Anda di halaman 1dari 64

USULAN PENELITIAN

PENGARUH BRAND IMAGE, BRAND TRUST DAN PERCEIVED


QUALITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
KOSMETIK KOREA ETUDE HOUSE DI ULZZANG BEUTY SHOP
KOTA PALU

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna


memperoleh gelar Sarjana Manajemen
pada Program Studi S1 Manajemen

Oleh:
HERA MARCELIA
C 201 18 282

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH BRAND IMAGE, BRAND TRUST DAN PERCEIVED


QUALITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
KOSMETIK KOREA ETUDE HOUSE DI ULZZANG BEUTY SHOP
KOTA PALU

Diajukan Oleh:
HERA MARCELIA
C 201 18 282

Menyetujui, Mengetahui,
Pembimbing, Koordinator Program Studi S1 Manajemen,

Dr. Rosida P. Adam S.E. M.P Harnida Wahyuni Adda, SE, MA, Ph.D
NIP. 196208101987032001 NIP. 197503192000032001
DAFTAR ISI

USULAN PENELITIAN.......................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
DAFTAR TABEL..................................................................................................5
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................7
1.1 Latar Belakang.............................................................................................7

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................14

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................15

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................16

1.5 Sistematika Penulisan................................................................................16

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA...............................................................................18


2.1 Kajian Teoritis............................................................................................18

2.1.1 Pemasaran........................................................................................18

2.1.2 Brand Image....................................................................................18

2.1.3 Brand Trust......................................................................................23

2.1.4 Perceived Quality.............................................................................26

2.1.5 Keputusan Pembelian.......................................................................26

2.2 Kajian Empiris...........................................................................................30

2.3 Paradigma Penelitian..................................................................................35

2.4 Hipotesis.....................................................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................38


3.1 Paradigma Penelitian..................................................................................38

3.2 Jenis Penelitian...........................................................................................38


3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................39

3.4 Populasi dan Sampel..................................................................................39

3.4.1 Populasi............................................................................................39

3.4.2 Sampel..............................................................................................39

3.5 Jenis dan Sumber Data...............................................................................40

3.5.1 Jenis data..........................................................................................40

3.5.2 Skala data.........................................................................................41

3.5.3 Sumber data......................................................................................42

3.6 Defenisi Operasional Variabel...................................................................42

3.7 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................48

3.8 Uji Instrumen Penelitian............................................................................49

3.8.1 Uji Validitas.....................................................................................49

3.8.2 Uji Reliabilitas.................................................................................50

3.9 Teknik analisis Data...................................................................................50

3.9.1 Uji Asumsi Klasik............................................................................50

3.9.2 Regresi Linier Berganda..................................................................52

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................56
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu............................................................................34

DAFTAR GAMBA
Gambar 1. 1 Brand Etude House...........................................................................13
Gambar 1. 2 : Di Ulzzang Beuty Shop Kota Palu..................................................14
Gambar 1. 3 Tingkatan Brand Kategori Perawatan Pribadi...................................15
Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Penelitian................................................................37
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan gaya hidup Masyarkat Indonesia

untuk membuat penampilan yang cantik dan menarik, maka semakin banyak pula

masyarakat yang membutuhkan kosmetik. Hal itu menyebabkan para produsen

kosmetik bersaing secara ketat dalam memperebutkan market share (pangsa

pasar) yang ada. Dengan kondisi persaingan yang sangat kompetitif dari para

produsen kosmetik, menjadikan konsumen memiliki banyak alternatif pilihan

untuk membeli kosmetik yang sesuai dengan keinginan mereka dan seiring

dengan kemajuan teknologi informasi menjadikan konsumen lebih kritis dalam

membeli produk kosmetik untuk mereka konsumsi (Alwiyah & Nugroho, 2019).

Kondisi dunia usaha bersifat dinamis, perilaku konsumen juga bersifat

demikian. Persaingan dalam dunia usaha semakin kuat dan ketat. Oleh karena itu,

para pengusaha berlomba-lomba untuk merebut perhatian konsumen supaya

perusahannya masih tetap berkembang dan tumbuh sehingga meningkatkan

keuntungan perusahan sebagai “the main goal of corporate”. Hal tersebut lebih

mudah dicapai apabila perusahan terus menjalin, mempertahankan dan

meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen dan pelanggan, sehingga secara

otomatis meningkatkan penjualannya bahkan menguasai pasar tentunnya dengan

menerapkan strategi pemasaran yang baik dan benar (Maesaroh, 2019).

Pemasaran dalam produk kosmetik sangat dinamis. Dalam kondisi tersebut

dapat menjadi tantangan bagi para produsen dan pelaku pasar untuk bekerja lebih
keras dalam meningkatkan inovasi dan kreativitas yang menarik untuk konsumen.

Banyaknya produk kosmetik dimasyarakat dan sering beredarnya produk

kosmetik berbahaya membuat konsumen mulai khawatir. Indonesia sebagai

sebagai salah satu negara memiliki populasi besar sehingga menjadi sasaran yang

tepat dalam mempromosikan berbagai macam produk (Puspita et al., 2019).

Kondisi semacam ini mencerminkan suatu fenomena yang terjadi bahwa

masyarakat menjadi semakin kritis dalam memilih modiste. Sifat kritis tersebut

dicirikan antara lain masyarakat menginginkan pelayanan selengkap mungkin,

produk yang berkualitas, citra produk, model yang lebih beragam dan fasilitas

yang memuaskan yang semuanya terdapat dalam satu modiste. Kegiatan

pemasaran yang baik dan tepatlah yang memegang peranan penting dalam

menunjang kelangsungan usaha dan perkembangan suatu perusahaan. Dengan

kata lain pihak produsen harus mampu merebut hati konsumen akan hasil suatu

produksi yang dijual dan berupaya untuk memuaskan konsumennya (Listiani et

al., 2018).

Brand (merek) dewasa ini berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi

perusahaan. Suatu perusahaan beroperasi untuk mendapatkan profit atau

keuntungan, juga untuk mempertahankan kelangsungan hidup bisnisnya. Suatu

perusahaan untuk memenangkan persaingan dituntut melakukan strategi

pemasaran bagi produk produk yang dihasilkan. Dalam kondisi semakin

meningkatnya persaingan produk-produk sejenis dan perilaku konsumen yang

cenderung ingin mencoba merek-merek baru yang dikeluarkan oleh perusahaan


pesaing untuk mendapatkan kepuasan, mamfaat yang lebih, dan memenuhi rasa

ingin tahu terhadap merek tersebut.

Konsumen dalam memilih suatu merek produk akan melalui tahap

percobaan terlebih dahulu, pada tahap ini konsumen akan mencoba berbagai

merek yang berbeda. Jika dirasakan merek tersebut cocok dan memenuhi apa

yang diharapkan dari produk sejenis, maka konsumen akan terus mecari merek

tersebut. Brand atau merek adalah nama, istilah, tanda, simbol desain, atau

kombinasinya yang mengidentifikasi suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan.

Merek ikut berperan andil dalam suatu usaha. Dalam suatu usaha, merek

memiliki Brand image (citra merek) tersendiri. Agar dapat bertahan di lingkungan

persaingan bisnis, perusahaan dapat membangun brand image. Brand image tidak

terlepas dari persepsi para pelanggan. Pelanggan dapat membeli produk dari suatu

perusahaan barang atau jasa, apabila ia mendapatkan kepuasan yang optimal dari

perusahaaan tersebut. Oleh karena itu, pelanggan melihat Brand image dari suatu

perusahaan tersebut.

Menurut Kotler yang dikutip oleh Samuel & Lianto, (2014) Brand image

adalah pelanggan yang berpersepsi terhadap suatu merek. Brand image dapat

digunakan untuk menunjukkan keunggulan suatu produk. Keunggulan tersebut

dapat menarik konsumen untuk menjadi pelanggan di sebuah perusahaan. Hal ini

membuat konsumen percaya terhadap merek yang dipilihnya. Brand image

memiliki sebuah kepercayaan terhadap merek tersebut. Kepercayaan didapatkan

dari permintaan konsumen. Apabila konsumen menuntut permintaaan produk


yang berkualitas, maka perusahaan dapat meningkatkannya melalui brand image.

Oleh karena itu, Brand image adalah salah satu faktor yang menunjang sebuah

produk.

Dalam memasarkan produk atau jasa, perusahaan memerlukan brand trust

(kepercayaan merek). Menurut Fauziyah, (2016) brand trust merupakan “harapan

akan kehandalan dan intensi baik merek”. Brand trust juga tergantung pada

kehandalan produk yang berbentuk barang ataupun jasa. Produk tersebut akan

dijual. Jika konsumen tertarik pada sebuah produk yang diluncurkan, maka

perusahaan tersebut dapat memiliki kepercayaan merek dari konsumen. Brand

trust bisa didapatkan dari konsumen yang memiliki citra baik terhadap perusahaan

tersebut.

Brand image tidak terlepas dari kata brand trust. Brand trust memiliki arti,

yaitu kepercayaan terhadap merek. Kepercayaan kepada merek ini ditimbulkan

konsumen pada suatu perusahaan. Dengan timbulnya kepercayaan ini, konsumen

dapat berekspektasi terhadap merek tersebut. Hal ini akan mendapatkan hasil yang

positif. Konsumen akan percaya jika adanya konsistensi merek sesuai dengan

harapannya.

Seperti yang didefinisikan oleh Delgado, (2005), brand trust merupakan

“kemampuan merek yang bersumber pada keyakinan konsumen”. Hal tersebut

adalah merek yang mampu untuk mengutamakan kepentingan konsumen. Oleh

karena itu, trust (kepercayaan) terdiri dari kenyamanan dan kepuasan konsumen.

Brand trust juga dapat digunakan untuk menunjukkan kualitas merek pada suatu

produk. Hal ini akan dapat membangun hubungan yang baik dengan konsumen.
Bukan hanya Brand image dan Trust yang menjadi hal penting dalam

kosmetik ternyata perceived quality menjadi sangat penting untuk diperhatikan

karena kualitas produk menjadi salah satu penilaian untuk membeli produk.

Menurut Aaker & David, (2008) Perceived quality adalah kesesuaian antara

persepsi konsumen terhadap kualitas produk atau jasa selara keseluruhan dengan

apa yang telah diharapkan oleh konsumen. Kualitas suatu merk yan dipersepsikan

oleh konsumen dapat memberikan pengaruh terhadap kepercayaan konsumen

terhadap merk tersebut.

Di Indonesia pada era modern saat ini kosmetik menjadi salah satu

kebutuhan yang sangat penting khususnya bagi konsumen wanita, ini dilakukan

agar mereka dapat menunjukkan identitas dirinya dalam komunitas maupun

lingkungannya dengan menggunakan produk kosmetik. Hal tersebut dapat dilihat

dari semakin meningkatnya penjualan produk kosmetik baik itu produk kosmetik

dalam negeri maupun luar negeri dari tahun ketahun. Persaingan bisnis yang kian

kompetitif ini menuntut perusahaan untuk terus menciptakan karakteristik yang

berbeda pada produknya, sehingga saat ini perusahaan terus bersaing memberikan

brand terbaik mereka. Salah satu brand yang terkenal saat ini adalah Etude House,

Brand Kosmetik Dari Korea yang Booming di Tanah Air.

Etude House hadir pertama kali di Indonesia, tepatnya di Jakarta, pada

tahun 2008. Kualitas yang baik, harga terjangkau, desain yang cantik, dan

beragam varian warna menarik mampu menyita perhatian para pecinta make up di

Indonesia. Hal ini didukung dengan demam Kpop yang melanda Indonesia.
Sehingga, makin banyak yang tertarik untuk tampil cantik dan menarik bak idola

Kpop mereka tersebut.

Kemasan cantik, warna serba pink, makeup yang playful dan harga yang

terjangkau membuat Etude House menjadi salah satu brand kosmetik Korea

paling populer khususnya di kalangan remaja. Jumlah gerainya di Indonesia

makin banyak dari tahun ke tahun. Kalau bicara tentang Etude House, pasti orang-

orang langsung teringat BB cream nya yang booming di Indonesia. Adapun merek

yang selimuti warna Pink dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. 1 Brand Etude House


Sumber : https://www.beautynesia.id/

Setiap konsumen dapat melakukan sebuah keputusan. Menurut Sutisna,

(2013) konsumen dalam mengambil suatu keputusan dilakukan untuk

melaksanakan pemenuhan suatu produk (barang atau jasa). Hal ini diawali

konsumen dengan kesadarannya. Kebutuhan konsumen harus terpenuhi. Menurut

Amirullah, (2015) keputusan konsumen merupakan proses penilaian yang

dilakukan oleh konsumen. Keputusan yang diambil oleh konsumen sangat

tergantung dari merek serta kepercayaan yang diberikan oleh Etude House.
Brand yang dimiliki oleh Etude House saat ini sudah terkenal luas

diseluruh dunia tidak terkecuali diindonesia bahkan di Kota Palu sudah masuk

produk-produk dari Etude House. Brand Merek yang dikeluarkan tidak lepas dari

artis-artis terkenal di Korea sehingga tingkat kepercayaan yang dimiliki oleh

brand Etude House lebih tinggi. Etude House Di Ulzzang Beuty Shop Kota Palu

terletak di Jln. Tanjung Santigi No 10, Palu 94111. Produk-produk yang ditawarkan

sangat beragam.

Gambar 1. 2 : Di Ulzzang Beuty Shop Kota Palu


Sumber : https://www.beautynailhairsalons.com

Produk-produk yang ditawarkan semakin hari semkain menarik serta

selalu mengeluarkan produk-produk baru yang sangat diminati oleh kalangan

masyarakat. Ada beberapa produk yang ditawarkan oleh Etude House dari Make

Up, Perawatan Kulit dan Perawatan Tubuh. Adapun produk yang terkenal dari

Etude House adalah BB Cream Bright Fit. Akan tetapi produk ini melihat dari

Brand kategori perawatan pribadi tidak masuk dalam daftar Top Brand. Adapun
hasil Top Barnd yang keluarkan oleh Top Brand Award pada tahun 2021 adalah

sebagai berikut:

Gambar 1. 3 Tingkatan Brand Kategori Perawatan Pribadi


Sumber : https://www.topbrand-award.com/top-brand-index/

Berdasarkan Brand Merek serta kepercayaan yang diberikan dari produk-

produk yang dikeluarkan oleh Etude House melihat gambar di atas, terlihat bahwa

Barnd Etude House dengan produk BB Cream Bright Fit tidak masuk dalam

nominasi Top. Ini sangat menyimpang dengan observasi dilingkungan saya

melihat banyak orang-orang terutama anak-anak muda yang menggunakan produk

kosmetik korea tersebut. Sehingga ini yang melatar belakangi penelitian ini untuk

mengangkat penelitian berjudul Pengaruh Brand Image, Brand Trust Dan

Perceived Quality Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Korea

Etude House Di Ulzzang Beuty Shop Kota Palu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

pada penelitian ini sebagai berikut:


1. Apakah pengaruh brand image, brand trust, dan perceived quality

terhadap keputusan pembelian produk kosmetik korea etudehouse di

ulzzang beuty shop di kota palu.

2. Apakah pengaruh Brand image terhadap keputusan pembelian produk

kosmetik korea etudehouse di ulzzang beuty shop di kota palu.

3. Apakah pengaruh brand trust terhadap keputusan pembelian produk

kosmetik korea etudehouse di ulzzang beuty shop di kota palu.

4. Apakah pengaruh perceived quality terhadap keputusan pembelian produk

kosmetik korea etudehouse di ulzzang beuty shop di kota palu.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah bepengaruh brand image, brand trust, dan

perceived quality terhadap keputusan pembelian produk kosmetik korea

etudehouse di ulzzang beuty shop di kota palu.

2. Untuk mengetahui apakah bepengaruh Brand image terhadap keputusan

pembelian produk kosmetik korea etudehouse di ulzzang beuty shop di

kota palu.

3. Untuk mengetahui apakah bepengaruh brand trust terhadap keputusan

pembelian produk kosmetik korea etudehouse di ulzzang beuty shop di

kota palu.

4. Untuk mengetahui apakah bepengaruh perceived quality terhadap

keputusan pembelian produk kosmetik korea etudehouse di ulzzang beuty

shop di kota palu.


1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan oleh peneliti sebagai

bentuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis konsentrasi Manajemen Pemasaran di Universitas

Tadulako dan sebagai bahan bacaan, sumber referensi maupun penelitian

lebih lanjut bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang ingin melakukan

penelitian tentang pengaruh bauran pemasaran terhadap minat beli ulang

konsumen.

2. Manfaat Praktis, penelitian ini juga dapat dijadikan informasi, masukan

serta bahan evaluasi bagi pengusaha di bisnis kosmetik dalam menentukan

strategi pemasaran dalam hal merek yang lebih baik untuk pengembangan

dan kemajuan usaha kedepannya.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun rancangan penulisan dalam Skripsi ini terbagi dalam lima bab,

yaitu:

BAB 1 Pendahuluan: pada bab ini memuat tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 Kajian Pustaka: kajian pustaka yang membahas tentang kajian/telaah

pustaka yang berhubungan pada masalah yang diteliti, hasil pada penelitian

terdahulu disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan dan dapat mendukung

kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB 3 Metode Penelitian: pada bab ini dijabarkan tentang paradigma, jenis

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber
data, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, uji instrument

penelitian serta teknik analisa data.

BAB 4 Hasil dan Pembahasan: pada bab ini berisi tentang gambaran umum

penelitian, deskripsi hasil penelitian, hasil dan analisa uji hipotesis serta

pembahasan mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh.

BAB 5 Kesimpulan dan Saran: bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, saran

kepada Toko Ullzzang Beuty Shop dan saran untuk penelitian selanjutnya.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Pemasaran

Menurut Machfoedz, (2010) mengemukakan bahwa pemasaran ialah suatu

proses yang diterapkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keiginan

konsumen dengan menyediakan produk (barang dan jasa). Menurut Kotler &

Keller, (2016) mendefensikan bahwa pemasaran adalah tentang mengidentifikasi

dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi pemasaran

tersingkat yang baik adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”.

American Marketing Association menawarkan definisi formal berikut:

Pemasaran adalah aktivitas, sekumpulan institusi, dan proses untuk menciptakan,

berkomunikasi, memberikan, dan menukar penawaran yang memiliki nilai bagi

pelanggan, klien, seniman, dan masyarakat pada umumnya. Mengatasi proses

pertukaran ini membutuhkan banyak kerja dan keterampilan. Manajemen

pemasaran terjadi ketika setidaknya satu pihak dalam pertukaran potensial

memikirkan cara mencapai tanggapan yang diinginkan dari pihak lain.

2.1.2 Brand Image

2.1.2.1 Pengertian Brand Image

Sebuah produk mengacu pada suatu merek. Setiap produk memiliki

kualitas masing-masing. Kualitas tersebut akan mengarah kepada citra mereknya.

Hal ini akan dapat mempengaruhi konsumen. Seperti yang dikatakan oleh Kotler
yang dikutip oleh (Rizan et al., 2012), Brand image merupakan pandangan dan

kepercayaan yang ada di dalam ingatan konsumen. Pandangan dan kepercayaan

tersebut juga merupakan gambaran tentang merek. Jika gambaran yang dianggap

konsumen baik, maka konsumen akan mempercayai citra merek tersebut.

Konsumen akan dapat mengingat merek yang menurutnya bagus.

Menurut Aaker & David, (2008) mengatakan, bahwa brand image adalah

sekelompok sosial merek yang ada di benak konsumen dan melekat di dalamnya .

Simamora dan Lim yang dikutip oleh Arista mendefinisikan, Brand image adalah

pemahaman dari kumpulan informasi yang diterima oleh konsumen. Informasi

tersebut bisa didapat dari berbagai sumber. Sehingga, konsumen dapat

menyimpulkan tentang citra merek tersebut. Sedangkan menurut Kotler yang

dikutip oleh (Arista & Sri, 2011), citra merek dapat berupa informasi. Informasi

tersebut terdiri dari logo dan simbol.

Logo dan simbol tersebut memiliki fungsi. Fungsi tersebut digunakan

sebagai perwakilan dari produknya. Produk ini adalah sebuah barang atau jasa

yang diluncurkan oleh perusahaan. Logo dan simbol juga menjadi pembeda antara

perusahaan dan pesaingnya. Hal ini dapat memperlihatkan mutu dan kualitas dari

perusahaan tersebut. Menurut Keller yang dikutip oleh Beatrice et al., (2014)

menyebutkan, bahwa Brand image merupakan konsumen yang berpersepsi

terhadap suatu merek. Hal tersebut terkenal dengan sebutan brand association.

Sedangkan Temporar yang dikutip oleh Beatrice mengartikan, bahwa Brand

image adalah sebuah brand atau merek menggunakan cara, supaya merek bisa
terlihat. Hal ini adalah bagaimana cara konsumen dapat menganggap pada suatu

merek.

Pada suatu produk juga memiliki kesan. Kesan dapat ditimbulkan oleh

suatu produk tersebut tergantung kepada citra merek yang dimiliki oleh produk

tersebut. Jika produk tersebut memiliki Brand image yang tinggi, maka produk

tersebut akan dapat menarik perhatian konsumen. Sedangkan, jika prduk tersebut

memiliki masalah atau menyalahi aturan dan tidak ada untuk memperbaikinya,

maka kesan yang ditimbulkan oleh produk tersebut akan buruk atau tidak baik.

Dalam hal ini, perilaku juga mempengaruhi brand image.

Menurut Schiffman & Kanuk, (2007) jika konsumen tidak berpengalaman

terhadap suatu produk, maka ia akan mengarah untuk memilih produk yang

disukai ataupun terkenal. Menurut Cretu & Brodie, (2005) brand image

merupakan perilaku yang menjadi penentu kebiasaan konsumen. Hal ini dalam

membeli suatu produk. Citra merek juga bisa membedakan antara produk atau

jasa yang satu dengan lainnya. Hardjanti, (2011) menyarankan, bahwa citra

merek dapat meningkatkan kualitas merek. Jika kualitas merek meningkat, maka

kualitas perusahaan juga akan meningkat.

Menurut Surachman, (2008) menyatakan, bahwa Brand image adalah

suatu anggapan konsumen atau masyarakat terhadap suatu merek. Merek tersebut

berada di dalam sebuah produk. Produk tersebut yang akan ditawarkan kepada

konsumen. Setelah itu, konsumen dapat memahami produk tersebut. Oleh karena

itu, konsumen akan berperilaku dan beranggapan pada suatu produk tersebut.
2.1.2.2 Faktor-Faktor Pembentuk Brand Image

Brand image dapat berupa pemahaman dari konsumen tentang suatu

brand (merek). Konsumen dapat mengetahui brand tersebut dengan cara

konsumen memandang suatu brand tersebut. Brand image juga dapat

mempengaruhi konsumen, sehingga konsumen dapat paham mengenai brand

tertentu secara keseluruhan. Dalam hal ini Brand image memiliki faktor-faktor

yang dapat membentuk suatu brand image. Menurut Kotler yang dikutip oleh

Prasetya, faktor- faktor pembentuk Brand image adalah sebagai berikut :

1. Favorability of brand association (keunggulan asosiasi merek) adalah

asosiasi merek yang timbul. Asosiasi tersebut berasal dari kepercayaan

konsumen. Konsumen percaya karena adanya ciri-ciri dan manfaat yang

diberikan oleh suatu brand (merek). Hal tersebut diberikan, agar konsumen

dapat puas memnuhi keinginan dan kebutuhannya. Favorability of brand

association juga dapat menciptakan sikap yang positif dari konsumen pada

suatu brand (merek) tersebut.

2. Strength of brand association (kekuatan asosiasi merek) adalah asosiasi

merek yang timbul karena konsumen mendapatkan informasi yang

terpendam di dalam ingatan konsumen. Infromasi tersebut dapat bertahan

dan dikelola oleh konsumen, sehingga konsumen dapat merasakan suatu

brand. Jika konsumen semakin kuat memikirkan informasi tersebut, maka ia

akan merasakan asosiasi yang kuat pada suatu brand.

3. Uniqueness of brand associations (keunikan asosiasi merek) adalah asosiasi

merek yang timbul karena adanya perbandingan dari pesaing. 41


Perbandingan tersebut muncul, karena perusahaan memiliki ciri khas

masing-masing. Brand tersebut memiliki ciri khas yang unik dan menarik

serta berbeda dengan yang lain. sehingga, hal ini memunculkan sebuah

perbandingan dari pesaing brand tersebut.

2.1.2.3 Indikator Brand Image

Seiring berjalannya waktu, suatu brand image dapat memunculkan sebuah

persepsi. Persepsi tersebut berupa anggapan dari konsumen terhadap suatu merek

tertentu. Konsumen dapat beranggapan tentang merek sesuai dengan yang

dilihatnya. Menurut Sagita yang dikutip oleh Agusim, (2010), bahwa indikator

Brand image terdiri dari :

1) Citra Pembuat (Corporate Image)

Citra pembuat adalah sekelompok asosiasi yang dipersepsikan oleh

konsumen. Dalam hal ini, konsumen mempersepsikan suatu barang atau jasa yang

dibuat oleh perusahaan. Citra pembuat juga merupakan anggapan dari konsumen

terhadap suatu merek (barang atau jasa). Dalam hal ini, merek tersebut adalah

merek tertentu bukan semua merek (barang atau jasa).

Merek dapat tertera dalam suatu produk. Jika suatu produk mampu

membuat konsumen berpresepsi baik, maka hal tersebut mampu membuat

konsumen untuk mengambil keputusan dalam melakukan pembelian. Hal ini

mampu meningkatkan penjualan di perusahaan tersebut. Citra pembuat meliputi

sebagai berikut:

a) Popularitas
b) Kredibilitas
c) Pengguna
2) Citra Pemakai (User Image)

Citra pemakai merupakan sekelompok asosiasi yang dipersepsikan oleh

konsumen. Konsumen tersebut mempersepsikannya terhadap pemakai. Dalam hal

ini, pemakai tersebut adalah yang menggunakan barang atau jasa. Pemakai

tersebut juga meliputi status sosialnya. Citra pemakai meliputi :

a) Pemakai itu sendiri

3) Citra Produk (Product Image)

Citra produk merupakan sekelompok asosiasi yang dipersepsikan oleh

konsumen. Konsumen tersebut mempersepsikannya terhadap suatu produk.

Produk tersbeut berupa barang atau jasa yang memiliki manfaat. Manfaatnya juga

bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Citra produk meliputi sebagai berikut:

a) Atribut produk
b) Harga produk
c) Kualitas atau mutu
d) Jaminan yang diberikan produk.

2.1.3 Brand Trust

2.1.3.1 Pengertian Brand Trust

Merek akan dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen. Sehingga,

konsumen dapat menilai dan bertindak pada suatu merek tersebut. Menurut

Delgado, (2005) brand trust merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh

konsumen secara suka rela. Hal ini dilakukan untuk mengandalkan merek. Merek

tersebut menjalankan fungsinya pada sebuah produk. Produk tersebut dihasilkan


dari perusahaan. Perusahaan membutuhkan interaksi dengan konsumen. Seperti

yang diikatakan oleh Tjiptono, (2016) sebuah kepercayaan dibangun dengan

memiliki tujuan, Tujuannya adalah untuk mendapatkan hubungan yang baik

dengan konsumen.

Menurut (Lau & Lee, 1999) mengartikan, bahwa brand trust adalah

kemauan dan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek. Konsumen tersebut

akan menanggung segala resikonya. Akan tetapi, konsumen tidak langsung

mempercayai merek tersebut. Hal ini terjadi karena, merek tersebut sudah

memberi harapan untuk mendapatkan hasil yang positif.

Konsumen dapat memilih suatu brand juga karena brand tersebut menarik

perhatian para konsumen. Sehingga, konsumen dapat bergantung pada suatu

brand tersebut. Hal ini karena merek tersebut memiliki kemampuan untuk

melaksanakan fungsi dan kegunannya. Dalam suatu merek akan menimbulkan

kesetiaan, jika hasil yang didapat positif. Oleh karena itu, kepercayaan konsumen

juga merupakan salah satu faktor dalam membuat keputusan pembelian.

2.1.2.2 Indikator Brand Trust

Konsumen mengharapkan hasil yang positif dari suatu produk yang

diharapkannya. Dalam hal ini, brand trust mempengaruhi anggapan konsumen

tersebut. Anggapan konsumen tersebut berdasarkan pada pengalamannya.

Menurut Lau & Lee, (1999) menyatakan, bahwa indikator brand trust meliputi :

1) Brand Characteristics

Brand Characteristics memiliki peran dalam mengambil suatu keputusan.

Hal tersebut dilakukan oleh konsumen saat melakukan penilaian terhadap suatu
merek. Konsumen melakukan penilaian sebelum melaksanakan pemebelian.

Brand Characteristics terdiri dari:

a) Brand predictabilitics (dapat diramalkan)

b) Brand competence (kompeten)

2) Company Characteristics

Company Characteristics dapat berpengaruh pada tingkat kepercayaan

konsumen terhadap sebuah merek. Konsumen tersebut memiliki pengetahuan

tentang perusahaan yang menghasilkan sebuah merek. Hal ini menjadi salah satu

faktor pada konsumen. Konsumen dapat memahami terhadap merek tersebut.

Company Characteristics terdiri dari :

a) Reputasi suatu perusahaan

b) Motivasi suatu perusahaan

c) Integritas suatu perusahaan

3) Customer Brand Characteristrics

Customer Brand Characteristrics merupakan kelompok yang saling

mempengaruhi. Kelompok tersebut terdiri dari konsumen dan merek. Jadi,

konsumen dan merek sama-sama memiliki pengaruh terhadap konsumen.

Customer Brand Characteristrics terdiri dari :


a) Kesukaan terhadap merek

b) Pengalaman terhadap merek.

2.1.4 Perceived Quality

Menurut Schiffman & Kanuk, (2007) “Consumer often judge the quality

of a product or service on basis of variety of informational cues that they

associate with the product” dari definisi tersebut dijelaskan bahwa kesan kualitas

adalah penilain konsumen terhadap kualitas barang yang berdasarkanasosiasi

terhadap produk tersebut. Perceived Quality menurut Aaker & David, (2008)

dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau

keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan

oleh pelanggan. Menurut Bruhn et al., (2012) dalam penelitiannya menemukan

beberapa kriteria kualitas produk yang mempengaruhi seorang konsumen untuk

membeli produk yang didasarkan pada isyarat intrinsik dan ekstrinsik dari produk.

Pengukuran perceived quality beracuan pada dimensi kesan kualitas (Bruhn et al.,

2012) yang terdiri dari 5 hal, yaitu keamanan (safety), fungsional (functional),

citra (image), nutrisi (nutrition), dan indrawi (sensory)

2.1.5 Keputusan Pembelian

2.1.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Setiap konsumen dapat melakukan sebuah keputusan. Menurut Sutisna,

(2013) konsumen dalam mengambil suatu keputusan dilakukan untuk

melaksanakan pemenuhan suatu produk (barang atau jasa). Hal ini diawali

konsumen dengan kesadarannya. Kebutuhan konsumen harus terpenuhi. Menurut


Amirullah, (2015) keputusan konsumen merupakan proses penilaian yang

dilakukan oleh konsumen. Penilaian tersebut terdapat pilihan dua atau lebih

alternatif.

Konsumen mepunyai hak untuk memilih salah satu atau lebih alternatif

yang dibutuhkan. Hal ini didasarkan atas banyak pertimbangan tertentu. Menurut

Schiffman & Kanuk, (2007) suatu tindakan yang dipilih dari suatu keputusan dari

dua atau lebih pilihan alternatif. Pilihan alternatif tersebut disediakan untuk

menjadi pertimbangan oleh konsumen. Konsumen dapat memilih suatu produk

sesuai dengan keinginannya.

Menurut Kotler & Keller, (2016) konsumen dapat melakukan keputusan

pembelian dengan melalui tahap-tahap. Keputusan pembelian tersebut terhadap

suatu produk. Konsumen dapat memilih antara produk satu dengan lainnya. Jika

konsumen dapat merasakankecocokan dengan suatu produk tertentu, maka

konsumen dapat memutuskan untuk melakukan pembelian produk tersebut.

Sedangkan menurut Chapman & Wahlers, (1999) keputusan pembelian adalah

sebagai keputusan pemilihan suatu produk dengan keinginan para konsumennya.

Dalam melakukan sebuah keputusan pembelian, konsumen harus

mempunyai informasi tentang suatu produk tersebut. Dengan adanya informasi

tersebut, konsumen dapat mengetahui suatu produk tersebut baik atau tidak.

Sebelum konsumen memutuskan untuk mengambil produk tersebut, maka

konsumen harus mengetahui kebutuhan konsumen tersebut. Konsumen juga harus

mencari informasi tentang suatu produk yang akan dipilihnya Sehingga,

konsumen akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginannya.


Konsumen juga akan melakukan keputusan untuk membeli suatu produk

berdasarkan pada anggapannya. Anggapan tersebut berkaitan dengan kebutuhan

dan keinginan konsumen. Konsumen dapat memutuskan untuk membeli suatu

produk juga berdasarkan dengan kemampuannya. Jika produk yang ditawarkan

dapat menarik konsumen, maka konsumen akan memutuskan untuk membeli

sebuah produk di perusahaan tersebut.

2.1.5.2 Proses Pengambilan Keputusan

Dalam melakukan keputusan pembelian, konsumen akan mengalami

proses-proses. Proses tersebut berupa rencana yang akan dilakukan oleh

konsumen. Menurut Engel, (1995) yang dikutip oleh Saputra, proses pengambilan

keputusan adalah sebagai berikut :

1. Fully Planned Purchase

Fully planned purchase adalah suatu produk dan merek yang tealh terpilih

sebelumnya oleh konsumen. Hal ini dapat terjadi, ketika konsumen melibatkan

produk tinggi (barang otomotif) dengan produk rendah (kebutuhan rumah tangga).

Hal tersebut bermaksud konsumen dalam membeli suatu produk tinggi (barang

otomotif), seperti mesin, sepeda motor, mobil. Sedangkan produk rendah

(kebutuhan rumah tangga) terdiri dari sembako (sembilan bahan pokok),

makanan, pakaian. Planned purchase juga dapat dialihkan dalam perusahaan

seperti, kupon, promosi, potongan harga, dan lain sebagainya.

2. Partially Planned Purchase


Partially Planned Purchase adalah suatu produk yang akan dibeli sudah ada.

Produk tersebut berbeda dengan merek. Pembelian

produk tersebut ditunda sampai hal yang dicari telah terkumpul. Keputusan akhir

dari pembelian produk dipengaruhi oleh discount harga atau display produk.

3. Unplanned Purchase

Unplanned Purchase adalah produk yang dibeli pada saat pembelian

berlangsung. Konsumen sering menggunakan katalog, majalah, dan produk

pajangan. Hal tersebut digunakan sebagai alternatif pada daftar belanja. Hal ini

keputusan pembelian memiliki faktor lain, yaitu pajangan yang dapat

mengingatkan seseorang akan kebutuhan pada suatu pembelian.

2.1.5.3 Indikator Keputusan Pembelian

Perusahaan membutuhkan konsumen untuk membeli produknya.

Sedangkan konsumen membutuhkan produk dari perusahaan untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginannya. Dalam hal ini, perusahaan memerlukan konsumen

untuk memutuskan produk yang dijualnya. Menurut Kotler & Keller, (2016) yang,

indikator keputusan pembelian adalah sebagai berikut :

1. Pengenalan kebutuhan atau masalah

a. Kebutuhan atas produk

2. Pencarian informasi

a. Keinginan mendapatkan informasi


b. Upaya pencarian sumber informasi

3. Evaluasi alternatif

a. Perbandingan dengan merek lain

4. Keputusan pembelian

a. Persetujuan menggunakan produk

b. Pemilihan jenis produk

5. Perilaku jasa beli

a. Kepuasan setelah menggunakan produk

b. Keinginan pembelian ulang

2.2 Kajian Empiris

Sebelum adanya penelitian ini, telah ada penelitian-penelitian sebelumnya

antara lain sebagai berikut:

Audrey & Usman, (2021). Influence Celebrity Endorser, Brand Image,

and Brand Trust on Emina's Cosmetics Product Purchase Decisions. All

independent variables affect the dependent variable with a critical value ratio

(CR), but there is one independent variable that is not accepted with a P-value.

H1 indicates that the trust variable has a critical value ratio (CR) of 3,630 >

1,985 and a P value of 0,000 <0,05 so there is a positive and significant influence

between celebrity endorser with a purchase decision. H2 shows that the

convenience variable has a critical value ratio (CR) of 1.131 < 1.985 and a P
value of 0.261 < 0.05, so there is a negative relationship between a brand image

with the purchase decision but the variable is acceptable. H3 indicates that the

variable brand trust has a critical value ratio (CR) of 3.358> 1.985 and a P value

of 0.001 <0.05 so there is a positive and significant influence between celebrity

brand trust with a purchase decision.

Taufik et al., (2021) The Effects of Perceived Quality and Brand Trust on

Purchase Intention on the Body Shop Products. The Body Shop as one of the

companies that consistently produces environmentally friendly products as well

as efforts to provide awareness to the public on the importance of protecting the

environment. This research aims to determine how the influence of perceived

quality and brand trust on purchase intention on The Body Shop products. The

research method use in this research is the verification with a total sample of 100

respondents. The analytical and the coefficient of determination at a significant

level of 5%. The results showed that purchase intention was influenced by

perceived qualit by 67.89% and brand trust by 76.38%.

Astuti, (2020) The Influence of Brand Image and Product Quality on

Purchase Decisions in Matte Lipstick Purbasari Products through Brand Trust as

a Mediation Variables (Case Study of Female Students in Denpasar City). The

results of this study indicate that the correlation coefficient value of the effect of

brand image on brand trust is 0.427 and a significance level of 0.000 <0.05, so

that H0 is rejected and H1 is accepted. The correlation coefficient value of the

product's influence on brand trust is 0.112 and the research significance level is

0.006 <0.05, so that H0 is rejected and H2 is accepted. The correlation


coefficient value of the effect of brand image on purchasing decisions is 0.140

and the significance level is 0.013 <0.05, so that H0 is rejected and H3 is

accepted. The correlation coefficient value of the effect of product quality on

purchasing decisions is 0.070 and the significance level is 0.038 <0.05, so that

H0 is rejected and H4 is accepted. The correlation coefficient value of the

influence of brand trust on purchasing decisions is 0.770 and the research

significance level is 0.000 <0.05, so that H0 is rejected and H5 is accepted. It is

suggested that Purbasari further emphasize the advantages of its products, either

through advertisements or by distributing a special Purbasari product catalog

that explains the advantages of the products being marketed.

Yuningsih & Suryoko, (2019) Pengaruh Brand Association Dan Perceived

Quality Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mustika Ratu (Studi pada

Pengunjung Toko Kosmetik J-C Store dan Toko Kosmetik Brilliant Kota

Semarang). Berdasakan hasil analisis, dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan variabel brand association dan perceived quality terhadap

keputusan pembelian baik secara parsial maupun secara simultan. Mustika Ratu

hendaknya menampilkan testimoni-testimoni hasil pemakaian produk kepada

konsumen, menambah instruksi yang lebih spesifik atas pemakaian produk,

mengikuti tren produk kecantikan yang ada dan memberikan informasi yang cepat

kepada konsumen terkait produknya melalui berbagai macam iklan dan diskon.

Putri et al., (2019) Pengaruh Brand Image Dan Perceived Quality

Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik La Tulipe Di Kota Padang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) citra merek dan persepsi kualitas
secara bersama-sama signifikan mempengaruhi keputusan pembelian produk

kosmetik La Tulipe. 2) citra merek tidak berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian produk kosmetik La Tulipe di Kota Padang. 3) persepsi

kualitas berpengaruh positif signifikan berpengaruh pada keputusan pembelian.

Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Nama/Tahun/Judul Hasil
All independent variables affect the
dependent variable with a critical value ratio
(CR), but there is one independent variable
that is not accepted with a P-value. H1
indicates that the trust variable has a critical
value ratio (CR) of 3,630 > 1,985 and a P
Audrey & Usman, value of 0,000 <0,05 so there is a positive
(2021). Influence and significant influence between celebrity
Celebrity Endorser, endorser with a purchase decision. H2 shows
Brand Image, and that the convenience variable has a critical
1.
Brand Trust on value ratio (CR) of 1.131 < 1.985 and a P
Emina's Cosmetics value of 0.261 < 0.05, so there is a negative
Product Purchase relationship between a brand image with the
Decisions purchase decision but the variable is
acceptable. H3 indicates that the variable
brand trust has a critical value ratio (CR) of
3.358> 1.985 and a P value of 0.001 <0.05
so there is a positive and significant influence
between celebrity brand trust with a purchase
decision.
The Body Shop as one of the companies that
consistently produces environmentally
friendly products as well as efforts to provide
awareness to the public on the importance of
Taufik et al., (2021)
protecting the environment. This research
The Effects of
aims to determine how the influence of
Perceived Quality and
perceived quality and brand trust on
2. Brand Trust on
purchase intention on The Body Shop
Purchase Intention on
products. The research method use in this
the Body Shop
research is the verification with a total
Products
sample of 100 respondents. The analytical
and the coefficient of determination at a
significant level of 5%. The results showed
that purchase intention was influenced by
No Nama/Tahun/Judul Hasil
perceived qualit by 67.89% and brand trust
by 76.38%.
The results of this study indicate that the
correlation coefficient value of the effect of
brand image on brand trust is 0.427 and a
significance level of 0.000 <0.05, so that H0
is rejected and H1 is accepted. The
correlation coefficient value of the product's
influence on brand trust is 0.112 and the
research significance level is 0.006 <0.05, so
Astuti, (2020) The
that H0 is rejected and H2 is accepted. The
Influence of Brand
correlation coefficient value of the effect of
Image and Product
brand image on purchasing decisions is 0.140
Quality on Purchase
and the significance level is 0.013 <0.05, so
Decisions in Matte
that H0 is rejected and H3 is accepted. The
Lipstick Purbasari
3. correlation coefficient value of the effect of
Products through
product quality on purchasing decisions is
Brand Trust as a
0.070 and the significance level is 0.038
Mediation Variables
<0.05, so that H0 is rejected and H4 is
(Case Study of Female
accepted. The correlation coefficient value of
Students in Denpasar
the influence of brand trust on purchasing
City)
decisions is 0.770 and the research
significance level is 0.000 <0.05, so that H0
is rejected and H5 is accepted. It is suggested
that Purbasari further emphasize the
advantages of its products, either through
advertisements or by distributing a special
Purbasari product catalog that explains the
advantages of the products being marketed.
Berdasakan hasil analisis, dapat disimpulkan
Yuningsih & Suryoko,
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
(2019) Pengaruh Brand
variabel brand association dan perceived
Association Dan
quality terhadap keputusan pembelian baik
Perceived Quality
secara parsial maupun secara simultan.
Terhadap Keputusan
Mustika Ratu hendaknya menampilkan
Pembelian Produk
4. testimoni-testimoni hasil pemakaian produk
Mustika Ratu (Studi
kepada konsumen, menambah instruksi yang
pada Pengunjung Toko
lebih spesifik atas pemakaian produk,
Kosmetik J-C Store dan
mengikuti tren produk kecantikan yang ada
Toko Kosmetik
dan memberikan informasi yang cepat kepada
Brilliant Kota
konsumen terkait produknya melalui berbagai
Semarang)
macam iklan dan diskon
5. Putri et al., (2019) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1)
No Nama/Tahun/Judul Hasil
citra merek dan persepsi kualitas secara
bersama-sama signifikan mempengaruhi
Pengaruh Brand Image
keputusan pembelian produk kosmetik La
Dan Perceived Quality
Tulipe. 2) citra merek tidak berpengaruh
Terhadap Keputusan
signifikan terhadap keputusan pembelian
Pembelian Produk
produk kosmetik La Tulipe di Kota Padang.
Kosmetik La Tulipe Di
3) persepsi kualitas berpengaruh positif
Kota Padang
signifikan berpengaruh pada keputusan
pembelian.
Sumber: Data diolah kembali 2021

2.3 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian merupakan model kerangka pikiran yang digunakan

untuk menggambarkan suatu proses. Proses tersebut berkesinambungan antara

tiga variabel atau lebih dalam sebuah penelitan. Variabel dalam penelitian ini

adalah variabel dependen dan variabel indepeden. Variabel dependen terdiri dari

Brand image (X1), brand trust (X2), dan perceived quality (X3). Sedangkan

variabel dependen adalah keputusan pembelian (Y). Agar pembacaan dapat lebih

mudah, maka paradigma penelitian disajikan dalam bentuk gambar. Gambar

tersebut berupa model yang menempatkan rumusan pengolahan statistik.

Rumusan tersebut digunakan untuk menggambarkan suatu proses dan alur dalam

pelaksanaan penelitian. Paradigma dalam penelitian adalah tentang “Pengaruh

Brand Image, Brand Trust Dan Perceived Quality Terhadap Keputusan

Pembelian Produk Kosmetik Korea Etudehouse Di Ulzzang Beuty Shop Di Kota

Palu”.
(X1)
Brand Image

Gambar 2. 1(Y)
(X2)
Kerangka Pikir Penelitian
Keputusan Pembelian
Brand Trust
Keterangan : =
Pengaruh Serempak
=
(X3)
Pengaruh Parsial
Perceived Quality

2.4 Hipotesis

Menurut Sugiyono, (2017) hipotesis merupakan bentuk jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penenlitian, oleh karena itu rumusan penelitian

biasanya disusun dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

1. Brand image, brand trust, dan perceived quality berpengaruh Simultan

terhadap keputusan pembelian produk kosmetik korea etudehouse di

ulzzang beuty shop di kota palu.

2. Brand image berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk kosmetik

korea etudehouse di ulzzang beuty shop di kota palu.

3. Brand trust berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk kosmetik

korea etudehouse di ulzzang beuty shop di kota palu.

4. Perceived quality berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk

kosmetik korea etudehouse di ulzzang beuty shop di kota palu.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Menurut Sugiyono, (2017) mengatakan bahwa penelitian

kuantitatif/positivistik adalah yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu

gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab-

akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada

beberapa variabel saja. Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut

selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian atau model penelitian. Jadi

paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan

hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis

dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang

digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik

analisis statistik yang akan digunakan.

Dalam penelitian ini memiliki empat variabel independen/bebas (X1, X2,

X3) yang terdiri dari Brand Image, Brand Trust Dan Perceived Quality serta satu

variabel dependen/terikat (Y) yaitu Keputusan Pembelian. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif yang memiliki 4 rumusan masalah asosiatif, 4 hipotesis dan

menggunakan teknik analisis statistik regresi linear berganda.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian asosiatif. Menurut

Sugiyono, (2017) penelitian asosiatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh atau hubungan, antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data opini individu, penelitian

asosiatif dimaksudkan untuk menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat.

Penelitian ini digunakan peneliti untuk melihat apakah terdapat pengaruh oleh

variabel independen yaitu Brand Image, Brand Trust Dan Perceived Quality

terhadap variabel dependen ialah Keputusan Pembelian.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti memilih di Ulzzang Beuty Shop di Kota Palu sebagai lokasi

penelitian. Lokasi tersebut dipilih karena belum adanya penelitian sebelumnya

yang meneliti sebagai subjek di di Ulzzang Beuty Shop. Waktu penelitian ini

direncanakan dilakukan pada bulan Desember 2021.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono, (2017) populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditentukan oleh peneliti untuk diamati dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah seluruh masyarakat kota Palu

yang mengetahui dan sedang berminat untuk membeli produk yang ada di

Ulzzang Beuty Shop di kota palu.

3.4.2 Sampel

Terkait dengan populasi yang tidak diketahui, maka teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini yaitu non-pobability sampling yang dilakukan dengan

cara purposive sampling yang berarti teknik penentuan sampel yang digunakan
dengan petimbangan tertentu (Sugiyono, 2017). Adapun pertimbangan sampel

yang dimaksud dalam penelitian ini ialah:

1. Pengguna produk kosmetik etude house

2. Berusia di atas 18 tahun

3. Konsumen yang bersedia mengisi kuesioner

4. Merupakan pembeli pada Ulzzang Beuty Shop di Kota Palu

Sedangkan jumlah sampel pada penelitian ini merujuk pada teori Roscoe

adalah minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti (Sugiyono, 2017).

Jumlah variabel yang digunakan ialah 4 yang terdiri dari variabel independen

(Brand Image, Brand Trust Dan Perceived Quality) dan variabel dependen

(Keputusan Pembelian). Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti menetapkan

jumlah sampel sebesar 20 x 4 variabel yaitu 80 responden, dengan demikian

sampel dari penelitian ini sebanyak 80 orang responden.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari data

kuantitatif dan kualitatif. Adapun data kuantitatif dalam penelitian ini sebagai

berikut:

a. Data kuantitatif yang digunakan yaitu data kuesioner berupa hasil tanggapan

responden yang dibagikan melalui layanan google form. Data yang diperoleh

dari hasil tanggapan responden berupa angka-angka sehingga perlu dianalisis

lebih lanjut menggunakan alat analisis.


b. Data kualititatif adalah data yang berbentuk kalimat dari hasil wawancara, kata,

gerak, tubuh, bagan, ekspresi wajah, gambar dan foto.

3.5.2 Skala data

Menurut Sugiyono, (2017) skala data yang digunakan dalam sebuah

penelitian terbagi menjadi empat yaitu:

1. Data nominal adalah data yang paling rendah dalam pengukuran data,

berupa data dalam bentuk kategori tetapi tidak ada tingkatannya dan

termasuk dalam data kualitatif.

2. Data ordinal tergolong data kualitatif namun dengan level yang lebih tinggi

dibandingkan dengan data nominal. Jika dalam data nominal semua data

dikategorikan setara, maka pada data ordinal ada tingkatannya. Pada

penelitian ini data ordinal dapat dilihat dari data kuesioner mengenai

identitas responden terkait dengan pekerjaan responden. Kemudian data

ordinal dalam penelitian ini ditunjukan dengan penggunaan skala likert.

3. Data interval menempati level pengukuran data yang lebih tinggi dari data

ordinal karena selain dapat bertingkat urutannya, juga urutan tersebut dapat

dikuantitatifkan. Data interval dalam penelitian ini dapat ditemukan dalam

variabel rentang umur responden yang dapat dilihat pada hasil pengujian

SPSS. Kemudian data interval dapat terlihat dalam skala likert yang

menunjukkan skala sikap seseorang dalam memilih pilihan jawaban.

4. Data rasio adalah data dengan tingkat pengukuran paling tinggi di antara

jenis data lainnya, data rasio bersifat angka dalam arti sesungguhnya (bukan
kategori) dan termasuk golongan data kuantitatif yang memiliki operasi

matematika.

3.5.3 Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Adapun data primer dan sekunder dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.5.3.1 Data primer

Menurut Sugiyono, (2017) data primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dari sumbernya. Untuk mendapatkan data primer peneliti datang

langsung ke lapangan. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari pembagian

kuesioner kepada pelanggan Ulzzang Beuty Shop di Kota Palu.

3.5.3.2 Data sekunder

Menurut Sugiyono, (2017) data sekunder adalah data yang diperoleh secara

tidak langsung atau melalui pihak lain. Untuk mendapatkan data sekunder peneliti

mencari informasi melalui internet dan membaca artikel yang berkaitan dengan

sejarah perusahaan, ruang lingkup perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.

3.6 Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel yaitu konsep yang digunakan peneliti dalam

penelitian yang mempunyai variasi nilai dan ditetapkan dalam penelitan. Variabel-

variabel yang akan menjadi objek analisis dikelompokkan menjadi dua yaitu

variabel independen (variabel bebas) yang diberi simbul (X) dan variabel

dependen (variabel terikat) yang diberi simbol (Y). Dua variabel utama yang

diteliti oleh peneliti yaitu:


1. Variabel independen (X), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel

dependen (Y). Yang menjadi variabel independen pada penelitian ini adalah

Brand Image, Brand Trust Dan Perceived Quality.

Indikator Brand image (X1)

Seiring berjalannya waktu, suatu brand image dapat memunculkan sebuah

persepsi. Persepsi tersebut berupa anggapan dari konsumen terhadap suatu merek

tertentu. Konsumen dapat beranggapan tentang merek sesuai dengan yang

dilihatnya. Menurut Mohammad dalam Sagita yang dikutip oleh Agusim, bahwa

indikator Brand image terdiri dari :

1) Citra Pembuat (Corporate Image)

Citra pembuat adalah sekelompok asosiasi yang dipersepsikan oleh

konsumen. Dalam hal ini, konsumen mempersepsikan suatu barang atau jasa yang

dibuat oleh perusahaan. Citra pembuat juga merupakan anggapan dari konsumen

terhadap suatu merek (barang atau jasa). Dalam hal ini, merek tersebut adalah

merek tertentu bukan semua merek (barang atau jasa).

Merek dapat tertera dalam suatu produk. Jika suatu produk mampu

membuat konsumen berpresepsi baik, maka hal tersebut mampu membuat

konsumen untuk mengambil keputusan dalam melakukan pembelian. Hal ini

mampu meningkatkan penjualan di perusahaan tersebut. Citra pembuat meliputi

sebagai berikut:

a) Popularitas

b) Kredibilitas
c) Pengguna

2) Citra Pemakai (User Image)

Citra pemakai merupakan sekelompok asosiasi yang dipersepsikan oleh

konsumen. Konsumen tersebut mempersepsikannya terhadap pemakai. Dalam hal

ini, pemakai tersebut adalah yang menggunakan barang atau jasa. Pemakai

tersebut juga meliputi status sosialnya. Citra pemakai meliputi :

a) Pemakai itu sendiri

3) Citra Produk (Product Image)


Citra produk merupakan sekelompok asosiasi yang dipersepsikan oleh

konsumen. Konsumen tersebut mempersepsikannya terhadap suatu produk.

Produk tersbeut berupa barang atau jasa yang memiliki manfaat. Manfaatnya juga

bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Citra produk meliputi sebagai berikut:

a) Atribut produk
b) Harga produk
c) Kualitas atau mutu
d) Jaminan yang diberikan produk.

Indikator Brand Trust (X2)

Konsumen mengharapkan hasil yang positif dari suatu produk yang

diharapkannya. Dalam hal ini, brand trust mempengaruhi anggapan konsumen


tersebut. Anggapan konsumen tersebut berdasarkan pada pengalamannya.

Menurut Lau dan Lee menyatakan, bahwa indikator brand trust meliputi :

1) Brand Characteristics

Brand Characteristics memiliki peran dalam mengambil suatu keputusan.

Hal tersebut dilakukan oleh konsumen saat melakukan penilaian terhadap suatu

merek. Konsumen melakukan penilaian sebelum melaksanakan pemebelian.

Brand Characteristics terdiri dari:

a) Brand predictabilitics (dapat diramalkan)

b) Brand competence (kompeten)

2) Company Characteristics

Company Characteristics dapat berpengaruh pada tingkat kepercayaan

konsumen terhadap sebuah merek. Konsumen tersebut memiliki pengetahuan

tentang perusahaan yang menghasilkan sebuah merek. Hal ini menjadi salah satu

faktor pada konsumen. Konsumen dapat memahami terhadap merek tersebut.

Company Characteristics terdiri dari :

a) Reputasi suatu perusahaan


b) Motivasi suatu perusahaan
c) Integritas suatu perusahaan

3) Customer Brand Characteristrics


Customer Brand Characteristrics merupakan kelompok yang saling

mempengaruhi. Kelompok tersebut terdiri dari konsumen dan merek. Jadi,

konsumen dan merek sama-sama memiliki pengaruh terhadap konsumen.

Customer Brand Characteristrics terdiri dari :

a) Kesukaan terhadap merek

b) Pengalaman terhadap merek.

Indikator Perceived Quality (X3)

Perceived Quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap

keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan

dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan Pengukuran perceived quality

beracuan pada dimensi kesan kualitas yang terdiri dari 5 hal, yaitu keamanan

(safety), fungsional (functional), citra (image), nutrisi (nutrition), dan indrawi

(sensory)

2. Variabel Dependen Keputusan Pembelian (Y)

Perusahaan membutuhkan konsumen untuk membeli produknya. Sedangkan

konsumen membutuhkan produk dari perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginannya. Dalam hal ini, perusahaan memerlukan konsumen untuk

memutuskan produk yang dijualnya. Menurut Kotler dan Keller yang dikutip oleh

Dharma, indikator keputusan pembelian adalah sebagai berikut :

1. Pengenalan kebutuhan atau masalah

1) Kebutuhan atas produk

2. Pencarian informasi
1) Keinginan mendapatkan informasi

2) Upaya pencarian sumber informasi

3. Evaluasi alternatif

1) Perbandingan dengan merek lain

4. Keputusan pembelian

1) Persetujuan menggunakan produk

2) Pemilihan jenis produk

5. Perilaku jasa beli

1) Kepuasan setelah menggunakan produk

2) Keinginan pembelian ulang

Tabel 3. 1
Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala
a) Popularitas
Citra Pembuat
b) Kredibilitas
(Corporate Image)
c) Pengguna
Citra Pemakai (User
Image)
Pemakai itu sendiri
Brand
Liker
Image a) Atribut produk
b) Harga produk
Citra Produk (Product
Image) c) Kualitas atau mutu
d) Jaminan yang
diberikan produk.
a) Brand predictabilitics
(dapat diramalkan)
Brand Characteristics
b) Brand competence
(kompeten)
Brand
a)Reputasi suatu Liker
Trust
perusahaan
Company
b)Motivasi suatu
Characteristics
perusahaan
c)Integritas suatu
Variabel Dimensi Indikator Skala
perusahaan
a) Kesukaan terhadap
Customer Brand merek
 
Characteristrics b) Pengalaman terhadap
merek.
keamanan (safety)
fungsional (functional) Liker
Perceived
kesan kualitas citra (image)
Quality
nutrisi (nutrition)
indrawi (sensory)
Pengenalan kebutuhan 1)        Kebutuhan atas
atau masalah produk
1)       Keinginan
Pencarian informasi mendapatkan informasi
  2)       Upaya pencarian
sumber informasi
1)       Perbandingan
Evaluasi alternatif
Keputusan dengan merek lain
Liker
Pembelian 1)       Persetujuan
menggunakan produk
Keputusan pembelian
2)      Pemilihan jenis
produk
1)       Kepuasan setelah
menggunakan produk
Perilaku jasa beli
2)        Keinginan
pembelian ulang
Sumber: Data diolah 2021

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulakan data

yaitu:

1. Observasi

Menurut Sugiyono, (2017) observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan pshiologi.

Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung objek yang diteliti

untuk mengetahui Keputusan pembelian.


2. Kuisioner

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data

yaitu menggunakan kuesioner, dengan memberikan daftar pertanyaan atau

pernyataan kepada konsumen untuk dijadikan dasar memperoleh jawaban atas

rumusan masalah dan hipotesis. Menurut Sugiyono, (2017) kuisioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat

pertanyaan atau peryataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

3.8 Uji Instrumen Penelitian

Sugiyono, (2017) menerangkan tentang teknik yang digunakan untuk

melakukan pengukuran atas variabel yang digunakan dalam memberikan jawaban

pada kuesioner dengan menggunakan skala likert, skala ini digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat serta persepsi orang atau kelompok dalam menjawab

atau menjelaskan tentang fenomena sosial yang terjadi. Untuk menguji instrumen

penelitian dapat dilakukan pada Toko Palu Makeup dengan sampel sebanyak 30

orang dalam bentuk pernyataan, berikut lima kategori penilaian dalam skala likert:

Tabel 3. 2
Skala pengukuran
Alternatif Jawaban Bobot Penilaian
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-Ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Data diolah kembali 2021
3.8.1 Uji Validitas

Uji ini memberikan gambaran atau petunjuk tingkat kehandalan sebuah alat

ukur dalam mengukur sesuatu yang akan diukur. Lebih jauh lagi, uji validitas

dapat dimanfaatkan oleh peneliti untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketepatan

dari semua indikator-indikator pertanyaan atau pernyataan yang diajukan pada

sebuah kuesioner penelitian.

Untuk mengetahui apakah instrument tersebut valid, maka digunakan uji

validitas dengan menggunakan analisis butir, dengan teknik korelasi. Masrun

dalam Sugiyono, (2017) mengemukakan item yang memiliki korelasi positif

dengan kriteria (skor total) dan korelasi yang tinggi. Ketentuan minimum agar

memenuhi syarat yaitu: ≥0.3 (r ≥ 0.3), maka instrument dinyatakan valid.

3.8.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menggunakan sejauh mana alat ukur dalam sebuah

penelitian bisa diandalkan. Jika sebuah alat ukur digunakan dua kali untuk menilai

gejala yang sama kemudian dihasilkan hasil yang relative konsisten dari

pengukuran tersebut, maka alat ukur dapat dinyatakan reliable. Uji reliabilitas

instrument penelitian secara internal, dilakukan dengan teknik yang membelah

item-item instrument menjadi dua kelompok yaitu kelompok ganjil dan genap lalu

kemudian ditotal. Menurut Sugiyono, (2017) suatu instrument dinyatakan teruji

apabila koefisien reliabilitas ≥0.6 (α ≥ 0.6).


3.9 Teknik analisis Data

3.9.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan bentuk analisis untuk menilai apakah ada

masalah yang berkaitan dengan asumsi klasik pada model regresi linear OLS

(Ordinary Least Square). Regresi OLS ada dua yaitu regresi linear sederhana dan

regresi linear berganda. Uji asumsi klasik untuk regresi linear berganda terdiri dari

uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskesdastisitas dan uji normalitas.

Menurut (Ghozali, 2016), uji asumsi klasik terdiri dari tiga yaitu:

3.9.1.1Uji Normalitas

Menurut Ghozali, (2016) uji normalitas yaitu uji yang dilakukan untuk

menguji apakah dalam model regresi ini, variabel independen dan variabel

dependen memiliki distribusi normal atau tidak. Dalam menentukan apakah

residul berdistribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Analisis dengan grafik

Salah satu cara untuk mengetahui normalitas data dengan grafik yaitu

dengan melihat kurva normal P-Plot. Dasar dalam pengambilan keputusan pada

uji normalitas adalah:

a. Ketika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka regresi akan memenuhi asumsi normalitas yang ada.

b. Ketika data menyebar dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal tersebut, maka model regresi ini tidak memenuhi asumsi normalitas.

2) Analisis normalitas dengan data statistik


Selain melihat kurva normal P-Plot, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan

menggunakan uji Kolmogorov-smirnov. Dalam uji ini ketentuan yang berlaku

adalah jika nilai signifikan kurang dari 0,05, maka data tidak terdistribusi dengan

normal dan jika nilai signifikan lebih dari 0,05, maka data yang ada terdistribusi

dengan normal.

3.9.1.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali, (2016), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah pada model regresi ini terdapat kesesuaian pada variabel bebas. Model

regresi yang baik, tidak akan terjadi kesesuaian antara variabel bebas. Pada

penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas didalam model regresi yaitu dengan melihat dari nilai tolerance

dan Variance Inflation Flafour, nilai tolerance yang lebih dari 0,1 dan nilai VIF

kurang dari 10 menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas diantara variabel

bebas.

3.9.1.3 Uji Heteroskesdastisitas

Menurut Ghozali, (2016), uji heteroskesdastisitas bertujuan ketika menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance pada residual satu

pengamatan ke pengematan yang lainnya. Jika variance pada residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka hal itu disebut homokedastisitas

dan jika berbeda hal ini disebut heterokedastisitas.

Cara mendeteksi heterokesdastisitas yaitu dengan melihat grafik scatter

plot, apabila penyebaran data pada scatter plot teratur dan membentuk pola
tertentu maka bisa dikatakan terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya, apabila

penyebaran data tidak teratur dan tidak membentuk seperti pola tertentu maka hal

ini dapat dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas.

3.9.2 Regresi Linier Berganda

Jenis analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

kuantitatif, dengan menggunakan metode regresi linear berganda sehingga dapat

menggambarkan hubungan antara TIGA variabel independen terhadap satu

variabel dependen. Uji regresi linear berganda untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh indikator dari variabel independen (bebas) yaitu: Brand image (X1),

Brand Trust (X2), Perceived Quality. (X3) terhadap variabel dependen (terikat)

yaitu Keputusan Pembelian (Y).

Untuk menjawab permasalahan yang ada dan menguji hipotesis dalam

penelitian ini digunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan angka-angka

statistik melalui penggunaan alat analisis statistik parametrik Regresi Linear

Berganda (Multiple Regression Linear) dapat digambarkan sebagai berikut

(Sugiyono, 2017) :

Dimana :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +…..+ bnXn + e

Keterangan:

Y = Variabel dependen
a = Konstanta
b1….bn= Koefesien regresi
X1…X1 = Variabel independen
e = Standard error
Bila formasi matematis regresi linear berganda tersebut diaplikasikan

dalam penelitian ini, maka akan diperoleh bentuk persamaan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X+ e


Dimana :
Y = Keputusan Pembelian
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi variabel Brand Image
b2 = Koefisien regresi variabel Brand Trust
b3 = Koefisien regresi variabel Perceived Quality
X1 = Variabel Brand Image
X2 = Variabel Brand Trust
X3 = Variabel Perceived Quality
e = Standard Error

4.9.2.1 Uji Serempak (Uji F)

Untuk menguji keberartian dari koefisien regresi secara serempak atau

simultan digunakan uji signifikasi F (probability), dengan bentuk pengujian

sebagai berikut :

a. Jika nilai sig F (probability) ≤α =0,05, artinya seluruh variabel X berpengaruh

signifikan pada variabel Y. Terbukti bahwa variabel independen yang telah

diamati secara serempak, berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

tersebut.

b. Jika nilai sig F (probability) ≥α =0,05, artinya variabel X berpengaruh tidak

signifikan terhadap variabel Y. Terbukti bahwa variabel independen yang telah

diamati secara serempak, tidak berpengaruh signifikan pada variabel dependen.

4.9.2.2 Uji Parsial (Uji t)


Untuk mengetahui masing-masing variabel independen secara parsial

berpengaruh signifikan pada variabel dependen dilakukan dengan pengujian uji t,

dimana derajat signifikan yang diterapkan yaitu α = 0,05 dengan bentuk pengujian

sebagai berikut:

1. Jika nilai sig t (probability) ≤α = 0,05, artinya masing-masing variabel

independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang

Keputusan Pembelian konsumen di Ulzzang Beuty Shop di Kota Palu.

2. Jika nilai sig t (probability) ≥α = 0,05, artinya variabel independen secara

parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap minat beli ulang konsumen

Keputusan pembelian Ulzzang Beuty Shop di Kota Palu.


DAFTAR PUSTAKA

Aaker, & David, A. (2008). Manajemen Ekuitas Merek: Memanfaatkan Nilai dari

suatu Merek. Terjemahan oleh Aris Ananda. Cetakan Ketiga. Mitra Utama.

Agusim, W. (2010). Analisa Pengaruh Brand Image terhadap Kpeutusan

Konsumen dalam Pembelian Sepeda Motor Honda. Modernisasi, 6(3).

Alwiyah, F., & Nugroho, M. A. S. (2019). PENGARUH KUALITAS PRODUK,

HARGA DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

KOSMETIK MAYBELLINE DI YOGYAKARTA. PhD Thesis, STIE Widya

Wiwaha.

Amirullah. (2015). Pengantar Manajemen. In Mitra Wacana Media.

Arista, D., & Sri Rahayu Trisatuti. (2011). Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan

Merek, dan Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen’ Aset,. 13(1).

Astuti, N. W. M. (2020). The Influence of Brand Image and Product Quality on

Purchase Decisions in Matte Lipstick Purbasari Products through Brand

Trust as a Mediation Variables (Case Study of Female Students in Denpasar

City). Proceeding 1st International Conference of Innovation on Science and

Technology for Sustainable Development (ICISTSD) 2020, 1(1), 50–62.

Audrey, A. N., & Usman, O. (2021). Influence Celebrity Endorser, Brand Image,

and Brand Trust on Emina’s Cosmetics Product Purchase Decisions. SSRN

Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.3768801

Beatrice, C. H., Dharmayanti, D., & Karina, R. (2014). Pengaruh Brand Identity

terhadap timbulnya Brand Preference dan Repurchase Itention pada merek


Toyota. Jurnal Manajemen Petra, 2(1).

Bruhn, M., Schoenmueller, V., & Schafer, D. B. (2012). Are social media

replacing traditional media in terms of brand equity creation. Management

Research Review, 35(9), 770–790.

Chapman, J., & Wahlers, R. (1999). A Revision and Empirical Test of the

Extended Price Perceived Quality Model. Journal of Marketing, 53–64.

Cretu, A. E., & Brodie, R. J. (2005). The influence of brand image and company

reputation where manufacturers market to small firms: A customer value

perspective. Journal Industrial Marketing Management University of

Auckland .

Delgado, M. J. (2005). Does Brand Trust Matter To Brand Equity. Journal of

Product and Brand Management, 14(3), 187–196.

Engel, F. J. (1995). Perilaku Konsumen Jilid 2 (Terjemahan). Binapura Aksara.

Fauziyah, S. (2016). Pengaruh Brand Trust dan Brand Equity terhadap Loyalitas

Konsumen pada Produk Kosmetik Wardah (Survey Konsumen Pada PT.

Paragon Technology and Innovation Cabang Pekanbaru. JOM FISIP, 3(2).

Ghozali, I. (2016). plikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS23. In

Universitas Diponegoro.

Hardjanti, A. (2011). Peran Brand Image, Trust dan Awareness terhadap

Behavioral Intention melalui Brand Preference, Customer Perceived Value

dan Satisfacton. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 13(2).

Kotler, P., & Keller, K. L. (2016a). Marketing Management, 15th Edition.

Pearson Education,Inc.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2016b). Marketing management. Pearson.

Lau, G. T., & Lee, S. H. (1999). Consumers’ Trust in a Brand and the Link to.

Brand Loyalty. Journal of Market Focused Management, 4, 341–370.

Listiani, Natalia, R., & Wikaningtyas, S. U. (2018). ENGARUH FAKTOR

BRAND IMAGE DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP MINAT BELI

PELANGGAN MODISTE GITA BUSANA (Studi Kasus: Modiste Gita

Busana Yogyakarta. PhD Thesis, STIE Widya Wiwaha.

Machfoedz, M. (2010). Komunikasi Pemasaran Modern. Yogyakarta.

MAESAROH, I. (2019). PENGARUH PRODUK BERLABEL HALAL,

HARGA, LOKASI, DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN PRODUK KOSMETIKDI BEAUTYSTORE22

PURWOKERTO. PhD Thesis, IAIN.

Puspita, Alfiani, D., Ilmi, Z., & Lestari, D. (2019). Pengaruh Label Halal Dan

Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah Oleh

Mahasiswi Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Mulawarman. Jurnal Ilmu Ekonomi Mulawarman (JIEM), 3(4).

Putri, T. A., Marwan, M., & Rahmidani, R. (2019). Pengaruh Brand Image Dan

Perceived Quality Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik La

Tulipe Di Kota Padang. Jurnal Ecogen, 1(4), 734.

https://doi.org/10.24036/jmpe.v1i4.5651

Rizan, M., Saidani, B., & Sari, Y. (2012). Pengaruh Brand Image dan Brand Trust

terhadap Brand Loyalty Teh Botol Sosro (Survey Konsumen Teh Botol

Sosro di Food Court ITC Cempaka Mas, Jakarta Timur. Jurnal Riset
Manajemen Sains Indonesia, 3(1).

Samuel, H., & Lianto, A. S. (2014). Analisis Ewom, Brand Image, Brand Trust

Dan Minat Beli Produk Smartphone di Surabaya. Jurnal Manajemen

Pemasaran, 8(2).

Schiffman, L., & Kanuk, L. L. (2007). Consumer Behaviour 7 th. Edition.

(Perilaku Konsumen). PT. Indeks.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Surachman, S. (2008). Dasar-Dasar Manajemen Merek. In Bayumedia Publishing.

Sutisna. (2013). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Erlangga.

Taufik, I., Syafei, R. S., Tobing, F. F. L., Aditia, S., Febriansyah, Y. I., &

Purnomo, A. (2021). The Effects of Perceived Quality and Brand Trust on

Purchase Intention on the Body Shop Products. EVIEW OF

INTERNATIONAL GEOGRAPHICAL EDUCATION, 11(3), 1416–1422.

https://doi.org/10.48047/rigeo.11.3.133

Tjiptono, F. (2016). Service, Quality & satisfaction.

Yuningsih, R., & Suryoko, S. (2019). Pengaruh Brand Association Dan Perceived

Quality Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mustika Ratu (Studi pada

Pengunjung Toko Kosmetik J-C Store dan Toko Kosmetik Brilliant Kota

Semarang). Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. IX(Iv), 514–521.


LAMPIRAN 1: Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Kepada:
Pengguna Produk Etude House

Bapak/Ibu yang terhormat,


Bersama dengan ini kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi
daftar kuesioner yang diberikan. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya
sematamata digunakan untuk penelitian skripsi kami dengan judul “Pengaruh
Brand Image, Brand Trust Dan Perceived Quality Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Kosmetik Korea Etude House Di Ulzzang Beuty Shop
Kota Palu”.

Jawaban pertanyaan dalam kuesioner ini tidak berhubungan dengan benar


atau salah, oleh karena itu harapan kami kepada Bapak/Ibu agar dalam menjawab
pertanyaan dengan apa adanya sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu alami dalam
melakukan memakai produk tersebut.

Informasi yang Bapak/Ibu berikan merupakan bantuan yang sangat berarti


dalam penyelesaian penelitian ini. Sebelumnya Kami mengharapkan Bapak/Ibu
untuk membaca petunjuk pengisian terlebih dahulu sebelum mengisi kuesioner
ini. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya telah mengganggu waktu dan
kesbukan kerja Bapak/Ibu/Saudara sekalian. Kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara sekalian untuk mengisi
kuesioner ini.
IDENTITAS RESPONDEN

Palu, Desember 2021

Perihal: Permohonan Pengisian Kuesioner

Kepada Yth,

Bapak/Ibu/Saudara(i)

Di-

Tempat

Dengan hormat,

Saya memohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara(i) untuk mengisi kuesioner penelitian


saya yang berjudul: Pengaruh Brand Image, Brand Trust Dan Perceived Quality
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Korea Etude House Di Ulzzang
Beuty Shop Kota Palu. Penelitian ini ditujukan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi
dan tidak digunakan untuk kepentingan lain yang dapat merugikan. Oleh karena itu,
semua data dan informasi yang diisi dalam kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya oleh
peneliti.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas bantuan dan kerjasama
Bapak/Ibu/Saudara(i), saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya,
I. INDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Jenis kelamin :

a. Laki laki
b. Perempuan
3. Usia :

a. < 20 Tahun
b. 20 - 29 Tahun
c. 30 - 39 Tahun
d. > 40 Tahun
4. Pekerjaan :

a. Pelajar/Mahasiswa
b. Pegawai Negeri
c. Swasta
d. Wirausaha
e. Lain-lain

5. Pendapatan/Uang saku per bulan:

a. < Rp2.500.000
b. Rp2.500.000 s/d Rp5.000.000
c. > Rp5.000.000

III. PERTANYAAN PENELITIAN


VARIABEL X1 : BRAND IMAGE
Tanggapan
No Pertanyaan
STS TS RR S SS
1.1 Produk Etude House sangat terkenal di
lingkungan masyarakat
1.2 Produk Etude House selalu memberikan
hasil yang baik
1.3 Hasil Produk dari Etude House sangat
disukai pengguna
2.1 Banyak artis yang telah menggunakan
Produk Etude House
3.1 Atribut Produk Etude House sangat
beragam
3.2 Harga produk sangat mudah dijangkau oleh
kalangan masyarakat
3.3 Kualitas Produk Etude House sangat
memuaskan
3.4 Jaminan yang diberikan oleh Produk Etude
House sangat bagus

VARIABEL X2 : BRAND TRUST


Tanggapan
No Pertanyaan
STS TS RR S SS
1.1 Produk Etude House sangat mudah
memberikan keputusan bahwa produk
tersebut bagus untuk digunakan
1.2 Produk Etude House memiliki kompetensi
yang sangat baik
2.1 Reputasi perusahaan Produk Etude House
sangat baik terlihat pada sebaran produk di
dunia
2.2 Motivasi perusahaan Produk Etude House
sangat tinggi terlihat pada produk yang
sudah banyak disukai oleh dunia
2.3 Integritas perusahaan Produk Etude House
sangat bagus terlihat pada artis-artis yang
dijadikan Branambasador
3.1 Saya sangat menyukai merek Etude House
3.2 Pengalaman saya menggunakan merek
Etude House sangat indah

VARIABEL X3 : PERCEIVED QUALITY


Tanggapan
No Pertanyaan
STS TS RR S SS
1 Produk Etude House memiliki keamanan
yang sangat baik
2 Produk Etude House sangat menjalankan
fungsinya dengan baik terlihat pada hasil-
hasil yang diberikan
3 Citra Produk Etude House sudah sangat
bagus terlihat pada sebaran produk yang
sudah mendunia
4 Produk Etude House memberikan nutrisi
yang sangat baik untuk tubuh/kulit
5 Produk Etude House sebelum saya gunakan
sudah masuk dalam indra saya bahwa
Produk Etude House sangat baik bagus
untuk digunakan

VARIABEL Y : KEPUTUSAN PEMBELIAN


Tanggapan
No Pertanyaan
STS TS RR S SS
1 Kebutuhan merasakan ada kebutuhan atas
Produk Etude House
Selalu berkeinginan untuk mendapatkan
2
informasi terkait Etude House
Berupaya untuk mencarian sumber
3
informasi terkait Etude House
Merek Etude House menjadi merek yang
4
terbaik
Merek ini layak untuk digunakan oleh
5
kalangan masyarakat
Merek Etude House menyediakan beragam
6
produk
Adanya rasa kepuasan setelah penggunaan
7
produk merek Etude House
Adanya rasa untuk ingin membeli kembali
8
produk merek Etude House

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai