PENDAHULUAN
Tanah salin disebut juga tanah garaman yaitu tanah yang mempunyai kadar garam
netral larut dalam air, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan kebanyakan tanaman.
Tanah salin biasanya ditemukan di dua tipe daerah, yakni daerah sekitar pantai yang
memiliki cekaman salinitas yang disebabkan oleh intrusi air laut serta daerah arid dan
semi arid yakni salinitas yang disebabkan oleh evaporasi air tanah atau air permukaan
(Adi, 1997).
Proses penimbunan garam mudah larut dalam tanah sehingga membentuk tanah
garaman disebut salinisasi. Salinisasi terjadi pada saat terjadi proses penimbunan garam
mudah larut dalam tanah dan pada saat yang sama jumlah H2O yang berasal presipitasi
tidak cukup untuk menetralkan jumlah H2O yang hilang oleh evaporasi dan
evapotranspirasi. Singkatnya, sewaktu air diuapkan ke atmosfer, garam-garam tertinggal
dalam tanah (Candrabarata, 2011).
Permasalahan salinitas telah meluas akhir-akhir ini. Salinitas menyebabkan kerugian
50% produk dan penurunan rata-rata hasil panen relatif dengan meningkatnya salinitas.
Salinitas telah menganggu pertanian pada iklim arid dan semi arid selama ribuan tahun
(Steppuhn, 2013). Salinitas tanah pada kenyataannya telah menjadi suatu masalah yang
serius dalam produksi tanaman di Indonesia.
Daerah produksi padi yang terletak di pinggir laut seperti di Pulau Jawa, Sulawesi
Selatan, dan daerah lainnya sangat rentan menghadapi masalah salinitas, sehingga tidak
sedikit petani yang merubah lahan sawahnya menjadi tambak atau lahan untuk membuat
garam atau bahkan meninggalkannya (Thohiron dan Prasetyo, 2012). Lahan sawah yang
ada di seputar wilayah Jawa sebenarnya sangat strategis untuk mencukupi kebutuhan
beras nasional. Luas lahan sawah di Indonesia sendiri mencapai 7,75 juta Ha, sekitar
42,8% yaitu 3,32 juta Ha berada di Pulau Jawa yang tersebar terutama di daerah Pantai
Utara (Pantura). Menurut Jawa Tengah dalam Angka, 43.977 Ha diantaranya terdapat di
Kabupaten Kendal (BPS, 2017)
Beberapa tahun terakhir terjadi penurunan produktivitas lahan sawah intensif di
Kawasan Pantura akibat cekaman salinitas, khususnya di Kabupaten Kendal (Moenadi,
2016). Hal ini dapat terjadi karena banyak lahan sawah di Kabupaten Kendal yang
terletak di sekitar pantai. Cekaman salinitas lahan sawah yang berada di sekitar pantai
1
biasanya disebabkan oleh intrusi air laut yang menyebabkan tanah mengalami akumulasi
garam-garam yang didominasi oleh Natrium klorida (NaCl) yang mampu menghambat
produksi tanaman padi, sehingga dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah dan mengganggu
pertumbuhan serta produksi tanaman padi (Hendrayana, 2002). Permasalahan ini sangat
perlu diperhatikan, mengingat lahan sawah tersebut merupakan salah satu lumbung padi
nasional (van Asten, et al., 2004).
Moenadi (2016) melaporkan bahwa pada musim tanam kedua yang dimulai pada
musim kemarau, seringkali petani mengalami kerugian karena rusaknya sawah akibat
cekaman salinitas yang diakibatkan oleh masuknya air laut ke sawah petani di Kabupaten
Kendal. Kerugian yang dialami yaitu penurunan hasil panen hingga 50% dan yang
terparah adalah mengakibatkan petani gagal panen. Oleh karena itu, usaha dalam
mencegah terancamnya produktivitas padi sangatlah diperlukan.
Menurut FAO (2005), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki
kondisi cekaman salinitas di lahan pertanian, yaitu dengan cara pengerokan tanah,
menggunakan sistem pencucian dengan terus-menerus dialiri dengan air, dan reklamasi
tanah menggunakan bahan amelioran. Salah satu upaya yang dinilai paling efektif untuk
dilakukan dalam memperbaiki tanah salin adalah dengan melakukan reklamasi
menggunakan bahan amelioran. Bahan amelioran yang dapat digunakan antara lain
adalah: gypsum, jerami padi, zeolit, dolomit, asam humat, maupun bahan-bahan lain
yang dapat menekan keracunan garam dan memperbaiki kondisi fisik dan kimia tanah
dengan cara mengikat ion-ion beracun yang terkandung dalam cekaman salinitas.
Berdasarkan situasi tersebut, pengelolaan tanah sawah salin di Kabupaten Kendal
dengan menggunakan berbagai jenis bahan amelioran merupakan suatu langkah awal
yang sangat penting dalam upaya untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas
komoditas tanaman padi. Kegiatan penelitian ini dilakukan dan diharapkan untuk dapat
memperbaiki produktivitas tanaman padi pada lahan sawah yang terkena cekaman
salinitas. Berbagai macam perlakuan pemberian bahan amelioran yang
direkomendasikan oleh BPTP Jateng seperti gypsum, pupuk organik, dolomit, dan zeolit
diharapkan mampu memberikan hasil terbaik untuk peningkatan produktivitas tanaman
padi.
2
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menguji efektivitas aplikasi berbagai jenis amelioran terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman padi varietas Ciherang.
2. Mendapatkan jenis amelioran terbaik yang diaplikasikan pada varietas Ciherang.
3
1.5 Model Hipotetik
Y1
Y2
Keterangan :
X = Pengaplikasian amelioran dan varietas tahan salin terhadap lahan Sawah Salin
Y1 = Pertumbuhan tanaman padi varietas Ciherang
Y2 = Hasil panen tanaman padi varietas Ciherang