Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

ASKEP PASIEN DENGAN HIPERBILIRUBIN

DISUSUN OLEH:

1. DANANG
NIM. 1812040
2. DIAH PRAMESWARI
NIM. 1812043
3. LURY TRIJAYANTI NIM. 1812045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR
BAB I
KONSEP DASAR

1.1 DEFINISI
1.1.1 Pengertian

1
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum
(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat
menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1
mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Jadi, Hiperbilirubun adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam
darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.
Sesungguhnya hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi
baru lahir selama minggu pertama, karena belum sempurnanya metabolisme
bilirubin bayi. Ditemukan sekitar 25-50% bayi normal dengan kedaan
hiperbilirubinemia. Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut dengan
ikterus neonatorum merupakan warna kuning pada kulit dan bagian putih dari mata
(sklera) pada beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh penumpukan
bilirubin.
Gejala ini dapat terjadi antara 25%-50% pada seluruh bayi cukup bulan dan
lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Walaupun kuning pada bayi baru lahir
merupakan keadaan yang relatif tidak berbahaya, tetapi pad usia inilah kadar
bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistim saraf
pusat bayi.
1.1.2 Klasifikasi
a. Ikterus Fisiologik
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang
tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang
memiliki karakteristik sebagai berikut menurut (Hanifah, 1987), dan (Callhon,
1996),(Tarigan, 2003) dalam(Schwats, 2005) :
1. Timbul pada hari kedua - ketiga.
2. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
4. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.

2
5. Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologis tertentu.

b. Ikterus Patologik
Menurut (Tarigan, 2003) adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi
bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai
hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia
bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi
kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. Karakteristik
Hiperbilirubinemia sebagai berikut Menurut (Surasmi, 2003) :
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan dan 12,5
mg% pada neonatus cukup bulan.
4. Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim
G6PD dan sepsis).
5. Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.

c. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus, hipokampus, nukleus
merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada
neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) dan
disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada
otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang terjadi
secara kronik.

1.1.3 Uji Kramer

3
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk
penilaian ikterus, Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian yang
di mulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai
tumit, tumit pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta tangan
termasuk telapak kaki dan telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain
lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor di sesuaikan dengan
angka rata-rata dalam gambar. Cara ini juga tidak menunjukkan intensitas ikterus
yang tepat di dalam plasma bayi baru lahir. Nomor urut menunjukkan arah
meluasnya ikterus.

Tabel. Derajat ikterus pada neonatus menurut kramer


Derajat Daerah Ikterus Perkiraan
Ikterus kadar
bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%

4
II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
III Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga 11,4 mg/dl
tungkai atas (di atas lutut)
IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl

1.2 ETIOLOGI
a. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
b. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
c. Gangguan konjugasi bilirubin.
d. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya
perdarahan tertutup.
e. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
f. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi
toxoplasma. Siphilis.

1.3 PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel
hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan
kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau
pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar
bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam
air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis
pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang

5
terjadi di otak disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin
indirek lebih dari 20mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak
hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melalui
sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia,
dan hipoglikemia. (Markum, 1991)

Pathways

6
Ikterik neonatus

Ikterik neonatus

Hipertermi

Hipovolemi

Kekurangan intake cairan Hipertermia

Hipovolemi

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
o Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari
14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan
yang tidak fisiologis.
o Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
o Protein serum total.

7
b. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
c. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan
atresia billiari.

1.5 PENATALAKSANAAN
a. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian
ASI).
b. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya
sulfa furokolin.
c. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
d. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.
Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat
meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam empedu.
Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
e. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
f. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan
berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan
oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
g. Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.
h. Terapi Obat-obatan
Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati
yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk
mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.

BAB II

8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas
Meliputi : Nama, No. RM, tempat/tanggal lahir, umur,jenis kelamin,anak-ke,
alamat.
2.1.2 Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya keadaan umum lemah ,  TTV tidak stabil terutama suhu tubuh.
Reflek hisap menurun, BB turun, pemeriksan tonus otot (kejang/tremor).
Hidrasi bayi mengalami penurunan, kulit tampak kunin, sclera mata kuning,
perubahan warna pada feses dan urine (Cecely Lynn Betz, 2009).
b. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ibu dengan rhesus (-) atau golongan darah O dan anak yang
mengalami neonatal icterus yang dini, kemungkinan adanya
erytrolastosisfetalis (Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan darah suspect
sph). Ada saudara yang menderita penyakit hemolitik bawaan atau icterus
(Haws Paulettet, 2007).
c. Riwayat kehamilan
Ketuban pecah dini, kesukaran dengan manipulasi berlebihan merupakan
predisposisi terjadinya infeksi.
Pemberian obat anastesi, analgesic yang berlebihan akan mengakibatkan
gangguan nafas (hypoksia), asidosis akan menghambat konjugasi bilirubin.
Bayi dengan APGAR score rendah memungkinkan terjadinya (hypoksia),
asodosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin
Kelahiran premature berhubungan dengan prematuritas organ tubuh hepar.
(Haws Paulette , 2007)
2.1.3 Pemeriksaan Fisik
1 Keadaan umum KU cukup, Kesadaran : CM
2 Tanda-tanda vital N: 120-160x/menit RR:40x/menit S : 36,5-37o C
3 Antropometri BB TB LK
4 Pernafasan/Respirasi Tanpak icterus, ditemukan peningkatan frekuensi
nafas/takikardi
Vesikuler, ronkhi -|-, wheezing -|-, slym (-)

9
5 Kardiovaskuler/Sirkulas S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-), JVP tidak
i meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
6 Persyarafan/Neurologik GCS 4 5 6, sklera tampak kekuningan
7 Perkemihan – Eliminasi Jenis kelamin perempuan, warna urin kuning pekat
(Uri/Genitourinaria)
8 Pencernaan – Eliminasi Perut buncit, muntah, mencret merupakan akibat
(Alvi/Gastrointestinal) gannguan metabolism bilirubin enterohepatic.
Feses berwarna pucat seperti dempul atau kapur
akibat gangguan hepar atau atresia saluran empedu
9 Tulang, Otot, Integumen Tampak ikterik, dehidrasi ditunjukan pada turgor
kulit menurun, elastisitas menurun, tonus otot
lemah

2.2 DIAGNOSA
a. Ikterik neonatus b.d. keterlambatan pengeluaran feses (meconium)
b. Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan
c. Hipertermia b.d terpapar lingkungan panas.

2.3 INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
1 Ikterik neonatus NOC NIC
b.d. keterlambatan Setelah dilakukan 1. Kaji ulang riwayat
pengeluaran feses tindakan keperawatan maternal dan bayi
(mekonium) selama 1x24 jam mngenai adanya
diharapkan integritas factor resiko
jaringan kembali baik / terjadinya
normal. hiperbilirubin
Integritas jaringan : 2. Observasi tanda-tanda
Kulit dan membrane kuning
mukosa 3. Periksa kadar serum
Kriteria Hasil : bilirubin, sesuai
 Integritas kulit yang kebutuhan, sesuai
baik bisa protocol atau
dipertahankan permintaan dokter.
 Tidak ada luka / lesi 4. Edukasi keluarga

10
pada kulit mengenai prosedur
 Perfusi jaringan baik dan perawatan
 Menunjukkan fototerapi
pemahaman dalam 5. Tutupi kedua mata
proses perbaikan bayi , hindari
kulit dan mencegah penekanan yang
terjadinya cedera berlebihan.
berulang 6. Buka penutup mata
 Mampu melindungi setiap 4jam atau
kulit dan ketika lampu
mempertahankan dimatikan.
kelembaban kulit 7. Monitor edema pada
dan perawatan alami mata , drainase dan
warna
8. Tempatkan lampu
fototerapi diatas bayi
dengan tinggi yang
sesuai.
9. Cek intensitas lampu
setiap hai
10. Ubah posisi bayi
setiap 4 jam per
protocol.
11. Monitor kadar serum
bilirubin per protocol
atau sesuai dengan
permintaan dokter.
12. Dorong keluarga
untuk berpartisipasi
dalam terapi sinar.
2 Hipovolemia b.d. NOC Fluid management
kekurangan intake Setelah dilakukan 1. Timbang
cairan tindakan keperawatan popok/pembalut jika

11
selama 1x24 jam di perlukan
kebutuhan cairan 2. Pertahankan catatan
terpenuhi intake dan output
Kriteria Hasil : yang akurat
 Mempertahankan 3. Monitor status hidrasi
urine output sesuai (kelembaban
dengan usia dan BB, membran mukosa,
BJ urine normal, HT nadi adekuat, tekanan
normal darah ortostatik), jika
 Tekanan darah, nadi, diperlukan
suhu tubuh dalam 4. Monitor vital sign
batas normal 5. Monitor masukan
 Tidak ada tanda makanan / cairan dan
tanda dehidrasi, hitung intake kalori
Elastisitas turgor harian
kulit baik, membran 6. Kolaborasikan
mukosa lembab, pemberian cairan IV
tidak ada rasa haus 7. Monitor status nutrisi
yang berlebihan 8. Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
9. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
10. Kolaborasi dengan
dokter
3 Hipertermia b.d NOC NIC
terpapar Setelah dilakukan Fever treatment
lingkungan panas. tindakan keperawtan 1. Monitor suhu
selama 2 x 24 jam sesering mingkin
diharapkan suhu dalam 2. Monitor warna dan
rentang normal. suhu kulit
 Termoregulation 3. Monitor tekanan
Kriteria hasil : darah, nadi, dan

12
 Suhu tubuh dalam respirasi
rentang normal 4. Monitor intake dan
 Nadi dan respirasi output
dalam batas normal
 Tidak ada perubahan
warna kulit

BAB III
KASUS SEMU

1.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas
No. Rekam Medis : 48.08.14 Orang tua/wali
Nama Klien : By. I Nama ayah/Ibu: Tn. S/Ny. I

13
Tempat/Tanggal Lahir : 17 Februari 2019 Pekerjaan ayah : Wiraswasta/IRT
Umur : 4 hari Pendidikan : Sarjana/Sarjana
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat ayah :Ds. Gedog rt. 2 rw 5
Sananwetan Blitar
Dx Masuk : Neonatal Jaundice
Tgl. MRS : 21 Februari2019
Tgl. Pengkajian : 21 Februari 2019
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : badan bayi berwarna kuning hari ke 2
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : bayi lemah, muntah dan tampak kuning di
seluruh permukaan tubuh.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
1. Prenatal
ANC teratur ke bidan, obat-obatan (-), APB dan placenta previa.
2. Perinatal
Bayi lahir dengan secsio caesarea, BBL: 2800 gram, lahir langsung
menangis,biru (-), kuning (-)
3. Post natal
Kuning (+) hari ke 3
4. Injuri/kecelakaan : tidak ada
5. Alergi : tidak ada
6. Penyakit yang pernah diderita : -
7. Imunisasi : Hb 1 (+)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita
hiperbilurubin

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


1 Keadaan umum KU sedang, Kesadaran : CM
2 Tanda-tanda vital N : 135 x/menit RR : 50x/menit S : 38,5o C
3 Antropometri BB : 2900 gram PB : 50 cm LK : 34
4 Pernafasan/Respirasi Tampak ikterus, takikardi (+), dada icterus (+)
Vesikuler, ronkhi -|-, wheezing -|-, slym (-)
5 Kardiovaskuler/Sirkulas S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-), JVP tidak
i meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
6 Persyarafan/Neurologik GCS 4 5 6, sklera tampak kekuningan

14
7 Perkemihan – Eliminasi warna urine bayi  gelap
(Uri/Genitourinaria)
8 Pencernaan – Eliminasi Perut buncit, BAB berwarna pucat
(Alvi/Gastrointestinal)
9 Tulang, Otot, Integumen Tampak ikterik, Turgor kulit >2  detik, elastisitas
menurun
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Hb : 16,4 g/dl
Lekosit :11.100
Trombosit : 269.000
Ht :50 %
Diffcount : 0/0/9/38/38/15
Bilirubin Direct : 0,4 mg/dl
Bilirubin Total :13,5 mg/dl
3.1.5 Terapi
IVFD : KA-EN 1 B 12 tpm
Fototerapi 2 x 24 jam (2 seri)
ASI/SF 8x (30-60) cc

2.4 ANALISA DATA


Data fokus Masalah keperawatan Etiologi

DS: Ikterik Neonatus Keterlambatan pengeluaran


Ibu mengatakan anaknya feses (meconium)
anaknya kuning

15
 
DO:
1.       Warna kulit dan kuku
bayi kuning jaundice
2.       Warna sklera bayi
tampak ikteri
Bilirubin Total 13,5 mg/dl
3.       Turgor kulit >2  detik
4.       Kulit bayi tampak
kering
5. bab berwarna pucat
6.       Tampak lesi di kulit
DS:- Hipovolemi Kekurangan intake cairan
DO:
1.       bayi sering muntah
2.       Turgor kulit >2  detik
3.       Bayi tampak lemas,
tidak mau menyusu
4. Nadi 135 x/mnt
DS: Hipertermi Terpapar lingkungan panas.
Ibu bayi mengatakan
bayinya rewel dan panas
 
DO:
1. Suhu :38,5⁰C.
2.       Kulit bayi tampak
kering
3.       Kulit teraba hangat
4. mukosa bibir kering
5. Bayi diberikan fototerapi

2.5 DIAGNOSA
a. Ikterik neonatus b.d keterlambatan pengeluaran feses (mekonium)
b. hipovolemi b.d. kekurangan intake cairan

16
c. Hipertermi b.d terpapar lingkungan panas.

2.6 INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
1 Ikterik neonatus NOC NIC
b.d. keterlambatan Setelah dilakukan 1. Kaji ulang riwayat
pengeluaran feses tindakan keperawatan maternal dan bayi
(mekonium) selama 1x24 jam mngenai adanya
diharapkan integritas factor resiko
jaringan kembali baik / terjadinya
normal. hiperbilirubin
Integritas jaringan : 2. Observasi tanda-
Kulit dan membrane tanda kuning
mukosa 3. Periksa kadar serum
Kriteria Hasil : bilirubin, sesuai
 Integritas kulit yang kebutuhan, sesuai
baik bisa protocol atau
dipertahankan permintaan dokter.
 Tidak ada luka / lesi 4. Edukasi keluarga
pada kulit mengenai prosedur
 Perfusi jaringan baik dan perawatan

 Menunjukkan fototerapi

pemahaman dalam 5. Tutupi kedua mata

proses perbaikan bayi , hindari

kulit dan mencegah penekanan yang

terjadinya cedera berlebihan.

berulang 6. Buka penutup mata

 Mampu melindungi setiap 4jam atau

kulit dan ketika lampu

mempertahankan dimatikan.

kelembaban kulit 7. Monitor edema pada

dan perawatan alami mata , drainase dan


warna

17
8. Tempatkan lampu
fototerapi diatas bayi
dengan tinggi yang
sesuai.
9. Cek intensitas lampu
setiap hai
10. Ubah posisi bayi
setiap 4 jam per
protocol.
11. Monitor kadar serum
bilirubin per protocol
atau sesuai dengan
permintaan dokter.
12. Dorong keluarga
untuk berpartisipasi
dalam terapi sinar.
2 Hipovolemia b.d. NOC Fluid management
kekurangan intake Setelah dilakukan 1. Timbang
cairan tindakan keperawatan popok/pembalut jika
selama 1x24 jam di perlukan
kebutuhan cairan 2. Pertahankan catatan
terpenuhi intake dan output
Kriteria Hasil : yang akurat
 Mempertahankan 3. Monitor status hidrasi
urine output sesuai (kelembaban
dengan usia dan BB, membran mukosa,
BJ urine normal, HT nadi adekuat, tekanan
normal darah ortostatik), jika
 Tekanan darah, nadi, diperlukan
suhu tubuh dalam 4. Monitor vital sign
batas normal 5. Monitor masukan
 Tidak ada tanda makanan / cairan dan
tanda dehidrasi, hitung intake kalori

18
Elastisitas turgor harian
kulit baik, membran 6. Kolaborasikan
mukosa lembab, pemberian cairan IV
tidak ada rasa haus 7. Monitor status nutrisi
yang berlebihan 8. Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
9. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
10. Kolaborasi dengan
dokter

Daftar Pustaka

T.H Herman, S. kamitsuru, NANDA 1 Diagnosis Keperawatan Edisi 11, Jakarta : EGC
Bulchcheck, butcher,Dochterman,wagner, Nursing interventions classification edisi
keenam, Yogyakarta : mocomedia
Moorhead, Johnson, maas, swanson, Nursing Outcomes Classification Edisi Kelima,
Yogyakarta ; Mocomedia

19

Anda mungkin juga menyukai