahid.1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kaitannya Dengan Kehidupan


Beragama dan Berkepercayaan Terhadap Tuhan YME, dalam Alfian & Oetojo Oesman, eds.
1991.

Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara, Jakarta : BP-7 Pusat.Asvi Marwan Adam .2011.

“Mutlak, Hanya Satu Asas Pancasila”, Copy Right ©2000 Suara Karya Online Powered by
Hanoman-i - Sabtu, 11 Juni 2011

Gumilar Rusliwa Somantri,2006. Pancasila dalam Perubahan Sosial-Politik Indonesia Modern,


dalam Restorasi Pancasila : Mendamaikan politik Identitas dan Modernitas, Prosiding
Simposium

Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, Kampus FISIP UI, Depok 31 Mei 2006, halaman 34.

Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025, Pemerintah Republik
Indonesia, 2010, halaman v.

Kaelan.2010. PKn, Yogyakarta : Paradigma.

Maarif: Pejabat Sudah "Alergi" Pancasila , posted Jodhi Yudono | Rabu, 1 Juni 2011 | 03:34 WIB

Revrisond Baswir.2009, Ekonomi Kerakyatan Vs Neoliberalisme, Yogyakarta : Pusat Studi


Ekonomi Kerakyatan UGM.

Soerjanto Poespowardojo.1991. Pancasila Sebagai Ideology Ditinjau Dari Segi Pandangan Hisup
Bersama, dalam Alfian & Oetojo Oesman, eds. 1991.

Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara, Jakarta : BP-7 Pusat.

Otho H. Hadi, MA ( Staf Direktorat Politik, Komunikasi, dan Informasi Bappenas).

Nation and Character Building Melalui Pemahaman Wawasan Kebangsaan. Tulisan ini disusun
dari hasil diskusi reguler Direktorat Politik, Komunikasi, dan Informasi Bappenas-
red.,www.gogle.com/otto-2000910150958/ diunduh, 10 Januari 2011, halaman 2-3
Yudi Latif ( 2011) Menghidupkan Pancasila , http://www.gatra.com/artikel.php?id=148905,
Wednesday, June 08, 2011

Yudi Latief: Jangan Jadikan Pancasila Mitos Kamis, 9 Juni 2011 | 16:06 Copyright ©2011
Investor Daily, All Rights Reserved

Anda mungkin juga menyukai