Anda di halaman 1dari 58

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA

Sandi Alfa Wiga Arsa, S.Kep., Ns., M.Kep


Gambaran Umum Wilayah
PROVINSI JAWA TIMUR

 Jawa Timur berada di 111,0’ - 114,4’ Bujur Timur dan 7,12’ – 8,48’ Lintang Selatan, daratan
mencapai 90% dengan luas seluruh wilayah 47.154,70 km.
 Dengan jumlah penduduk 38.847.561 jiwa
 Terdapat 446 Pulau bernama (18 Pulau berpenghuni) dan memiliki 48 Gunung (7 Gunung
Berapi masih aktif : Gunung Bromo, Semeru, Kelud, Raung, Ijen, Arjuno & Gunung
Lamongan)
 serta merupakan Satuan Wilayah Sungai (SWS) : SWS Bengawan Solo, Brantas, Welang –
Rejoso, Pakelan –Sampean, Baru - Bajul mati , Bondoyudo – Bedadung dan SWS Madura.
Apa itu Bencana?
UN-ISDR (2000)
“Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian
yang meluas pada kehidupan manusia dari segi
materi, ekonomi atau lingkungan, dan gangguan
itu melampaui kemampuan masyarakat yang
bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya mereka sendiri”.

UU No. 24/2007 : PB
“Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yg disebabkan, baik faktor alam, non alam
maupun manusia, shg menyebabkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis”.
UU NO. 24/2007 BAB I: KETENTUAN UMUM, PASAL 1

 Bencana Alam Berdasar jenisnya:


 (1) Gempa bumi, 1) Alam
 (2) Tsunami, 2) Non alam / ulah manusia
 (3) Gunung meletus, 3) Konflik Sosial
 (4) Banjir,

 (5) Kekeringan,
Berdasar terjadinya:
 (6) Angin topan, 1) Perlahan (slow onset)
 (7) Tanah longsor 2) Mendadak (sudden /
 Bencana Non-Alam quick onset)
 (8) Gagal teknologi,
Berdasar aspek penyebabnya:
 (9) Gagal modernisasi,
1) Geologi
 (10) Epidemi,
2) Hidrometeorologi
 (11) Wabah penyakit
3) Biologi
 Bencana Sosial
4) Teknologi
 (12) Konflik sosial antarkelompok

 atau antar komunitas


5) Lingkungan
 masyarakat,

 (13) Teror
Tanpa Peringatan

BANJIR
BANJIR BANDANG
GELOMBANG EKSTRIM
GEMPABUMI
KEGAGALAN TEHNOLOGI

KEKERINGAN
EPIDEMI/WABAH
LETUSAN G BERAPI
CUACA EKSTRIM
Ada Peringatan

TANAH LONGSOR

TSUNAMI
KEBAKARAN HUTAN & LAHAN

Musiman Tidak Tentu


Perubahan paradigma Penanggulangan Bencana

1. Bukan hanya tanggap darurat tetapi juga keseluruhan manajemen risiko &
pembangunan.
2. Perlindungan sebagai bagian hak asasi dan bukan semata kewajiban
pemerintah.
3. Dengan demokratisasi dan otonomi daerah PB menjadi tanggungjawab Pemda
& masyarakat.
4. PB bukan hanya tanggungjawab pemerintah tetapi juga urusan bersama
masyarakat.
PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN BENCANA
(Undang Undang 24 Tahun 2007 tentang PB)

1. PRA BENCANA
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan
pemberdayaan masyarakat pada pra bencana serta pengurangan resiko bencana.
2. TANGGAP DARURAT BENCANA
Mengkoordinasikan, melaksanakan dan komando pada saat tanggap darurat bencana serta dukungan
logistik.
3. PASCA BENCANA
Mengkoordinasi dan melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi serta pemulihan sosial ekonomi pasca
bencana
U.U. NO. 24/2007
Pasal 7

(1) Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:


a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan pembangunan nasional;
b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur kebijakan
penanggulangan bencana;
c. penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah;
d. penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan negara lain, badan-
badan, atau pihakpihak internasional lain;
e. perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman
atau bahaya bencana;
f. perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi
kemampuan alam untuk melakukan pemulihan; dan
g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala nasional
(2) Penetapan status dan tingkat bencana nasional dan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c memuat indikator yang meliputi:
a. jumlah korban;
b. kerugian harta benda;
c. kerusakan prasarana dan sarana;
d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan status dan tingkatan bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.
( SAMPAI SAAT INI BELUM DIATUR )
Gambaran Umum
KEBENCANAAN jatim

BENCANA YANG MENDOMINASI KEJADIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR PENYEBABNYA ADALAH BENCANA
HIDROMETEOROLOGI

 BERUPA BANJIR SEBESAR 53,84 %, GELOMBANG EKSTRIM DAN ABRASI 22,74 %

 BENCANA LAINNYA SEPERTI GEMPA BUMI, TSUNAMI KEKERINGAN LETUSAN GUNUNG BERAPI, TANAH LONGSOR SEBESAR
23,42 %,

 LOKUS KEJADIANNYA DI 38 ( TIGA PULUH DELAPAN ) KABUPATEN/KOTA,

 SEBAGIAN DI 664 (ENAM RATUS ENAM PULUH EMPAT) KECAMATAN SEBAGIAN DI 8505 (DELAPAN RIBU LIMA RATUS LIMA)
DESA/KELURAHAN

 BERDAMPAK PADA SEBAGIAN JUMLAH PENDUDUK 19.172.610 LAKI-LAKI DAN 19.674.951 PEREMPUAN, JUMLAH PENDUDUK
38.847.561 (SUMBER DATA : www.jatim.bps.go.id)

 SESUAI DENGAN KLASIFIKASI TINGKAT RESIKO BENCANA, BAIK TINGGI, SEDANG DAN RENDAH.
1. UU NO 24 TAHUN 2007
TTG PENANGGULANGAN
BENCANA.
2. UU NO 7 tahun 2012
ttg konflik sosial
3. UU NO 29 TAHUN 2014
TENTANG PENCARIAN
DAN PERTOLONGAN.
SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA

LEGISLASI

PERENCANAAN KELEMBAGAAN PENDANAAN

PENGEMBANGAN KAPASITAS

PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA


KELEMBAGAAN

BNPB

Unsur Pengarah Unsur Pelaksana


19 orang [10 unsur pemerintah dan 9 unsur profesional]

BPBD Provinsi

Unsur Pengarah Unsur Pelaksana


11 orang [6 unsur pemerintah dan 5 unsur profesional ]

BPBD Kabupaten/Kota 35 BPBD sudah


BPBD Kab./Kota terbentuk

Unsur Pengarah Unsur Pelaksana


9 orang [5 unsur pemerintah dan 4 unsur profesional ]
Dasar Terbentuknya BPBD

 UU No 24 Th 2007 tentang Penanggulangan Bencana


 PP 21 Th 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
 PP 19 Th 2010 tentang tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil Pemerintah
 Perka BNPB No 3 Th 2008 tentang Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah
 PP 41 Th 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
 Perda No 2 Tahun 2009 ttg Organisasi dan Tata Kerja Lembaga lainnya
 Perda 3 Th 2010 tentang penyelenggaraan bencana di daerah
BPBD
Ada 3 Fungsi
(UU 24/2007 Ps. 23 ayat 2)

PUSAT /BNPB
PRA BENCANA
KOORDINASI
SEKTOR SAMPING/
SATKER PROV
SAAT TERJADI BENCANA
TAHAP REHABILITASI &
SATLAK KAB/KOTA
REKONSTRUKSI
LSM / SWASTA

PRA BENCANA
PELAKSANA TERINTERGRASI SAAT TERJADI BENCANA
TAHAP REHAB & REKONS

KOMANDO KEMUDAHAN SAAT BENCANA


AKSES

(PP.21/2008 Ps. 47) / UU No. 24 / 2007 / Ps. 24 huruf I )


3 PERAN/ TUGAS POKOK
BPBD

Badan/Dinas yang membidangi PB


Baik ditingkat Prov/Kab/Kota secara horisontal
1.PERAN
1.PERAN
Instansi/lembaga (TNI, Polri, SAR, PMI, BMKG dll)
KOORDINASI
KOORDINASI ::

Swasta, Perusahaan, Tokoh Masyarakat,


Ormas dll
2.
2. PERAN
PERAN KOMANDO
KOMANDO

Mengomando Penanggulangan Bencana dalam


Status Keadaan tanggap darurat dan dapat
menunjuk seorang komandan

Mengendalikan kegiatan operasional kedaruratan


Dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah

Mengatifkan dan meningkatkan Pusat Pengendalian


Operasi menjadi Pos Komando
3.
3. PERAN
PERAN PELAKSANA
PELAKSANA

a. Mengendalikan Penggunaan Teknologi Yang Berpotensi Menjadi Sumber Bahaya


Bencana
b. Penguasaan & Pengelolaan SDA Yang Berlebihan
c. Perencanaan & Penegakan Rencana Tata Ruang Wilayah Dalam Kaitan
Penanggulangan Bencana
d. Kegiatan PB Yang Dilakukan Oleh Lembaga/Instansi/Organisasi Pemerintah Dan
Non-pemerintah
e. Penetapan Kebijakan Pembangunan Yang Berpotensi Menimbulkan Bencana

f. Pengumpulan & Penyaluran Bantuan Berupa Uang Dan/Atau Barang Serta Jasa Lain
Yang Diperuntukkan Untuk PB, Termasuk Pemberian Ijin Pengumpulan Sumbangan
Resiko Bencana (disaster) merupakan fungsi dari
bahaya, kerentanan, dan kemampuan suatu daerah.

R= HxV/C

R (isk) = Risiko
H (azard) = Bahaya
V (ulnerability) = kerentanan
C (apacity) = kemampuan
BAHAYA (HAZARD)

 Suatu kondisi, secara alamiah maupun


karena ulah manusia, yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan
kehilangan jiwa manusia.

 Bahaya berpotensi menimbulkan bencana,


tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi
bencana.
Kerentanan (vulnerability)
Sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial,
ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-
upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.

Faktor-faktor Kerentanan
 Kebijakan : Adanya kebijakan pembangunan yang tidak mempertimbangkan PRB, tidak
ada kebijakan PRB
 Fisik : Prasarana dasar, konstruksi, bangunan
 Ekonomi : Kemiskinan, penghasilan, nutrisi,
 Sosial : Pendidikan,kesehatan, politik, hukum, kelembagaan
 Lingkungan: tanah,air, tanaman, hutan, lautan
Bahaya dan Kerentanan

 Bahaya merupakan fenomena atau kondisi yang sulit untuk dirubah


atau diperbaiki.
 Kerentanan merupakan situasi/sikap/ perilaku individu/masyarakat
yang relatif dapat dilakukan perubahan.
 Oleh karena itu Pengurangan Risiko Bencana dapat dilakukan dengan
cara memperkecil kerentanan.
KEJADIAN BENCANA

Pemicu

Bahaya

Resiko Bencana BENCANA

Kerentanan
Kegiatan-kegiatan Manajemen Bencana

1. Pencegahan (prevention)
2. Mitigasi (mitigation)
3. Kesiapan (preparedness)
4. Peringatan Dini (early warning)
5. Tanggap Darurat (response)
6. Bantuan Darurat (relief)
7. Pemulihan (recovery)
8. Rehablitasi (rehabilitation)
9. Rekonstruksi (reconstruction)
Konteks Pembanguan Berkelanjutan
Pengembangan Penerapan upaya-2
SOSIOKULTURAL FAKTOR-FAKTOR
PERINGATAN
KESIAPAN
DINI
Pengurangan Risiko
PENANGGULANGAN
RISIKO pengetahuan
PEMULIHAN
E
· Manajemen lingkungan

Pengamatan
Fokus Pengurangan Risiko Bencana Kajian berkala
K
·
· Informasi
KEDARURATAN
Praktik-2 pembangunan
Kerentanan
• PerbaikanO
MENDORONG
Analisis •• •Sistem· sosial
Kajian
peringatan dini
ekonomi (termasuk
Pendidikan,
kilat
S
·SosialPenguatan
KESADARAN
perubahan • Manajemen
pemberantasan informasi
perilaku PENGEMBANGAN
Transmisi • • pelatihan
Pencarian
Pemulihan
Y dan
kemiskinan, fungsi
mata
PENGETAHUAN
·Ekonomi
• Mekanisme S
·pencaharian,
Penelitian tanggap
P FAKTOR- Pengambilan •penyelamatan
Rehabilitasi
darurat T
mekanisme
O FAKTOR
ANALISIS
·Fisik
• keuangan, kesehatan,
Evakuasi
RISIKO
KERENTANAN &
KEMAMPUAN keputusan • •Manajemen
KOMITMEN
E
Pembangunan kembali
koordinasi
pertanian, dll)
·Lingkungan
IDENTIFIKASI RISIKO &
L • Penyediaan M
Kerentanan KAJIAN DAMPAK POLITIK · kebutuhan
I ANALISIS &
Penyiaran • Upaya-2
Pengerahan fisik dan teknis
T Bahaya
PEMANTAUAN
pokok(perencanaan tata guna
L
I
ANCAMAN
TIndakan• sumberdaya kota/lahan, perlindungan
Pemulihan I sarana dan
K PERINGATAN
Bahaya
• Komitmen
Rencana
sarana politik
kedaruratan
kritis
N kunci
· pelayanan
A DINI
·Geologis
PENERAPAN
Tingkat
·
• Pelatihan internasional,
Jejaringan & kemitraan
G dan gladi
L UPAYA-2 regional, nasional, lokal
KESIAPAN
·Hidrometeorologis

· Kerangka
PENGURANGAN
K
JaringanKelembagaan
U
nasional dan
RISIKO internasional
·Biologis
(pemerintahan)
N
· Pengembangan
G kebijakan
PENANGGULANGAN
KEDARURATAN
PEMULIHAN
·Teknologis
· Aturan & APerundang-undangan
· Pengembangan
·Lingkungan N organisasi
· Aksi masyarakat
EKONOMIK
Penanggulangan Bencana Dalam PRIORITAS
Konteks Pembanguan Berkelanjutan RAN-PRB ….
SOSIOKULTURAL
E 1.1.
Fokus Pengurangan Risiko Bencana K Kebijakan
Kebijakan&&
MENDORONG
O kelembagaan
kelembagaan
KESADARAN S
perubahan
PENGEMBANGAN Y 2.2.
perilaku
PENGETAHUAN
S Identifikasi,
Identifikasi,
P FAKTOR- T analisis
analisisrisiko,
risiko,
ANALISIS
O FAKTOR KERENTANAN & E peringatan
peringatandinidini
RISIKO KEMAMPUAN IDENTIFIKASI RISIKO & KOMITMEN
L KAJIAN DAMPAK POLITIK M
Kerentanan ANALISIS & 3.3.
I PEMANTAUAN Pendidikan
Pendidikan&&
T Bahaya ANCAMAN L budaya
budaya
I I keselamatan
keselamatan
K PERINGATAN N
A DINI
PENERAPAN G 4.4.
L UPAYA-2 K Mengatasi
KESIAPAN PENGURANGAN Mengatasiakar
akar
U masalah
RISIKO masalah
N risiko
risiko
PENANGGULANGAN G
KEDARURATAN 55
PEMULIHAN A
N Kesiapan
Kesiapan
tanggap
tanggapdarurat
darurat
EKONOMIK
Dasar Hukum Penanggulanagn Bencana
• Undang‐undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723)
• Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
• Peraturan Pemerintah nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Otonom (Lembar Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
• Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
• Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas Dan Fungsi kementerian Negara Serta Susunan
Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
• Peraturan Menteri Kesehaan Nomor 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan;
• Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kapolri Nomor 1087/Menkes/SKB/IX/2004
dan nomor Pol. : Kep/40/IX/2004 tentang Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati pada Bencana Massal
PERAN KLASTER KESEHATAN
DALAM
PENGELOLAAN BENCANA
TUGAS KLASTER KESEHATAN
PELAYANAN KESEHATAN

PENGENDALIAN PENYAKIT

PENYEHATAN LINGKUNGAN

PENYIAPAN AIR BERSIH DAN SANITASI YANG BERKUALITAS

PELAYANAN KESEHATAN GIZI

PENGELOLAAN OBAT BENCANA


PENYIAPAN KESEHATAN REPRODUKSI DALAM SITUASI
BENCANA
PENANGANAN KESEHATAN JIWA

PENATALAKSANAAN KORBAN MATI

PENGELOLAAN INFORMASI BIDANG KESEHATAN


KONSEP PENGORGANISAIAN KLASTER DAN SUB KLATER KESEHATAN

TUGAS KLASTER PELAKSANA SUB KLASTER


PELAYANAN KESEHATAN SUB KLASTER PELAYANAN
KESEHATAN
PENGENDALIAN PENYAKIT SUB KLASTER PENGENDALIAN
PENYAKIT
PENYEHATAN LINGKUNGAN SUB KLASTER PENYEHATAN
PENYIAPAN AIR BERSIH DAN LINGKUNGAN DAN PENYIAPAN
SANITASI YANG BERKUALITAS AIR BERSIH
PELAYANAN KESEHATAN GIZI SUB KLASTER PELAYANAN GIZI
PENGELOLAAN OBAT BENCANA SUB KLASTER LOGISTIK
KESEHATAN
PENYIAPAN KESEHATAN SUB KLASTER KESEHATAN
REPRODUKSI DALAM SITUASI KELUARGA (IBU, ANAK DAN
BENCANA REPRODUKSI)
PENANGANAN KESEHATAN JIWA SUB KLASTER KESEHATAN JIWA
PENATALAKASANAAN KORBAN SUB KLASTER DVI
MATI
KONSEP SUB KLASTER KESEHATAN

LAYANAN
KESEHATA
N
LOGISTIK KESEHATAN
KESEHATA JIWA
N

KESEHATAN SANITASI DAN


REPRODUKSI KUALITAS AIR

GIZI DVI
KIA
Struktur Organisasi Klaster Kesehatan
KOORDINAT
OR

Sub Klaster
Sekretariat Logistik
Kesehatan

Sub Klaster Sub Klaster


Sub Klaster Pengendalian Pelayanan
DVI Penyakit Kesehatan

Sub Klaster Sub Klaster


Penyehatan Lingkungan Sub Klaster Sub Klaster
Layanan Kesehatan Kesehatan
dan Penyehatan Air dan Gizi
Sanitasi Keluarga Jiwa
KLASTER KESEHATAN NASIONAL

 Koordinator : Kepala Pusat Krisis Kesehatan


 Wakil Koordinator :
1. Kepala Pusat Kesehatan TNI
2. Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan, POLRI
 Sekretariat dan Koordinator Sub Klaster akan ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan
KLASTER KESEHATAN PROVINSI/
KABUPATEN/ KOTA
Klaster Kesehatan Provinsi dibentuk
oleh Kadinkes Provinsi
Klaster Kesehatan Kabupaten/Kota
dibentuk oleh Kadinkes Kabupaten/Kota
Penambahan atau perubahan struktur dan
nama sub klaster dilakukan sesuai
kebutuhan.
Sekretariat Klaster
Kesehatan KAB/KOT
PUSAT PROV
A
• Koord : Kabid • Koord : Kepala • Koord : Kepala
Informasi dan UPT/Kabid yang UPT/Kabid yang
Evaluasi menangani PB menangani PB
• Lokasi : Kantor di Dinkes Prov. di Dinkes
Pusat Krisis • Lokasi : Kantor Kab/Kota.
Kesehatan Dinkes Provinsi • Lokasi : Kantor
Dinkes
Kab/Kota
KEGIATAN KLASTER KESEHATAN
TANGGAP PASCA
KEGIATAN PRA BENCANA
DARURAT BENCANA
Pengkajian a. Berbagi hasil kajian
situasi risiko bencana Mengulas
Kesehatan b. Pemetaan sumber daya Melakukan kaji capaian upaya
bersama cepat kesehatan/ tanggap darurat
c. Berbagi informasi RHA bersama dan kesenjangan
peringatan dini pemulihan

Perencanaan a. Berbagi rencana


pengurangan risiko Menyusun
bencana, Rencana operasi Menyiapkan
b. Menyusun Rencana dan rencana proses serah
Kontinjensi bidang pemulihan dini terima
kesehatan bersama bersama

Lanjut
KEGIATAN KLASTER KESEHATAN
(2) TANGGAP
KEGIATAN PRA BENCANA PASCA BENCANA
DARURAT
Pelaksanaan Bila memungkinkan
melakukan kegiatan
Pelaksanaan Serah terima
bersama seperti penyusunan
sesuai rencana kepada penanggung
pedoman atau prosedur
yang ditetapkan jawab wilayah
tetap/SOP, peningkatan
kapasitas, gladi .
Pemantauan, monitoring dan monitoring ,
Evaluasi, evaluasi bersama, evaluasi dan
Pembelajara Berbagi hasil monitoring pembelajaran pembelajaran upaya
n dan dan evaluasi implementasi hasil klaster pada saat
Pelaporan dan dampak, pelaporan implementasi dan tanggap darurat,
dampak, pelaporan
pelaporan berjenjang
Bagaimana ?

SISTEM
KOORDINASI PEMBINAAN DAN
KOLABORASI
INTEGRASI
PENGGUNAAN
KLASTER
KESEHATAN
KAJIAN
TANGGAP PASCA
RESIKO PRA BENCANA
DARURAT BENCANA
BENCANA
BNPB - Melaksanakan Merencanakan
BPBD RENKON REHAB-
Identifikasi - Menyusun - Mengaktifkan REKON
HAZARD – RENKON KLASTER
KERENTANA - Melatih dan - Melaksanakan Melaksanakan
SEMUA N– menguji KONTIJENSI REHAB-
KLASTER KAPASITAS RENKON - Mengaktifkan REKON
SUB KLASTER FASKES
KAJIAN
TANGGAP PASCA
RESIKO PRA BENCANA
DARURAT BENCANA
BENCANA
KLASTER Menyusun
KESEHATA rencana respon
N medis pada
Kajian hazard bencana sebagai - Mengaktifkan
- kerentanan lampiran Melaksanakan
SUB KLASTER
masyarakat - RENKON - Melaksanakan REHAB-
kapasitas pada REKON
RESPON
sisi kesehatan FASKES
SUB Peningkatan MEDIS
KLASTER kapasitas dan
KESEHATA sistem
N
KONSEP RENCANA KONTIJENSI
(konsekuensi pendekatan klaster)

 RENKON adalah DOKUMEN OPERASIONAL


PENGELOLA BENCANA (BNPB / BPBD) yang
memuat (diantaranya) :
 IDENTIFIKASI BAHAYA – KERENTANAN – KAPASITAS
 AKTIVASI KLASTER DAN PROSEDUR KERJA ANTAR
KLASTER

 Rencana kegiatan klaster-klaster yang diaktifkan


merupakan LAMPIRAN DOKUMEN RENKON
termasuk kegiatan RENCANA RESPON MEDIS
KLASTER KESEHATAN
KERANGKA PEMBINAAN KLASTER
KESEHATAN
BNPB SIA
SOSIALISASI
PENDEKATAN
KLASTER ASI
LU
BPBD RE P UJI
NK
ON
KESEHATAN
EV
A

EVA
L UA INDENTIFIKASI DAN
SI
INVENTARISASI
SIMULASI / UJI KAPASITAS SUB
PEDOMAN KERJA KLASTER

EVALUASI
EVA
LU
L U ASI ASI
EVA
TTX KOLABORASI
Aspek Etik dan Legal dalam Keperawatan Bencana
Menurut Veenema (2012) menyatakan aspek dan isu etik tersebut meliputi :

1) Informasi Kesehatan sejalan dengan prinsip etik Karahasiaan (Confidentiality)


2) Tretment For Disease (Pengobatan Penyakit) sesuai dengan prinsip etik
Otonomi (Autonomy)
3) Profesional Licensing (Lisensi Profesional).
4) Alokasi sumber daya (Resource Allocation).
5) Profesional Liabelity
6) Penyedia layanan yang memadai (Provision of Adequate care)
Perbedaan keperawatan bencana dan keperawatan gawat darurat
Perbedaan berdasarkan
objek dan prasyarat

Keperawatan Bencana Pada Fase Akut Keperawatan Gawat DaruratPada Saat


Normal
Objek Banyak orang ( komunitas ) Individu dan orang-orang di sekitarnya
• Terbatasnya sumber (SDM, bahanbahan • Sumber-sumber medis dapat diperkirakan
medis) dan disiapkan
• Waktunya terbatas • Keperawatan berkelanjutan
Prasyarat • Terbaik untuk banyak oran • Perawatan medis terbaik untuk satu
Perbedaan berdasarkan
keadaan
Keperawatan Bencana Pada Fase Akut Keperawatan Gawat DaruratPada Saat Normal
Daerah Bencana: Pada Saat Normal:
• Rusaknya fasilitas medis • Fasilitas medis berfungsi normal.
• Terputusnya fasilitas penunjang hidup(gas, saluran • Fasilitas penunjang hidup berfungsi normal.
air, listrik, telepon, sistem transportasi). • Informasi bisa diperoleh
• Terputus dan kurangnya informasi. Sangat • Adanya petugas medis cukup.
kekurangan petugas medis Kekurangan obat dan • Persediaan obat-obatan dan bahan-bahan medis
bahan-bahan medis. cukup.
• Alat-alat medis tidak dapat berfungsi dan terbatas • Alat-alat medis dapat digunakan
• Terbatasnya sarana transportasi. • Transportasi dapat dipakai.
• Jumlah pasien melebihi daya tampung • Daya tampung pasien cukup
• Tenaga keperawatan juga menjadi korban, atau • Perawat tidak termasuk korban
hidup di daerah Bencana
Perbedaan berdasarkan tindakan
keperawatan
Keperawatan Bencana Pada Fase Akut Keperawatan Gawat DaruratPada Saat Normal
• Berbaur di antara para korban dan orang-orang di • Intervensi terhadap satu orang.
sekitarnya. • Mampu menggunakan ME (Medical Equipment)
• Intervensi terhadap banyak korban. untuk memonitor pasien kritis.
• Pengumpulan data dengan menggunakan kelima • Dapat mengambil keputusan berdasarkan data
panca indera. objektif
• Pengkajian fisik dengan menggunakan kelima panca • Dapat berkonsultasi atau bekerja sama dengan
indera. perawat atau dokter bila pengetahuan atau
• Mengerahkan seluruh pengetahuan dan ketrampilan ketrampilannya kurang.
yang dimiliki • Dapat mempraktikkan keperawatan dengan
memanfaatkan sumber yang yang diperlukan
berdasarkan manual atau prosedur.
Perbedaan berdasarkan tindakan
keperawatan
Keperawatan Bencana Pada Fase Akut Keperawatan Gawat DaruratPada Saat Normal
• Pelayanan keperawatan yang cepat tanggap dan • Perawatan difokuskan pada pasien luka parah.
kreatif di tengah keterbatasan sumber • Mampu membuat catatan tentang kondisi pasien.
• Perawatan dan manajemen kesehatan kemungkinan • Mampu menggunakan penyokong sosial.
diserahkan pada pasien atau keluarganya sendiri.
• Kesulitan perawat untuk membuat catatan tentang
kondisi pasien.
• Kekurangan penyokong sosial.
PERAN PERAWAT PADA
BENCANA

Perawat sebagai bagian dari petugas kesehatan yang ikut dalam penanggulangan
bencana dapat berada di berbagai tempat seperti di rumah sakit, di pusat evakuasi, di klinik
berjalan atau di puskesmas.
Peran Perawat di Rumah Sakit yang terkena Dampak Bencana

1. Sebagai manager, perawat mempunyai tugas antara lain: mengelola pelayanan gawat
darurat, mengelola fasilitas, peralatan, dan obat-obatan live saving, mengelola
administrasi dan keuangan ugd, melaksanakan pengendalian mutu pelayanan gadar,
melakukan koordinasi dengan unit RS lain.
2. Sebagai Leadership, memiliki tugas untuk: mengelola tenaga medis, tenaga
keperawatan dan tenaga non medis, membagi jadwal dinas.
3. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver), perawat harus melakukan
pelayanan siaga bencana dan memilah masalah fisik dan psikologis yang terjadi pada
pasien
Peran Perawat di Pusat Evakuasi

1. Koordinator, berwenang untuk: mengkoordinir


sumberdaya baik tenaga kesehatan, peralatan
evakuasi dan bahan logistik, mengkoordinir
daerah yang menjadi tempat evakuasi
2. Sebagai pelaksana evakuasi: perawat harus
melakukan transportasi pasien, stabilisasi pasien,
merujuk pasien dan membantu penyediaan air
bersih dan sanitasi di daerah bencana
Peran Perawat di Klinik Lapangan (Mobile Clinic)

Peran perawat di klinik berjalan (mobile clinic) adalah melakukan: triage, penanganan
trauma, perawatan emergency, perawatan akut, pertolongan pertama, kontrol infeksi,
pemberian supportive, palliative.
Peran Perawat di Puskesmas

Peran perawat di puskesmas saat terjadi bencana adalah melakukan: perawatan pasien
ringan, pemberian obat ringan, merujuk pasien.
Lingkup Peran dan Tanggung Jawab Penanggulangan Bencana

Peran perawat dalam fase pre-impect


a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat dalam mengahdapi bencana.
Peran perawat dalam fase impact
a. Bertindak cepat
b. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
Peran perawat dalam fase post impact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi korban
b. Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria
utama.
• Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali.
• Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya.
• Ketiga, individu akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan
PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan
gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat paska
gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan
sehat dan aman.

Anda mungkin juga menyukai