Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Keimanan dan
Ketaqwaan”.Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman
mahasiswa mengenai keimanan dan ketaqwaan serta mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
            Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca dari berbagai
kalangan khusus nya kepada para mahasiswa di lingkungan Universitas
Diponegoro. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, atas segala dukungan yang diberikan kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing sehingga makalah ini disusun dengan baik.

Semarang , 11 September 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................................................
1.1  Latar Belakang ...................................................................................................
1.2  Rumusan Masalah ..............................................................................................
1.3  Tujuan Masalah ..................................................................................................
1.4  Manfaat ..............................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN .......................................................................................................
1. Pengertian Iman ....................................................................................................
2. Wujud Iman ...........................................................................................................
3. Tanda-Tanda Orang Beriman ................................................................................
4. Pengertian Takwa ..................................................................................................
5. Koheresi Keimanan dan Ketakwaan .....................................................................

BAB III
PENUTUP .................................................................................................................
Kesimpulan ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain
atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi
sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi
tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah dengan manusia lain. Proses
pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan dan ketakwaan
seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus dengan akhlak
seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan seseorang
maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan
adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan
ketakwaan sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat
pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka
potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang
secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh
masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang
sebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu
menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai
arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan
membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu dari persoalan dan
masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi kelompok kami
untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang kami
bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.

1.2  Rumusan Masalah


1.    Apa pengertian iman?
2.    Bagaimana wujud iman?
3.    Bagaimana tanda-tanda orang yang beriman?
4.    Apa pengertian taqwa?
5.    Bagaimana hubungan antara keimanan dan ketaqwaan?

1.3  Tujuan Masalah


1.    Mendeskripsikan pengertian iman
2.    Memaparkan wujud iman
3.    Memaparkan tanda-tanda orang yang beriman
4.    Mendeskripsikan pengertian taqwa
5.    Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketaqwaan

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis : melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
2. Bagi pembaca : dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan
ketawaan serta      mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan
demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang
harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata
kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti
percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Dalam surah al-Baqarah
ayat 165 :
‫ًّا هَّلِل ِ ۗ َولَوْ يَ َرى الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا إِ ْذ‬UV‫اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ أَ ْندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ َش ُّد ُحًب‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ِ ‫د ْال َع َذا‬Uُ ‫اب أَ َّن ْالقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِميعًا َوأَ َّن هَّللا َ َش ِدي‬
‫ب‬ َ ‫يَ َروْ نَ ْال َع َذ‬
Artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya,
dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan
dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan
amal perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun
bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara
hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan
dan sikap hidup atau gaya hidup.

Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy


1)        Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :
‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬
“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna
semua ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].
An-Nawawiy menukil perkataannya :
‫اإليمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل باألركان‬
“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan
dengan anggota tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146].
2)        Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :
‫ وال عمل إال بنية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬
“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan
perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-Tamhiid,
9/238].
3)        Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
‫و التكلّم‬UU‫ وه‬،‫ان‬UU‫ول اللس‬UU‫ وق‬،‫اد‬UU‫ وهو االعتق‬،‫ قول القلب‬: ‫ والقول قسمان‬.‫حقيقة اإليمان مركبة من قول وعمل‬
،‫ة‬UU‫ذه األربع‬UU‫إذا زالت ه‬UU‫ ف‬.‫ وعمل الجوارح‬،‫ وهو نيته وإخالصه‬،‫ عمل القلب‬: ‫ والعمل قسمان‬.‫بكلمة اإلسالم‬
‫ لم تنفع بقية األجزاء‬،‫ وإذا زال تصديق القلب‬،‫زال اإليمان بكماله‬
“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua :
perkataan hati, yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang
kalimat Islam (mengikrarkan syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada
dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan anggota
badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan
kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak
akan bermanfaat tiga hal yang lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa,
hal. 35].
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala
keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan
rasulNya.
2.        Wujud Iman
Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti
percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat.
Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang
dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu,
melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan
dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia
merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal.
Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada
akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya
akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak
beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun
perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat
dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi
seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur
dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:
1.    Ilahiyah : Hubungan dengan Allah
2.    Nubuwwah : Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3.    Ruhaniyah : Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4.    Sam’iyah : Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i

3.    Tanda – Tanda Orang beriman


Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka
bergejolak hatinya untuk segera   melaksanakannya (al-Anfal: 2).
 "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka.  dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka

2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,


diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut
Sunnah Rasul (Ali Imran: 120
 al-Maidah: 12
[5:12] Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil
dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu
mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku
dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik
{406} sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu
akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai.
Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah
tersesat dari jalan yang lurus.
at-Taubah: 52
[9:52] Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah
satu dari dua kebaikan {646}. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa
Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu
tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu."
Ibrahim: 11
[14:11] Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah
manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia
kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami
mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya
kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.
Mujadalah: 10
[58:10] Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya
orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah
memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan
kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.
3.      Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya
al-Anfal: 3
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya
 Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat
untuk membina kualitas imannya.

4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini


dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara
yang kaya dengan yang miskin.

5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-


Mukminun: 3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang
berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.

6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min


tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.

7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan


Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan
harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.

8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap


seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang
berpandangan dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

4.    Pengertian Taqwa


Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib
k.w. tentang apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :
1.    Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2.     Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam
kehidupan sehari-hari seorang manusia.
3.    Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki
yang banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu
disedari adalah bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4.    Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup
sesudah mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan
menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang
diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar
perintah dan menjauhi larangan.

5.    Koheresi Keimanan dan Ketaqwaan


Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi
menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid
yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan
Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan
kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan.
Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah
adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan
dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid
teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih
menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah
ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain
Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya
tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan
dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara
sempurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna
adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis
kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan
keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan
sehari-hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal,
konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan
demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan
percaya kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan
dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru
dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid
dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah
dan meninggalkan segala larangan-Nya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan
sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
Wujud Iman ada 4, yakni:
1)        Ilahiyah : Hubungan dengan Allah
2)        Nubuwwah : Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3)        Ruhaniyah : Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4)         Sam’iyah : Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i
Tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak
hatinya untuk segera melaksanakannya.
2. Senantiasa tawakal
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
6. Memelihara amanah dan menepati janji
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin
Taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan
menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti
kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.
Seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan
mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

http://amrhy.blogspot.co.id/2011/10/makalah-keimanan-dan-ketakwaan.html
http://mdwimartasadewo.blog.com/2012/11/04/makalah-keimanan-dan-
ketakwaan/

Anda mungkin juga menyukai