LAPORAN MODUL 1
“NYERI PERUT AKUT”
BLOK GASTROENTEROLOGI DAN HEPATOLOGI
“SKENARIO 1”
Dosen Pembimbing :
dr. Dian Fahmi Utami
Disusun Oleh:
Kelompok 3B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
laporan tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Aamiin.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan tutorial ini, karena itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan guna memacu kami menciptakan
karya-karya yang lebih bagus.
Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini, terutama kepada:
1. Dr. dr. Shofiyah Latif, Sp. Rad sebagai koordinator blok
2. dr. Dian Fahmi Utami sebagai dosen pembimbing
Teman-teman yang telah mendukung dan turut memberikan motivasi dalam menyelesaikan
laporan tutorial ini.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan setimpal atas segala kebaikan dan
pengorbanan dengan limpahan rahmat dari-Nya. Aamiin yaa Robbal A’lamiin.
Kelompok 3B
SKENARIO 1
Perempuan umur 40 tahun, datang ke IRD RS dengan keluhan nyeri seluruh seluruh dinding
perut sejak 3 hari lalu. Nyeri awalnya pada uluhati lalu menyebar ke seluruh dinding perut. Mual
dan muntah ada. Riwayat menderita nyeri uluhati sejak 20 tahun lalu tapi tidak berobat teratur.
Tanda vital didapatkan TD 130/90 mmHg, denyut nadi 92 kali/menit, frekuensi nafas
25kali/menit, dan temperature 39ºC. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan defanas muscular
dan peristaltik melemah.
KATA SULIT
1. Defanas muscular : Defans Muskuler (Defence muscular) adalah nyeri tekan seluruh
lapangan abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale
KATA KUNCI
1. Perempuan 40 tahun
2. Nyeri seluruh dinding perut (3 hari lalu)
3. Nyeri uluhati lalu menyebar ke seluruh dinding perut
4. Mual dan muntah
5. Nyeri uluhati 20 tahun lalu
6. Berobat tidak teratur
7. Tanda tanda vital :
TD 130/90 mmHg
Denyut nadi 92 kali/menit
Frekuensi nafas 25 kali/menit
Suhu 39ºC
8. Defanas muscular (+)
9. Gerakan peristaltik melemah
PERTANYAAN
JAWABAN
Nyeri parietal : nyeri yang timbul dari stimulasi peritoneum parietal dipersarafi oleh
saraf somatik. Jenis rasa sakit ini mudah terlokalisasi
Nyeri visceral : nyeri yang berasal dari adanya rangsangan peritoneum viseral yang
dipersarafi oleh otot saraf otonom. Sakit ini sulit dilokalisasi dan lokasi nyeri dapat
diprediksi dari asal embriologinya.
Etiologi
Penyebab tersering dari nyeri abdomen antara lain adalah : appendicitis, kolik
bilier, kolisistitis, diverticulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis,
salpingitis,adenitis mesentrika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang menyebabkan
nyeri abdomen antara lain : nekrosis hepatoma, infark lien, pneumonia, infark miokard,
ketoasidosis diabetikum, inflamasi enurima, valvulus sigmoid, caecum atau lambung dan
herpes zoster.
sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen dapat terjadi karena rangsangan visceral,
rangsangan somatik dan akibat peristaltik. Pada anamnesis perlu dievaluasi mengenai
nyeri yang disampaikan pasien tersebut apakah nyeri yang disampaikan terlokalisir, atau
sukar ditentukan lokasinya. Kemudian adanya referred pain juga membantu untuk
mengetahui asal nyeri tersebut. Adanya nyeri tekan pada pemeriksaan fisik seseorang
juga menunjukkan bentuk nyeri tersebut. Nyeri ini dapat terjadi akibat infeksi yang
kintinyu ( terus menerus) serta ulkus lanjut. Nyeri somatik biasanya terlokalisir.
Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan lokasinya oleh pasien atau pasien tidak dapat
merasakan nyeri abdomen tersebut berasal dari mana atai bisa saja pasien merasakan
nyeri perut tersebut berasal dari seluruh abdomen. Nyeri abdomen biasannya cenderung
terjadi tiba-tiba. Lokasi nyeri abdomen dan kemungkinan penyebab nyeri tersebut :
Traktus gastrointestinal memiliki sistem persarafan tersendiri yang disebut sistem saraf
enterik. Sistem tersebut seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esofagus dan
memanjang sampai ke anus. Jumlah neuron sistem enterik sekitar 100 juta, hampir sama
dengan jumlah pada keseluruhan medula spninalis. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pentingnya sistem enterik untuk mengatur fungsi ganstrointestinal terutama berperan
pada pengaturan pergerakan dan sekresi gastrointestinal. Sistem enterik terutama terdiri
atas dua pleksus. Pleksus bagian luar yang terletak di antara lapisan otot longitudinal dan
sirkular disebut pleksus Mienterikus atau pleksus Auerbach. Pleksus bagian dalam
disebut pleksus submukosa atau pleksus Meissner yang terletak di dalam submukosa.
Pleksus 12 Meinterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal dan pleksus
submukosa terutama mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal. Pleksus
mieterikus tidak boleh seluruhnya dianggap bersifat eksitorik karena bebera neuronnya
bersifat inhibitorik, dimana ujung-ujung seratnya mensekresikan suatu transmiter
inhibitor, kemungkinan polipeptida intestinal vasoaktif atau beberapa peptida lain. Hasil
dari sinyal inhibitor terutama berguna untuk menghambat beberapa otot sfingter intestinal
yang menghambat pergerakan makanan antara segmen-segemen traktus gastrointestinal
yang berurutan, seperti sfingter pilorik yang mengontrol pengosongan lambung, dan
sfingter katup ileocaecal yang mengontrol pengosongan usus halus ke dalam sekum.
Berbeda dengan pleksus meiterikus, pleksus submukosa berperan pada pengaturan fungsi
di dalam dinding sebelah dalam dari tiap bagian kecil segmen usus. Sebagai contoh,
banyak sinyal sensoris berasal dari epitelium gastrointestinal dan kemudian bersatu dalam
pleksus submukosa untuk membantu mengatur sekresi intestinal lokal, absorpsi lokal, dan
kontraksi otot submukosa lokal yang menyebabkan berbagai tingkat pelipatan mukosa
lambung.
Pengaruh anatomis sistem saraf enterik serta hubungannya dengan sistem saraf
simpatis dan parasimpatis mendukung tiga jenis refleks gastrointestinal yang sangat
berguna untuk pengaturan gastrointestinal. Pengaturan tersebut adalah :
Berdasarkan skenario, pasien menderita nyeri pada ulu hati yang kemudian menyebar
ke seluruh rongga perut. Asal dari rasa nyeri awal yang timbul pada ulu hati pasien
kemungkinan berasal dari lambung, dapat dilihat dari letak ulu hati sendiri pada
daerah epigastricum. Rasa nyeri pada ulu hati tersebut sendiri kemungkinan
disebabkan oleh luka pada lambung pasien yang terjadi terus-menerus karena asam
lambung berlebih.
Kemudian rasa nyeri yang timbul pada seluruh dinding perut setelah nyeri pada ulu
hati, kemungkinan disebabkan karena keluarnya asam lambung yang kemudian
memenuhi rongga dinding perut. Hal ini dapat terjadi karena luka yang terjadi pada
lambung yang terus-menerus tanpa pengobatan yang teratur menyebabkan perforasi
pada dinding lambung. Dinding lambung yang mengalami perforasi menyebabkan
asam lambung keluar dan memenuhi dinding rongga perut menyebabkan rasa nyeri
diseluruh perut pasien.
Patofisiologi demam
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam
akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit.
Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara
lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, dan
lain-lain. Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral
pneumonia, influenza, dan virus-virus umum seperti H1N1.
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen
adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen
eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen
eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme
seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida
yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen
endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh
dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.Sumber dari pirogen
endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel
lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi.
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit,
dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau
reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal
dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan
pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk
prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu
sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu
mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil,
vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga
akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang
pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.
Defans Muskuler (Defence muscular) adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen
yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. Peritoneum adalah
membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh. Peritoneum terdiri atas dua
bagian utama, yaitu peritoneum parietal, yang melapisi dinding rongga abdominal
dan berhubungan dengan fascia muscular, dan peritoneum visceral, yang
menyelaputi semua organ yang berada di dalm rongga itu. Peritoneum parietale
mempunyai komponen somatic dan visceral yang memungkinkan lokalisasi yang
berbahaya dan menimbulkan defans muscular dan nyeri lepas. Ruang yang bisa
terdapat di antara dua lapis ini disebut ruang peritoneal atau cavitas peritonealis.
Ruang di luarnya disebut Spatium Extraperitoneale. Di dalam cavitas peritonealis
terdapat cairan peritoneum yang berfungsi sebagai pelumas sehingga alat-alat dapat
bergerak tanpa menimbulkan gesekan yang berarti. Adanya darah atau cairan dalam
rongga peritonium akan memberikan tanda–tanda rangsangan peritonium.
Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defans muscular.
dilatasi gastrointestinal adalah sebagai akibat dari signal aferen vagal ke central
pattern generator yang dipicu oleh pelepasan lokal mediator inflamasi, dari mukosa
yang rusak, dengan pelepasan sekunder neurotransmitters eksitasi yang paling
penting adalah serotonin dari sel entrochromaffin mukosa. Pada mabuk (motion
sickness), signal aferen ke central pattern generator berasal dari organ vestibular,
visual cortex, dan cortical centre yang lebih tinggi sebagai sensory input yang
terintegrasi lebih penting dari pada aferen dari gastrointestinal.1-4 Rangsangan
muntah berasal dari, gastrointestinal, vestibulo ocular, aferen cortical yang lebih
tinggi, yang menuju CVC dan kemudian dimulai nausea, retching, ekpulsi isi
lambung.
Referensi :
Djojoningrat,dharmika. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta :
interna publishing : 2009.
ttp://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewFile/4182/4546
Langkah-langkah diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis pada kasus bertujuan untuk menegakkan diagnosis dan mencari
kemungkinan etiologi. Hal-hal yang dapat diketahui dari anamnesis adalah:
- Karakteristik nyeri: onset, perjalan nyeri.
- Gejala penyerta: demam, diare, konstipasi, mual muntah.
- Riwayat penyakit penyerta: gastritis, inflammatory bowel disease, divertikulitis,
typhoid.
- Riwayat haid : Tidak adanya riwayat terlambat haid bukan berarti kemungkinan
kehamilantuba dapat disingkirkan
- Riwayat operasi
- Gaya hidup/kebiasaan: minum jamu, pemakaian imunosupresan.
b. Pemeriksaan fisik
- Vital sign: Febris >38oC, atau hipotemia pada sepsis berat, takikardi, hipotensi
(shock)
- Toraks: mencari penyakit penyerta.
- Abdomen:
Inspeksi: flat, distended, parut pasca operasi.
Auskultasi: bising usus menurun.
Palpasi: nyeri tekan seluruh perut. Defans muscular.
Perkusi: pekak hepar menghilang.
- Retal toucher (RT): nyeri seluruh kuadran.
- Akral: hangat, dingin.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk membantu menegakkan
diagnosis adalah:
- Lekosit: normal, lekositosis.
- Test pack kehamilan
- Liver function test, apakah ada abses liver.
- Amilase dan lipase pada dugaan pankreatitis.
- Kultur kuman
d. Radiologi
- Foto polos abdomen (BOF): ground glass appearance.
- BOF erect: air sickle/free air dibawah diafragma.
- LLD (left lateral decubitus): free air di atas hepar
- USG abdomen: abses liver, tubo ovarial abcess (TOA), appendisitis,
USG tidqk bisa mendeteksi cairan kurang dari 100 mL.
Referensi :
Afif Nurul Hidayati, dkk. 2018. Gawat Darurat Medis dan Bedah. Surabaya: Airlangga
University press.
A. PERITONITIS
a. Definisi
Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering bersamaan
dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis.
b. Etiologi
Penyebab peritonitis adalah :
a. Infeksi bakteri
4) Tukak thypoid.
7) Salpingitis
clostrdiumwechii.
peritonitis granulomatos.
c. Klasifikasi
a. Peritonitis Primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga peritoneum, kuman masuk
kedalam rongga peritoneum melalui aliran darah/pada pasien perempuan melalui alat
genital.
b. Peritonitis Sekunder
Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalam jumlah yang cukup banyak.
pemasangan kateter
d. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari peritonitis adalah: gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, sesak napas akibat desakan distensi abdomen ke paru, pembentukan
e. Manifestasi Klinis
Menuerut Manifestasi klinis yang sering muncul pada pasien peritonitis adalah:
a. Distensi abdomen
a. Rigiditas abdomen
d. Demam
f. Takikardia
g. Takipne
d. Patofisisologi
Awalnya mikroorganisme masuk kedalam rongga abdomen adalah steril tetapi dalam
bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.Respon
yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotilitas, di ikuti oleh ileus paralitik
membran mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan
agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti
perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk
mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan
juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera
usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk
adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan di
cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen,
membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi.Bila
bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni
usus dan mengakibatkan obstruksi usus. Peritonitis adalah komplikasi berbahaya yang
sering terjadi akibat penyebaran infeksi.Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh
diantara perlekatan fibrinosa yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
e. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan pasien Peritonitis penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah
fokus utama.
Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi
untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanul nasal atau masker akan
meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan
paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik dan terapi modulasi respon peradangan.
Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian bawah
atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan tanda
peritonitis atau hipovolemia harus menjalani eksplorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti
bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil.Semua luka tusuk di
dada bawah dan abdomen harus di eksplorasi terlebih dahulu.Bila luka menembus
syok, hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rektum, adanya
udara bebas intraperitonel dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi
melakukan laparatomi.Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48
f. Pengkajian Focus
a. Riwayat Kesehatan:
1) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan pasien berobat
atau keluhan saat awal dilakukan pengkajian pertama kali masuk rumah sakit.
Pada klien dengan peritonitis biasanya mengeluh nyeri dibagian perut sebelah
kanan.
Pada klien dengan peritonitis umumnya mengalami nyeri tekan di bagian perut
komplikasi post operasi, operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma
Gordon:
Pada klien dengan peritonitis mengeluh nyeri berat dibagian perut sebelah kanan
dan menjalar ke pinggang dan umumnya telah dilakukan tindakan dengan obat
anti-nyeri.
2) Pola Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan asupan nutrisi, cairan dan elektrolit, kondisi kulit dan rambut,
jumlah makan atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual, muntah,
Pada pasien peritonitis klien akan mengalami mual. Vomit dapat muncul akibat
proses patologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat
iritasi peritoneal, selain itu terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan
gerakan peristaltic usus turun (<12x/menit). Diet yang diberikan berupa makanan
3) Pola Eliminasi
sensori nyeri.
Pada klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun hanya
5) Pola Aktivitas/Latihan
pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami kelelahan. Pola nafas iregular
(RR> 20x/menit), klien mengalami takikardi, akral : dingin, basah, dan pucat.
Pada klien dengan peritonitis didapati mengalami kesulitan tidur karena nyeri.
Pola nilai dan kepercayaan menggambarkan pantangan dalam agama selama sakit
hubungan dengan klien atau keluarga, dan gangguan terhadap peran yang
dilakukan.
adaseperti perasaan kecemasan, kekuatan atau penilaian terhadap diri mulai dari
peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri, dan identitas tentang dirinya.
Pada klien engan peritonitis di dapati tingkat kecemasan pada tingkat berat
11) Pola Reproduksi dan Seksual
Pada pola ini, pada wanita berhubungan dengan kehamilan, jumlah anak,
seksual. Pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah
dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatis seperti
kompos mentis, apatis, somnolen, spoor, koma dan delirium, dan status gizinya,
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
(1) Complete Blood Count (CBC), umumnya pasien dengan infeksi intra
Pemeriksaan Radiologi
(2) USG
pembentukan gas dalam usus halus dan usus besar atau pada kasus
diafragma.
Refrensi
Sudoyo, Aru W., Setiyo Hadi Bambang, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid III. Edisi VI. Jakarta : internapublishing. Hal. 3126-3127
B. GASTRITIS
a. Definisi
Gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada dinding lambung dikarenakan adanya
iritasi atau kerusakan pada membran yang melindungi dinding tersebut . Gastritis
terbagi menjadi gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut umumnya dapat
disadari, terlihat dari gejala pada lambung dan usus dan biasanya akan sembuh sendiri
bila dibiarkan dalam beberapa hari, sedangkan gastritis kronik mungkin tidak akan
disadari, terkadang gastritis kronik hanya akan diketahui ketika telah terbentuk ulkus
lambung, sehingga menimbulkan gejala yang disadari.
b. Epidemioloegi
Data untuk Indonesia menurut WHO angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238.452.952 jiwa
penduduk atau sebesar 40,8%. Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam 10
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit Indonesia dengan jumlah
kasus 30.154 (4,9%).
c. Etiologi
Penyebab umum pada gastritis antara lain infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Helicobacter Pylori (H.Pylori) dan penggunaan obat analgesik anti inflamasi
(NSAIDs). Penyebab lainnya dapat berasal dari stress, penggunaan alcohol dan
konsumsi makanan dan minuman asam berlebih
d. patomekanisme
a) Helicobacter Pylori
Awalnya Bakteri H. Pylori dapat ditransmisikan melalui saliva, feces, makanan dan
minuman, kemudian bermigrasi ke lambung bagian antral dan menetap pada
mukosa,Secara umum lapisan mukosa pada lambung memiliki kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan mucus untuk menangkap bakteri dan menjadi tempat bagi bakteri
H.Pylori untuk membentuk koloni. Dalam fase kronik bakteri ini akan menembus
lapisan mucus dan berkontak dengan permukaan jaringan epitelium pada mukosa.
Setelah melakukan kontak bakteri H.Pylori akan mengeluarkan toxin (VacA Toxin)
yang merangsang proses inflamasi.
Saat inflamasi terjadi, toxin bakteri akan memancing pengeluaran sitokin IL-8 oleh
system imun, dimana IL-8 akan menstimulasikan pengedaran neutrophil dan makrofag
ke area peradangan. Neutrofil dan makrofag kemudian mengeluarkan zat-zat oksidatif
radikal dan enzim proteolitik yang akan menghancurkan sel-sel pada jaringan mukosa
lambung. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka akan berujung pada ulkus lambung
hingga peritonitis, atau bahkan keganasan karena perubahan struktur lapisan mukosa.
b. NSAIDs
Penggunaan obat analgesik anti inflamasi, seperti diclofenac, ibuprofen, naproxen, dan
asetil salisilat (Aspirin) yang berkepanjangan dapat menjadi penyebab kerusakan
gastrointestinal. Hal ini dikarenakan mekanisme kerja obat yang menghambat jalur
enzim cyclooxygenase (COX) yang berfungsi menghasilkan prostaglandin secara non-
selektif, yang berarti menghambat kedua jalur COX (COX1 & COX2). COX1 berperan
dalam menjaga mukosa lambung, sedangkan COX2 ikut menjalankan inflamasi. Tak
dapat dipungkiri bahwa obat non-selektif dapat menghambat inflamasi dengan
menghambat sekresi prostaglandin, sehingga menekan rasa nyeri. Namun di sisi lain
obat ini juga akan mengikis lapisan mukosa lambung secara perlahan karena
berkurangnya prostaglandin yang menjaga integritas mukosa sehingga bila digunakan
dalam jangka waktu yang lama dapat menghilangkan proteksi pada lambung sehingga
rentan terhadap sifat erosive asam lambung dan zat lainnya, berujung pada berbagai
komplikasi pada lambung.
e. Gejala Klinis
Gejala yang menandakan gastritis akut antara lain sebagai berikut :
a. Nyeri perut
b. Rasa kenyang
c. Heartburn
d. Mual dan Muntah
e. Sering bersendawa
f. Kurang nafsu makan
g. Bloating (perut kembung)
Beberapa dari gejala di atas dapat pula menandai kondisi lainnya seperti Gastro-
Esophageal Reflux Disease (GERD), penyakit iritasi pada usus, seperti Inflammatory
Bowel Disease/Irritable Bowel Syndrome, dan Gastroenteritis.
f. Diagnosis
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Mereka yang memiliki keluhan biasanya berupa
keluhan yang tidak khas. Keluhan yang sering dihubungkan dengan gastritis nyeri panas
dan pedih di ulu hati disertai mual, kadang sampai muntah. Keluhan-keluhan tersebut
sebenarnya kurang terkorelasi dengan gastritis dan tidak dapat digunakan untuk evaluasi
keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan fisik juga tidak dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis.
Gambaran Endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, flat & raised
erosion, perdarahan, dan edematous rugae.
Tampakan Endoskopi Untuk Gastritis
H.Pylori (+)
A) Nodul pada mukosa antral lambung
B) Raised Erosions
C) Bintik kemerahan + mukosa berpola
mosaik
D) Sama seperti gambar C
E) Eritema difus + edema lipatan
mukosa + lapisan eksudat tipis
(Gambar E & F)
g. Tatalaksana
Non Farmakologis
Jika disadari bahwa makanan dan minuman tertentu, stress, alcohol dan nikotin
memperparah kondisi pasien, dapat dicegah dengan mengganti menu diet, mengindari
alcohol dan rokok, serta mengurangi stress. Bila hal ini tak memperbaiki kondisi pasien,
lanjutkan ke terapi farmakologis.
Farmakologis
Gastritis dapat ditanggulangi dengan pemberian obat penurun asam, bergantung pada
tipe dan tingkat keparahan gejala, berikut obat-obat yang dapat digunakan :
Bila Gastritis disebabkan oleh infeksi H.Pylori, diberikan triple therapy yakni campuran
obat PPI dan dua atau tiga jenis antibiotic, seperti pemberian
Claritromycin/PPI/Amoxicillin selama 2 hingga 3 minggu sebagai lini pertama
pengobatan. Pada penyakit gastritis lebih dianjurkan penggunaan Claritromycin
dibandingkan Metronidazole dalam pelaksanaan triple therapy, tetapi apabila telah
ditemukan resistensi terhadap Claritromycin barulah diganti dengan Metronidazole.
h. Diagnosis Banding
a. Ulkus Peptik
b. Karsinoma Gaster
c. Cholecystitis
d. Sindroma Zollinger-Ellison
e. Pancreatitis
f. Inflammatory Bowel Syndrome (Crohn’s Disease)
g. Celiac Disease
i. Komplikasi
a. Ulkus Peptik
b. Keganasan
c. Anemia Defisiensi Besi & Vitamin B12
j. Prognosis
a. Gastritis akut umumnya sembuh dalam beberapa hari
b. Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis kronik
c. Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna dan gejala klinis
yang berulang bila tak segera ditangani
Referensi :
Novitasari, Ayu. 2016. Faktor Determinan Gastritis Klinis Pada Mahasiswa di Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. Universitas Halu Oleo.
Hirlan. 2009. Gastritis : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi I : Kedokteran EGC
Marcial, Guillermo. 2011. New Approaches in Gastritis Treatment. Journal. InTech :
Argentina.
C. ULKUS PEPTIK
a. Definisi
Tukak peptik (peptic ulcer disease) adalah lesi pada lambung atau duodenum yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor agresif (sekresi asam lambung, pepsin,
dan infeksi bakteri Helicobacter pylori) dengan faktor defensif/ faktor pelindung mukosa
(produksi prostagladin, gastric mucus, bikarbonat, dan aliran darah mukosa).
b. Etiologi
Etiologi yang pasti belum diketahui. Ada dua pendapat yang ekstrim, apakah penyakit
ini adalah suatu kelainan setempat atau merupakan bagian dari suatu kelainan sistemik
dimana tukak hanya merupakan tanda/ gejala. Tukak peptik terjadi karena pengeluaran
asam-pepsin oleh H. Pylory, NSAID atau faktor-faktor lain yang menyebabkan
ketidakseimbangan pertahanan mukosal lambung. Lokasi tukak menghubungkan dengan
jumlah faktor-faktor etiologi. Tukak dapat terjadi di perut bagian manapun seperti bagian
distal, antrum dan duodenum.
c. Patofisiologi
Ulkus peptikum disebabkan oleh sekresi asam dan pepsin yang berlebih oleh mukosa
lambung atau berkurangnya kemampuan sawar mukosa gastroduodenalis untuk
berlindung dari sifat pencernaan dari kompleks asam-pepsin. Asam pepsin penting dalam
patogenesis tukak peptik.
Peningkatan sekresi asam-cairan peptik dapat turut berperan terhadap ulcerasi. Pada
kebanyakan orang yang menderita ulkus peptikum dibagian awal duodenum, jumlah
sekresi asam lambung lebih besar dari normal, sering sebanyak dua kali normal.
Walaupun setengah dari peningkatan asam ini mungkin disebabkan infeksi bakteri,
percobaan pada hewan ditambah bukti adanya perangsangan berlebihan sekresi asam
lambung oleh saraf pada manusia yang menderita ulkus peptikum mengarah kepada
sekresi cairan lambung yang berlebihan untuk alasan apa saja (sebagai contoh, pada
gangguan fisik) yang sering merupakan penyebab utama ulkus peptikum.
Belakangan ini, bukti-bukti menunjukkan bakteri Helicobacter pylori (dahulu disebut
Campylobacter pylori), mungkin merupakan agen penyebab dari tukak peptik. Kolonisasi
bakteri ini telah dilaporkan pada sejumlah besar penderita yang mengalami tukak
duodenum atau lambung serta pada beberapa bentuk gastritis akut pada kronik.
Organisme ini melekat pada epitel lambung dan merusak lapisan mukosa perlindungan
dan meninggalkan daerah-daerah epitel yang rusak.
d. Gambaran Klinis
Gambaran klinis utama tukak peptik adalah kronik dan nyeri epigastrium. Nyeri
biasanya timbul 2 sampai 3 jam setelah makan atau pada malam hari sewaktu lambung
kosong. Nyeri ini seringkali digambarkan sebagai teriris, terbakar atau rasa tidak enak.
Remisi dan eksaserbasi merupakan ciri yang begitu khas sehingga nyeri di abdomen atas
yang persisten. Pola nyeri-makan-hilang ini dapat saja tidak khas pada tukak lambung.
Bahkan pada beberapa penderita tukak lambung makanan dapat memperberat nyeri.
Biasanya penderita tukak lambung akan mengalami penurunan berat badan. Sedangkan
penderita tukak duodenum biasanya memiliki berat badan yang tetap. Penderita tukak
peptik sering mengeluh mual, muntah dan regurgitasi. Timbulnya muntah terutama pada
tukak yang masih aktif, sering dijumpai pada penderita tukak lambung daripada tukak
duodenum, terutama yang letaknya di antrum atau pilorus. Rasa mual disertai di pilorus
atau duodenum. Keluhan lain yaitu nafsu makan menurun, perut kembung, perut merasa
selalu penuh atau lekas kenyang, timbulnya konstipasi sebagai akibat instabilitas
neromuskuler dari kolon. Penderita tukak peptik terutama pada tukak duodenum mungkin
dalam mulutnya merasa dengan cepat terisi oleh cairan terutama cairan saliva tanpa ada
rasa. Keluhan ini diketahui sebagai water brash. Sedang pada lain pihak kemungkinan
juga terjadi regurgitasi pada cairan lambung dengan rasa yang pahit. Secara umum pasien
tukak gaster mengeluh dispepsia. Dispepsia adalah suatu sindrom atau kumpulan keluhan
beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa
atau terapan, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang.
e. Diagnosis
f. Penatalaksanaan
a. Non – Farmakologi
1) Menghentikan konsumsi minuman beralkohol, rokok dan penggunaan NSAID.
2) Beristirahat yang cukup, dan menghindari stress.
3) Menghindari makanan dan minuman yang memicu sekresi asam lambung yang
berlebih, seperti cabai, teh, kopi, dan alkohol.
b. Farmakologi
1. Antasida dan antikolinergik
Antasida dan antikolinergik biasanya tidak terlalu efektif dan harus digunakan
terus-menerus dan menghasilkan efek samping.
2. H2 reseptor antagonis
Pengobatan pertama kali yang efektif pada ulkus peptikum terungkap ketika H2
reseptor antagonis ditemukan. Untuk saat itu obat seperti cimetidine dan
ranitidine dipakai di pakai diseluruh dunia.
3. Proton Pump Inhibitor (PPI)
PPI secara ireversibel menghentikan produksi asam oleh sel parietal. Omeprazole
merupakan salah satu obat PPI pertama kali.
4. Menghentikan Helicobacter pylori
Menghentikan Helicobacter pylori merupakan cara paling ampuh dan secara
permanen menghentikan hampir semua kasus ulkus. Diperlukan kombinasi terapi
antara penghenti asam dan dua atau tiga antibiotik agar berhasil.
5. Penatalaksanaan Darurat
Pendarahan atau perforasi memerlukan operasi darurat dan terapi endoskopi,
seperti menyuntik adrenaline disekitar pembuluh darah agar pendarahan berhenti.
g. Prognosis
1. Terapi medikamentosa saja memberi kesembuhan > 85 %
2. Jika tidak diterapi, penyakit ulkus dapat menimbulkan obstruksi saluran
keluarlambung sebagai akibat peradangan kronis dan jaringan parut
3. Terdapat risiko transformasi maligna pada ulkus lambung
Referensi :
Tarigan, Pengarapen. 2006. “Tukak Gaster”. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Putri, Diyah. 2008. Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik Pada Pasien Tukak Peptik
(Peptic Ulcer Disease) Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Bagaimana penatalaksanaan berdasarkan skenario ?
Prinsip umum pengobatan adalah penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah
fokus utama, dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal,
penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena,
pembuangan fokus septik atau penyebab radang lainnya, bila mungkin dengan
mengalirkan nanah keluar dan tindakan – tindakan menghilangkan nyeri. Analgesik
diberikan untuk mengatasi nyeri, antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual
dan muntah.,
1. Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang meluas, nyeri tekan
terutama jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan (syok,
anemia progresif), tanda sepsis (panas tinggi, leukositosis), dan tanda iskemia
(intoksikasi, memburuknya pasien saat ditangani).
2. Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo peritoneum, distensi usus,
extravasasi bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri mesenterika.
3. Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran cerna dan perdarahan saluran
cerna yang tidak teratasi.
4. Pemeriksaan laboratorium.
Pembedahan dilakukan bertujuan untuk :
1. Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan sumber infeksi. Tipe dan luas
dari pembedahan tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan infeksinya.
2. Pencucian ronga peritoneum: dilakukan dengan debridement, suctioning,kain
kassa, lavase, irigasi intra operatif. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan
pus, darah, dan jaringan yang nekrosis.
3. Debridemen : mengambil jaringan yang nekrosis, pus dan fibrin.
4. Irigasi kontinyu pasca operasi.
1. Pemberian cairan I.V, dapat berupa air, cairan elektrolit, dan nutrisi.
2. Pemberian antibiotic
3. Oral-feeding, diberikan bila sudah flatus, produk ngt minimal, peristaltic usus
pulih, dan tidak ada distensi abdomen.
Referensi :
Fatma SY. Jurnal tentang Faktor Resiko dan Pencegahan Peritonitis.2015.
Surgical therapy of peritonitis in German By NCBI.
1. Mencuci tangan dengan sabun setelah keluar dari kamar kecil dan sebelum
menjamah makanan.
2. Mengkonsumsi air minum yang sudah dimasak (mendidih). Jika minum air
yang tidak dimasak, dalam hal ini air minum kemasan hendaknya diperhatikan
tutup botol atau gelas yang masih tertutup rapi dan tersegel dengan baik.
3. Tidak memakan sayuran, ikan dan daging mentah atau setengah matang.
4. Mencuci sayuran dengan bersih sebelum dimasak.
5. Mencuci dengan bersih buah-buahan yang akan dikonsumsi.
6. Selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan secara teratur dan
menggunting kuku.
7. Mencuci alat makan (piring, sendok, garpu) dan alat minum (gelas, cangkir)
dengan menggunakan sabun dan dikeringkan dengan udara. Jika
menggunakan kain lap, hendaknya menggunakan kain lap yang bersih dan
kering.
8. Mencuci dengan bersih alat makan-minum bayi/anak-anak dan merendam
dalam air mendidih sebelum digunakan.
9. Bagi para pengusaha makanan (restoran, katering) menerapkan aturan yang
ketat dalam penerimaan terhadap calon penjamah makanan (food handler)
yang akan bekerja dengan mensyaratkan pemeriksaan tinja terhadap
kemungkinan adanya carrier atau penderita asimptomatik pada para calon
penjamah makanan. Selama para penjamah makanan tersebut bekerja,
minimal 6 bulan sekali dilakukan pemeriksaan tinja.
10. Membuang kotoran, air kotor dan sampah organik secara baik dengan tidak
membuangnya secara sembarangan.Segera berobat ke petugas kesehatan jika
frekuensi buang air meningkat, sakit pada bagian abdomen dan kondisi tinja
encer, berlendir dan terdapat darah. Sebelum berobat atau minum obat, minum
cairan elektrolit guna mencegah timbulnya kekurangan cairan tubuh.
Terjemah Arti:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yangberlebih-lebihan
Referensi: https://tafsirweb.com/2485-surat-al-araf-ayat-31.html