MODUL 2
“BAB BERDARAH”
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
K1A117011 Ilham Saputra Juni
K1A118012 Siska Nur Anggraeni
K1A118013 Maimunah Nur Islamiyati
K1A118014 Winda Tri Wahyuni
K1A118015 Rezky Suriyaningsih Rianse
K1A118016 Anggun Musfirah Syarif
K1A118084 Nur Zakiyah Sunardi Putri
K1A118085 Reisyah Mutmarani
K1A118086 Wa Ode Sri Rezeky Amal Janna
K1A117046 Ni Ketut Citra Etika Sari
K1A118108 Jumiarsih Hidayat
LEMBAR PENGESAHAN
Dosen Pembimbing
MODUL II
BAB BERDARAH
A. Skenario
D. Pertanyaan
1. Jelaskan antomi, histologi dan fisiologi organ terkait! (gaster, intestinal, anus)
2. Jelaskan factor penyebab diare pada anak (termasuk pathogen yang menyebabkan
diare)!
3. Bagaimana perbedaan patomekanisme pasien yang berak encer saja, berak encer
disertai darah, berak encer yang masih berampas?
4. Jelaskan penyakit-penyakit dengan gejala BAB berdarah pada anak!
5. Jelaskan mengapa anak sangat rewel, tidak mau makan dan minum, mengeluh
sakit perut, dan muntah dua kali selama sakit!
6. Jelaskan interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik (BB 14 kg, suhu tubuh 38,3°C,
denyut nadi 98x/menit, mata tampak cekung, perut agak kembung dan nyeri
abdomen)!
7. Jelaskan interpretasi dari hasil pemeriksaan colok dubur (diperoleh adanya ampas
tinja, lendir dan sedikit darah pada sarung tangan pemeriksa)!
8. jelaskan Langkah Langkah diagnosis, anamnesis dan pemeriksaan fisik apa yang
masih kurang pada scenario dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan
pada pasien ?
9. DD dan DS! {Disentri (basiler dan amoeba), Invaginasi, Salmonelisis, Diare)
10. Jelaskan tata laksana awal diare pada anak!
11. Bagaimana mekanisme kerja farmakokinetik dan farmakodinamik obat anti diare?
E. Jawaban Pertanyaan
1. Anatomi, Histologi dan Fisiologi Organ Terkait
A. Anatomi
a. Anatomi Lambung
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di
antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus. Lambung merupakan
ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada
regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen.
b) Lokalisasi
Pangkal duodenum dimulai setinggi vertebra lumbalis I, kurang lebih 2,5
cm di sebelah kanan linea mediana dan berakhir di sebelah kiri linea mediana
setinggi vertebra lumbalis II. Pars descendens turun sampai setinggi vertebra
lumbalis III. Bagian konkaf dari duodenum ditempati oleh caput pancreatic. Batas
antara pars superior duodeni dan pars descendens duodeni disebut flexura
duodeni superior, batas antara pars descendens duodeni dan pars horizontalis
duodeni disebut flexura duodeni inferior.
Antara pars superior duodeni dan hepar terdapat ligamentum
hepatoduodenale yang merupakan penebalan dari tepi bebas omentum minus. Jadi
bagian ini terletak intraperitoneal, sedangkan bagian duodenum lainnya terletak
retroperitoneal.
Ductus choledochus bermuara ke dalam pars descendens duodeni melalui
papilla duodeni major, yang terletak kurang lebih 7 cm dari pylorus di bagian
konkaf dari duodenum. Kadang-kadang terdapat papilla duodeni minor di sebelah
cranial papilla duodeni major.
Flexura duodeno-jejenalis di fixir oleh ligamentum Treitz [ =
lig.suspensorium duodeni ] pada diaphragma. Ligamentum ini terdiri dari jaringan
ikat dan otot.
c) Vascularisasi
Arteria supra duodenalis, memberi suplai darah kepada pars superior
duodeni; arteri ini adalah suatu end arteri sehingga bagian dari duodenum ini
sering mengalami ulcus [ = ulcus duodeni ].
Arteria retroduodenalis memberikan aliran darah kepada dinding posterior
duodenum.
Arteria pancreatico duodenalis superior, yang berada di sebelah posterior
pars superior duodeni, berjalan di antara pancreas dan pars descendens
duodeni, memberi suplai darah kepada duodenum dan pancreas.
Arteria pancreatico duodenalis inferior, dipercabangkan oleh m.mesenterica
superior, berjalan ke cranialis di antara pancreas dan duodenum,
mengadakan anastomose dengan a.pancreatico duodenalis superior.
Memberi suplai darah kepada duodenum dan pancreas.
Arteria gastrica dextra, juga memberikan cabang-cabang kepada duodenum.
Arteria gastro epiploica dextra, memberikan cabang-cabang kepada
duodenum.
d) Innervasi
Menerima serabut-serabut saraf dari plexus coeliacus dan plexus
mesentericus superior, berjalan sesuai dengan pembuluh darah yang
dipercabangkan oleh arteria coeliaca dan arteria mesenterica superior.
e) Lymphonodus
Pembuluh lymphe dari duodenum membawa lymphe menuju ke
lymphonodus pancreatico duodenalis yang terletak di antara caput pancreatis dan
duodenum, kemudian mengalir menuju ke lymphonodus hepaticus dan
l.n.preaorticus.
b) Lokalisasi
Jejenum dan ileum menempati sebagian besar cavum abdominis bahkan
sampai ke dalam cavum pelvicum. Mesenterium berbentuk kipas dengan bagian
yang terlebar di bagian tengah sebesar 20 cm, melekat pada dinding dorsal
abdomen dan tempat melekatnya disebut radix mesenterii. Panjang radix
mesenterii kira-kira 15 cm, terletak miring dari kiri atas ke kanan bawah, dimulai
dari flexura duodeno-jejenalis [ setinggi corpus vertebrae lumbalis II ] sampai
setinggi articulatio sacroiliaca dextra. Oleh karena jejenum – ileum bentuknya
lebih panjang daripada radix mesenterii maka jejenum – ileum terletak berkelok-
kelok, sangat mobil atau mudah bergerak.
Di dalam mesenterium terdapat cabang-cabang dari a.mesenterium
superior, nervus, lymphonodus, pembuluh lymphe dan jaringan lemak.
Radix mesenterii menyilang di sebelah ventral pars horizontal duodeni,
corpus vertebrae lumbalis III dan ureter dexter.
c) Vascularisasi
Aliran darah bersumber pada a.mesentrica superior melalui cabang
aa.jejenales dan aa.ileae. Pembuluh-pembuluh darah berjalan di dalam
mesenterium.
d) Innervasi
Jejenum – ileum mendapatkan innervasi dari plexus mesentericus
superior, dan percabangan serabut saraf berjalan mengikuti cabang-cabang arteri.
e) Lymphonodus
Di dalam mesenterium terdapat banyak lymphonodus dari berbagai ukuran
dan dibagi menjadi 3 kelompok, sebagai berikut :
Dekat jejenum dan ileum
Mengikuti pembuluh-pembuluh darah
Pada radix mesenterii
C. Anatomi Anus
Kanalis anal
Kanalis anal memiliki panjang sekitar 4 cm, yang dikelilingi dengan
mekanisme sfingter anus. Setengah bagian atas dari kanalis anal dilapisi oleh
mukosa glandular rektal. Mukosa bagian teratas dari kanalis anal berkembang
sampai 6-10 lipatan longitudinal, yang disebut columns of Morgagni, yang
masing masing memiliki cabang terminal dari arteri rektal superior dan vena.
Lipatan-lipatan ini paling menonjol di bagian lateral kiri, posterior kanan dan
kuadran anterior kanan, dimana vena membentuk pleksus vena yang menonjol.
Mukosa glandular relatif tidak sensitif, berbeda dengan kulit kanalis, kulit
terbawahnya lebih sensitive.
Mekanisme spinter anal memiliki tiga unsur pembentuk, spinter internal,
spinter eksternal dan puborektalis. Spinter internal merupakan kontinuasi yang
semakin menebal dari muskular dinding ginjal. Spinter eksternal dan puborektalis
sling (yang merupakan bagian dari levator ani) muncul dari dasar pelvis.
Vaskularisasi rektum dan kanalis anal sebagian besar diperoleh melalui
arteri hemoroidalis superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior
merupakan kelanjutan akhir arteri mesentrika inferior. Arteri hemoroidalis media
merupakan cabang ke anterior dari arteri hipogastrika. Arteri hemoroidalis
inferior dicabangkan oleh arteri pubenda interna yang merupakan cabang dari
arteri iliaca interna, ketika arteri tersebut melewati bagian atas spina ischiadica.
Sedangkan vena-vena dari kanalis anal dan rektum mengikuti perjalanan
yang sesuai dengan perjalanan arteri. Vena-vena ini berasal dari 2 pleksus yaitu
pleksus hemoroidalis superior (interna) yang terletak di submukosa atas anorectal
junction, dan pleksus hemoroidalis inferior (eksterna) yang terletak di bawah
anorectal junction dan di luar lapisan otot.
Persarafan rektum terdiri atas sistem saraf simpatik dan parsimpatik.
Serabut saraf simpatik berasal dari pleksus mesentrikus inferior dan dari sistem
parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan
keempat. Persarafan parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari saraf sakral kedua,
ketiga, dan keempat.
Rectum
Rektum merupakan sebuah saluran yang berawal dari ujung usus besar
dan berakhir di anus. Panjang rektum sekitar 15-20cm dan berbentuk-S. Mula-
mula rektum mengikuti kecembungan os sacrum, flexura sacralis, lalu memutar
ke belakang setinggi os coccygis dan berjalan melalui dasar pelvis, flexura
perinealis. Akhirnya rektum menjadi canalis analis dan berakhir pada anus.
Sepertiga atas rektum merupakan bagian yang sangat lebar yaitu ampulla recti.
Jika ampulla terisi maka timbul perasaan ingin defekasi.
Adalah sebuah cincin otot lurik yang mengelilingi kanalis anal dengan
keliling 2,5 sampai 4 cm. Sfingter anal internal ini berkaitan dengan sfingter anal
eksternal meskipun letaknya cukup terpisah. Tebalnya sekitar 5 mm.
Pectinate Line
Adalah garis yang membagi antara bagian dua pertiga (atas) dan bagian
sepertiga (bawah) anus. Fungsi garis ini sangatlah penting karena bagian atas dan
bawah pectinate line memiliki banyak perbedaan.
Kolom Anus
Adalah sejumlah lipatan vertikal yang diproduksi oleh selaput lendir dan
jaringan otot di bagian atas anus.
Lambung dibagi dalam 3 bagian histologik: kardia, fundus dan korpus, pilorus.
Fundus dan korpus adalah bagian lambung yang terluas. Dinding lambung terdiri
atas 4 lapisan: mukosa , submukosa, muskularis eksterna dan serosa.
Mukosa terdiri dari atas epitel permukaan, lamina propria dan muskularis
mukosa. Permukaan lambung dilapisi oleh epitel selapis silindris yang meluas
kedalam dan melapisi foveola gastrica yaitu invaginasi tubular epitel permukaan.
Dibawah epitel terdapat jaringan ikat longgar lamina propria yang mengisi celah-
celah diantara kelenjar gastrika. Batas luar mukosa dibentuk oleh selapis tipis otot
polos muskularis mukosa yang terdiri atas lapisan sirkular dalam dan longitudinal
luar.
Serosa terdiri dari lapisan tipis jaringan ikat yang menutupi muskularis eskterna
dan dilapisi oleh mesotel selapis gepeng peritoneum viscerale. Serosa dapat
mengandung banyak sel adiposa.
b. Histologi Usus halus
Duodenum
Usus halus ditandai oleh banyak tonjolan mirip jari-jari yang disebut vili,
epitel sel kolumnair dengan nikrovili yang membentuk limbus striatus; sel goblet
yang terpulas pucat dan kelenjar intestinal (kriptus lieberkuhn) tubular pendek di
lamina propria. Kelenjar duodenal di submukosa merupakan ciri khas duodenum.
Kelenjar ini tidak terdapat di bagian lain usus halus (jejenum dan ileum) dan usus
besar.
Jejenum
Ileum
Ciri khas ileum adalah agregasi nodulus limfoid yaitu nodulus
lymphoideus aggregatus submucosus (Peyer’s patc). Setiap bercak peyer adalah
aggregasi banyak nodulus limfoid yang terdapat di dinding ilrum bersebrangan
dengan perlekatan mesenterium. Kebanyakan nodulus limfoid, memperlihatkan
pusat germinal. Nodulus limfoid biasanya menyatu dan batas di antara nodulus
menjadi tidak jelas.
Dalam gambar ini juga terlihat epitel permukaan yang melapisi vili
kelenjar intestinal, lakteal di vili, lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal
luar di muskularis eksterna dan serosa.
Rektum
Histologi rektum bagian atas mirip dengan kolon.
Epitel permukaan lumen dilapisi oleh sel selapis silindris dengan limbus
striatus dan sel goblet. Kelenjar intestinal, sel adiposa dan nodulus limfoid di
dalam lamina propria serupa dengan yang ada di kolon. Kelenjar intestinal lebih
panjang, lebih rapat dan terisi oleh sel goblet. Di bawah lamina propria adalah
muskularis mukosa.
Lipatan longitudinal di rektum bagian atas dan kolon temporer. Lipatan ini
memiliki bagian tengah submukosa yang dilapisi oleh mukosa. Lipatan
longitudinal permanen (kolon rektal) terdapat di rektum bagian bawah dan kanalis
analis.
a. FISIOLOGI GASTER
Lambung memiliki dua fungsi utama yaitu, fungsi pencernaan dan fungsi
motorik. Fungsi pencernaan dan sekresi lambung berkaitan dengan pencernaan
protein, sintesis dan sekresi enzim-enzim pencernaan. Selain mengandung sel-sel
yang mensekresi mukus, mukosa lambung juga mengandung dua tipe kelenjar
tubular yang penting yaitu kelenjar oksintik (gastrik) dan kelenjar pilorik.
Kelenjar oksintik terletak pada bagian fundus dan korpus lambung, meliputi 80%
bagian proksimal lambung. Kelenjar pilorik terletak pada bagian antral lambung.
Kelenjar oksintik bertanggung jawab membentuk asam dengan mensekresikan
mukus, asam hidroklorida (HCl), faktor intrinsik dan pepsinogen. Kelenjar pilorik
berfungsi mensekresikan mukus untuk melindungi mukosa pilorus, juga beberapa
pepsinogen, renin, lipase lambung dan hormon gastrin (Guyton dan Hall, 2007).
Proses selanjutnya yaitu absorbsi zat-zat penting dari makanan yang telah
dicerna sebelumnya. Absorbsi gula, asam amino dan lemak sebagian besar terjadi
di duodenum dan jejunum, begitu pula absorbsi besi dan kalsium yang
membutuhkan vitamin D. Vitamin larut lemak (A, D, E, K) di absorbsi di
duodenum dan dibutuhkan garam-garam empedu dalam prosesnya (Sherwood,
2012).
Efisiensi fungsi absorpsi duodenum ditingkatkan oleh sejumlah struktur
yang meningkatkan permukaan total dari lapisan mukosa. Struktur ini disebut
plika sirkularis (valvula koniventes). Plika sirkularis meningkatkan daerah
permukaan absorbsi mukosa menjadi tiga kali lipat. Pada duodenum juga terdapat
kelenjar duodenum (brunner) yang letaknya di submukosa. Kelenjar brunner
menghasilkan mukus yang alkalis untuk melindungi dinding duodenum dari getah
lambung yang sangat asam. Kelenjar ini juga menghasilkan hormon sekretin yang
akan menghambat sekresi HCL gaster dan akan meningkatkan proliferasi epitel
dalam usus halus (Guyton et al, 2013)
Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat
dikeluarkan, kolon mengubah 1000-2000mL kimus isotonik yang masuk setiap
hari dari ileum menjadi tinja semipadat dengan volume sekitar 200-250mL
Berak encer
Diare dikarenakan bakteri non invasive
Dimana bakteri ini tidak merusak mukosa usus, missal V.cholerae Eltor.
Enterotoxigenic E.coli (ETEC) dan C. Perfringens. V. Kolera eltor mengeluarkan
toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi
vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin
dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosisn 3,5'-
siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion
klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh udara, ion bikarbonat, kation
natrium dan kalium.
Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan
minuman. Virus atau bakteri tersebut akan sampai ke sel–sel epitel usus halus dan
akan menyebabkan infeksi, sehingga dapat merusak sel-sel epitel tersebut. Sel–sel
epitel yang rusak akan digantikan oleh sel-sel epitel yang belum matang sehingga
fungsi sel–sel ini masih belum optimal. Selanjutnya,vili–vili usus halus
mengalami atrofi yang mengakibatkan tidak terserapnya cairan dan makanan
dengan baik. Cairan dan makanan yang tidak terserap akan terkumpul di usus
halus dan tekanan osmotik usus akan meningkat. Hal ini menyebabkan banyak
cairan ditarik ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul diare. Sehingga berak
encer masih berampa diakibatkan dari makanan atau zat yang tidak dicerna
dengan baik tadi dan langsung dikeluarkan.
a. Diare
Buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair(setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
200 ml//24 jamm. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 kali perhari.
b. Kolitis
Adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon, yang berdasarkan
penyebabnya dapat diklasifikasikan sebagai : 1)colitis infeksi, misalnya :
shigellosis, colitis tuberculosis, colitis amoeba, colitis pseudomembbran, colitis
karena virus/bakteri/parasite lain. 2) colitis non infeksi, misalnya colitis ulseratif,
penyakit crohn’s, colitis radiasi, colitis sistemik, colitis mikroskopik, colitis non
spesifik
c. Disentri basiler
d. Invaginasi
e. Salmonelitis
Anak sangat rewel, tidak mau makan dan minum, mengeluh sakit perut
dan muntah merupakan manifestasi gejala yang terjadi sebagai akibat dari berak
encer yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Kondisi anak yang rewel disebabkan
oleh ketidaknyamanan yang dirasakan pada area abdomen yang diakibatkan oleh
adanya gangguan pencernaan dalam hal ini, dicurigai adanya peradangan. Adanya
keluhan nyeri perut yang dirasakan disebabkan oleh adanya peradangan pada sel-
sel epitel atas yang diserang dan dihancurkan oleh patogen atau penyebab
penyakit. Serangan ini juga dapat menyebabkan terjadinya ulserasi (luka terbuka
yang mungkin sulit untuk sembuh) pada bagian usus besar, sehingga akan
menimbulkan rasa tidak enak atau rasa nyeri pada area perut. Sedangkan gejala
muntah yang terjadi setelah berak encer sejak 2 hari yang lalu ini, disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Dimana diketahui bahwa, pada keadaan berak encer yang terus menerus
dapat menyebabkan terjadi dehidrasi dan akan mengganggu dari pada
keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebab banyak zat elektrolit yang terbuang
oleh tubuh bersamaan dengan berak encer tersebut.
suhu 38,30C
Hubungan berak darah dengan suhu 38,30C (demam) karena pada penyakit
ini terjadi reaksi inflamasi sehingga terjadi mekanisme berikut ini:
perut kembung
Produksi Gas yang berlebihan: Produksi gas yang berlebihan oleh bakteri-
bakteri adalah penyebab umum dari kembung/pembesaran perut sekali-kali
(intermittent). Bakteri-bakteri dapat memproduksi terlalu banyak gas dalam tiga
cara.
Jumlah gas yang diproduksi oleh bakteri-bakteri bervariasi dari individu
ke individu. Dengan kata-kata lain, beberapa individu mungkin mempunyai
bakteri-bakteri yang menghasilkan lebih banyak gas, barangkali karena ada lebih
banyak bakteri-bakteri atau karena bakteri-bakteri tertentu mereka adalah lebih
baik dalam menghasilkan gas.
Mungkin ada pencernaan dan penyerapan makanan yang kurang baik
didalam usus kecil, mengizinkan lebih banyak makanan yang tidak tercerna
mencapai bakteri-bakteri di usus besar. Lebih banyak bakteri-bakteri mendapat
makanan yang tidak tercerna, lebih banyak gas yang mereka hasilkan. Contoh-
contoh dari penyakit-penyakit yang melibatkan pencernaan dan penyerapan yang
buruk termasuk intoleransi (ketidaktoleranan) lactose, kekurangan pankreas, dan
penyakit celiac.
Pertumbuhan bakteri yang berlebihan dapat terjadi didalam usus kecil.
Dibawah kondisi-kondisi normal, bakter-bakteri yang menghasilkan gas dibatasi
pada usus besar. Pada beberapa kondisi-kondisi medis, bakteri-bakteri ini
menyebar kedalam usus kecil. Ketika penyebaran bakteri ini terjadi, makanan
mencapai bakteri-bakteri sebelum ia dapat dicerna dan diserap dengan sempurna
oleh usus kecil. Oleh karenanya, bakteri-bakteri didalam usus kecil mempunyai
banyak sekali makanan yang tidak tercernsa dari mana gas-gas dibentuk. Kondisi
ini dimana bakteri-bakteri penghasil gas bergerak kedalam usus kecil disebut
pertumbuhan bakteri yang berlebihan dari usus kecil.
Produksi gas yang berlebihan oleh bakteri-bakter biasanya diiringi oleh
buang gas yang lebih banyak. Peningkatan buang gas mungkin tidak selalu
terjadi, bagaimanapun, karena gas secara potensi dapat dieliminasi dalam cara-
cara lain - penyerapan kedalam tubuh, penggunaan oleh bakteri-bakteri lain, atau
mungkin, oleh eliminasi pada malam hari tanpa sepengetahuan dari pembuang
gas.
mata tampak cekung
Mata tampak cekung karena kehilangan cairan dan elektrolit
berlebih.Tubuh manusia 70%-85% disusun oleh air. Setiap sel disusun oleh air
seperti cairan intrasel,ekstrasel,dan intraseluler.begitupula dengan jaringan tubuh
sebagian besar disusun oleh air sehingga pada keadaan dehidrasi maka sel-sel
akan menciut,mengkerut,mengecil, dan menjadi cekung.karena palpebra mata
terdiri dari jaringan ikat longgar maka manifestasi yang tampak adalah mata
menjadi cekung.
A. Anamnesis
Yang belum ditanyakan Riwayat Penyakit Anak :
1. Tanyakan apakah bayi di beri ASI Apakah bayi mendapat susu formula?
2. Tanyakan apakah diare berhubungan dengan pemberian makanan?
3. Apakah ada mengkomsumsi antibiotika?
4. Apakah disertai dengan anoreksia?
5. Bagaimana buang air kecilnya ?
6. Apakah berwarna seperti teh?
7. Apakah disertai batuk dan sesak nafas?
8. Dari mana asal sumber air minum ? Sumur atau ledeng?
9. Bila sumur, berapa jarak antara sumur dengan tempat MCK?
10. Apakah MCK milik pribadi atau dipergunakan bersama-sama?
11. Kebiasaan memasak, cuci tangan dan makan makanan luar (jajan)?
12. Tanyakan tentang kebersihan rumah dan lingkungannya
13. Keadaan kesehatan anak sebelum sakit sekarang: bagaimana nafsu
makannya?
Apakah sering menderita sakit?
Penyakit apa yang pernah diderita?
Tanyakan riwayat imunisasinya
20. Apakah ada yang menderita diare di lingkungan keluarga/tetangga/sekolah?
Adakah kontak dengan penderita batuk lama/berdarah?
Adakah kontak dengan penderita sakit kuning?
9. DD dan Ds
A. DISENTRI
Definisi Umum
Klasifikasi
Disentri basiler atau shigellosis, yang disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella.
Disentri amuba atau amoebiasis yang disebabkan oleh infeksi Entamoeba
histolytica
Disentri Basiler
Definisi
Disentri basiler (Shigellosis) adalah penyakit infeksi usus akut yang secara
umum disebabkan oleh Shigella flexneri 70,6 %, Shigella sonnei 17,6 %, Shigella
boydii 5,9 %, dan Shigella dysenteriae 5,9 %. Anggota genus Shigella yang
memiliki persentase tertinggi sebagai penyebab disentri adalah Shigella flexner.
Epidemiologi
Patologi
Faktor Resiko
Etiologi
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari diare ringan tanpa demam, sampai
disentri hebat disertai demam dan tenesmus. Tenesmus merupakan nyeri perut
mulas melilit berkepanjangan, terlebih ketika buang air besar. Nyeri perut pada
anak atau bayi biasanya tidak terlihat dengan jelas, gejala yang tampak biasanya
menangis, rewel atau ekspresi nyeri lainnya.
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital meliputi berat badan, suhu tubuh, frekuensi dan
kualitas nadi, pernapasan serta tekanan darah. Penentuan derajat dehidrasi
meliputi tingkat kesadaran, rasa haus, turgor kulit dan tandatanda dehidrasi
lainnya seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak,
adanya air mata atau tidak, mukosa mulut dan lidah kering atau basah, bising
usus, serta pemeriksaan akral dan capillary refilling time.
3. Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit serum dan analisis gas darah tidak
rutin dilakukan padasemua kasus disentri, sedangkan analisis tinja (termasuk tes
darah samar), kultur dan tes sensitifitas tinja terhadap antimikroba perlu dilakukan
untuk ketepatan diagnosis dan pengobatan. Diagnosis etiologi ditegakkan
berdasarkan penemuan bakteri ataupun parasit pada tinja, bahan pemeriksaan
sebaiknya tinja segar.
Tata Laksana
Lima pilar penatalaksanaan diare pada semua kasus diare yang diderita anak
balita baik yang dirawat dirumah atau di rumah sakit :
2. Suplementasi zinc
Pemberian diet tetap dilanjutkan sesuai dengan usia anak dan menu yang
diberikan saat anak sehat, berikan makanan lunak tinggi kalori dan protein
termasuk ASI selama diare, untuk mencegah malnutrisi.
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi atau penyuluhan kepada orangtua atau pengasuh, mencakup tindakan bila
anak diare dan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan
Komplikasi
Pencegahan
Pemberian ASI/makanan yang benar, menjaga higiene dan sanitasi pribadi
serta lingkungan terbukti efektif dalam pencegahan disentri. Mencuci tangan
terutama sebelum makan dan penyiapan makanan, sesudah buang air besar dan
penyediaan sumber air bersih, sarana MCK yang memenuhi standar penting
dalam mencegah penularan
Disentri Amoeba
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Patologi
Faktor Resiko
Gejala Klinik
Diagnosis
Pengobatan
Penderita amebiasis dengan abses hati yang disertai demam yang berlanjut
72 jam sesudah terapi dengan metronidazol, dapat dilakukan aspirasi non-bedah.
Selain itu klorokuin dapat ditambahkan pada pengobatan dengan metronidazol
atau dehidroemetin untuk pengobatan abses hati yang sulit disembuhkan. Selama
kehamilan trisemester pertama, sebaiknya jangan menggunakan metronidazol,
namun belum ada bukti adanya teratogenisitas pada manusia
Kompikasi
Pencegahan
1. Mencuci tangan dengan sabun setelah keluar dari kamar kecil dan
sebelum menjamah makanan.
2. Mengkonsumsi air minum yang sudah dimasak (mendidih). Jika minum
air yang tidak dimasak, dalam hal ini air minum kemasan hendaknya
diperhatikan tutup botol atau gelas yang masih tertutup rapi dan tersegel
dengan baik.
3. Tidak memakan sayuran, ikan dan daging mentah atau setengah matang.
4. Mencuci sayuran dengan bersih sebelum dimasak.
5. Mencuci dengan bersih buah-buahan yang akan dikonsumsi.
6. Selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan secara teratur
dan menggunting kuku.
7. Mencuci alat makan (piring, sendok, garpu) dan alat minum (gelas,
cangkir) dengan menggunakan sabun dan dikeringkan dengan udara.
Jika menggunakan kain lap, hendaknya menggunakan kain lap yang
bersih dan kering.
8. Mencuci dengan bersih alat makan-minum bayi/anak-anak dan
merendam dalam air mendidih sebelum digunakan.
9. Bagi para pengusaha makanan (restoran, katering) menerapkan aturan
yang ketat dalam penerimaan terhadap calon penjamah makanan (food
handler) yang akan bekerja dengan mensyaratkan pemeriksaan tinja
terhadap kemungkinan adanya carrier atau penderita asimptomatik pada
para calon penjamah makanan. Selama para penjamah makanan tersebut
bekerja, minimal 6 bulan sekali dilakukan pemeriksaan tinja.
10. Membuang kotoran, air kotor dan sampah organik secara baik dengan
tidak membuangnya secara sembarangan.
11. Segera berobat ke petugas kesehatan jika frekuensi buang air meningkat,
sakit pada bagian abdomen dan kondisi tinja encer, berlendir dan
terdapat darah. Sebelum berobat atau minum obat, minum cairan
elektrolit guna mencegah timbulnya kekurangan cairan tubuh.
B. Invaginasi
Definisi
Etiologi
±90-95 % invaginasi pada anak < 1 tahun tak dijumpai adanya kelainan
pada ususnya yang dikenal dengan istilah infantile idiopathic intussusception.
Diduga karena penebalan dinding usus, terutama ileum terminal akibat hiperplasi
jaringan limfoid submukosa oleh peradangan virus yaitu adeno virus dan reovirus.
Penyebab lain pada anak > 2 tahun adalah divertikel meckeli, polyposus
neoplasma (leimioma dan leiomiosarkoma), haemangioma, dan lymphoma.
Namun dapat juga dijumpai kasus invaginasi setelah dilakukan tindakan
laparotomi yang dikenal dengan istilah post operative intussuseption. Faktor-
faktor yang dihubungkan dengan terjadinya invaginasi adalah:
Patofisilogi
Gambaran klinis
Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang,
dengan demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi sebagai
suatu massa tumor berbentuk sosis di dalam perut di bagian kanan atas, kanan
bawah, atas tengah atau kiri bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu
terdapat peristaltik, sedangkan pada perut bagian kanan bawah teraba kosong
yang disebut “dance’s sign” ini akibat caecum dan kolon terdorong ke distal, ikut
proses invaginasi.
Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit meng-akibatkan
gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, edem, hiperfungsi goblet sel
serta laserasi mukosa usus, ini memperlihatkan gejala buang air besar darah dan
lendir, tanda ini baru dijumpai sesudah 6-8 jam serangan sakit yang pertama kali,
kadang – kadang sesudah 12 jam. Buang air besar darah lendir ini bervariasi
jumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat
melakukan colok dubur. Sesudah 18-24 jam serangan sakit yang pertama, usus
yang tadinya tersumbat partial berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses
edem yang semakin bertambah, sehingga pasien dijumpai dengan tanda-tanda
obstruksi, seperti perut kembung dengan gambaran peristaltik usus yang jelas,
muntah warna hijau dan dehidrasi.
Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan
defekasi hanya berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan
dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya
aliran pembuluh darah arteri, pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis
usus, ganggren, perforasi, peritonitis umum, syok dan kematian.
Suatu keadaan disebut dengan invaginasi atypical, bila kasus itu gagal
dibuat diagnosis yang tepat oleh seorang ahli bedah, meskipun keadaan ini
kebanyakan terjadi karena ketidaktahuan dokter dibandingkan dengan gejala tidak
lazim pada penderita.
Diagnosis
1. Diagnosis klinis
Untuk menegakkan diagnosis invaginasi didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi, tetapi diagnosis pasti dari suatu
invaginasi adalah ditemukannya suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke
dalam segmen lainnya, pada saat dilakukan operasi laparotomi.
Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi dikenal dengan “Trias
Invaginasi”, yang terdiri dari :
1) Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat serang
serangan, nyeri menghilang selama 10-20 menit, kemudian timbul lagi
serangan (colicky abdominal pain).
2) Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan
bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas (palpebra abdominal mass).
3) Buang air besar campur darah dan lendir ataupun terjadi diare (red currant
jelly stools).
2. Diagnosis penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah neutrofil
segmen (>70%).
2) Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen: didapatkan distribusi udara didalam usus tidak
merata, usus terdesak ke kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda-tanda
obstruksi usus dengan gambaran “air fluid level”. Dapat terlihat “free air“
bila terjadi perforasi.
Barium enema: dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk
diagnosis dikerjakan bila gejala-gejala klinik meragukan, pada barium
enema akan tampak gambaran cupping, coiled spring appearance.
Ultrasonografi: pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan gambaran target
sign pada potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada
potongan longitudinal invaginasi.
Pada infeksi rotavirus akut dijumpai gambaran lymphadenopathy dan
tampak penebalan dinding ileum distal. Penebalan dari dinding ileum distal
merupakan lead point terjadinya invaginasi. Karena itu rotavirus diduga
mempunyai kaitan dengan terjadinya invaginasi.
3. Diagnosis banding
Gastro – enteritis, bila diikuti dengan invaginasi dapat ditandai jika
dijumpai perubahan rasa sakit, muntah dan perdarahan.
Diverticulum Meckel, dengan perdarahan, biasanya tidak ada rasa nyeri.
Disentri amoeba, pada keadaan ini diare mengandung lendir dan darah,
serta adanya obstipasi, bila disentri berat disertai adanya nyeri di perut,
tenesmus dan demam.
Enterokolitis, tidak dijumpai adanya nyeri di perut yang hebat.
Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali.
Pada colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit perianal,
sedangkan pada invaginasi didapati adanya celah.
Penatalaksanaan
Perbaikan keadaan umum dikerjakan sebelum melakukan tindakan
pembedahan. Pasien baru boleh dioperasi apabila sudah yakin bahwa perfusi
jaringan telah baik. Pasang sonde lambung (NGT) untuk tujuan dekompresi dan
mencegah aspirasi. Rehidrasi cairan elektrolit dan atasi asidosis bila ada. Berikan
antibiotika profilaksis dan obat sedativa, muscle relaxan, dan atau analgetika bila
diperlukan. Tindakan yang dikerjakan oleh ahli bedah tergantung pada temuan
intra-operasi. Invaginasi sering ditemukan di daerah sekum, pada suatu segmen
ileum terminal yang berkaliber kecil menyusup masuk kedalam sekum yang
berkaliber lebih besar. Jenis invaginasi dapat berupa :
1) Invaginasi ileo-colica,
2) Invaginasi ileocaecal, dan
3) Invaginasi ileo-ileal.
Prognosis
Komplikasi
C. SALMONELISIS
Definisi
Salmonellosis adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella pada
saluran usus. Infeksi bakteri ystem lla, umumnya disebabkan oleh makanan atau
air yang terkontaminasi. Salmonella adalah yang paling umum di antara anak-
anak. Orang dengan ystem kekebalan tubuh, seperti orang dewasa yang lebih tua,
bayi, dan orang dengan AIDS, lebih mungkin untuk memiliki kasus yang parah.
Salmonellosis paling sering bermanifestasi sebagai gastroenteritis yang sembuh
sendiri. Itu disebabkan oleh Salmonella, genus dalam keluarga
Enterobacteriaceae.
Epidemiologi
Salmonella adalah salah satu penyebab paling umum dari penyakit
Foodborne di Eropa dan AS, dan merupakan salah satu dari empat penyebab
utama penyakit diare. Diperkirakan ada 9,4 juta penyakit FoodBorne di AS setiap
tahun, dengan sebagian besar penyakit disebabkan oleh norovirus (58%), diikuti
oleh penyakit non-tifoidSpesies Salmonella (11%). Salmonellosis diperkirakan
menyebabkan lebih dari 1,2 juta terkena setiap tahun di AS, dengan lebih dari
23.000 rawat inap dan 450 kematian. Bayi dan anak kecil berada pada risiko
tertinggi untuk penyakit tersebut, meskipun Salmonella adalah penyebab sering
gastroenteritis di kalangan orang dewasa juga. Selain itu, orang tua berisiko lebih
tinggi daripada muda hingga dewasa paruh baya. Orang-orang di usia ekstrem
juga berisiko mengalami komplikasi yang lebih parah.
Etiologi
Salmonellosis disebabkan oleh bakteri Salmonella. Salmonellosis terjadi
karena bakteri Salmonella yang terdapat pada makan makanan dan minuman yang
tercemar masuk kedalam saluran cerna dan menginfeksi usus sehingga
menyebabkan berbagai gejala-gejala terkait pencernaan. Salmonellosis juga dapat
ditularkan dari satu individu ke individu lain yang terkena penyakit salmonellosis.
Gejala mulai timbul 8–72 jam setelah bakteri masuk dan menginfeksi usus. Pada
umumnya gejala biasanya terjadi selama 4–7 hari. Dapat terinfeksi Salmonellosis
melalui makanan, terutama telur, daging sapi, daging unggas, buah-buahan, air
atau susu yang terkontaminasi. Makanan yang dimasak dapat mengurangi risiko
terinfeksi, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan risiko infeksi. Salmonellosis
dapat menular dari satu individu ke individu lain jika tidak mencuci tangan
setelah menggunakan toilet. Salmonellosis juga dapat berpindah dari hewan
peliharaan ke manusia.
Faktor resiko
Manifestasi Klinis
Gejala utamanya adalah diare. Gejala bisa saja ringan, seperti mencret 2-3
kali per hari. Gejala juga dapat disertai dengan diare parah setiap 10 atau 15
menit. Ada pula sejumlah gejala lain seperti tinja yang disertai darah, kram perut,
muntah, demam dan sakit kepala. 1
Tatalaksana
Infeksi Salmonella yang ringan biasanya sembuh dalam 5–7 hari, dan
sebagian besar tidak memerlukan perawatan khusus selain minum banyak cairan.
Pada infeksi yang berat, perlu untuk mendapatkan rehidrasi dengan cairan
intravena melalui infus. Obat antibiotik diberikan pada kondisi ini, seperti
golongan ampicillin, kloramfenikol, kotrimoksazol, dan lainnya tergantung
kondisi pengidap sesuai rekomendasi dari dokter.1
Obat-obatan antidiare, seperti loperamid sebaiknya dihindari. Walaupun
gejala diare akan berkurang setelah pemberian antidiare, tetapi penggunaan obat
ini dapat memperlama infeksi Salmonella ini. Selain itu obat-obatan lain untuk
mengurangi gejala lainnya dapat diberikan, seperti obat penurun demam dan obat
antimual.
Karena kebanyakan kasus gastroenteritis bersifat sembuh sendiri,
antibiotik tidak dianjurkan sebagai pengobatan awal pengobatan. Pengobatan
antibiotik empiris tidak dianjurkan untuk pasien yang imunokompeten yang
mengalami pendarahan diare sambil menunggu hasil pemeriksaan. Penggunaan
antibiotik tidak memperpendek durasi penyakit atau mengurangi gejala secara
signifikan. Selain itu, antibiotik dapat menyebabkan efek samping,
memperpanjang perjalanan Salmonella, dan meningkatkan risiko kambuh
Pengobatan penyakit diare yang tidak berdiferensiasi (misalnya, Escherichia coli
penghasil racun Shiga) dengan antibiotik mungkin memiliki konsekuensi yang
merugikan, seperti peningkatan risiko sindrom uremik hemolitik. 1
D. DIARE
Definisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah buang air besar pada balita
lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan
atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie
dan Soenarto, 2012).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14
hari (Tanto dan Liwang, 2014). Berdasarkan ketiga definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi
yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.
Etiologi
a. Factor Infeksi
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai
berikut :
a) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-
virus, Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides)
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),
jamur (Candida albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti:
otitits media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar).
Factor Risiko
Faktor Resiko Menurut jufrri dan Soenarto (2012), ada beberapa faktor
resiko diare yaitu :
a. Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi
efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,
pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja.
b. Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjdadi menurut letak
geografis. Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi
sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, dan diare
karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
c. Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan, kesediaan sarana air
bersih (SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air bersih.
d.
Patogenesis Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare menurut
Ngastiyah (2014) :
e. Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkanya sehingga timbul diare.
f. Gangguan sekresi Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
g. Ganggua motilitas usus Hiperperistaltik akan mengkkpuakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Patofisiologi
Patofisiologi Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007),
proses terjadinya diare disebabkan oleh berbagai factor diantaranya
1. Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan
elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan
transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2. Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadilah diare.
3. Faktor makanan Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus
yang mengakibatkan penurunan kesempatan untukmenyerap makan yang
kemudian menyebabkan diare.
4. Faktor psikologis Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yang dapat menyebabkan diare.
Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atu karbohidrat lain (gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya).
(Ngastiyah, 2014)
Terapi farmakologik
Antibiotik Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab
diare diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur
penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotic boleh
diberikan bila :
a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan.
b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan darah pada
tinja.
c) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi maternal.
d) Di daerah endemic kolera.
e) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial
4) Obat antipiretik Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat
salisilat (asetosol, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain
berguna untuk menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi,
juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
5) Pemberian Zinc Pemberianzinc selama diare terbuki mampu mengurangi
lama dan tingkat keparah diare, mengurangi frekuensi buang air besar
(BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada
tiga bulan berikutnya (Lintas diare, 2011).
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang
beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik
bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa
minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan
cairan melalui infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a) Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
Keadaan Umum : baik
Mata : Normal
Rasa haus : Normal, minum biasa
Turgor kulit : kembali cepat
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang :
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
Diare lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari.
11. Bagaimana mekanisme kerja farmakokinetik dan farmakodinamik obat
anti diare?
Farmakodinamik
a. zink
Mekanisme zinc yang memberikan dampak antidiare tidak sepenuhnya
diketahui. Diduga zinc memberikan efek profilaktik dan terapeutik terhadap diare,
dengan efek langsung terhadap aktivitas vili usus, mempengaruhi aktivitas enzim
disakaridase pada permukaan perbatasan mikrovili usus, berperan dalam
transportasi air dan elektrolit usus halus, dan mempengaruhi fungsi sel T sehingga
memperbaiki imunitas.
Zinc bekerja dalam berbagai aspek proses metabolisme selular, antara lain
sintesis protein, proses pembelahan sel, dan proses penyembuhan luka. Zinc juga
dibutuhkan untuk aktivitas katalitik terhadap sekitar 200 enzim dan sebagai
kofaktor pada lebih dari 300 enzim yang mempengaruhi fungsi berbagai organ.
Zinc juga terlibat dalam mekanisme penyerapan tembaga dalam traktus
gastrointestinal, yang berguna dalam tatalaksana penyakit Wilson. Zinc dalam
bentuk garam asetat, bekerja dengan menstimulasi metalotionein, suatu protein
dalam sel-sel usus yang mengikat unsur tembaga dan mencegah penyerapan dan
transpor ke hati.
Selain itu, zinc berperan penting pada patofisiologi tingkah laku depresif
dan gangguan mood. Pada kondisi depresi mayor, konsentrasi zinc ditemukan
rendah dalam plasma darah
b. Loperamid
loperamiidee sebagai anti diare bekerja dengan beberapa mekanisme yang
berbeda, yaitu mengurangi peristaltic dan sekresi cairan serta meningkatkan tonus
sfingter, sehingga waktu transisi gastrointestinal lebih lama sehingga
meningkatkan penyerapan cairan dan elektrolit dari saluran pencernaan.
Loperamide merupakan obat agonis opiate sintetik yang dapat mengaktifasi µ
receptor pada pleksus myenteric usus besar. Aktifasi terhadap reseptor tersebut
akan menghambat pelepasan asetilkolin sehingga terjadi relaksasi otot saluran
cerna. Di samping itu, penghambatan terhadap asetilkolin juga menimbulkan efek
antisekretori sehingga mengurangi sekresi air dan dapat mencegah kekurangan
cairan dan elektrolit.
Adsorben
Beberapa beberapa contoh obat yang termasuk kelompok adsorben adalah
bismuth subsalicylate, pepto-bismol, kaolin pectin activated charcoal attapulgite.
Walaupun pemberi adsobent pada misalnya pada penderita HIV tidak
memberikan hasil yang lebih baik dari plasebo namun pemberian adsorben masih
direkomendasikan. Mekanisme kerja secara umum dari adsorben adalah melapisi
permukaan mukosa dinding saluran pencernaan sehingga toksin dan
mikroorganisme tak bisa masuk menembus dan merusak mukosa. selain itu,
adsorben juga mengikat bakteri penyebab atau racun yang kemudian dieliminasi
melalui tinja.
Bismuth subsalicylate
selain untuk diare obat ini juga dapat dipakai untuk mengatasi rasa mual
gangguan lambung. farmakodinamik bismuth subsalicylate menunjuk efek terapi melalui
efek anti-inflamasi oleh asam salisilat, juga anti antibiotik oleh bismuth. sebagai
sebagai anti diare belum jelas, juga melalui peningkatan Absorpsi air dan elektrolit dan
juga sebagai penghambat sintesis prostaglandin sehingga terjadi efek antiinflamasi dan
penurunan motilitas usus. sebagai mekanisme tambahan, bismuth subsalicylate Dapat
mengikat Oksigen yang diproduksi oleh bakteri misalnya escherichia coli. obat ini juga
sebagai anti mikroba.
TABEL DD & DS
Disentri Salmonelisi
Kata/Kalimat Kunci Invaginasi Diare
basiler amoeba s
Perempuan ++ ++ + + +
5 tahun ++ + - - +
sakit perut + + + + +
muntah + + + + +
Demam + + + + +
mata tampak cekung + + + - +
nyeri abdomen + + + + +
Basri, Muh Iqbal. dkk. 2018. Buku Ajar Biomedik 2. Makassar : Departemen Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Eroschenko, V. P. (2012). Atlas Histologi diFiore. Jakarta : EGC.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC.
Nurul utami. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak.
Majority. Vol 5 No 4.
Citra ayu. 2015. Gejala Penyerta pada Balita Diare dengan Infeksi Enteropathogenic
Escherichia Coli (EPEC) di Puskesmas Pekanbaru. JOM FK. Vol 2 No 1.
Setiati, sitti. dkk. 2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi VI. Interna
publishing: Jakarta.
Utamai nuru dan Nabila luthfiana. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
diare pada anak. Universitas lampung
Anorital, dkk. Laporan Survei Tinja (Stool Survey) Pada 6 Desa Daerah Rawa Pasang
Surut di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Puslitbang Pemberantasan Penyakit.
Jakarta. 2004.
Walker WA. Bacterial, parasitic, and other infections. Dalam: Pediatric gastrointestinal
disease-physiology, diagnosis, management. 4th ed.p.869.