Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FARMAKOLOGI DASAR
“KEMOTERAPI PARASITE”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
1. Caca Lesnarie 7. Muhammad Rizqo Dzulfakar Haq
2. Cindy Cenora 8. Novriagrivina
3. Dimas Widianto 9. Nurhasanah
4. Izza Farida 10. Satriyani Hastuti Rahayu
5. Mahfuzah 11. Siril Apriliani
6. M. Reza Nizhomi Al Alaby

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk “Kemoterapi
parasite" dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran
Farmakologi Dasar yang diampu oleh Ibu Apt. Tuty Mulyani. M.Sc Dalam proses
penyusunannya, tak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu,
kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi sehingga penulis
secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa yang dapat
kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat, umumnya, dan untuk
diri kami sendiri, khususnya.

Banjarmasin, 29 Mei 2021

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
Bab II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Antimalaria........................................................................................................................................3
2.2 Antiamuba.........................................................................................................................................5
2.3 Anthelmentika...................................................................................................................................7
Bab III.......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................10
3.2 saran................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemoterapi adalah obat atau zat yang berasal dari bahan kimia yang dapat memberantas
dan menyembuhan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, amoeba, fungi,
protozoa, cacing dan sebagainya tanpa merusak jaringan tubuh manusia. Berdasarkan khasiatnya
terhadap hama / bakteri, kemoterapi dibedakan atas :

Bakterisida yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat untuk mematikan hama,
contoh: rimfapisin, sefalosporin dan kuinolon kuinolon.

Bakteriostatika yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat menghentikan pertumbuhan
dan pembiakan bakteri, sedang pemusnahan selanjutnya dilakukan oleh tubuh sendiri secara
fagositosis (kuman dilarutkan oleh leukosit atau sel-sel daya tangkis tubuh lainnya), contohnya
antibiotika spektrum sempit.. Pada abad ke 16 air raksa mulai digunakan sebagai
kemoterapeutikum pertama terhadap sifilis.

Kemoterapetika modern mulai berkembang pada akhir abad ke 19. Saat itu peneliti Dr.
Robert Koch dan Dr. Louis Pasteur membuktikan bahwa banyak penyakit diakibatkan oleh
bakteri dan protozoa. Dr. Paul Ehrlich adalah sarjana pertama yang melontarkan konsepsi dari
istilah kemoterapi dan indeks terapi. Pada penelitiannya dengan jaringan dan bakteri yang
diwarnai dengan anilin dan metilen biru, ia menemukan khasiat bakterisid dari zat-zat warna
tersebut. Pada tahun 1891 ia berhasil menyembuhkan hewan yang terinfeksi parasit malaria
dengan metilen biru. Kemudian pada tahun 1907 ditemukan obat anti-spirokheta asfenamin yang
merupakan obat standar sifilis pada saat itu sampaikemudian terdesak setelah ditemukannya
penisilin. Kemoterapeutika penting yang disintesa atas dasar zat-zat warna adalah obat malaria
pamaquin dan mepakrin (1930).

Yang termasuk kelompok kemoterapi adalah :


a. Antimalaria
b. Antiamuba
c. Anthelmentika (anticacing)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan antimalaria, antiamuba, dan anthelmentika ?
2. Apa saja penggolongan antimalaria, antiamuba, dan anthelmentika ?
3. Bagaimana mekanisme dari antimalaria, antiamuba, dan anthelmentika ?
4. Apa saja contoh obat antimalaria, antiamuba, dan anthelmentika ?

1
5. Apa saja indikasi dan kontra indikasi dari antimalaria, antiamuba, dan anthelmentika ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi antimalaria, antiamuba, dan anthelmentika.
2. Mengetahui penggolongan antimalaria, antiamuba, dan anthelmentika.
3. Mengetahui mekanisme dari antimalaria, antiamuba, dan anthelmentika.
4. Mengetahui contoh obat antimalaria, antiamuba, dan anthelmentika.
5. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari antimalaria, antiamuba, dan anthelmentika.

2
Bab II

PEMBAHASAN
2.1 Antimalaria

A. pengertian:

Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit
plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu yaitu Anopheles. Berbeda dengan
nyamuk biasa, nyamuk anopeles khususnya menggigit pada malam hari dengan posisi yang khas,
yakni bagian belakangya mengarah ke atas dengan sudut 48˚. Antimalaria adalah obat-obat yang
digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal
(protozoa) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang menggigit pada malam
hari dengan posisi menjungkit.

Ciri-ciri penyakit malaria adalah demam berkala disertai menggigil, nyeri kepala dan
nyeri otot, hati membesar  sehingga timbul rasa mual dan muntah, anemia.

B. Penggolongan obat antimalaria :

 Obat-obat pencegah / profilaktika kausal yaitu: proguanil dan pirimetamin.


 Obat-obat penyembuh / pencegah demam = kurativum/ supresiva yaitu: kinin dan
klorokuin.
 Obat-obat pencegah kambuh= obat penyembuh radikal yaitu: primakuin.
 Obat-obat pembunuh gametosid= pencegah tersebarnya penyakit yaitu primakuin,
proguanil,pirimetamin, klorokuin.

Contoh obat-obat antimalaria yaitu:

   Kinin

Kinin, adalah alkaloit utama dari pohon kina (cinchona rubra). Dari kurang lebih 20 alkaloit
lainya hanya isomer optik nya , yaitu kinidin, yang di gunankan dalam terapi sebagai terapi
jantung kinin memiliki banyak kengunaan yaitu :

3
1. Anti plasmodium kinin bekerja sebagai  skizontizid dara yang dan dapat mematikan
trofozoid dalam eritrosit.
2. Kerja anti piretik dan analgetik lemah khususnya pada nyeri otot dan persendian
3. Kerja oksitosik yaitu kontraksi pada otot rahim wanita hamil, terkenal sebagai obat
pengguguran.

Spasmolitik efektif untuk meredakan kecang malam di betis kaki. Efek samping kinin adalah
pada dosis biasa yaitu kinkonisme berupa nyeri kepala pusing, gangguan pendengaran
(berdengung) tremor,mual dan menggigil. Pada dosis tinggi atau penggunaan lama dapat terjadi
ketulaian dan gagguan penglihatan bahkan buta.

Dosis sebagai kurativum terhadap malaria yang resisten untuk clorokuin oral 3x sehari
600mg garam bisulfat p.c. selama lima hari. Di susul oleh primakuin 1x seminggu 45mg selama
6-8 minggu . pada  malaria tropika akut oral 3x sehari 600mg selama 7 hari. Pada malaria tropika
parah di mulai dengan injeksi i.v dari 20mg/kg BB garam kinin klorida.

 Klorokuin 

Klorokuin adalah senyawa 4-aminokinolin ini bekerja kuat dan cepat berkhasiat skizontisid
terhadap bentuk dara dari semua jenis malaria zat ini berdaya gametosit terhadap p.vivax  dan
p.malariae. Klorokuin merupakan obat pilihan pertama sebagai kurativum,karena dibandingkan
dengan kinin lebih cepat kerjanya dengan jangka terapi yang singkat selain itu clorokuin jga
berkhasiat anti ameba (amebisid) dan anti radang ( anti flogistis)

Efek samping pada dosis biasa bersifat agak serius, tetapi tidak sering terjadi Dan refersibel,
yaitu gangguan saluran cerna kejang-kejang sakit kepala, gatal-gatal, gangguan penglihatan
peruabaha mental dan kelaina dara pada dosis tinggi (lebih dari 200mg sehari) atau penggunaan
lama di atas 1 tahun .efeksamping nya lebih parah yaitu rambut rontok gangguan pendengaran
dan kerusakan mata pada anak-anak pengunaan dosis tungal melebihi 30mg/kg BB dapat
mengakibatkan keracunan fatal. Dosis biasa pada serangan akut oral permulaan 600mg pada
waktu makan,6jam kemudian 300mg,kemudian 1x sehari 300mg selama 2 hari bagi anak-anak
dosis awal 5mg/kg BB.

Mekanisme Obat Antimalaria :

1. Mekanisme Aksi Antimalaria Antimalaria yang memiliki struktur dasar kuinolin yaitu
kuinin, klorokuin, amodiakuin dan meflokuin. Untuk kelangsungan hidupnya
Plasmodium falciparum memerlukan zat makanan yang diperoleh dengan cara mencerna
hemoglobin. Hemoglobin yang dicerna selain menghasilkan asam amino yang menjadi
nutrient bagi parasit, juga menghasilkan zat toksik. Klorokuin dan antimalaria yang
mengandung cincin quinolin lainnya membentuk kompleks dengan ferry protoporphyrin
(FP IX) dalam vacuola. Kompleks obat-FP IX tersebut sangat toksik dan tidak dapat

4
bergabung membentuk haemozin. Toksin kompleks obat-FP IX meracuni vacuola
menghambat ambilan ( intake ) makanan sehingga parasit mati kelaparan.Kompleks
klorokuin-FP IX juga mengganggu permeabilitas membrane parasit.
Mekanisme kerja yang lain adalah dengan berinterkelasi dengan DNA parasit dan
menghambat DNA polimerase (kuinin). Klorokuin juga bersifat basa lemah sehingga,
masuknya klorokuin ke dalam vakuola makanan yang bersifat asam akan meningkatkan
pH organel tersebut. Perubahan pH akan menghambat aktivitas aspartase dan cysteinase
protease yang terdapat di dalam vakuola makanan sehingga metabolisme parasit
terganggu.
2. Antimalaria yang merupakan analog p-aminobenzoat dan dihidrofolat reduktase inhibitor
(DHFR) yaitu sulfonamida dan pirimetamin atau trimetoprim. Jalur sintesis asam folat
merupakan salah satu dari target kerja obat-obat antimalaria. Sejumlah obat antimalaria
merupakan analog dari p-aminobenzoat (PABA) dan dihidrofolat reduktase inhibitor.
Pada hewan tingkat tinggi folat didapati dari makanan Pada hewan tingkat tinggi folat
didapati dari makanan. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat sintesis folat.
Seperti pada bakteri, plasmodium harus mensintesis asam folat menggunakan PABA
sebagai metabolit yang penting. Asam folat direduksi menjadi asam tetrahidrofolat oleh
enzim dihidrofolat reduktase (DHFR).
3. Artemisin yaitu senyawa aktif yang terdapat di dalam Artemisia annua (Qing hao).
Artemisin adalah senyawa seskuiterpenlakton. Mekanisme kerjanya adalah dapat
berinteraksi dengan ferriprotoporphyrin IX (heme) di dalam vakuola makanan parasit
yang bersifat asam dan menghasilkan spesies radikal yang bersifat toksik. Jembatan
peroksida di dalam pharmacophore trioksan penting untuk aktivitas antimalarianya.
Struktur jembatan peroksida pada molekul artemisin dapat diputus oleh ion Fero yang
berasal dari hemoglobin, menjadi radikal bebas yang sangat reaktif, sehingga dapat
mematikan parasit. Selama pertumbuhan dan penggandaannya dalam sel darah merah,
parasit memakan dan menghancurkan sampai 80 persen sel hemoglobin inang dalam
bagian ruang yang dinamakan vakuola makanan. Ini akan melepaskan Fe2+-hem, yang
teroksidasi menjadi Fe3+-hematin, dan kemudian mengendap dalam vakuola makanan
membentuk pigmen kristal disebut hemozoin. Efek antimalaria dari artemisin disebabkan
oleh masuknya molekul ini ke dalam vakuola makanan parasit dan kemudian berinteraksi
dengan Fe2+-hem. Interaksi menghasilkan radikal bebas yang menghancurkan komponen
vital parasit sehingga mati.

2.2 Antiamuba

Antiamuba adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
mikro organisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal dengan
dysentri amuba. Amuba adalah parasit yang terdapat dalam makanan dan minuman yang
tercemar, kemudian tertelan oleh manusia, dan menetap di usus yang dapat menimbulkan infeksi
pada usus.

Bentuk amuba dan cara penularanya:

5
Penularan amubasis dapat melalui makanan yang tercemar Krista dewasa, tetapi dapat
juga terjadi melalui hubungan seks pada kaum homoseksual. Begitupula pada keadaan hamil,
malnutrisi dan penderita gangguan imunologi.

Bentuk pada amuba dibagi menjadi 3 yaitu :

a.       Bentuk kista


Bentuk kista merupakan bentuk yang tidak aktif dari amuba yang memiliki membran
pelindung yang ulet dan tahan getah lambung. Bentuk kista dibentuk dirongga usus besar.
Bentuk kista berukuran 10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista
dan ada inti entamoeba. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif.
b.      Bentuk minuta
Bentuk minuta merupakan bentuk trofozoit. Bentuk minuta adalah bentuk pokok. Tanpa
bentuk minuta daur hidup tidak dapat berlangsung. Bentuk minuta berukuran 10-20 micahkron.
Bila makanan terinfeksi oleh kista amuba masuk ke usus manusia, kista akan pecah dan
berkembang menjadi bentuk aktif yang disebut tropozoit, memperbanyak diri dengan
pembelahan dan hidup dari bakteri – bakteri kecil pada mukosa usus sehingga menimbulkan
kejang perut, diare berlendir dan darah.
c.       Bentuk histolika
Bentuk histolitika merupakan bentuk trofozoit. bentuk histolitikabersifat patogen dan
berukuran lebih besar dari minuta. Bentuk histolitika berukuran 20-40 mikron, mempunyai inti
entamoeba yang terdapat didalam endoplasma. Pergerakan bentuk histolitika dengan
pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma. Bentuk histolitika ini dapat hidup di jaringan usus
besar, hati, paru, otak, kulit, dan vagina.

Pada kasus tertentu tropozoid melewati dinding usus, berkembang menjadi 2 kali lebih
besar, lalu menerobos ke organ – organ lain (jantung, paru-paru, otak khususnya hati) disini
tropozoit hidup dari eritrosit dan sel-sel jaringan yang dilarutkan olehnya dengan jalan
fagositosis sehingga jaringan yang ditempatinya akan mati (nekrosis).

Penyakit yang disebabkan amuba umumnya menyerang usus. Dengan gejala diare
berlendir dan darah disertai kejang-kejang dan nyeri perut, serta mulas pada waktu buang air
besar. Bila pengobatannya tidak tepat penyakit ini dapat menjalar ke organ-organ lain khususnya
hati dan menyebabkan amubiasis hati yang berciri radang hati (hepatitis amuba)

Penggolongan obat amubiasid dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

         Amubiasid kontak atau lumen yaitu obat yang bekerja di lumen usus atau aktif terhadap
amubiasis intestinal. Ct: dihidroemetin dan emetin

6
         Amubiasid jaringan atau histolitika yaitu obat yang bekerja pada jaringan intestinum atau
organ lainnya. Ct: diloksanidfurocid dan antibiotika

         Amubiasid kombinasi yaitu efektif terhadap amubiasid lumen maupun jaringan. Ct: derivate
nitroimidazol seperti metronidazole dan nimorazole.

Penggolongan obat antiamuba dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:

         Obat amubiasid kontak, meliputi senyawa-senyawa metronidazol dan tinidazol, antibiotika
antara lain tetrasiklin dan golongan aminoglikosida.

         Obat amubiasid jaringan, meliputi senyawa nitro-imidazol (metronidazol tinidasol) yang
berkhasiat terhadap bentuk histolitika di dinding usus dan jaringan-jaringan lain. Obat golongan
ini merupakan obat pilihan dalam kasus amubiasis. Bila metronidazol dan tinidazol tidak efectif
dapat digunakan dihidroemetin.

Pengobatan penyakit amubiasis biasanya menggunakan antibiotic. Beberapa obat amubiasis


yang penting adalah :

a.       Emetin Hidroklorida

Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika, toksisnya relative tinggi terutama pada
otot jantung. Dosis untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari, anak – anak dibawah 8 th 10
mg/hari. Lama pengobatan 4-6 hari berturut – turut. Untuk orang tua dan orang yang sakit berat
dosisnya harus dikurangi, tidak dianjurkan pada wanita hamil, penderita gangguan jantung dan
ginjal. Emetin dan dehidroemetin efektif untuk pengobatan amubiasis hati

b.      Klorokuin

Obat ini merupakan amubisid jaringan, berkhasiat pada bentuk histolytica. Efek samping
dan efek toksisnya bersifat ringan antara lain mual, diare, muntah dan sakit kepala. Dosis untuk
orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3
minggu dan efektif untuk amubiasis hati

c.       Metronidazol

7
Metronidazol merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolytica dan
bentuk kista. Indikasi Infeksi amuba (amubiasis intestinalis, dan abses amuba hepar) juga infeksi
oleh trikomonas. Efek samping ringan, antara lain, mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang
dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi. Tidak di
ajurkan untuk wanita hamil dan menyusui.

Mekanisme kerja antiamuba :

 Kloroquin,sebagai antimalaria juga digunakan sebagai antiamuba


 Antibiotika
1) Eritromisin,bersifat bakteriostatik yang barkaitan dengan ribosom dan
menghambat tRNA-peptidadarilokasi asam amino kelokasi peptide.
2) Tetraksiklin,umumnya bersifat bakteriostatik dan merupakan bakteri yang
berspektrum luas
 Alkaloida Ipeka
Contoh : Emetin HCL,dan dehidroemetidind HCL
 Turunan Nitroimidazol,dibagi menjadi 2 kelompok :Turunan 2-nitromidazol dan
Turunan 5-nitroimidzol
 Turunan 8-hidroksikuinolon

2.3 Anthelmentika

Anthelmetika atau obat-obat anti cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan
cacing parasit yang ada dalam tubuh manusia dan hewan. Infeksi oleh cacing merupakan salah
satu penyakit yang paling umum tersebar di dunia, di Indonesia termasuk penyakit rakyat yang
umum dan sampai saat ini diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang
menderita infeksi cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara
masal dengan pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-momen
tertentu. 

   Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada juga yang
melalui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah, terutama bila sistim
pembuangan kotoran belum memenuhi syarat-syarat hygiene. Gejala penyakit cacing sering kali
tidak nyata. Umumnya merupakan gangguan lambung usus seperti mulas, kejang-kejang
kehilangan nafsu makanan,  pucat (anemia) dan lain – lain.

Pencegahannya sebenarnya  mudah sekali yaitu :

         Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan


         Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan dll)
         Mencuci tangan sebelum makanan

8
Pengobatan penyakit cacing, banyak anthelmintika memiliki kasiat yang spesifik terhadap
satu atau dua jenis cacing, hanya beberapa obat yang memiliki kasiat terhadap lebih banyak jenis
cacing (broat spektrum), misalnya mebendazol. Oleh karena itu pengebatan harus selalu
didasarkan atas diaknosis jenis cacing dengan jalan penelitian mikroskopis.

Jenis jenis penyakit cacing dapat pula dibagi dalam 3 kelompok yaitu, nematoda
(roundworm), cestoda (cacing pita), trematoda(cacing penghisap). Infeksi nematoda dapat dibagi
pula dalam infeksi saluran cerna dan infeksi jaringan. Berikut beberapa jenis infeksi cacing yang
sering terjadi di indonesia dan anthelmintik yang dapat digunakan terhadapnya.

a.       Ascariasis
Ascariasis lumbricoides atau cacing gelang (10-15cm), biasanya bermukim pada usus
halus. Infeksi cacing ini terutama pada anak anak sekolah, dan mengakibatkan obstruksi saluran
cerna atau hepatobiliary ascariasis.
Pengobatan, Obat pilihan pertama adalah mebendazo, albendazol, pirantel. Sering kali
kur harus di ulang dengan kur kedua karena tidak semua cacing atau telurnya dapat di
musnahkan pada tahap pertama. Anggota keluarganya juga mungkin pembawa kista untuk itu
penting sekali segera di obati.
b.      Oxyuriasis
Enterobius vermikularis atau cacing kermi yang biasanya terdapat dalam coecum,
menimbulkan gatal disekitar duburdan kejang hebat pada anak anak. Adakalanya infeksi ini
mengakibatkan radang umbai usus buntu akut(appendikcitis). Infeksi cacing kermi adalah infeksi
cacing satu-satunya yang penularanya berlangsung dari orang ke orang, sehingga semua anggota
keluarga harus di obati pula walaupun tidak menujukan gejala apapun.
Pengobatan. Mebendazol, albendazol, pirantel, merupakan obat pilihn pertama tapi oabt
tersebut tidak dapat mematikan telurnya sehinngga setelah dua minggu cacing yang menetas
harus dimatikan oleh kur yang kedua. Dan obat pilhan kedua adalah piperazin.

c.     Tieniasis
Cacing pita yang paling umum terdapat adalah taenia solium dan T. Saginata yang
banyak terdapat pada babi, sapi, dan juga ikan. Penularanya terjadi karena memakan daging yang
di masak belum cukup lama dan masih mengandung larva. T. Saginata dapat mencapai panjang
10 m, sedangkan T. Solium mecapai 6 m. Taenia sulit d basmi karena kepalanya (scolex) yang
realtif kecil dibenamkan ke dalam selaput lendir usus sehingga tidak bersentuhan dengan obat.
Terinfeksi dengan cacing dewasa umunya tidak menimbulkan gejala (asimtomatis)
Pengobatan. Pabat pilihan pertama pada taengia adalah praziquantel (10mg/kg dosis tunggal)
atau niklosamida (2x1g dengan selang waktu 2 jam).
d.      Ancylostomiasis (cacing tambang)
Ada dua jenis cacing tambang yaitu Nekator americanus (daerah amerika) dan ancylostoma
duodenale (daerah tropik/subtropik), dan panjangnya ± 10 mm. Cacing ini disebut cacing

9
tambang atau cacing terowongan karena terdapat di daerah tambang atau terowongan gunung.
Penularanya terjadi ketika larva yang memasuki kulit kaki yang luka dan menimbulkan reaksi
lokal. Setelah memasuki vena, larva menuju ke paru paru dan bronki, dan akhirnya ke saluran
cerna. Cacing tambang juga mengaitkan diri pada mukosa usus dan menghisap darah tuan rumah
dan menyebbabkan anemia.
Pengobatannya diarahnkan pada dua tujuan, yakni memperbaiki hematologik dan
memberantas cacing. Mebendasol dan pirantel merupakan obat pilihan pertama, yang sekaligus
bembasmi cacing gelang bila terjadi infeksi campuran.
e.     Thichiuriasis (cacing cambuk)
Thichuriasis umumnya terdapat di negara beriklim panas dan lembap. Cacing cambuk
biasanya terdapat di dalam coecum, dan bermukim di mukosa ileum dan colon dengan
menimbulkan kerusakan dan peradangan. Penularanya terjadi melalui makanan dan minuman
yang terinfeksi. Gejalanya pada anak kecil dapat berupa apendiksitis acut dan dapat juga timbul
anemia. Pengobatan efektif dengan mebendazol, pirantel dan albendazol.
f.      Filariasis (cacing benang)
Wucheria bancrofti atau caing benang merupakan nematoda dari famili filaria yang
menimbulak penyakit tropik yaitu kaki gajah. Infeksi cacing ini menimbulkan radang pembulu
limfa dan disusul oleh penyumbataan olr=eh cacing dewasa (panjangnya 8-10 cm). Penularanya
melalui nyamuk culex fatigans yang menyegat pada waktu malam.
Obat utama terhadap infeksi ini adalah Dietilkarbamazin. Kadangkala di perlukan
pembedahan untuk mempebaiki penyaluran getah bening dan membuang jaringan yang
berlebihan.

Obat-obat kemoterapi anthelmintika anticacing:

       Mebendazol (vermox), merupakan anthelmintikum berspekrum luas yang sangat evektif


terhadap cacing kermi, cacing kermi, gelang, pita, cambuk dan tambang. Obat ini banyak
digunakan sebagai monoterpi untuk penggunaan massal penyakit cacing, juga dengan dua atau
lebih jenis cacing. Efeksampingnya jarang terjadi berupa ganguan saluran cerna seperti sakit
perut dan diare. Obat ini tidak di anjurakan untuk ibu hamil dan anak anak di bawah usia 2
tahun.

Dosis dewasadan anak anak sama yaitu pada Oxyuriasis dosis tunggal dari 100 mg(=1 tablet),
pada waktu makan pagi. Kur diulang 14 hari kemudian. Pada infeksi cacing gelang, tambang,
pita, benang dan cambuk 2 dd 100 mg selama tiga hari, bila perlu di ulangi setelah tiga minggu.

       Albendazol, adalah juga derivat karbamat dari benzimidasol, berspekrum luas terhadap
asakaris. Oxyuris, taenia, ancylostoma, strongiloides dan trichuiris. Reapsopsi di usus buruk
tetepi masih lebih baik dari pada mebendazol. Efek samping berupa gangguan lambung-usus,
demam, rambut rontok dan exantema. Wanita hamil dan selama laktasi tidak di perbolehkan
menggunakan albendazol. Dosis pada echinococciosis di atas 6 tahun 15 mg/kg/hari dalam 2
dosis d.c., pada sacariasis, enterobiasis , encylostomiasis, tricuriasis anak dan dewasa dosis
tunggal 400 mg d.c., pada strongyloidiasis 1 dd 400 mg d.c., selama 3 hari.

10
        Pirantel (combantrin), derifat primidan ini berkasiat terhadap askaris, oxyuris, dan cacing
tambang tetapi tidak efektif terhadap cacing tambang. Mekanismme kerjanya melumpuhkan
cacing dengan menghambat penerusan implus neuromuskuler. Pirantel tidak dianjurkan untuk
wanita hamil dan anak di bawah 2 tahun. Pada cacing kermi dan gelang sekaligus 2-3 tablet dari
250 mg, anak anak ½-2 tablet sesuai usia 10 mg/kg. Pada cacing cambuk dosisnya sama dan
diberikan selama 3 hari.

Penggolongan obat anthelmentika berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi 5


kelompok :

1. Benzimidazol : Albendazol, Fenbendazol, Flubendazol dan Thiabendazol.


2. Imidathiazol : Levamisol dan Tetrahydropyrimidine (pyrantel).
3. Avermectin (Ivermectin) dan Milbemycin (Moxidectin).
4. Salicylanilide (Niclosamid) dan Nitrophenol.
5. Diclorvos dan Trichlorphon.

Mekanisme Obat Cacing :

 Merusak atau membunuh cacing secara langsung.


 Melumpuhkan cacing.
 Merusak kutikula cacing sehingga sistem pertahanan pejamu seperti pencernaan dan
imunitas mempengaruhi cacing.
 Mengganggu metabolisme cacing

11
Bab III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari materi adalah:

1. Antimalaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit
yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal (protozoa) yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan posisi menjungkit.
2. Penggolongan obat antimalaria :
 Obat-obat pencegah / profilaktika kausal yaitu: proguanil dan pirimetamin.
 Obat-obat penyembuh / pencegah demam = kurativum/ supresiva yaitu: kinin dan
klorokuin.
 Obat-obat pencegah kambuh= obat penyembuh radikal yaitu: primakuin.
 Obat-obat pembunuh gametosid= pencegah tersebarnya penyakit yaitu primakuin,
proguanil,pirimetamin, klorokuin.
3. Contoh obat-obat antimalaria yaitu:
 Kinin
 Kloroquin
4. Antiamuba adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
oleh mikro organisme bersel tunggal (protozoa) yaitu Entamoeba histolytica yang dikenal
dengan dysentri amuba. Amuba adalah parasit yang terdapat dalam makanan dan
minuman yang tercemar, kemudian tertelan oleh manusia, dan menetap di usus yang
dapat menimbulkan infeksi pada usus.
5. Penggolongan obat antiamuba dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
 Obat amubiasid kontak, meliputi senyawa-senyawa metronidazol dan tinidazol,
antibiotika antara lain tetrasiklin dan golongan aminoglikosida.
 Obat amubiasid jaringan, meliputi senyawa nitro-imidazol (metronidazol
tinidasol) yang berkhasiat terhadap bentuk histolitika di dinding usus dan
jaringan-jaringan lain. Obat golongan ini merupakan obat pilihan dalam kasus

12
amubiasis. Bila metronidazol dan tinidazol tidak efectif dapat digunakan
dihidroemetin.
6. Beberapa contoh obat antiamuba, yaitu :
 Emetin Hidroklorida
 Kloroquin
 Metrnidazol
7. Anthelmetika atau obat-obat anti cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan
cacing parasit yang ada dalam tubuh manusia dan hewan.
8. Penggolongan obat anthelmentika berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi 5
kelompok :
 Benzimidazol : Albendazol, Fenbendazol, Flubendazol dan Thiabendazol.
 Imidathiazol : Levamisol dan Tetrahydropyrimidine (pyrantel).
 Avermectin (Ivermectin) dan Milbemycin (Moxidectin).
 Salicylanilide (Niclosamid) dan Nitrophenol.
 Diclorvos dan Trichlorphon.
9. Mekanisme Obat Cacing :
 Merusak atau membunuh cacing secara langsung.
 Melumpuhkan cacing.
 Merusak kutikula cacing sehingga sistem pertahanan pejamu seperti pencernaan dan
imunitas mempengaruhi cacing.
 Mengganggu metabolisme cacing

3.2 saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Informasi Keperawatan, obat kemoterapi. http://yunindun.blogspot.com/2018/10/makalah-obat-


kemoterapi.html?m=1. Diakses pada 29 Mei 2021 puku 10.34 Wita.

Scribd, Antelmintik. https://www.scribd.com/doc/148884087/Antelmintik. Di akses pada 29 mei 2021


pukul 10.55 Wita.

Ifndavn, Kemoterapi Parasit. http://ifndalvn.blogspot.com/2018/12/kemoterapi-parasit.html?m=1. Di


akses pada 29 mei 2021 pukul 11.10 wita.

14

Anda mungkin juga menyukai