Anda di halaman 1dari 15

Makalah Kelompok 9

THAWAF MACAM-MACAM DAN HUKUMNYA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Fiqh Ibadah
Dosen : Norwili, M.H,I

Disusun oleh

MUHAMMAD ZAKI RAMADHANI


NIM. 2112140562
TRI YANI OKTAVIA
NIM. 2112140537
YUSRIL ANWAR IBRAHIM
NIM. 1802140087
ZAINAL MA’ARIF
NIM. 2112140563

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
TAHUN 2021 M / 1442
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT, kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaiton yang selalu menghembuskan
kebatilan. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah SWT, maka tak seorang
pun dapat menyesatkannya dan barangsiapa disesatkan oleh-Nya maka tak seorang
pun dapat memberi petunjuk kepadanya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, juga pada orang-orang yang
senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya Alhamdulillah makalah yang berjudul
“Thawaf; Macam-macam dan Hukumnya” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Fiqh Ibadah. Banyak sekali
kekurangan penulis sebagai penyusun makalah ini, baik menyangkut isi atau yang
lainnya. Semoga semua itu dapat menjadikan cambuk bagi penulis agar lebih
meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat, menambah wawasan bagi pembaca, serta dapat dijadikan referensi
khususnya bagi yang sedang mempelajari perihal seberapa pentingnya pengaruh
teknologi terhadap pemasaran.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Palangka Raya, November 2021

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
A. Pengertian Thawaf ................................................................................... 2
B. Dasar Hukum Tentang Thawaf ................................................................ 2
C. Macam – Macam Thawaf......................................................................... 4
D. Tata Cara Thawaf ..................................................................................... 6
E. Syarat, Rukun Dan Sunnah Thawaf ......................................................... 7
F. Pendapat Ulama Tentang Thawaf ............................................................ 9
BAB III ................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................. 10
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Syariat haji merupakan syariat yang terakhir diberikan oleh Allah Swt untuk
dilaksanakan manusia. Menurut Jumhur Ulama, ibadah ini diresmikan menjadi
syari'at nabi Muhammad Saw pada tahun ke-4 H. Dalam ibadah haji terdapat
beberapa rukun dan syarat haji. Thawaf merupakan salah satu rukun haji, bahkan
lebih dari itu thawaf merupakan ibadah tersendiri yang disunahkan melakukannya
setiap saat. Yang terpenting dari thawaf adalah ibadah pembuka dan penutup ibadah
haji. Di samping itu, thawaf dapat dilakukan di luar musim haji atau umrah. Pada
waktu thawaf orang perempuan dan laki-laki boleh bersama-sama, boleh
menjinjing tas, menggendong anak, berpegangan satu sama lain dan sebagainya.
Al-Qur'an dan al-Hadits sebagai landasan pokok telah mensyariatkan thawaf. Akan
tetapi para ulama berbeda pendapat ketika menetapkan syarat-syarat yang harus
dilakukan bagi seseorang yang hendak melakukan thawaf. Sesuai Dengan Judul
Yang Diangkat Dalam Penelitian Ini, Penulis Akan Mencoba Membahas Lebih
Lanjut Tentang Apa itu thawaf dan apa saja macam-macam thawaf Beserta
Hukumnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yakni sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud Dengan Thawaf?
2. Apa Saja Macam macam Thawaf dan Hukumnya?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni sebagai berikut:
1. Agar memahami tentang Apa Itu Thawaf
2. Untuk mengetahui Dan Memahami Macam-macam Thawaf Dan Hukumnya

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Thawaf
Thawaf secara bahasa berasal dari kata - yang berarti mengelilingi. Di dalam
manasik haji, mempunyai arti yang banyak atau suka mengadakan perjalanan
mengelilingi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Thawaf berarti mengelilingi,
maksudnya mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran, dimulai dan diakhiri pada
arah sejajar Hajar Aswad, dimana posisi Ka’bah harus berada di sebelah kiri orang
yang thawaf (muthawwif). Thawaf merupakan salah satu amalan terpenting dari
beberapa amalan ibadah haji. Lebih dari itu, thawaf adalah ibadah tersendiri yang
sunat dilakukan setiap saat. Kecuali itu, thawaf adalah ibadah pembuka dan penutup
ibadah haji. Disamping itu, thawaf dapat dilakukan diluar musim haji atau umroh.
Tujuannya adalah untuk menghidupkan syiar masjid al-Haram, disamping untuk
memperoleh pahala yang besar dari Allah.

B. Dasar Hukum Tentang Thawaf


Thawaf adalah salah satu ibadah haji yang sudah tua, tidak saja dilakukan oleh
manusia, akan tetapi para malaikatpun juga melakukannya. Allah memerintahkan
mereka agar membuat satu rumah dibumi untuk thawaf bagi makhluk-Nya yang
dibumi. Setelah nabi Adam as. turun kebumi, beliau diperintahkan untuk membuat
rumah (Baitullah), dan Adam pun disuruh thawaf. Begitu pula putra Adam Syits
ketika membangun kembali ka’bah. Dia juga disuruh berthawaf.
Ibadah mengelilingi suatu benda pujaan yang suci , tidak saja terdapat dalam
agama Islam, melainkan juga didalam agama-agama yang lain. Agama Yahudi
mengenal ibadah yang menyerupai thawaf, seperti yang tercantum di dalam
kitabnya, Mazmur, dan seperti yang terjadi pada waktu perayaan mengelilingi
rumah pujaan mereka dikala masa yang kedua. Cara peribadatan semacam ini
terdapat juga pada bangsa-bangsa Iran, pada kaum Budha dan juga pada bangsa
Rumawi sejak zaman dahulu.
Nabi Ibrahim as.adalah nabi yang paling sering disebut-sebut dalam al-Qur' an
dalam hubungan dengan kegiatan pembangunan ka’bah, kegiatan haji, termasuk
thawaf. Pada masa antara nabi Ibrahim as.dengan nabi Muhammad saw, thawaf
tetap dilakukan oleh masyarakat jahiliyah, namun mereka selingi dengan
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah. Mereka melakukan thawaf dengan
telanjang. Setelah Islam datang, thawaf dengan telanjang itu dilarang.

2
Para ulama telah ijma’ bahwa thawaf merupakan salah satu diantara rukun haji,
hingga bila tidak dilakukan oleh seseorang yang berhaji, maka hajinya batal. Hal
ini berdasarkan firman Allah :1

ِ ‫ت ْال َعتِ ْي‬


ِ‫ق‬ ِِ ‫ط َّوفُ ْوا ِب ْالبَ ْي‬
َّ ‫ض ْوا تَفَث َ ُه ِْم َو ْليُ ْوفُ ْوا نُذُ ْو َر ُه ِْم َو ْل َي‬
ُ ‫ث َُِّم ْليَ ْق‬
Artinya : “Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada
padabadan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka
dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu” (Q.S.Al-
Hajj: 29)

Allah juga berfirman dalam Al Qur’an Surat. Al-Hajj ayat 26

‫ي‬َِ ‫ط ِه ِْر َب ْي ِت‬َ ‫شيْـًٔا َّو‬


َ ‫ي‬ ِْ ‫ك ِب‬ ِْ ‫ّل ت ُ ْش ِر‬ َِّ ‫ن‬ ِ ‫َو ِا ِْذ َب َّوأْنَا ِ ِّلب ْٰر ِهي َِْم َم َكانَِ ْال َب ْي‬
ِْ َ ‫تِ ا‬
‫س ُج ْو ِِد‬ ُّ ‫لط ۤا ِٕى ِفيْنَِ َو ْالقَ ۤا ِٕى ِميْنَِ َو‬
ُّ ‫الر َّك ِِع ال‬ َّ ‫ِل‬
Artinya : “……….dan sucikanlah rumahku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan
orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud” (Q.S.Al-Hajj:
26).

Dan diriwayatkan pula dari ‘Aisyah :


‫عن عائشة ان اول شئ بدابه حين قدوم النبى صلى هللاا عليـه وسـلم انـه توضـاء ثـم طـاف بالبيت (رواه البخار‬
‫) ي و مسلم‬
Arti nya : “Dari ‘Aisyah r.a., katanya : waktu Rasulullah saw di Makkah, yang
mula-mula Beliau kerjakan ialah berwudhu lalu thawaf mengelilingi baitullah.”
(HR. Bukhori dan Muslim)

1
Hasuna,/Apaitu tawaf, jenisjenis, tata cara dan sunnah Pelaksanaannya/
https://hasuna.co.id/apa-itu-tawaf/. Diakses Pada 26 Oktober 2021
Muhammad Abduh Tuasikal/Hukum Seputar Tasawuf/ https://muslim.or.id/18440-hukum-seputar-
thawaf.html/. Diakses Pada 26 Oktober 2021

3
C. Macam – Macam Thawaf
Sulaiman Fahad dalam Nihayatul Mathaf menjelaskan bahwa melaksanakan
thawaf merupakan bukti keimanan seorang hamba kepada Rabb-nya dalam2
melaksanakan syariat-syairat yang diperintahkan sebagaimana firman Allah dalam
QS. AL-Hajj; 26. Adapun hikmah disyariatkan thawaf adalah untuk mengingat
kebesaran Allah Swt dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadis riwayat Aisyah:
‫إنما جعل الطواف بالبيت وبين الصفا‬: ‫عن عائشة رضي هللاا عنها قالت قال رسول هللاا صلى هللاا عليه وسلم‬
‫والمروة ورمي الجمار إلقامة ذكر هللاا‬
Dari Sayyidah Aisyah Ra, Rasulullah Saw berkata, “Sesungguhnya mengelilingi
ka’bah, (lari-lari kecil) antara shafa dan marwa dan melempar jumrah didirikan
untuk mengingat Allah.” (HR. Abu Dawud)
Ada Lima jenis thawaf yang dilakukan jamaah haji, sebagai berikut;
1. Pertama. Thawaf Qudum yaitu thawaf yang dilakukan oleh jamaah haji
ketika pertama kali datang ke Makkah sebagai penghormatan terhadap
Baitullah. Kecuali Imam Malik, hukum melaksanakan thawaf qudum adalah
sunnah menurut mayoritas ulama, karena ia seperti shalat tahiyatul masjid
yang sunah dikerjakan saat pertama memasuki masjid.
2. Kedua. Thawaf Ifadah yaitu thawaf rukun haji yang dilakukan pada hari
tasyrik. Thawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang haji setelah
melaksanakan manasik di Mina, termasuk jumrah ‘aqabah, menyembelih,
bercukur atau memotong rambut, kemudian kembali ke Mekah, dan setelah
sampai disana dia berthawaf. Thawaf ini dinamakan thawaf ziarah, karena
meninggalkan Mina dan menziarahi Baitullah.Dinamakan thawaf ifadhah,
karena dia telah kembali dari Mina ke Mekah. Juga dinamakan thawaf haji,
karena ia merupakan salah satu rukun haji. Ini disebut juga thawaf haji yang
wajib dilakukan semua jamaah haji.
3. Ketiga. Thawaf sunnat merupakan thawaf yang dilakukan setiap masuk
Masjidil Haram tanpa pakaian ihram dan bukan dalam rangkaian haji.
Sehingga thawaf ini dapat dikerjakan kapan saja apabila memungkinkan
tanpa diikuti dengan sa’i. Ulama Imamiyah menambahkan satu thawaf lain
dari ketiga thawaf tersebut, yaitu thawaf perempuan. Mereka berpendapat
bahwa thawaf ini wajib hukumnya dan tidak boleh meninggalkannya dalam
umrah mufradah, dan dalam haji, baik tamattu’, qiran, maupun ifrad.
4. Keempat. Thawaf Wada’ yaitu thawaf yang dilakukan sebelum jamaah
haji meninggalkan Makkah sebagai bentuk penghormatan terakhir sebelum

2
Muhammad Hafil/Hukum Thawaf wada Menurut Imam Mazhab/
https://ihram.co.id/berita/qjo2gv430/hukum-tawaf-wada-menurut-imam-mazhab/. Diakses pada 26
oktober 2021

4
3
pulang. Terdapat dua pendapat mengenai hukum melaksanakan thawaf
wada’. Mayoritas ulama berpendapat thawaf ini wajib dan denda bagi yang
meninggalkan kecuali bagi perempuan yang haid. Berdasarkan hadis
riwayat Ibnu Abbas berikut

‫أمر الناس أن يكون آخر عهدهم بالبيت إال أنه خفف عن‬:‫عن ابن عباس رضي هللاا عنهما أنه قال‬
‫الحائض‬

Dari Ibnu Abbas, berkata, “Sesungguhnya beliau memerintahkan orang-


orang agar terakhir kali amalannya adalah (thawaf) di baitullah, kecuali
beliau memberikan keringanan terhadap perempuan haid.” (HR. Bukhari&
Muslim)

Sebaliknya Imam Malik dan salah satu pendapat Imam Syafi’i,


berpendapat bahwa berdasarkan hadis ini menunjukkan kesunnahan thawaf
wada. Sebab jika wajib tidak mungkin Rasulullah memberikan keringanan
kepada perempuan yang haid. Wallahu’alam.

• Hukum Tawaf Wada Menurut Imam Mazhab


Salah satu amalan bagi jamaah saat melaksanakan ibadah haji adalah
tawaf wada. Dan, ini memiliki pendapat hukum di kalangan para ulama
mazhab. Tawaf wada’ merupakan penghormatan akhir kepada baitullah.
Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Ahmad,
dan kebanyakan ulama, hukum tawaf wada’ adalah wajib bagi jamaah haji
yang akan meninggalkan Makkah.
Jamaah yang meninggalkan tawaf wada’ dikenakan dam satu ekor
kambing berdasarkan hadis Riwayat Bukhari Muslim bahwa
Nabi SAW memberikan rukhsah (keringanan) kepada perempuan yang
haid untuk tidak tawāf wada’. Berdasar hadist ini
disimpulkan bahwa hukum tawāf wada’ adalah wajib sebab rukhsah
hanya berlaku dalam hal yang wajib.
Perempuan yang haid atau nifas tidak diwajibkan melakukan tawaf
wada’. Penghormatan kepada Baitullah cukup dilakukan dengan berdoa di
depan pintu gerbang Masjid al-h}arām. Menurut pendapat Imam Malik,
Dawud, dan Ibnu Mundzir, hukum tawaf wada’ adalah sunah. Seseorang
yang tidak mengerjakan tawaf wada’ tidak diharuskan membayar dam.

3
Almanhaj/Thawaf wada’ salah satu kewajiban dalam haji, dan hukum meninggalkan thawaf
wada’ dalam haji/ https://almanhaj.or.id/1712-thawaf-wada-salah-satu-kewajiban-dalam-haji-dan-
hukum-meninggalkan-thawaf-wada-dalam-haji.html./ diakses pada 26 oktober 2021

5
Menurut Imam Malik, orang sakit atau użur dapat mengikuti pendapat
ini.
5. Kelima. Thawaf nadzar.
Thawaf ini merupakan thawaf yang dinadzarkan. Thawaf nadzar hukumnya
wajib dikerjakan karena nadzarnya, dan waktunya kapan saja.

D. Tata Cara Thawaf


1. Memulai thawaf dari tempat yang sejajar dengan Hajar Aswad, lalu
mencium hajar aswad, menyentuhnya atau berisyarat kearah hajar aswad semampu
mungkin. Hendaknya ia menggunakan pakaian ihram, dan Ka’bah berada disebelah
kirinya lalu berdo’a.

‫اللهـم ايمانـا بـك وتصـديقا بكتابـك ووفـاء بعهـدك وتباعـا لسـنة النبـي‬, ‫بسـماهللاا وهللاا اكبـر‬
‫صلى هللاا عليه وسلم‬
Artinya :“dengan menyebut nama Allah, dan Allah Mahabesar, ya Allah,
(hamba melakukan hal ini) karna beriman kepadaMu, meyakini
(kebenaran) kitabMu, memenuhi janjiMu, dan mengikuti sunnah
Nabi Muhammad SAW”
2. Jika telah memulai thawaf, disunnahkan untuk berlari-lari kecil pada tiga
putaran pertama dengan mengambil posisi yang dekat dengan Ka’bah dan
berjalan biasa pada empat putaran berikutnya. Jika seseorang tidak
mungkin berlari-lari kecil atau tidak mungkin mendekat dengan Ka’bah
karna banyak orang yang thawaf dan suasana yang berdesak-desakan, maka
hendaknya ia melakukan thawaf semampunya. Dalam setiap putaran,
disunnahkanmenyentuh rukun yamani mencium atau menyentuh hajar
aswad dengan doa
‫ر بنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى االخرة حسنة وقنا عذاب النار‬
Artinya :“ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan diakhirat dan periharalah
kami siksa neraka”
3. Disunnahkan untuk memperbanyak zikir dan do’a. Dalam hal ini,
seseorang boleh memilih zikir dan do’a yang diinginkannya tanpa harus terikat

6
dengan zikir 4dan do’a tertentu atau meniru apa yang diulang-ulang orang yang
thawaf sekelilingnya.

E. Syarat, Rukun Dan Sunnah Thawaf


Sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, thawaf mempunyai syarat wajib dan
rukun- rukun. Dalam ibadah haji antara fardi haji dan wajib haji tidak sama.
Keduanya mempunyai perbedaan, walaupun pada dasarnya merupakan inti dari
suatu ibadah tersebut.
Perbedaan antara keduanya, sebagaimana diterangkan dalam kitab ushul fiqh
adalah : “Perbedaan antara rukun sesuatu dengan syaratnya meskipun keduanya
ama-sama menentukan adanya kepastian hukum adalah bahwasannya rukun
merupakan bagian dari hakekat sesuatu tersebut, sedangkan syarat adalah sesuatu
(yang harus ada), namun berada diluar hakekat sesuatu tersebut”.
Perbedan syarat dan rukun dalam ibadah haji adalah, wajib haji adalah sesuatu hal
yang perlu dikerjakan tetapi sahnya haji tidak tergantung atasnya, dan boleh diganti
dengan menyembelih hewan sebagai dam (denda). Akan tetapi rukun haji
merupakan sesuatu yang menyebabkan tidak sahnya haji, melainkan melakukannya
dan tidak boleh diganti dengan dam.
a. Syarat-Syarat Thawaf
Thawaf mempunyai beberapa syarat, yaitu :
1) Suci dari hadats kecil dan hadats besar.
2) Suci dari khabaits, yaitu kesucian pakaian dari hadats dan
najis.
3) Menutup aurat.
4) Khitan bagi laki-laki.
Penulis kitab Jawahir mengatakan tidak ada ikhtilaf yang
saya temukan pada yang demikian itu, bahkan menurut Halbi
Ahlulbait Rasul telah sepakat pada yang demikian itu,
ditambah dengan ucapan Imam Shodiq as. orang yang tidak
berkhitan tidak boleh berthawaf di ka’bah, sedangkan
perempuan tidak apa-apa.
5) Pakaian yang dipakai tidak boleh merupakan pakaian
maghshub, juga tidak boleh yang terbuat dari kulit hewan yang
dimakan dagingnya. Demikian juga yang terbuat dari sutera dan
emas

4
Dedu, M. (2019). HUKUM IBADAH THAWAF BAGI WANITA HAIDH MENURUT IMAM
IBNU MAS’UD AL-KASANI AL-HANAFY. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(5),
107-114.
Almanhaj/Thawaf wada’ salah satu kewajiban dalam haji, dan hukum meninggalkan thawaf
wada’ dalam haji/ https://almanhaj.or.id/1712-thawaf-wada-salah-satu-kewajiban-dalam-haji-dan-
hukum-meninggalkan-thawaf-wada-dalam-haji.html./ diakses pada 26 oktober 2021

7
b. Rukun Thawaf
Ada beberapa hal yang wajib pada thawaf selain syarat-syarat
diatas, yaitu :
1. Niat.
2. Thawaf sambil berjalan kaki.
3. Memulai dari hajar aswad.
4. Menjadikan Baitulllah disamping kirinya.
5. Memasukkan Hijir Ismail didalam thawaf. Jika seseorang tidak memutari
Hijir, sehingga ka' bah berada disebelah kirinya, sementara Hijir Ismail ada
disebelah kanannya, maka dia harus mengulangi gerakan itu.
6. Semua badan harus diluar Baitullah. Andaikata ia berjalan diatas trap
ka’bah maka tidak sah thawafnya, sebab trap ka’bah termasuk bagian dari
bangunan ka’bah. Demikian juga andaikata tangannya (lurus kebawah)
segaris dengan trap ka’bah maka juga tidak sah thawafnya. Masalah ini
sangat pelik dan jarang orang yang mau memperhatikannya. Karena itu,
usahakan untuk mengetahui masalah ini
7. Thawaf dilakukan antara ka’bah, dan maqam Ibrahim as.
8. Menyempurnakan tujuh kali putaran, tidak boleh lebih tidak boleh
kurang.
c. Hal-hal yang disunatkan dalam thawaf Ada beberapa pekerjaan yang
disunatkn dalam mengerjakan thawaf, yaitu :
1. Menghadap hajar aswad pada waktu memulai thawaf sambil membaca
takbir, tahlil, dan mengangkat tangan seperti mengangkatnya pada
waktu shalat, mengusap hajar aswad (istilam) dan meletakkan pipi
diatasnya (bila memungkinkan). Kalau tidak, hendaklah diusap saja
dengan tangan, lalu tangan dicium atau disentuhnya dengan sesuatu, lalu
dicium benda yang dipakai untuk menyentuh tadi. Apabila hal itu tidak
dapat dilakukan,sekurang- kurangnya diisyaratkan kepada hajar aswad
dengan tongkat atauyang lainnya, kemudian diciumnya.
2. Meletakkan pertengahan kain penutup badan ketengah ketiak kanan,
danmeletakkan kedua ujungnya atas bahu kiri
3. Berjalan cepat dengan menggerakkan kedua bahu dan dengan langkah
pendek yang diisyaratkan untuk menampakkan kekuatan ketangkasan
pada tiga kali keliling pertama.
4. berjalan biasa pada putaran keempat sisanya.
5. Mengusap rukun yamani dengan tangan
6. Shalat dua rakaat setelah thawaf
Mengerjakan dua rakaat shalat sunnat sesudah thawaf, mengingat hadits
Nabi :

8
‫عـن عبـدهللاا بـن اوف قـال اعتمـر رسـول هللاا صـلى هللاا عليـه وسـلم فطـاف بالبيـت وصـلى‬
5
)‫خلفمقام ركعتين (رواه البخاري‬
Artinya: “Dari Abdullah bin Aufa ra.: Rasulullah mengerjakan umrah,
lalu thawaf keliling ka’bah dan sembahyang dua rakaat dibelakang
maqam.”

F. Pendapat Ulama Tentang Thawaf


Ada beberapa pendapat ulama tentang thawaf yaitu :
1. Ulama al-Hanafiah, berpendapat bahwa suci dari hadas itu bukan syarat
sahnya thawafakan tetapi wajib haji. Jika ia dalam keadaan berhadas kecil
tawafnya tetap sah, tetapi ia harus membayar “dam” dengan menyembelih
seekor kambing. Jika ia berhadas besar seperti dalam keadaan junub atau
haid, tawafnya sah tetapi harus menyembelih seekor unta, dan dianjurkan
mengulanginya bila masih berada di Makkah.
2. Ulama al-Malikiah, mereka berpendapat bahwa di antara syarat tawaf
adalah harus suci dari hadas kecil maupun besar; apabila di tengah-tengah
melakukan thawah ia berhadas atau ia mengetahui badan dan pakaiannya
terkena najis maka batal tawafnya.
3. Ulama al-Syafi’iah, mereka berpendapat bahwa di antara syarat tawaf
adalah harus suci dari hadas sebagaimana syarat dalam salat
4. Ulama al-Hanabilah, berpendapat bahwa di antara syarat tawaf adalah harus
suci dari kotoran sebagaimana syarat dalam salat, di antaranya suci dari
hadas kecil maupun hadas besar.
5. Syekh Bin Baz pernah ditanya mengenai kewajiban berwudu dalam ibadah
haji. Beliau menjawab bahwa berwudu tidak diwajibkan dalam kegiatan sai
dan lain-lain manasik haji kecuali ketika tawaf. Apabila hendak tawaf maka
harus berwudu, apabila tanpa berwudu maka tawafnya batal.
6. Sayyid Sabiq, berpendapat bahwa di antara syarat tawaf adalah harus suci,
baik dari hadas kecil, hadas besar maupun dari najis

5
Ali Syari’ati, Haji,(Bandung, Pustaka, 1983), hlm. 33. 6 Ahmad Warsan Munawir, Al-Munawir,
Kamus Arab-Indonesia, ( Yogyakarta , 1984),
h. 872
7 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai
Pustaka, 1997),Ed.2, cet. 9 h. 1016. 8 Ishak Farid, Ibadah Haji dalam Filsafat Hukum Islam, (
Jakarta, Rineka Cipta, 1999), h. 5

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Thawaf berarti mengelilingi, maksudnya mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh
putaran, dimulai dan diakhiri pada arah sejajar Hajar Aswad, dimana posisi Ka’bah
harus berada di sebelah kiri orang yang thawaf (muthawwif). Thawaf merupakan
salah satu amalan terpenting dari beberapa amalan ibadah haji. Lebih dari itu,
thawaf adalah ibadah tersendiri yang sunat dilakukan setiap saat. Kecuali itu,
thawaf adalah ibadah pembuka dan penutup ibadah haji. Disamping itu, thawaf
dapat dilakukan diluar musim haji atau umroh. Tujuannya adalah untuk
menghidupkan syiar masjid al-Haram, disamping untuk memperoleh pahala yang
besar dari Allah.
Ada Lima jenis thawaf yang dilakukan jamaah haji, sebagai berikut;
1. Pertama. Thawaf Qudum yaitu thawaf yang dilakukan oleh jamaah haji
ketika pertama kali datang ke Makkah sebagai penghormatan terhadap
Baitullah. Kecuali Imam Malik, hukum melaksanakan thawaf qudum adalah
sunnah menurut mayoritas ulama, karena ia seperti shalat tahiyatul masjid
yang sunah dikerjakan saat pertama memasuki masjid.
2. Kedua. Thawaf Ifadah yaitu thawaf rukun haji yang dilakukan pada hari
tasyrik. Thawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang haji setelah
melaksanakan manasik di Mina, termasuk jumrah ‘aqabah, menyembelih,
bercukur atau memotong rambut, kemudian kembali ke Mekah, dan setelah
sampai disana dia berthawaf. Thawaf ini dinamakan thawaf ziarah, karena
meninggalkan Mina dan menziarahi Baitullah.Dinamakan thawaf ifadhah,
karena dia telah kembali dari Mina ke Mekah. Juga dinamakan thawaf haji,
karena ia merupakan salah satu rukun haji. Ini disebut juga thawaf haji yang
wajib dilakukan semua jamaah haji.
3. Ketiga. Thawaf sunnat merupakan thawaf yang dilakukan setiap masuk
Masjidil Haram tanpa pakaian ihram dan bukan dalam rangkaian haji.
Sehingga thawaf ini dapat dikerjakan kapan saja apabila memungkinkan
tanpa diikuti dengan sa’i. Ulama Imamiyah menambahkan satu thawaf lain
dari ketiga thawaf tersebut, yaitu thawaf perempuan. Mereka berpendapat
bahwa thawaf ini wajib hukumnya dan tidak boleh meninggalkannya dalam
umrah mufradah, dan dalam haji, baik tamattu’, qiran, maupun ifrad.
4. Keempat. Thawaf Wada’ yaitu thawaf yang dilakukan sebelum jamaah haji
meninggalkan Makkah sebagai bentuk penghormatan terakhir sebelum
pulang. Terdapat dua pendapat mengenai hukum melaksanakan thawaf
wada’. Mayoritas ulama berpendapat thawaf ini wajib dan denda bagi yang

10
meninggalkan kecuali bagi perempuan yang haid. Berdasarkan hadis
riwayat Ibnu Abbas berikut
5. Kelima. Thawaf nadzar.
Thawaf ini merupakan thawaf yang dinadzarkan. Thawaf nadzar hukumnya
wajib dikerjakan karena nadzarnya, dan waktunya kapan saja

11
DAFTAR PUSTAKA

1
Hasuna,/Apaitu tawaf, jenisjenis, tata cara dan sunnah Pelaksanaannya/
https://hasuna.co.id/apa-itu-tawaf/. Diakses Pada 26 Oktober 2021
Muhammad Abduh Tuasikal/Hukum Seputar Tasawuf/ https://muslim.or.id/18440-
hukum-seputar-thawaf.html/. Diakses Pada 26 Oktober 2021
Muhammad Hafil/Hukum Thawaf wada Menurut Imam Mazhab/
https://ihram.co.id/berita/qjo2gv430/hukum-tawaf-wada-menurut-imam-mazhab/.
Diakses pada 26 oktober 2021
Almanhaj/Thawaf wada’ salah satu kewajiban dalam haji, dan hukum
meninggalkan thawaf wada’ dalam haji/ https://almanhaj.or.id/1712-thawaf-wada-
salah-satu-kewajiban-dalam-haji-dan-hukum-meninggalkan-thawaf-wada-dalam-
haji.html./ diakses pada 26 oktober 2021
Dedu, M. (2019). HUKUM IBADAH THAWAF BAGI WANITA HAIDH
MENURUT IMAM IBNU MAS’UD AL-KASANI AL-HANAFY. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(5), 107-114.

Muhammad Sayyid Sabiq, fiqih sunnah, Terj. Abu Syauqina, Abu Aulia
Rahma,(Jakarta:Pt.Tinta Abadi Gemilang),Jilid III, h.1.

Kementrian Agama RI, Al Qur’an Al Karim, (Bandung : Syaamil Qur’an, 2011),


Juz 6, h.

Saleh Al-Fauzan, Fiqih sehari-hari,(Jakarta:Gema insani), h. 307

12

Anda mungkin juga menyukai