Anda di halaman 1dari 13

Alifia Yoranika R. (04) | Debiem Silke A. (08) | Grace Angelina L. (13) | Malva Nafisha D. M. (16)
Rakindra Putri A. (26) | Sabitha Naura S. (27) | Talitha Athazora J. (31) | Yuniar Rachma Z. (36)
01 02 03

04 05
01
Masih lemahnya akuntabilitas pengurus partai politik baik kepada anggotanya,
masyarakat (publik) maupun kepada negara.

Masih lemahnya akuntabilitas para wakil rakyat kepada pemilihnya.

Format akuntabilitas pejabat eksekutif dan legislatif bagi masyarakat/publik Kurang


adanya tanggung jawab pejabat eksekutif dan legislatif kepada masyarakat/publik
dalam pengelolaan keuangan negara (Anggaran Pendapatan Belanja Negara/APBN)
dan keuangan daerah (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah/APBD).

Belum mantapnya akuntabilitas pejabat birokrasi kepada instituennya.


02
Terjadi pada jajaran yang lebih rendah seperti gubernur,
bupati atau walikota, camat dan kepala desa.

Perubahan selama pemerintahan Orde Baru hanya terjadi pada


jabatan Wakil Presiden, sementara pemerintahan secara
esensial masih tetap sama.
03
Pengisian jabatan tinggi seperti Mahkamah Agung (MA), Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan jabatan-jabatan lain dalam
birokrasi dikontrol sepenuhnya oleh lembaga kepresidenan.

Demikian juga dengan anggota badan legislatif. Anggora DPR


dipilih melalui proses pengangkatan dengan surat keputusan
Presiden.

Pada rekrutmen politik lokal (gubernur dan bupati atau


walikota), masyarakat di daerah tidak punya peluang ikut
menentukan pemimpin. Presiden memutuskan siapa yang akan
menjabat.
04
Sifatnya masih tertutup karena pada waktu itu belum dibentuk DPR
dan MPR sedangkan yang memerintah hanya presiden. Kualitas
pelaksanaan pemilihan umum masih jauh dari semangat demokrasi.
Karena Pemilu tidak melahirkan persaingan sehat, terjadi
kecurangan-kecurangan yang sudah menjadi rahasia umum.
05
Banyak pelanggaran HAM dan masih banyak terjadi diskriminatif terhadap etnis tertentu.

Selama pemerintahan Orde Baru, sejarah pemberangusan surat kabar dan majalah
terulang kembali seperti pada masa Orde Lama.

Beberapa media massa dicabut surat ijin penerbitannya atau dibredel. Setelah
mengeluarkan laporan investigasi tentang berbagai masalah penyelewengan oleh
pejabat-pejabat negara.

Kebebasan berpendapat menjadi tidak ada. Pemerintah melalui aparat keamanan


memberikan ruang terbatas kepada masyarakat untuk berpendapat.

Pemberlakuan Undang-undang Subversif membuat posisi pemerintah kuat karena tidak


ada kontrol dari rakyat.

Rakyat takut berpendapat mengenai kebijakan yang diambil pemerintah. Pemerintah


memenjarakan dan mencekal orang-orang yang mengkritisi kebijakan pemerintah.
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai