Jawa Timur berada di 111,0’ - 114,4’ Bujur Timur dan 7,12’ – 8,48’ Lintang Selatan, daratan
mencapai 90% dengan luas seluruh wilayah 47.154,70 km.
Dengan jumlah penduduk 38.847.561 jiwa
Terdapat 446 Pulau bernama (18 Pulau berpenghuni) dan memiliki 48 Gunung (7 Gunung
Berapi masih aktif : Gunung Bromo, Semeru, Kelud, Raung, Ijen, Arjuno & Gunung
Lamongan)
serta merupakan Satuan Wilayah Sungai (SWS) : SWS Bengawan Solo, Brantas, Welang –
Rejoso, Pakelan –Sampean, Baru - Bajul mati , Bondoyudo – Bedadung dan SWS Madura.
Apa itu Bencana?
UN-ISDR (2000)
“Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian
yang meluas pada kehidupan manusia dari segi
materi, ekonomi atau lingkungan, dan gangguan
itu melampaui kemampuan masyarakat yang
bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya mereka sendiri”.
UU No. 24/2007 : PB
“Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yg disebabkan, baik faktor alam, non alam
maupun manusia, shg menyebabkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis”.
UU NO. 24/2007 BAB I: KETENTUAN UMUM, PASAL 1
(5) Kekeringan,
Berdasar terjadinya:
(6) Angin topan, 1) Perlahan (slow onset)
(7) Tanah longsor 2) Mendadak (sudden /
Bencana Non-Alam quick onset)
(8) Gagal teknologi,
Berdasar aspek penyebabnya:
(9) Gagal modernisasi,
1) Geologi
(10) Epidemi,
2) Hidrometeorologi
(11) Wabah penyakit
3) Biologi
Bencana Sosial
4) Teknologi
(12) Konflik sosial antarkelompok
(13) Teror
Tanpa Peringatan
BANJIR
BANJIR BANDANG
GELOMBANG EKSTRIM
GEMPABUMI
KEGAGALAN TEHNOLOGI
KEKERINGAN
EPIDEMI/WABAH
LETUSAN G BERAPI
CUACA EKSTRIM
Ada Peringatan
TANAH LONGSOR
TSUNAMI
KEBAKARAN HUTAN & LAHAN
1. Bukan hanya tanggap darurat tetapi juga keseluruhan manajemen risiko &
pembangunan.
2. Perlindungan sebagai bagian hak asasi dan bukan semata kewajiban
pemerintah.
3. Dengan demokratisasi dan otonomi daerah PB menjadi tanggungjawab Pemda
& masyarakat.
4. PB bukan hanya tanggungjawab pemerintah tetapi juga urusan bersama
masyarakat.
PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN BENCANA
(Undang Undang 24 Tahun 2007 tentang PB)
1. PRA BENCANA
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan
pemberdayaan masyarakat pada pra bencana serta pengurangan resiko bencana.
2. TANGGAP DARURAT BENCANA
Mengkoordinasikan, melaksanakan dan komando pada saat tanggap darurat bencana serta dukungan
logistik.
3. PASCA BENCANA
Mengkoordinasi dan melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi serta pemulihan sosial ekonomi pasca
bencana
U.U. NO. 24/2007
Pasal 7
BENCANA YANG MENDOMINASI KEJADIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR PENYEBABNYA ADALAH BENCANA
HIDROMETEOROLOGI
BENCANA LAINNYA SEPERTI GEMPA BUMI, TSUNAMI KEKERINGAN LETUSAN GUNUNG BERAPI, TANAH LONGSOR SEBESAR
23,42 %,
SEBAGIAN DI 664 (ENAM RATUS ENAM PULUH EMPAT) KECAMATAN SEBAGIAN DI 8505 (DELAPAN RIBU LIMA RATUS LIMA)
DESA/KELURAHAN
BERDAMPAK PADA SEBAGIAN JUMLAH PENDUDUK 19.172.610 LAKI-LAKI DAN 19.674.951 PEREMPUAN, JUMLAH PENDUDUK
38.847.561 (SUMBER DATA : www.jatim.bps.go.id)
SESUAI DENGAN KLASIFIKASI TINGKAT RESIKO BENCANA, BAIK TINGGI, SEDANG DAN RENDAH.
1. UU NO 24 TAHUN 2007
TTG PENANGGULANGAN
BENCANA.
2. UU NO 7 tahun 2012
ttg konflik sosial
3. UU NO 29 TAHUN 2014
TENTANG PENCARIAN
DAN PERTOLONGAN.
SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA
LEGISLASI
PENGEMBANGAN KAPASITAS
BNPB
BPBD Provinsi
PUSAT /BNPB
PRA BENCANA
KOORDINASI
SEKTOR SAMPING/
SATKER PROV
SAAT TERJADI BENCANA
TAHAP REHABILITASI &
SATLAK KAB/KOTA
REKONSTRUKSI
LSM / SWASTA
PRA BENCANA
PELAKSANA TERINTERGRASI SAAT TERJADI BENCANA
TAHAP REHAB & REKONS
f. Pengumpulan & Penyaluran Bantuan Berupa Uang Dan/Atau Barang Serta Jasa Lain
Yang Diperuntukkan Untuk PB, Termasuk Pemberian Ijin Pengumpulan Sumbangan
Resiko Bencana (disaster) merupakan fungsi dari
bahaya, kerentanan, dan kemampuan suatu daerah.
R= HxV/C
R (isk) = Risiko
H (azard) = Bahaya
V (ulnerability) = kerentanan
C (apacity) = kemampuan
BAHAYA (HAZARD)
Faktor-faktor Kerentanan
Kebijakan : Adanya kebijakan pembangunan yang tidak mempertimbangkan PRB, tidak
ada kebijakan PRB
Fisik : Prasarana dasar, konstruksi, bangunan
Ekonomi : Kemiskinan, penghasilan, nutrisi,
Sosial : Pendidikan,kesehatan, politik, hukum, kelembagaan
Lingkungan: tanah,air, tanaman, hutan, lautan
Bahaya dan Kerentanan
Pemicu
Bahaya
Kerentanan
Kegiatan-kegiatan Manajemen Bencana
1. Pencegahan (prevention)
2. Mitigasi (mitigation)
3. Kesiapan (preparedness)
4. Peringatan Dini (early warning)
5. Tanggap Darurat (response)
6. Bantuan Darurat (relief)
7. Pemulihan (recovery)
8. Rehablitasi (rehabilitation)
9. Rekonstruksi (reconstruction)
Konteks Pembanguan Berkelanjutan
Pengembangan Penerapan upaya-2
SOSIOKULTURAL FAKTOR-FAKTOR
PERINGATAN
KESIAPAN
DINI
Pengurangan Risiko
PENANGGULANGAN
RISIKO pengetahuan
PEMULIHAN
E
· Manajemen lingkungan
•
Pengamatan
Fokus Pengurangan Risiko Bencana Kajian berkala
K
·
· Informasi
KEDARURATAN
Praktik-2 pembangunan
Kerentanan
• PerbaikanO
MENDORONG
Analisis •• •Sistem· sosial
Kajian
peringatan dini
ekonomi (termasuk
Pendidikan,
kilat
S
·SosialPenguatan
KESADARAN
perubahan • Manajemen
pemberantasan informasi
perilaku PENGEMBANGAN
Transmisi • • pelatihan
Pencarian
Pemulihan
Y dan
kemiskinan, fungsi
mata
PENGETAHUAN
·Ekonomi
• Mekanisme S
·pencaharian,
Penelitian tanggap
P FAKTOR- Pengambilan •penyelamatan
Rehabilitasi
darurat T
mekanisme
O FAKTOR
ANALISIS
·Fisik
• keuangan, kesehatan,
Evakuasi
RISIKO
KERENTANAN &
KEMAMPUAN keputusan • •Manajemen
KOMITMEN
E
Pembangunan kembali
koordinasi
pertanian, dll)
·Lingkungan
IDENTIFIKASI RISIKO &
L • Penyediaan M
Kerentanan KAJIAN DAMPAK POLITIK · kebutuhan
I ANALISIS &
Penyiaran • Upaya-2
Pengerahan fisik dan teknis
T Bahaya
PEMANTAUAN
pokok(perencanaan tata guna
L
I
ANCAMAN
TIndakan• sumberdaya kota/lahan, perlindungan
Pemulihan I sarana dan
K PERINGATAN
Bahaya
• Komitmen
Rencana
sarana politik
kedaruratan
kritis
N kunci
· pelayanan
A DINI
·Geologis
PENERAPAN
Tingkat
·
• Pelatihan internasional,
Jejaringan & kemitraan
G dan gladi
L UPAYA-2 regional, nasional, lokal
KESIAPAN
·Hidrometeorologis
•
· Kerangka
PENGURANGAN
K
JaringanKelembagaan
U
nasional dan
RISIKO internasional
·Biologis
(pemerintahan)
N
· Pengembangan
G kebijakan
PENANGGULANGAN
KEDARURATAN
PEMULIHAN
·Teknologis
· Aturan & APerundang-undangan
· Pengembangan
·Lingkungan N organisasi
· Aksi masyarakat
EKONOMIK
Penanggulangan Bencana Dalam PRIORITAS
Konteks Pembanguan Berkelanjutan RAN-PRB ….
SOSIOKULTURAL
E 1.1.
Fokus Pengurangan Risiko Bencana K Kebijakan
Kebijakan&&
MENDORONG
O kelembagaan
kelembagaan
KESADARAN S
perubahan
PENGEMBANGAN Y 2.2.
perilaku
PENGETAHUAN
S Identifikasi,
Identifikasi,
P FAKTOR- T analisis
analisisrisiko,
risiko,
ANALISIS
O FAKTOR KERENTANAN & E peringatan
peringatandinidini
RISIKO KEMAMPUAN IDENTIFIKASI RISIKO & KOMITMEN
L KAJIAN DAMPAK POLITIK M
Kerentanan ANALISIS & 3.3.
I PEMANTAUAN Pendidikan
Pendidikan&&
T Bahaya ANCAMAN L budaya
budaya
I I keselamatan
keselamatan
K PERINGATAN N
A DINI
PENERAPAN G 4.4.
L UPAYA-2 K Mengatasi
KESIAPAN PENGURANGAN Mengatasiakar
akar
U masalah
RISIKO masalah
N risiko
risiko
PENANGGULANGAN G
KEDARURATAN 55
PEMULIHAN A
N Kesiapan
Kesiapan
tanggap
tanggapdarurat
darurat
EKONOMIK
Dasar Hukum Penanggulanagn Bencana
• Undang‐undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723)
• Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
• Peraturan Pemerintah nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Otonom (Lembar Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
• Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
• Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas Dan Fungsi kementerian Negara Serta Susunan
Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
• Peraturan Menteri Kesehaan Nomor 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan;
• Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kapolri Nomor 1087/Menkes/SKB/IX/2004
dan nomor Pol. : Kep/40/IX/2004 tentang Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati pada Bencana Massal
PERAN KLASTER KESEHATAN
DALAM
PENGELOLAAN BENCANA
TUGAS KLASTER KESEHATAN
PELAYANAN KESEHATAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
PENYEHATAN LINGKUNGAN
LAYANAN
KESEHATA
N
LOGISTIK KESEHATAN
KESEHATA JIWA
N
GIZI DVI
KIA
Struktur Organisasi Klaster Kesehatan
KOORDINAT
OR
Sub Klaster
Sekretariat Logistik
Kesehatan
Lanjut
KEGIATAN KLASTER KESEHATAN
(2) TANGGAP
KEGIATAN PRA BENCANA PASCA BENCANA
DARURAT
Pelaksanaan Bila memungkinkan
melakukan kegiatan
Pelaksanaan Serah terima
bersama seperti penyusunan
sesuai rencana kepada penanggung
pedoman atau prosedur
yang ditetapkan jawab wilayah
tetap/SOP, peningkatan
kapasitas, gladi .
Pemantauan, monitoring dan monitoring ,
Evaluasi, evaluasi bersama, evaluasi dan
Pembelajara Berbagi hasil monitoring pembelajaran pembelajaran upaya
n dan dan evaluasi implementasi hasil klaster pada saat
Pelaporan dan dampak, pelaporan implementasi dan tanggap darurat,
dampak, pelaporan
pelaporan berjenjang
Bagaimana ?
SISTEM
KOORDINASI PEMBINAAN DAN
KOLABORASI
INTEGRASI
PENGGUNAAN
KLASTER
KESEHATAN
KAJIAN
TANGGAP PASCA
RESIKO PRA BENCANA
DARURAT BENCANA
BENCANA
BNPB - Melaksanakan Merencanakan
BPBD RENKON REHAB-
Identifikasi - Menyusun - Mengaktifkan REKON
HAZARD – RENKON KLASTER
KERENTANA - Melatih dan - Melaksanakan Melaksanakan
SEMUA N– menguji KONTIJENSI REHAB-
KLASTER KAPASITAS RENKON - Mengaktifkan REKON
SUB KLASTER FASKES
KAJIAN
TANGGAP PASCA
RESIKO PRA BENCANA
DARURAT BENCANA
BENCANA
KLASTER Menyusun
KESEHATA rencana respon
N medis pada
Kajian hazard bencana sebagai - Mengaktifkan
- kerentanan lampiran Melaksanakan
SUB KLASTER
masyarakat - RENKON - Melaksanakan REHAB-
kapasitas pada REKON
RESPON
sisi kesehatan FASKES
SUB Peningkatan MEDIS
KLASTER kapasitas dan
KESEHATA sistem
N
KONSEP RENCANA KONTIJENSI
(konsekuensi pendekatan klaster)
EVA
L UA INDENTIFIKASI DAN
SI
INVENTARISASI
SIMULASI / UJI KAPASITAS SUB
PEDOMAN KERJA KLASTER
EVALUASI
EVA
LU
L U ASI ASI
EVA
TTX KOLABORASI
Aspek Etik dan Legal dalam Keperawatan Bencana
Menurut Veenema (2012) menyatakan aspek dan isu etik tersebut meliputi :
Perawat sebagai bagian dari petugas kesehatan yang ikut dalam penanggulangan
bencana dapat berada di berbagai tempat seperti di rumah sakit, di pusat evakuasi, di klinik
berjalan atau di puskesmas.
Peran Perawat di Rumah Sakit yang terkena Dampak Bencana
1. Sebagai manager, perawat mempunyai tugas antara lain: mengelola pelayanan gawat
darurat, mengelola fasilitas, peralatan, dan obat-obatan live saving, mengelola
administrasi dan keuangan ugd, melaksanakan pengendalian mutu pelayanan gadar,
melakukan koordinasi dengan unit RS lain.
2. Sebagai Leadership, memiliki tugas untuk: mengelola tenaga medis, tenaga
keperawatan dan tenaga non medis, membagi jadwal dinas.
3. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver), perawat harus melakukan
pelayanan siaga bencana dan memilah masalah fisik dan psikologis yang terjadi pada
pasien
Peran Perawat di Pusat Evakuasi
Peran perawat di klinik berjalan (mobile clinic) adalah melakukan: triage, penanganan
trauma, perawatan emergency, perawatan akut, pertolongan pertama, kontrol infeksi,
pemberian supportive, palliative.
Peran Perawat di Puskesmas
Peran perawat di puskesmas saat terjadi bencana adalah melakukan: perawatan pasien
ringan, pemberian obat ringan, merujuk pasien.
Lingkup Peran dan Tanggung Jawab Penanggulangan Bencana