Dibentuknya UNESCO World Heritage ini juga bukan tanpa alasan. Program ini
dibentuk berdasarkan perjanjian internasional tentang perlindungan terhadap
budaya dunia dan warisan alam yang diadopsi UNESCO pada 1972.
Program ini tentunya juga memiliki misi-misi khusus yang bertujuan untuk:
1. Mendorong negara-negara di dunia untuk menandatangani World Heritage Convention dan untuk
memastikan perlindungan yang dilakukan negara-negara tersebut terhadap warisan budaya dan
alam yang mereka miliki,
2. Mendorong negara anggota untuk membuat perencanaan dan menyiapkan laporan tentang
keadaan konservasi warisan dunia mereka,
3. Mendorong negara anggota konvensi untuk mendaftarkan situs bersejarah yang ada di wilayah
nasional untuk dimasukkan ke daftar Situs Warisan Dunia,
4. Membantu negara anggota dalam sisi keamanan untuk melindungi warisan alam dan budaya
dengan memberikan pelatihan,
5. Menyediakan bantuan darurat untuk warisan dunia jika suatu saat mengalami bahaya,
6. Mendukung kegiatan dalam pembangunan kesadaran masyarakat di negara-negara anggota untuk
melakukan konservasi terhadap Situs Warisan Dunia,
7. Mendorong masyarakat lokal untuk melestarikan warisan budaya dan alam mereka,
8. Mendorong kerjasama internasional dalam konservasi dari warisan budaya dan alam kita.
Cara mendaftarkan situs bersejarah
Untuk mendaftarkan sebuah tempat atau bangunan agar dianggap World Heritage,
terdapat lima langkah yang perlu dilakukan sebelumnya.
1. Negara yang ingin mendaftarkan situs tersebut harus membuat sebuah ‘Daftar
Tentatif’ yang menjelaskan sifat-sifat situs tersebut (bagaimana perawatan dan
pengembangannya) yang sudah ditentukan untuk pembuatan prasasti dalam 5-10
tahun mendatang dan bisa diubah-ubah kapanpun. Ini merupakan langkah yang
penting mengingat Komite Warisan Dunia tidak dapat mempertimbangkan nominasi
untuk prasasti sebagai warisan dunia sampai situs tersebut masuk dalam daftar
tentatif negara anggota
2. Setelah menyiapkan Daftar Tentatif tadi, negara pemilik situs bisa
memberikannya kepada World Heritage Centre (WHC). WHC juga
memberikan saran kepada negara yang ingin menominasikan bangunannya
untuk melengkapinya dengan dokumen yang berhubungan dan peta lokasi.
Ketika sudah di cek oleh WHC, dokumen-dokumen tersebut dikirim kepada
pihak yang berwenang yaitu bagian penasehat untuk dievaluasi
Warisan Pertambangan Batubara Ombilin Sawahlunto adalah contoh perintis yang luar biasa ansambel
teknologi yang direncanakan dan dibangun oleh para insinyur Eropa di koloni mereka yang dirancang untuk
mengekstraksi sumber daya batubara strategis. Perkembangan teknologi menunjukkan keduanya
Pengetahuan teknik Eropa dan kontribusi kearifan lingkungan lokal dan praktek-praktek tradisional dalam
organisasi tenaga kerja. Itu juga mencontohkan yang mendalam dan abadi dampak dari perubahan
hubungan sosial produksi yang dipaksakan oleh kolonial Eropa kekuatan di koloni mereka, yang
menyediakan input material dan tenaga kerja yang mendukung industrialisasi di seluruh dunia pada paruh
kedua abad ke-19 dan awal abad ke-20. Banyak pekerja terampil dan tidak terampil termasuk orang-orang
Minangkabau lokal, Buruh kontrak Jawa dan Cina, dan narapidana yang disebut 'orang yang dirantai' atau
orang rantai dari daerah yang dikuasai Belanda di Indonesia sekarang.