Anda di halaman 1dari 12

HASIL PENGAMATAN JAGUNG HIBRIDA BISI-2

( LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN PANGAN )

Disusun oleh:

Ira Sella Rahayu Wangi (361541311123)


Sydney Safira Dewi (361541311126)
Nanang Kurniawan (361541311133)
Jeki Tri Handoko (361541311139)
Mohammed Akmal M. P (361541311142)
Nurma Aprilia (361541311144)
Christopher Sam M. S (361541311134)

PROGRAM STUDI D-IV AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan
Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai
sumber karbohidrat, Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam
sebagai penghasil bahan farmasi.
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Madura, D.I Yogyakarta, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara dan Madura. Khusus di daerah Jawa Timur dan
Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan
iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhan jagung. Secara umum, jagung
memiliki kandungan gizi dan vitamin. Di antaranya kalori, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, mengandung banyak vitamin. Sebagai sumber karbohidrat
utama, jagung menjadi sumber pangan di beberapa daerah.
Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari segi
produksi yang dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional yang sangat
besar untuk kebutuhan pangan dan pakan. Sehingga hal ini memicu para peneliti
untuk menghasilkan varietas-varietas jagung yang lebih unggul guna lebih
meningkatkan produktifitas serta kualitas agar persaingan di pasaran dapat lebih
meningkat. Selain untuk pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan industri
makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan
kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan baku
industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi nilai tambah
bagi usahatani komoditas tersebut.
Jagung merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai
makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung
dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan
(pop corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak goreng,
margarin, dan formula makanan. Perkembangan ini juga membuat penelitian
mengenai karakteristik ( fisik dan kimiawi ) semakin dinamis. Oleh karena itu
penelitian yang terkait karakteristik terus dikembangkan, seperti halnya perilaku
kadar air dan tingkat kekerasan biji jagung.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana teknik budidaya tanaman jagung ?
 Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung ?
 Apa saja hama penyakit dan gulma yang menyerang tanaman jagung ?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung.
 Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung.
 Untuk mengetahui hama penyakit dan gulma yang menyerang tanaman jagung.

1.4 Manfaat
 Untuk menambah pengetahuan tentang budidaya tanaman jagung.
 Mengetahui perkembangan dan perkembangan tanaman jagung.
 Mengetahui hama penyakit dan gulma yang menyerang tanaman jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung (Zea Mays L)


Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies
Zea Mays L. Secara umum, klasifikasi dan sistimatika tanaman jagung sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea Mays L

2.2 Morfologi Tanaman Jagung (Zea Mays L)


Jagung (Zea Mays L) merupakan salah satu bahan pangan yang penting di
Indonesia karena jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di
samping itu, jagung juga merupakan bahan baku industri dan pakan ternak.
Kebutuhan jagung di Indonesia untuk konsumsi meningkat sekitar 5,16% per tahun
sedangkan untuk kebutuhan pakan ternak dan bahan baku industri naik sekitar
10,87% per tahun (Roesmarkam dan Yuwono, 2002).
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1 meter sampai 3 meter, ada varietas yang dapat mencapai
tinggi 6 meter. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas
teratas sebelum bunga jantan. (Anonym, 2011a).
Diantara beberapa varietas, tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-rata 12 -
18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih sedikit
dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai banyak daun.
Panjang daun berkisar antara 30 - 150 cm dan lebar daun dapat mencapai 15 cm.
Beberapa varietas mempunyai kecenderungan untuk tumbuh dengan cepat.
Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah ( Berger, 1962 ).
Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar 2 – 4 cm tergantung pada
varietasnya. Genetic memberikan pengaruh yang tinggi pada tanaman. Tinggi
tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang sangat berpengaruh
pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987).
Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat
rata-rata 250-300 mg. Biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang
merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung
diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur
embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk
pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).
Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen jagung baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Hal ini disebabkan pemupukan dapat meningkatkan ketersediaan
unsur hara, kesehatan tanaman dan menekan perkembangan penyakit (Prahasta,
2009).
Parameter pertumbuhan generatif yang diamati kedua ialah jumlah tongkol.
Jagung yang sudah masak dipetik dari pohonnya. Jagung yang sudah masak
memiliki ciri bijinya keras, jika ditekan dengan kuku tidak berbekas dan warnanya
kuning (Aksi Agraris Kanisius, 1993).
Tersedianya unsur hara yang merupakan elemen esensial yang dibutuhkan
tanaman, karena apabila salah satu unsur tidak ada maka proses metabolisme dan
pertumbuhan tanaman terganggu bahkan mengakibatkan kematian. Kandungan hara
yang cukup didalam tanah akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman
jagung menjadi baik (Retno dan Darminanti, 2009).
Berkaitan dengan hal ini Poulton et al, (1989), menyatakan bahwa tanaman
dalam proses metabolismenya sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara
terutama unsur hara makro primer yaitu N, P, dan K dalam jumlah yang cukup dan
seimbang, baik pada fase pertumbuhan vegetatif, maupun fase generatif.
Tanaman jagung membutuhkan nitrogen sepanjang hidupnya dan sangat efektif
dalam penggunaan amonium meskipun sebagian besar diambil dalam bentuk nitrat
(Sudjana dkk., 1991)
BAB III
METODOLOGI

4.3.1 Waktu dan Tempat


Pengamatan ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2016, bertempat di
lahan Politeknik Negeri Banyuwangi.
4.3.2 Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan


1 Benih Jagung
2 Timba
3 Penggaris
4 Bambu lajur
5 Cangkul
6 Tajak
7 Parang
4.3.3 Tahapan Budidaya Tanaman Jagung
 Persiapan lahan
Tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik sehingga perlu
penggemburan tanah. Pada umumnya persiapan lahan untuk tanaman jagung
dilakukan dengan cara dibajak sedalam 15-20 cm, diikuti dengan penggaruan
tanah sampai rata.
Ketika mempersiapkan lahan, sebaiknya tanah jangan terlampau basah
tetapi cukup lembab sehingga mudah dikerjakan dan tidak lengket. Untuk
jenis tanah berat dengan kelebihan, perlu dibuatkan saluran drainase.
 Penanaman
Pada saat penanaman tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak
tanaman harus diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan
pemeliharaan tanaman mudah. Jagung dapat ditanam dengan menggunakan
jarak tanam 20 cm x 40 cm dengan satu tanaman perlubang. Lubang dibuat
sedalam 3-4 cm menggunkan tugal, setiap lubang diisi 1 biji jagung kemudian
lubang ditutup dengan tanah.

 Pemupukan
Dari semua unsur hara yang diperlukan tanaman yang paling banyak
diserap tanaman adalah unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K).
Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai
pematangan biji. Tanaman ini menghendaki tersedianya nitrogen secara terus
menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji.
Kekurangan nitrogen dalam tanaman walaupun pada stadia permulaan
akan menurunkan hasil. Tanaman jagung membutuhkan pasokan unsur P
sampai stadia lanjut, khususnya saat tanaman masih muda. Gejala kekurangan
fosfat akan terlihat sebelum tanaman setinggi lutut. Sejumlah besar kalium
diambil tanaman sejak tanaman setinggi lutut sampai selesai pembungaan.
 Pemeliharaan
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman,
penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan daun. Penyulaman
dapat dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu. Penjarangan
tanaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan tegap
terus di pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan.
Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat beragam
sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor
budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak
tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut.
Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma.Penyiangan
dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai
menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan
sekaligus dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua. Pembubuan
selain untuk memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan
mempermudah pengairan.
Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun.Daun jagung
segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian
pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil
secara nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh.
 Pengairan
Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45-55 hari
sesudah tanam) dan pengisian biji (60-80 hari setelah tanam). Pada masa
pertumbuhan kebutuhan airnya tidak begitu tinggi dibandingkan dengan waktu
berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada masa berbunga ini waktu
hujan pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari pada huja terus
menerus.
Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak layu.
Pengairan yang terlambat mengakibatkan daun layu. Daerah dengan curah
hujan yang tinggi, pengairan melalui air hujan dapat mencukupi. Pengairan
juga dapat dilakukan dengan mengalirkan air melalui parit diantara barisan
jagung atau menggunakan pompa air bila kesulitan air.
 Penyakit dan Hama
Tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan biji. Beberapa
jenis hama dan penyakit tanaman jagung yang sering merusak dan menggangu
pertumbuhan jagung dan mempengaruhi produktivitas antara lain :
o Hama tanaman jagung, macam-macamnya : hama lundi, lalat bibit, ulat
tanah, ulat daun, penggerek batang, ulat tentara, ulat tongkol.
o Penyakit tanaman jagung, macam-macamnya : bulai, cendawan, bercak
ungu, karat.
o Sebelum terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung
tersebut maka dapat dilaksanakan langkah-langkah pencegahan dengan
cara:
o Penggunaan varietas bibit yang resisten
o Penggunaan teknik-teknik agronomi
o Penggunaan desinfektan pada benih yang akan ditanam
o Pemeliharaan dan pemanfaatan musuh-musuh alami

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tinggi Batang Tanaman Jagung


Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung
umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai
tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan
(seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Pada potongan melintang tanaman jagung terdapat jaringan epidermis,
sklerenkim, parenkim, dan sistem vaskular. Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas
berjajat secara vertikal pada batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua,
jarak antar ruas semakin berkurang (Belfield dan Brown, 2008). Batang tanaman
jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak
bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan sebagai
tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem
dan floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas.
Floem membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan.

5.2 Jumlah Daun Tanaman Jagung


Tanaman jagung memiliki jumlah daun antara 9 sampai 48 helai, tetapi
biasanya berkisar 12-18 helai. Jumlah daun tergantung dari varietas dan umur
jagung. Tipe daun digolongkan ke dalam linear. Panjang daun bervariasi biasanya
antara 30 cm dan 150 cm sedangkan lebarnya dapat mencapi 15 cm. Jumlah tangkai
daun atau pelepah daun biasanya antara 3 cm sampai 6 cm (Aak, 1993).
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah
dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.
Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung
berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel
epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

5.3. Hasil Data Pengamatan

Lampiran I

5.3 Hama dan Penyakit pada Tanaman Jagung


5.3.1. Hama
a. Lalat Bibit
 Gejala daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang
mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan
tanaman menjadi kerdil atau mati.
 Penyebab lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna
punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan,
warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
 Pengendalian dilakukan dengan penanaman serentak dan penerapan
pergiliran tanaman.
b. Ulat Pemotong
 Gejala tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah,
ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman
yang masih muda roboh.
 Penyebab beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera
litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan
penggerekbuah jagung (Helicoverpa armigera).
 Pengendalian tanam serentak atau pergiliran tanaman, cari dan bunuh
ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah).

5.3.2. Penyakit
a. Penyakit Bulai
 Penyebab :cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P.
philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan
udara lembab.
 Gejala: umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan
batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan
spora cendawan warna putih; umur 3-5 minggu mengalami gangguan
pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol
berubah bentuk dan isi; pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis
kecoklatan pada daun tua.
 Pengendalian: penanaman menjelang atau awal musim penghujan; pola
tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; cabut
tanaman terserang dan musnahkan.
b. Penyakit Bercak Daun
 Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.
 Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna
kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas
dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah,
kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian
berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun
berwarna coklat.
 Pengendalian: pergiliran tanaman, mengatur kondisi lahan tidak lembab
c. Penyakit Karat
 Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw.
 Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda
berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna
kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang.
 Pengendalian: mengatur kelembaban, menanam varietas tahan terhadap
penyakit, sanitasi kebun.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dalam proses penanaman jagung perlu diperhatikan beberapa faktor, agar
tanamannya dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang maksimal.
Faktor-faktor yang diperhatikan adalah :
 Jarak tanam
 Perbandingan antara luas lahan dan pemberian pupuk NPK
 Pengendalian hama dan penyakit
5.2 Saran
 Diharapkan alat dan perlengkapan praktikum selanjutnya lebih diperlengkap.
 Diharapakan jarak lokasi praktikum dengan gedung perkulihan lebih efektif dan
efisien.
 Diharapkan informasi dari Teknisi untuk kegiatan praktikum lebih jelas
DAFTAR PUSTAKA

Roesmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit


Kanisius. Yogyakarta.
Anonym, 2011a. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses Pada
Tanggal 30 November 2011.
Berger, J., 1962. Maize Production and the Manuring of Maize. Printed in
Press, Yogyakarta
Singh, J., 1987. Field Manual of Maize Breeding Procedures. Indian
Agricultural Research Institute New Delhi, India.
Johnson LA. 1991. Corn: Production, Processing and atilitation. Di dalam
Lorenzo KJ, Kulp K, editor. Handboojk of Cereal Science and
Technology. New York: Marcel Dekker Inc.
Prahasta. 2009. Agribisnis Jagung. Pustaka Grafika. Bandung, hal. 1.
Aksi Agribisnis Kanisius. 1993. Seri Budidaya Jagung. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta, hal. 35.
Retno dan Darminanti. S., 2009. Pengaruh Dosis Kompos Dengan
Stimulator Tricoderma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Jagung (Zea Mas L.).Varietas pioner – 11 Pada
Lahan Kering. Jurnal BIOMA. Vol . 11. No 2. Hal 69 -75.
Poulton, J.E, Romeo, J.T & Conn, E.E. 1989. Plant Nitrogen Metabolism.
Recent Advances in Phytochemistry. Vol.23. New York:
Plenum Press.
Sudjana, A., A. Rifin, dan M. Sudjadi. 1991. Jagung.Buletin Teknik No. 3.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian
Tanaman Pangan Bogor. Jl. Tentara Pelajar 3 A Bogor.

Anda mungkin juga menyukai